BAB I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Kebijakan
desentralisasi
telah
membawa
perubahan
dalam
pengelolaan program Keluarga Berencana (KB) Nasional dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) Nasional sangat ditentukan oleh dukungan politis dan operasional dari para pengambil kebijakan, baik di pusat maupun di daerah. Akhir-akhir ini, dukungan tersebut mulai menurun dan perlu ditingkatkan kembali disemua tingkat wilayah dengan advokasi, yang meliputi kegiatan pertemuan serta rapat koordinasi yang merupakan kekuatan dalam penggalangan kesepakatan baik politis maupun operasional serta pendekatan kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat. Dilihat dari Komunikasi, yaitu berkaitan dengan kejelasan konsep kebijakan dan kejelasan tujuan dan sasaran kebijakan Keluarga Berencana (KB), telah dapat dipahami dengan baik oleh para pelaksana program, namun sumber daya yang digunakan (SDM, teknologi, keuangan, sarana dan prasarana) sebagai ujung tombak dalam proses administrasi maupun organisasi pelaksana belum memadai. Wewenang yang dimiliki oleh pelaksana program Keluarga Berencana (KB), menunjukkan masih rendahnya dukungan komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota baik secara politis maupun operasional, dan masih kurangnya koordinasi dan komunikasi antara aktor kebijakan yakni terutama antar instansi terkait
1
sebagai pelaksana dengan seluruh stakeholders yang ada. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam implementasi Kebijakan Program Keluarga Berencana (KB) adalah faktor masih rendahnya dukungan komitmen politis dan operasional Pemerintah Kabupaten/Kota terhadap Program Keluarga Berencana (KB) di daerah. Sebenarnya
komitmen
pemerintah
untuk
mengendalikan
pertumbuhan penduduk cukup bagus. Fakta itu dapat dilihat dari upaya pemerintah melakukan revitalisasi program Keluarga Berencana (KB) dan pos pelayanan terpadu (posyandu). Namun sayangnya, pemerintah Presiden tidak segera direspon jajarannya. Hal itu terhambat oleh berbagai ketidakpastian dari implementasi kebijakan tersebut, Namun fakta di lapangan, program yang dicanangkan pemerintah tidak diimplementasikan secara optimal. Bahkan sebagian besar kabupaten dan kota belum melakukan program revitalisasi posyandu. Penyebabnya, pemerintah daerah kabupaten dan kota tidak memiliki infrastruktur dan sistem manajemen. Dengan demikian pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB), sebab jika tidak meningkatkan peserta KB, jumlah penduduk di Indonesia akan mengalami peningkatan yang luar biasa.
2
Program Keluarga Berencana yang merupakan suatu usaha langsung guna mengurangi tingkatnya kelahiran bayi di Indonesia khususnya di Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi. Melalui pemakaian kontrasepsi yang berkalanjutan dan lestari. Peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam program gerakan Keluarga Berencana (KB), baik perorangan maupun masyarakat perlu didorong dan diperkuat dengan melibatkan organisasi dan pemuka masyarakat, serta pihak–pihak swata, sehingga pengelolaan dan pelaksanaan Program Gerakan Berencana dapat makin memasyarakatan dan berlangsung secara mandiri. Pendewasaan program Gerakan Keluarga Berencana dengan mendorong peran dan tanggung jawab masyarakat tersebut menuntut perubahan sikap dan perilaku seluruh insan dan unit-unit kerja program secara lebih nyata, menjadi lebih mantap dan terbuka karena makin menguatnya kesadaran dan motivasi serta mendalamnya komitmen dan dedikasi kepada keberhasilan program Keluarga Berencana sebagai bagian dari pembangunan nasional. Perubahan-perubahan tersebut tentunya didukung oleh para Petugas Lapangan keluarga Berencana yang masing-masing menjalankan tugas dan tanggungjawabnya diwilayah kerjanya sehingga program nasional tersebut dapat terwujud. Petugas Lapangan Keluarga Berencana yang merupakan komunikator
dilapangan yang
terdepan,
berarti
peran yang
akan
menjalankan program KB tersebut atau sekaligus orang yang utama berhadapan dengan masyarakat, yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda: baik pendidikan, budaya agama yang kadang kala perlu srategi
3
khusus untuk meyakinkan pada mereka tentang pentingnya ber-KB terutama sekali Pasangan Usia Subur. Yang dimaksud dengan Pasangan Usia Subur (PUS) adalah Pasangan suami istri yang istrinya berumur 17 tahun atau sedah menikah sampai dengan 49 tahun atau masih menstruasi. Dari uraian-uraian tersebut diatas, banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan KB. Terutama untuk mendapatkan peserta KB baru atau yang lebih dikenal untuk mencari orang atau Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menjadi peserta KB baru. Faktor-faktor tersebut adalah : 1 1.
