BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama yang berdoktrin keagamaan yang bersumber dari alQuran dan Hadis yang dimodifikasi dengan perantara mekanisme ijtahad. Dalam sejarah, wakaf merupakan instrument maliyah, yang sebagai ajaran tergolong pada syariah yang bersifat sacral dan suci, tetapi pemahaman dan implementasi wakaf tersebut tergolong pada fiqh (upaya yang bersifat kemanusiaan) : oleh karenanya, dapat difahami bahwa praktek dan realisasi wakaf terkait dengan realitas dan kepentingan umat dinegara-negara muslim. Di Indonesia, masalah penggalangan dana social masih menjadi persoalan bagi sebagian besar Lembaga Swadaya Masyarakat. Meskipun pada faktanya menunjukan bahwa rasio tingkat kemurahan hati masyarakat Indonesia dalam bersedekah cukup tinggi. Salah satu sumber dana social di Indonesia yang sangat potensial adalah dana umat, dana yang berkaitan dengan ajaran keagamaan atau berasal dari komunitas keagamaan. Potensi dana umat ini sangat besar karena ajaran agama menjadi motofasi umat masyarakat untuk derma. Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat hubungannya dengan social ekonomi, wakaf tidak hanya berfungsi sebagai ibadah ritual semata tetapi juga berfungsi social. Wakaf merupakan bentuk pernyataan iman yang mantap dan rasa solidaritas yang tinggi antar sesama manusia. Oleh karenanya, wakaf adalah salah satu usaha mewujudkan dan
1
1
memelihara hubungan vertikal ( hablun min Allah ) dan hubungan horizontal (hablun min Al-nas ). Dalam fungsinya sebagai ibadah wakaf diharapkan akan menjadi bekal bagi kehidupan si wakif (orang yang mewakafkan ) di hari kemudian. Wakaf adalah suatu bentuk amal yang pahalanya akan terus mengalir selama harta wakaf dimanfaatkan. Rasulullah Saw bersabda :
ٍِ ٍَ"ٍَ إ ْ ٍ رٍّ أوْ ٍْ َُُ ِ أوْ و#َ" ِ ّ َُِ ُ إ$َ ُ ْ ََ%َ&ْ''ْ*َن ا+ذاتَ ا
َْ. Artinya : apabila manusia wafat, terputuslah amal perbuatannya kecuali tiga hal,yaitu sedekah jariyah, atau ilmu yang dimaafaatkan,atau anak yang shaleh. Para ulama memafsirkan sabda Rasulullah Saw, (
ٍٍّ ر
)
sedekah jariyah dengan wakaf. Dalam fungsi sosialnya, wakaf merupakan asset yang amat bernilai dalam pembangunan social yang tidak memperhitungkan jangka waktu dan keungtungan materi bagi orang yang mewakafkan. Kenyataannya wakaf merupakan sumber dana yang sangat potensial. Dilihat dari sisi asset, sebagaimana diungkap oleh Prof. Dr. M.A. Manan, 33% lahan di Tunnesia merupakan tanah wakaf (pertengahan abad ke19), 50% lahan di Aljazair merupakan tanah wakaf (pertengahan abad ke-19), 30% lahan yang dapat ditanami di Iran merupakan tanah wakaf (tahun 1930), dan 12,5% lahan pertanian di Mesir merupakan tanah wakaf (tahun 1949).1
1
Liat dari Tim Depag, Wakaf Tunai dalam Persfektif Hukum Islam,hlm.6
2
Dewasa ini persepsi sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia mengenai objek wakaf baru berkisar mengenai tanah. Faktanya banyak asset tetap wakaf berupa tanah dan bangunan. Pada umumnya wakaf di Indonesia sebagian besar digunakan untuk kuburan, madrasah, dan masjid, dan sedikit sekali yang didayagunakan secara produktif. Hal ini nampak jelas bahwa sebagian besar harta yang diwakafkan baru berkisar pada asset tetap seperti tanah dan bangunan. Sekarang ini pembangunan dinegar-negara maju yang mayoritas berpenduduk Muslim dilakukan dan dibiayai oleh modal hutang. Indonesia termasuk Negara yang pembangunannya dibiayai oleh modal hutang,yaitu dengan mengandalkan uang pinjaman dari IMF misalnya. Dari gambaran ini dapat dilihat betapa pentingnya kedudukan wakaf dalam masyarakat Muslim dan betapa besarnya peran uang dalam perekonomian suatu Negara. Namun disayangkan , potensi wakaf yang sangat besar belum didayagunakan secara maksimal oleh pengelolaan