BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata yang populer di dunia, memiliki ratusan objek wisata yang menarik untuk di kunjungi, mulai dari objek wisata alam, wisata budaya, wisata rohani, wisata kuliner, wisata minat khusus. Sektor Pariwisata di Indonesia adalah salah satu sektor ekonomi yang penting, sektor pariwisata juga berperan dalam peningkatan devisa negara. Pertumbuhan dan perkembangan objek wisata di Indonesia juga semakin pesat mengikuti perkembangan jaman. Pertumbuhan dan perkembangan objek wisata itu di ikuti dan di dorong oleh teknik pemasaran yang baik sehingga objek wisata tersebut bisa dikenal oleh masyarakat luas. Salah satu teknik pemasaran yang paling mudah adalah melalui brosur. Dewasa ini para wisatawan banyak membutuhkan brosur untuk panduan wisata. Karena brosur adalah salah satu media yang paling mudah di dapatkan untuk mengetahui suatu informasi dari objek wisata tersebut. Tetapi dalam kenyataannya di Indonesia, yang saya temui adalah kesulitan untuk mendapatkan brosur destinasi wisata di tempat - tempat vital yang merupakan gerbang para wisatawan seperti di bandar udara, terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan.
1
Objek wisata yang ada di Indonesia juga di temui kesulitan yang sama untuk mendapatkan sebuah brosur. Dari jumlah brosur yang minim hingga tidak tersedianya brosur. Penulis tidak sepaham dengan bentuk kemasan brosur yang di berikan dari Dinas Pariwisata dan objek wisata yang relatif monoton dan kurang menarik di lihat maupun untuk di baca. Padahal bila kita melihat dari segi positif melalui brosur yang menarik kita bisa menjual objek wisata yang ada di Indonesia ke masyarakat luas hingga ke mancanegara. Oleh karena itu penulis memiliki sebuah inovasi baru dalam brosur destinasi wisata dengan tema Pop-Up brochure. Pop-Up sendiri memiliki arti seni kreasi kertas yang menciptakan unsur dua atau tiga dimensi dalam kertas atau buku. Sekitar 700 tahun yang lalu orang-orang menggunakan buku sederhana dengan bagian yang bergerak untuk mengajarkan tentang anatomi atau membuat prediksi astronomi. Pembaca buku Pop-Up awalnya adalah orang dewasa, bukan anak-anak. Hal ini diyakini bahwa penggunaan pertama buku Pop-Up dalam naskah untuk astrologi tahun 1306. dengan perkembangan jaman, sekarang Pop-Up lebih sering di temui di dalam buku cerita untuk anak-anak. Pop-Up juga bisa di temui di kartu kartu ucapan, semisal kartu ucapan ulang tahun, pernikahan, dan lain sebagainya. Dengan bentuk yang unik, menjadikan Pop-Up di sukai, karena melalui PopUp, kita bisa melihat visualisasi dari suatu gambar dengan dua dimensi, inilah salah
2
satu keunikan dari Pop-Up. Walaupun dalam proses pembuatannya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dan perlu ketelitian lebih, tetapi untuk akhir hasil dari Pop-Up ini akan memuaskan. Dan ide saya ini berkembang ketika melihat brosur yang ada selalu berbentuk konvensional, saya berusaha mengembangkan bentuk brosur menjadi lebih unik dan menarik dengan seni Pop-Up. Pop-Up brosur ini nantinya akan menjadi paper guide para wisatawan di objek wisata tersebut. Karena di dalam Pop-Up brosur ini kita akan menyuguhkan informasi tentang destinasi wisata tersebut dengan animasi dua dimensi dari destinasi wisata tersebut, sehingga lebih menarik untuk di lihat dan di baca oleh para wisatawan. Selain nantinya akan menjadi paper guide, Pop-Up brosur ini bisa di jadikan cinderamata yang unik dan bisa dijadikan kenanga-kenangan untuk para wisatawan. Museum Gunung Merapi (MGM) adalah salah satu destinasi wisata baru di Yogyakarta yang baru didirikan pada 2005. Dibandingkan dengan destinasi museum lain di Yogyakarta, seperti Benteng Vredeburg, Sonobudoyo dan Ullen Sentalu, MGM belumlah cukup populer. Untuk itu, upaya promosi melalui brosur Pop-Up yang sekaligus bisa dijadikan souvenir ini bisa menjadi gagasan strategis upaya promosi MGM kepada khalayak.