Tingkat pendidikan Pasangan Usia Subur (PUS) masih rendah, sehingga sulit memahami arti pentingnya KB.
2.
Masih ada yang berpendapat bahwa banyak anak banyak rejeki.
3.
Kurangnya motivasi terhadap Pasangan Usia Subur (PUS).
Oleh karena itu diperlukan pendekatan-pendekatan persuasif dan komunikasi yang baik secara tatap muka yang harus dijalankan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Bahwa dengan komunikasi yang persuasif Petugas Lapangan Keluarga Berencana dapat meyakinkan Pasangan Usia Subur untuk mengikuti program Keluarga Berencana. Kemudian pengertian persuasif dalam Widjaya yaitu membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan. 1
BKKBN, Pedoman Operasional Gerakan KB dan Pembangunan Keluarga Sejahtera Daerah Pantai dilini Lapangan, Jakarta 1995.
4
Dari ilustrasi tersebut di atas maka komunikasi persuasif merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Untuk dapat memberikan pengertian dan dorongan supaya dapat merubah tingkah laku komunikan, baik melalui bahasa yang mudah dipahami oleh komunikan ataupun melalui tatap muka, sehingga ada rasa keakraban atau kekeluargaan antara komunikator dan komunikan. Dari hal tersebut, organisasi yang sudah mulai ikut serta menangani program diajak dan mendalami lebih terperinci apa yang terjadi dan kepada mereka makin diberikepercayaan untuk ikut menangani program KB dalam lingkungannya sendiri. Para akseptor mulai diajak untuk memilih metode KB yang lebih dapat diandalkan dan tujuan KB makin diperluas untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan mengikut sertakan para akseptor itu sendiri untuk menjadi sumber daya manusia, menjadi petugas sukarela, untuk lingkungannya sendiri. Mulai dikenalkan program-program pos KB, posyandu, kegiatan peningkatan pendapatan keluarga, pembinaan anak-anak dan lain sebagainya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan yang ada tersebut ke dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul: Pengaruh Komunikasi Persuasif Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) Dalam Peningkatan Peserta Keluarga Berencana (KB) Di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi Tahun 2007.
5
Karena di Kecamatan Bantar Gebang meningkatnya jumlah penduduk sangat signifikan, dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan yang lainnya di Kota Bekasi. Alasannya karena masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap program KB yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana, oleh karena itu ini menjadi pokok permasalahan yang harus dikaji dalam karya ilmiah ini. 1.