wakaf. Kita bisa belajar dari pengalaman Islamic Relief, sebuah organisasi pengelola wakaf tunai di Inggris yang telah mampu mengumpulkan wakaf tunai setiap tahun tidak kurang dari 30 juta poundsterling atau hampir Rp 600 miliar. Mereka secara rutin menerbitkan sertifikat wakaf tunai senilai 890 poundsterling per lembar.Dana yang bisa dihimpun tersebut kemudian disalurkan kepada lebih dari lima juta yang berada di 25 negara. Bahkan di Bosnia, wakaf tunai yang disalurkan Islamic Relief mampu menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 7.000 orang melalui program ‘Incom Generation Waqf’. Melihat pengalaman tersebut, sudah saatnya wakaf tunai ini dikembangkan di Tanah Air. Potensinya sangat besar mengingat jumlah masyarakat Muslim yang begitu besar. Taruhlah ada
3
10 juta orang yang mampu memberikan wakaf tunai Rp 100 ribu per tahun, maka per tahun akan terhimpun dana sebesar Rp 1 triliun. Inilah aset yang harus digerakkan secara optimal dan berkesinambungan.2 Wakaf memiliki potensi yang sangat prospektif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, terutama dengan konsep wakaf uang atau wakaf tunai. Sejauh ini kebolehan wakaf tunai masih menjadi perdebatan dikalangan ulama fiqh, terutama berkaitan dengan unsur “keabadian” harta yang diwakafkan. Mengingat bahwa wakaf tunai mempunyai peran besar dalam mendukung perkembangan system ekonomi disuatu Negara, penulis menganggap perlu untuk meneliti dan membahas mengangkat permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Tunai di Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia dalam Perspektif Hukum Islam”
UII sebagai Universitas Swasta tertua di Indonesia, UII secara nyata menjadi bagian dari sejarah pendidikan Nasional. Lahirnya UII merupakan mata rantai dari timbulnya gerakan pembaruan pada awal abad ke-20 dikalangan umat Islam di Indonesia. Pembukaan UII (menggantikan STI) Sekolah Tinggi Islam yang diselenggarakan pada tanggal 27 Rajab 1367 H (bertepatan dengan tanggal 4 juni 1948) bertempat di Dalem Kepatihan Yogyakarta. Gagasan perubahan (penggantian) STI menjadi UII timbul pada bulan November 1947 melalui pembentukan sebuah komite yang dipimpin oleh KH. R. Fathurrahman Kafrawi. 2
Liat dari,www.google.com (artikel perbankan “Bank Syariah entaskan kemiskinan”26 Oktober 2009)
4
Beberapa hal yang mendorong perubahan STI menjadi UII adalah: 1. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara paham Kenegaraan dan Agama. 2. Adanya kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan perintahperintah Allah SWT. 3. Belum adanya perguruan tinggi yang berdasarkan Islam yang mampu menyiapkan tenaga ahli dalam berbagai lapangan. 4. Pada zaman penjajah, pendidikan hanya diselenggarakan untuk menjamin kepentingan penjajah, sedangkan pada zaman merdeka diperlukan penyediaan lembaga pendidikan yang dapat menfasilitasi kepentingan nasional. Pembentukan Wakaf Jariyah (Wakaf Tunai) oleh Yayasan Badan Wakaf UII adalah upaya strategis untuk menghidupkan kembali gagasan dan semangat beramal umat Islam, khususnya wakaf untuk pengembangan pendidikan dan dakwah yang menjadi fokus penyelenggaraan kegiatan Universitas Islam Indonesia. Adapun sekretariat Pengelolaan Wakaf Jariyah (Wakaf Tunai) terletak di Jalan Cik Ditiro No. 1 Kotak Pos 56 Yogyakarta 55223 telp./Faks. (0274) 589604. Tujuan dan Orientasi Yayasan Badan Wakaf UII, untuk menghimpun dana Wakaf Jariyah (Wakaf Tunai) dari ummat Islam. Suluruh dana wakaf yang terhimpun digunakan untuk kemaslahatan umat, khususnya untuk pembangunan prasarana pendidikan dan kesehatan. Di bidang pendidikan mencakup pengembangan pondok pesantren mahasiswa, sedangkan di bidang kesehatan, telah dibangun rumah sakit di wilayah Condong Catur Yogyakarta.