3
B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis jabarkan diatas, promosi merupakan langkah yang penting untuk kemajuan dan perkembangan destinasi wisata, dan media promosi yang paling mudah di buat adalah brosur. Namun di Indonesia untuk mendapatkan brosur tentang destinasi wisata sulit sekali karena jumlah brosur yang minim dan bahkan tidak ada brosur tentang destinasi wisata tersebut. MGM sebagai salah satu destinasi di Yogyakarta bisa dikembangkan promosinya dengan menggunakan brosur dengan model pop-up. Di dalam brosur Pop-Up itu akan diberikan sebuah informasi tentang destinasi wisata dan visualisasi dari destinasi wisata tersebut, sehingga lebih menarik untuk di lihat dan di baca oleh wisatawan. Pokok permasalahan tersebut diturunkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, antara lain: 1. Bagaimana profil Museum Gunung Merapi Yogyakarta? 2. Bagaimana strategi promosi di Museum Gunung Merapi Yogyakarta selama ini? 3. Bagaimana brosur Pop-Up menjadi media promosi pariwisata yang efektif dan inovatif terutama bagi Museum Gunung Merapi Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
4
1. Mengetahui profil Museum Gunung Merapi 2. Mengetahui strategi Museum Gunung Merapi Yogyakarta selama ini 3. Memberi gagasan brosur Pop-Up menjadi media promosi pariwisata yang efektif dan inovatif terutama bagi Museum Gunung Merapi Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa, tugas akhir ini menjadi pembelajaran tentang stategi promosi sebuah destinasi wisata dalam rangka menerapkan ilmu yang telah didapatkan di bangku kuliah. 2. Bagi Museum Gunung Merapi dan objek wisata lainnya, tugas akhir ini memberikan gagasan inovasi baru dalam dunia brosur, dengan brosur bertema Pop-Up ini dapat memberikan tema baru brosur destinasi wisata, dan memberikan angin segar untuk para wisatawan yang datang berkunjung ke obyek wisata, para wisatawan bisa mendapatkan brosur yang beda dari yang lainnya. Brosur ini juga bisa dijadikan cinderamata. 3. Bagi pemerintah, tugas akhir ini diharapkan bisa menjadi salah satu pertimbangan upaya meningkatkan promosi wisata objek wisata yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
5
E. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan tugas akhir ini penulis memberikan beberapa buku yang berkaitan dengan tugas akhir ini, beberapa diantaranya adalah : Pertama, Linda T. Silitonga (dalam bisnis.co.id, 2007), mengemukakan bahwa buku pop-up memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna, seperti mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan memperlakukannya dengan lebih baik, lebih mendekatkan anak dengan orang tua karena buku pop-up memiliki bagian yang halus sehingga memberikan kesempatan untuk orang tua duduk bersama dengan putra-putri mereka dan menikmati cerita (mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak), dapat mengembangkan kreatifitas anak, merangsang imaginasi anak. Kedua, Sandy Solihin (Pop- up Keanekaragaman Hayati, 2002). Buku tersebut mengemas cerita tentang keanekaragaman hayati tersebut ke dalam bentuk media pop-up. Berdasarkan juga pada usia di mana anak sangat penasaran dan menyenangi kejutan; elemen ini tentu akan menambah ketertarikan anak-anak sekaligus memberikan pemahaman melalui bentuk tiga dimensi yang menarik serta efek bergerak di dalamnya. Disamping adanya nilai koleksi yang dapat dibanggakan dan menjadi sebuah kenangan yang indah dari apa yang dibacanya. Ketiga, The ALA Glossary of Library (1987), mengemukakan bahwa brosur juga harus didesain sebaik dan seindah mungkin agar menarik perhatian, dan dicetak
6
di atas kertas yang baik dalam usaha membangun citra yang baik terhadap layanan atau produk tersebut. Relevansi dengan judul ini bahwa brosur pop-up bisa menjadi wahana pembelajaran yang memuat informasi pariwisata yang penting bagi masyarakat. Kemasan pop-up diharapkan menjadi media promosi yang menarik dan atraktif untuk wisatawan yang diharapkan bisa mengundang kembali wisatawan untuk hadir ke objek wisata, dalam hal ini Museum Gunung Merapi.