Untuk mengetahui peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan di Kecamatan Bantar Gebang tahun 2005, maka sebagai perbandingan ialah Kecamatan Jatisempurna seperti pada tabel di bawah ini : Tabel : 1.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Jatisempurna, Kota Bekasi Tahun 2005
No 1 2 3 4 5
Kelurahan Jatisempurna Jatikarya Jatiranggon Jatirangga Jatiraden Jumlah
Jumlah penduduk Laki-laki Perempuan 10,688 9,873 3,078 3,409 8,352 8,619 5,288 5,491 5,232 5,220 32,638 32,612
Jumlah 20,561 6,487 16,971 10,779 10,452 65,250
Tabel : 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi Tahun 2005 No
Kelurahan
1 2 3 4
Bantar Gebang Cikiwul Ciketing Udik Sumur Batu Jumlah
Laki-Laki 12,704 9,024 8,695 3,994 34,417
Jumlah Penduduk Perempuan 12,230 8,226 8,813 3,731 33,000
Jumlah 24,934 17,250 17,508 7,725 67,417
6
Hasil dari perbandingan peningkatan jumlah penduduk pada tabel di atas diketahui bahwa jumlah peningkatan penduduk terjadi pada Kecamatan Bantar Gebang. Dengan perbandingan tersebut selisih angka dari kedua kecamatan tersebut ialah ; 2,167 proposisi jumlah penduduk dikecamatan Mustikajaya lebih rendah dibandingkan dengan kecamatan Bantar Gebang. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2007 dari kecamatan Bantar Gebang dan Kecamatan Mustikajaya adalah seperti pada tabel di bawah ini : Tabel : 1.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi Tahun 2007 No
Kelurahan
1 2 3 4 Jumlah
Bantar Gebang Cikiwul Ciketing Udik Sumur Batu
Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan 12,756 12,307 9,186 8,473 8,579 8,684 4,119 3,622 34,640s 33,086
Jumlah 25,063 17,659 17,263 7,741 67,726
Tabel : 1.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Jatisempurna, Kota Bekasi Tahun 2007 No 1 2 3 4 5
Kelurahan Jatisempurna Jatikarya Jatiranggon Jatirangga Jatiraden Jumlah
Laki-laki 10,724 3,113 8,375 5,318 5,263 32,793
Jumlah penduduk Perempuan 9,912 3,437 8,649 5,511 5,245 32,754
Jumlah 20,656 6,550 17,024 10,829 10,508 65,547
7
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa frekwensi atau peningkatan jumlah penduduk di kedua Kecamatan yakni Bantar Gebang dan Kecamatan Jatisempurna pada tahun 2007, Kecamatan Bantar Gebang dari jumlah peningkatan
penduduknya
mengalami
kenaikan
pada
tahun
2007,
dibandingkan dengan kecamatan jatisempurna. 2.
Hubungan Pengaruh Variabel (X) dalam Mempengaruhi Variabel (Y) a.
Tingkah
laku
yang
ditunjukkan
oleh
pelaksana
dalam
mempengaruhi obyek dan atau peserta (audiance) dapat dinilai pelaksanaannya sudah menunjukkan keseriusan pelaksana dalam mengajak dan mempengaruhi peserta Pasangan Usia Subur (PUS). Dilihat dari semakin kompleksnya peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Bantar Gebang dari tahun 2005 s/d 2007 tidak sedikit masyarakat atau PUS yang sudah melakukan dari yang disampaikan pelaksana tentang mengikuti program KB, dan dengan hasil kehidupan rumah tangga mereka (PUS) dapat berjalan dengan lestari. b.
Besarnya antusiasme atau keinginan peserta (audiance) yakni (PUS) dalam menerima informasi yang disampaikan oleh pelaksana (PLKB) sebagaimana setiap tahapan yang disampaikan oleh PLKB dicermati dan dipahami dengan seksama oleh peserta (PUS), karena pentingnya membina sebuah keluarga yang harmonis, dan lestari ialah didasarkan pada bagaimana PUS menyiapkan diri sedini mungkin berguna untuk kelangsungan
8
kehidupan dimasa yang akan datang yakni dengan bersungguhsungguh menjalankan setiap informasi yang diperoleh dari PLKB, hal ini sebagai tolak ukur sebagaimana dengan slogan yang sudah umum yaitu ”Dua Anak Cukup”. Jadi antusiasme PUS dapat dinilai sudah cukup tinggi dalam menerima atau memproses informasi yang disampaikan oleh pelaksana (PLKB). B.
Rumusan Masalah Adakah pengaruh komunikasi persuasif Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) terhadap minat Pasangan Usia Subur (PUS) untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi Tahun 2007 ?
C.
Tujuan dan Manfaat 1.
Tujuan Penelitian a.
Tujuan Operasianal Untuk mengetahui secara jelas fungsi komunikasi persuasif yang dijalankan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan bagaimana pengaruhnya di Kecamatan Bantar Gebang terhadap peningkatan Pasangan Usia Subur (PUS) untuk ber-KB.
b.
Tujuan Fungsional Untuk
memberikan
sumbangan
pemikiran
bagi
Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di Kecamatan Bantar
9
Gebang dalam melakukan komunikasi dengan masyarakat Pasangan Usia Subur (PUS) untuk ber-KB. 2.
Manfaat a.