5
Kegiatan pengelolaan Wakaf Jariyah (Wakaf Tunai) Yayasan Badan wakaf UII meliputi kegiatan-kegiatan penghimpunan harta wakaf yang oprasionalnya dilakukan secara kreatif dan inovatif dengan memperhatikan etika Islam.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka dapat diangkat rumusan masalah yaitu :
1.
Bagaimana system pengelolaam dan pengembangan wakaf tunai di Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia? serta faktor apasajakah yang berperan dalam pengelolaan dan pengembnagan wakaf tunai di Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia ?
2.
Apakah pengelolaan wakaf tunai di Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia sesuai dengan ketentuan Hukum Islam ?
6
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai oleh penulis skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam system pengelolaan dan pengembangan wakaf tunai oleh Yayasan Badan Wakaf UII. 2. Untuk mengetahui system pengelolaan dan pengembangan wakaf tunai yang dilakukan oleh Yayasan Badan Wakaf UII, apakah sudah sesuai dengan Hukum Islam atau belum Selain mempunyai tujuan, penulis juga berharap kegunaan dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Sebagai pengembangan studi keilmuan khususnya tentang wakaf, selain itu penulis berharap agar dengan skripsi ini dapat memberikan inpirasi pemikiran-pemikiran dalam bidang perwakafan di Yayasan Badan Wakaf lainnya. b. Menambah kepustakaan yang nantinya dapat diharapkan bisa digunakan sebagai bahan studi bagi penerus cita-cita islam.
D. Telaah Pustaka Wakaf dilihat dari sudut fiqh mengalami perbincangan yang sangat menarik, meskipun terkadang objek perbincangannya lebih menitikberatkan pada unsur wakaf. Istilah wakaf kadang-kadang bermakna objek atau benda yang diwakafkan (al maukuf bih) atau dipakai dalam pengertian wakaf
dapat bermakna objek yang
7
diwakafkan atau institusi.3 Menurut istilah meskipun terdapat perbedaan penafsiran, disepakati bahwa makna wakaf adalah menahan dzatnya benda dan memanfaatkan hasilnya atau menahan dzatnya dan menyedekahkan manfaatnya. Berikut pendapat para ulama fiqh dalam mendefinisikan wakaf :4 1)
Madzhab Hanafiyah
Madzhab Hanafi mendefisinisikan wakaf adalah tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada pihak kebajikan (social), baik sekarang maupun akan datang. 2)
Madzhab Maliki
Madzhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik hartanya untuk digunakan oleh mustahiq (penerima wakaf). Walaupun yang dimilikinya itu berbentuk upah, atau menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai keinginan pemilik, artinya perwakafan berlaku
3
Juhana S.Praja (1995), Perwakafan di Indonesia : Sejarah, Pemikiran, Hukum Dan Perkembangannya, (Bandung : Yayasan Piara), hlm.6 4 Liat dari Tim Depag,Wakaf Tunai dalam Persfektif Hukum Islam,Depag RI,2005, hlm13-21.
8
untuk masa tertentu dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai wakaf kekal (selamanya). 3)
Madzhab Syafi’iyah, Hanbaliyah dan sebagiab Hanafiyah
Madzhab ini berpendapat bahwa wakaf adalah mendayagunakan harta untuk diambil manfaatnya dengan mempertahankan dzatnya benda tersebut dan memutus hak wakif untuk mendayagunakan harta tersebut. Berubahnya status kepemilikan dari milik seseorang, kemudian diwakafkan menjadi milik Allah. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak dapat diwarisi oleh ahli waris. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wakaf adalah tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah Swt, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (social). Dasar hukum wakaf Wakaf dalam Al-Qur’an
∩⊄∪ ÒΟŠÎ=tæ ϵÎ/ ©!$# ¨βÎ*sù &óx« ÏΒ (#θà)ÏΖè? $tΒuρ 4 šχθ™6ÏtéB $£ϑÏΒ (#θà)ÏΖè? 4®Lym §É9ø9$# (#θä9$oΨs? s9 “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka sesungguhnya Allah Mangetahuinya”. (Q.S Ali Imran (3) : 92) Ada 3 kata kunci dalam ayat ini yang sering kali dijadikan dalil utama dalam wakaf yang bersumber dari al-Quran, (1) kebaikan, (2) tindakan infak, dan (3) harta yang dimiliki adalah yang dicintai. Dengan demikian model infak seperti ini digolongkan sebagai wakaf, bukan bentuk pemberian yang lain.