F. Landasan Teori Dalam penulisan tugas akhir ini penulis mengambil beberapa teori yang nantinya digunakan penulis untuk menganalisa pembahasan pada tugas akhir ini, beberapa teori tersebut adalah : 1. Pop-Up Pop-up merupakan sebuah seni yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau demikian origami lebih memfokuskan diri pada menciptakan objek atau benda sedangkan pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif/dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak yang disusun sealami mungkin. Penggunaan metode seperti ini
7
bermula dari abad ke-13, pada awalnya pop-up digunakan untuk mengajarkan anatomi, matematika, membuat perkiraan astronomi, menciptakan sandi rahasia dan meramalkan nasib. Selama berabad-abad lamanya buku seperti ini hanya digunakan untuk membantu pekerjaan ilmiah, hingga abad ke-18 tehnik ini mulai diterapkan pada buku yang dirancang sebagai hiburan terutama ditujukan untuk anak-anak. Jenis pop-up ada bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah pop-ups, transformations, tunnel books, volvelles, flaps, pull-tabs, pop-outs, pull-downs dan sebagainya1. Beberapa desain pop-up menggunakan salah satu jenis nya, yang lainnya menggunakan lebih dari satu jenis. Pencipta dan pendesain seni seperti ini dikenal dengan sebutan paper engineering. Pop-up sendiri dapat memberikan visualisasi yang lebih menarik. Mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada yang dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat tampilan lebih menyenangkan dan menarik untuk dinikmati, apalagi jika unsur ini dapat dimasukkan ke dalam brosur2.
1 Short History of Pop-ups, www.markhiner.co.uk/history-text.htm 2
Robert Sabuda, Frequenty Asked Question, Creative Questions, Robertsabuda.com
8
2. Brosur Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler, benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid kertas. Brosur memuat informasi atau penjelasan tentang suatu produk, layanan, fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah, atau dimaksudkan sebagai saran beriklan. Informasi dalam brosur ditulis dalam bahsa yang ringkas, dan dimaksudkan mudah dipahami dalam waktu singkat. Brosur sendiri diciptakan agar menarik perhatian jika di desain dengan apik, sehingga menambah esensi dan citra yang baik. Apabila brosur-brosur ini dimasukkan unsur Pop-Up ke dalam nya, maka brosur akan terlihat dan terasa begitu berharga dan bisa menjadi cindera mata yang sangat disayangkan jika dibuang begitu saja.