9
Wakaf dalam Hadis
ٍِ ٍَ"ٍَ إ ْ ٍ رٍّ أوْ ٍْ َُُ ِ أوْ و#َ" ِ ّ َُِ ُ إ$َ ُ ْ ََ%َ&ْ''ْ*َن ا+إِذاتَ ا ُ َْ.ْ Artinya : “…dari Abi Hurairah r.a sesungguhnya Rasulullah Saw ber kata : Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah semua amal dari dirinya kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan kepadanya (kepada orang tuanya)”. Dari hadis tersebut bahwa sedekah jariyah direalisasikan dalam bentuk wakaf yang pahalanya mengalir terus menerus kepada siwakif. Unsur (Rukun) Wakaf Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya. Rukun wakaf menurut fiqh ada 4 macam, yaitu (1) wakif (orang yang mewakafkan), (2) maukuf ‘alaih (pihak yang diserahi wakaf), (3) maukuf (harta yang diwakafkan), (4) shighat atau ikrar (pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk mewakafkan). a. Waqif (orang yang mewakafkan) Waqif adalah pihak yang mewakafkan. Waqif harus mempunyai kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan
10
waqif tersebut mencapai empat criteria,yaitu 1.merdeka, 2.berakal sehat, 3.dewasa (baliqh), 4.tidak dibawah pengampuan.5 b. Mauquf ‘alaih (orang yang diberi amanat wakaf) Mauquf ‘alaih dalam literature fiqh kadang diartikan orang yang diserahi mengelola harta wakaf, yang sering disebut nadzir, kadang juga diartikan peruntukan harta wakaf. Bila diartikan mauquf ‘alaih sebagai nadzir, dalam literature fiqh kurang mendapat porsi pembahasan yang detail oleh para ahli fiqh yang terpenting adalah keberadaan mauquf ‘alaih mampu mewujudkan peruntukan benda wakaf (makna lain dari mauquf ‘alaih). c. Mauquf (harta benda wakaf) Perbincangan fiqh mengenahi benda wakaf, bertolak pada pertama, jenis harta apakah benda bergerek atau tidak bergerak atau bisa keduanya. Kedua, kelanggengan atau keabadian objek wakaf yang terkait erat dengan objek wakaf yang bergerak. Hal yang menarik lagi adalah perubahan peruntukan. Jika suatu ketika benda wakaf sudah tidak ada manfaatnya atau sudah berkurang manfaatnya, kecuali ada perubahan pada benda wakaf tersebut .6 d. Shighat (pernyataan atau ikrar waqif) Shighat atau ikrar adalah pernyataan penyerahan harta benda wakaf oleh waqif. Dalam hal wakaf semua madzhab menyatakan bahwa wakaf adalah akad tabarru’
5
Dibawah pengampuan menurut al-Bajuri meliputi 2 jenis (1) orang yang berhutang, dan (2) orang yang sedang sakit parah (penyakit yang cenderung mematikan) liat di al-Bajuri (t.t). Hasyiyah albajuri. (Beirut ; Dar al-firk) 11,hlm.44. 6 Liat di Jurnal Ekonomi Islam La-Riba Vol.11, No.1 Juli 2008.
11
yaitu transaksi sepihak yang sah sebagai suatu akad yang tidak memerlukan Kabul dari pihak penerima dan dicukupkan dengan ijab siwaqif. Macam-macam wakaf Jika ditinjau dari sasaran yang berhak menerima dan memanfaatkan wakaf , maka wakaf dibagi menjadi dua macam : a. Wakaf ahli Wakaf ahli yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu , seorang atau lebih , baik keluarga siwakif atau bukan . Wakaf ahli juga sering disebut dengan wakaf dzurri atau wakaf ‘alal aulad yakni wakaf yang diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan social dalam lingkungan keluarga atau lingkungan kerabat sendiri .7 Wakaf ahli mempunyai dua aspek kebaikan yaitu (1) kebaikan sebagai amal ibadah wakaf, (2) kebaikan silaturrahmi terhadap keluarga yang diberi harta wakaf. b. Wakaf khoiri Wakaf khoiri yaitu wakaf yang secara tegas untuk kepentingan keagamaan atau kemasyarakatan (kepentingan umum) .8Wakaf ini ditunjukan untuk kepentingan umum dengan tidak terbatas pada aspek penggunaanya yang mencangkup semua aspek untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya. Institusi baru dalam praktik Badan Wakaf Indonesia (BWI)
7 8
Liat di Tim Depag,Wakaf Tunai dalam Persfektif Hukum Islam.2005. hlm27-51 ----,hlm.59
12
Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan badan bentukan pemerintah untuk melakukan pembinaan dan pengawasan nadzir dan pengelolaan harta benda wakaf. BWI diposisika layaknya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dalam hal zakat, namun hal yang masih deperdebatkan adalah mengenai status BWI apakah structural, koordinatif, atau konsultatif.9 Lembaga Keuangan Syariah (LKS) Masalah wakaf uang, UU No.41 Tahun 2004 tentang wakaf menyebutkan pengelola (nadzir) adalah hanya lembaga keuangan syariah. Hal ini menimbulkan dua implikasi yang serius, pertama LKS adalah lembaga profit dan komersial, sangat dimungkinkan menggunakan dan wakaf menjadi suntikan dana likuidasi maupun dan investasi sector riil, yang melupakan esensi dari wakaf uang untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat. Kedua, potensi kemandirian dalam rangka pemberdayaan umat yang boleh jadi secara menejement keuangan lebih baik dan akuntabel dari pada LKS, misalnya Dompet Dhuafa Republika, Yayasan Badan Wakaf UII dan lembaga lainya. Bicara tentang wakaf tunai, institusi wakaf tidak hanya sebagai ritualitas keagamaan tetapi bisa menyentuh aspek kemanusiaan dengan memberdayakan potensinya untuk kesejahteraan public semaksimal mungkin. Dengan demikian penulis tertarik dalam mengkaji tentang wakaf tunai.
9
Republika,jum’at 10 September 2004 “menimbang Badan Wakaf Indinesia”
13
Wakaf tunai (cash waqf atau waqf al nuqud) merupakan salah satu wakaf benda bergerak yang dispesifikasi berupa uang.10 Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, termasuk dalam pengertian uang adalah surat berharga.11 Wakaf tunai merupakan bentuk wakaf produktif
dengan mekanisme investasi dana wakaf dan
menyalurkan hasil dari pokok modal yang diinvestasikan. Uang bersifat fleksibel dan tidak mengenal batas wilayah pendistribusisan. Ulama madzhab Hanafi membolehkan wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian atas dasar istihsan bi al-‘urf dengan berdasar atsar Abdullah ibn Mas’ud ra: “apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin maka dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin maka pandangan Allah pun buruk”.12 Madzhab Hanafi secara tegas membolehkan praktek wakaf tunai sebagai implikasi dari dibolehkannya wakaf benda bergerak secara tegas. Di Indonesia, wakaf tunai (cash waqf) telah dikuatkan dengan diterbitkannya keputusan fatwa majelis ulama Indonesia tentang wakaf tunai. Yang pokok keputusannya berisi : Wakaf uang (cash waqf atau waqf al nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh). 10
UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf pasal 28-31 Fatwa MUI tentang Wakaf Uang 12 Bukhari (t.t). shahih bukhari. (Mesir : Dar al-fikr al-Mu’ashir), juz 9,hlm.330. 11
14
a. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk halhal yang dibolehkan secara syara. b.
Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan.
c. Terdapat beberapa aturan dalam wakaf benda bergerak berupa uang (wakaf tunai) antara lain : 1. Wakaf tunai melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri. 2. Pernyataan wakif tentang wakaf tunai harus tertulis. 3. Lembaga keuangan syariah menerbitkan sertifikat wakaf uang yang disampaikan kepada wakif dan nadzir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf. 4. Lembaga keuangan syariah atas nama nadzir mendaftarkan benda wakaf berupa uang kepada Menteri. Dari segi kemanfaatannya, menurut Antonio13, Wakaf uang mempunyai empat manfaat utama, pertama, wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi sehingga seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dan wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih dahulu. Kedua, melalui wakaf uang, asset-asset yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian. Ketiga, dana wakaf tunai juga dapat membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam yang cash flownya terkadang kembang kempis dan menggaji civitas akademik alakadarnya. 13
Fatwa MUI tentang Wakaf Uang.