3. Pop-Up Brosur Pop-Up Brosur adalah brosur yang memiliki unsur dua atau tiga dimensi dalam kertas, dimana objek dari tema yang diangkat ke dalam brosur dapat muncul ketika tiap lembar halamannya dibuka. Hal lain yang membuat pop-up brosur menarik dan berbeda dari brosur yang menampilkan ilustrasi biasa adalah Pop-Up memberikan kejutan-kejutan
9
dalam setiap halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. Hal ini membuat pembaca antusias dalam membaca brosur karena mereka diberi kejutan saat baru membuka brosur. Brosur pop-up mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan- yang ingin disampaikan dalam sebuah informasi sehingga dapat lebih terasa informasi yang didapat. Tampilan visual yang lebih berdimensi membuat objek semakin terasa nyata ditambah lagi dengan kejutan yang diberikan di dalamnya. Gambar dapat secara tiba-tiba muncul dari balik halaman atau sebuah bangunan
dapat
berdiri
megah
ditengah-tengah
brosur
dengan
cara
pemvisualisasi ini, kesan yang ingin ditampilkan dapat lebih tersampaikan. 4. Konsep Produk dan Brosur Sebuah destinasi wisata baiknya memiliki sebuah produk yang khas dan mewakili karakter destinasi wisata tersebut seperti baju, topi, kerajinan tangan dan cindera mata lainnya. Produk merupakan salah satu aspek penting dalam variabel marketing mix. Produk juga merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam kegiatan suatu usaha, karena tanpa produk, suatu perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Banyaknya pesaing dlam dunia bisnis memerlukan suatu produk yang berbeda satu sama lainnya dan atupun sama. Produk suatu perusahaan haruslah memiliki suatu keunggulan ataupun
10
kelebihan dibandingkan produk yang dihasilkan perusahaan lain, dalam hal ini perusahaan pesaing. Suatu produk tidak dapat dilepaskan dari namanya pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Suatu produk juga tidak dapat dikatakan memiliki nilai jual, jika produk tersebut tidak menarik bagi konsumen. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai produk tersebut, para ahli mempunyai gambaran tentang definisi produk itu sendiri yang antara lainnya adalah : Pengertian produk menurut William J. Stanton yang diterjemaahkan oleh Rakhmat A. (1996:222):Produk menurut artinya secara sempit, produk adalah sekumpulan atribut fisik secara nyata yang terkait dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasikan. Sedangkan secara umumnya, produk adalah sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata yang didalamnya tercakup warna, harga, kemasan, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. Sedangkan menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Hendra Teguh (1997:53) produk memiliki pengertian yang luas yaitu segala sesuatu yang ditawarkan, dimiliki, dipergunakan atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan termasuk didalamnya adalah fisik, jasa, orang, tempat, organisasi serta gagasan.
11
Pengertian produk itu sendiri menurut Djaslim Saladin dalam bukunya yang berjudul Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran (2003:45) : terbagi dalam beberapa pengertian, yaitu : Pengertian Produk adalah : a. Dalam pengertian sempitnya, produk adalah sekumpulan sifat-sifat fisik dan kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk serupa dan yang telah dikenal. b. Dalam pengertian secara luas, produk adalah sekelompok sifat-sifat yang berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) yang didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan yang diberikan konsumen dan pengecer yang dapat diterima konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan atau kebutuhan konsumen. c. Secara umumnya, produk itu diartikan secara ringkas sebagai segala sesuatu yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Menurut Fandy Tjiptono ( 1997 : 95 ) menyatakan bahwa : “ Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan “. Dari berbagai definisi
12
diatas dapat disimpulkan produk sebagai barang dan jasa. Suatu susunan atribut nyata dan tidak nyata, termasuk pengemasan, harga, kualitas dan merek, ditambah pelayanan dan reputasi yang ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi.
G. Metode Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Museum Gunung Merapi. Museum ini terletak di dusun Banteng, Desa Hargobinganun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Jalan Kaliurang Kilometer 22. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 25 Mei 2014. 2. Metode Pencarian Data a. Studi Pustaka Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dan informasi dari buku-buku yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Selain itu, data elektronik yang telah dikumpulkan oleh penulis untuk mendukung riset dari pengerjaan perancangan visual PopUp brosur ini adalah sebagai berikut, antara lain www.robertsabuda.com, www.popupkingdom.net, www.behance.net, psd.tutsplus.com/articles.
13
b. Wawancara Wawancara diselenggarakan kepada pengelola dan pengunjung Museum Gunung Merapi Yogyakarta.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu : Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II memaparkan tentang gambaran umum Museum Gunung Merapi Yogyakarta dan teori serta gambaran umum konsep brosur. Bab III berisi pembahasan tentang produk promosi wisata bertema pop-up sebagai media promosi Museum Gunung Merapi, pembahasan proses distribusi. Bab IV berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian brosur bertema pop-up sebagai media promosi Museum Gunung Merapi Yogyakarta.
14