15
Keempat, hingga sampai saatnya insyaallah umat islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus tergantung pada dana anggaran dari pemerintah. Di Indonesia, Pondok Modern Gontor Ponorogo, Yayasan Badan Wakaf UII Yogyakarta, dan Pesantren Tebuireng Jombang, merupakan potret pelembagaan wakaf yang dikembangkan dalam bentuk investasi yang manfaatnya dipergunakan untuk pengembangan pendidikan.14Namun ada juga beberapa lembaga pendidikan yang berbasis wakaf di Indonesia tidak bisa berkembang, hal ini tidak lepas dari kendala-kendala dalam pengembangan wakaf tunai ke depan. Berikut adalah contoh kendala dalam pengembangan wakaf tunai : 1. State of mind, kuatnya pengaruh bahwa wakaf yang identik dengan wakaf harta benda tak bergerak khususnya tanah dan bangunan. Hal ini dipengaruhi oleh dua aspek, 1) keyakinan ajaran yang dianut oleh mayoritas madzhab syafi’i, 2) karena budaya local. 2. Model pendayagunaan (peruntukan), mengelola investasi untuk disalurkan di sector riil memang tidak mudah. Namun demikian bidang tertentu bisa dijadikan lahan untuk menyalurkan manfaat wakaf tunai agar bisa cepat dirasakan oleh masyarakat. Misalnya bidang
pendidikan,
kesehatan,
sebagainya.
14
Liat di La-Riba Jurnal Ekonomi Islam, vol.11,no. 1 juli 2008
pelayanan
social
dan
lain
16
3. Nadzir hanya sebagai Lembaga Keuangan Syariah, berdasarkan UU No.41 Tahun 2004 bahwa untuk kasus wakaf tunai nadzir yang diberi wewenang untuk mengelola adalah lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri.15 Mestinya penyerahan dan penyelolaan wakaf tunai tidak hanya diserahkan kepada lembaga keuangan syariah saja, karena ada lembaga lain yang mampu mengelola wakaf tunai tersebut dengan professional dan diyakini mampu menjaga keamanan wakaf. 4. Perangkat aturan hukum, sebagai acuan dalam bertindak masalah wakaf di Indonesia, UU No.41 Tahun 2004 belum memiliki aturan turunan dalam bentuk Peraturan Pemerintah sebagai petunjuk pelaksana operasional.Beberapa pasal disebutkan bergantung pada kehadiran PP, misalnya tentang detail mengenai wakaf benda bergerak berupa uang.16 Namun demikian spirit relijiusitas harus mengalahkan segalanya demi kepentingan social dan yang terpenting adalah prinsip kemaslahatan harus selalu dikedepankan, sesuai dengan loridor hukum yang berlaku.
15 16
UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf pasal 28 UU No.41 Tahun 2004 pasal 31
17
E. Metode Penelitaan 1. Subyek Penelitian - Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia 2. Objek Penelitian -
Mengenai pengelolaan dan pengembangan wakaf tunai di Yayasan Badan Wakaf UII
-
Faktor-faktor yang berperan dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf tunai di Yayasan Badan Wakaf UII.
3. Sumber Data -
Data Primer, data diperoleh dari subyek penelitian tentang pengelolaan dan pengembangan wakaf tunai di Yayasan Badan Wakaf UII
-
Data Sekunder, data diperoleh dari literatur-literatur, peraturan
perundang-undangan,
dokumen
yang
berhubungan dengan objek penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data -
Studi pustaka, dengan membaca literature-literatur yang merupakan langkah awal yang dijadikan landasan utama oleh penulis untuk mendapatkan gambaran mendetail tentang masalah-masalah yang erat hubungannya dengan objek penelitian.
18
-
Wawancara, mengadakan tanya jawab dengan pihak terkait
yaitu
Yayasan
Badan
Wakaf
UII
guna
memperoleh data. 5. Analisis Data - Penelitian ini menggunakan metode kualitatif data yang diperoleh akan diteliti dan difahami dengan seksama, sehingga diperoleh jawaban dari permasalahan dalam penelitian dengan pendekatan yuridis-sosiologis.