Secara Praktis Sebagai Sumbangan pemikiran bagi praktisi-praktisi humas dan Petugas Lapangan sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan melalui komunikasi yang persuasif dalam rangka membujuk masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pemerintah.
D.
Kerangka Dasar Teori Kerangka dasar teori merupakan bagian yang terdiri dari uraian yang menjelaskan variabel-variabel dan hubungan-hubungan antar variabel berdasarkan konsep definisi tertentu. Dan dalam bagian ini dikemukakan teori yang menjadi acuan bagi peneliti yang akan dilakukan. Menurut Soffyan Effendi, teori adalah unsur penelitian yang paling besar perannya bagi penelitian, karena dalam unsur inilah peneliti mencoba menerangkan fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya.2 F.N Kerlinger mengemukakan bahwa teori adalah serangkaian asumsi konsep dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.
2
Sofyan Effendi dan Masiri Singarimbun , Metode Penelitian Survey, LP3S, Jakarta, 1989, hal 37
10
1. Komunikasi Persuasif (X) Komunikasi persuasif yakni proses tingkah laku yang dilakukan oleh pelaksana untuk mengikat dan mempengaruhi peserta (audiance) secara langsung, dan bagaimana sikap peserta dalam memproses sebuah informasi yang disampaikan oleh pelaksana. Jadi pada dasarnya komunikasi persuasif ialah proses penyampaian pesan dan atau informasi kepada peserta (audiance) dengan mempertunjukkan tingkah laku agar peserta dapat dipengaruhi dan meyakini dari yang disampaikan pelaksana. Dalam komuikasi
persuasif
sebagaimana
fungsi
yang
dilakukan
ialah
mempengaruhi suatu obyek maupun sasaran yang akan ditinjau. Maka komunikasi
persuasif
sebuah
proses
dimana
seseorang
berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.3 Komunikasi persuasif sebagai salah satu jenis komunikasi diantara komunikasi yang lainnya, komunikasi persuasif ini ialah untuk mengetahui seberapa tingginya pengaruh yang disampaikan dalam merubah perilaku manusia dalam menerima isi pesan yang terdapat dalam sebuah komunikasi persuasif. Selain itu juga komunikasi persuasif dapat digambarkan dalam berbagai macam model pelaksanaannya. Model komunikasi persuasif dibuat untuk membantu dalam memberi pengaruh kepada obyek dan atau sasaran tentang isi pesan yang akan dan sudah disampaikan.
3
A.W Widjaya, Ilmu Komunikasi I, Pengantar Rineka Cipta Jakarta, 2000, hal 13
11
2. Peningkatan Peserta KB (Y) Pada
umumnya
Peserta
KB
(Keluarga
Berencana)
yakni
diperuntukkan bagi mereka yang sudah memiliki ikatan sah, dalam pengertian yakni pasangan suami istri. Dari penyelenggaraan program KB (Keluarga
Berencana)
bertujuan
untuk
meminimalisir
semakin
meningkatnya angka kelahiran. Maka dengan metode penyampaian pesan melalui komunikasi persuasif yang dilakukan oleh PLKB diharapkan dapat membantu mengurangi meningkatnya angka kelahiran yang sedang berlangsung. Maka dalam rangka ikut serta membangun bangsa melalui peningkatan program KB, peningkatan program tersebut PLKB bersama jajarannya dengan mengunakan beragam strategi dan atau cara untuk mempengaruhi minat dari obyek maupun sasaran yaitu Pasangan Usia Subur (PUS), supaya dapat memahami dan dapat dimengerti dari yang telah disampaikan PLKB melalui kounikasi dalam bentuk pesan yang berisi ajakan maupun bujukan agar obyek yang dimaksud dapat dipengaruhi dalam membentuk dan atau membina keluarga yang lestari. Peningkatan peserta KB dengan menggunakan beragam metode, langkah penyampaian pesan melalui komunikasi persuasif merupakan landasan atau dasar utama dalam mewujudkan peningkatan peserta KB menjadi nyata. 3. Hubungan antara Variabel (X) terhadap Variabel (Y) Korelasi atau hubungan antara variabel (X) mempengaruhi, dan variabel (Y) dipengaruhi, dari kedua variabel tersebut dimana variabel (X) yaitu komunikasi persuasif yang dilakukan oleh PLKB terhadap peserta KB
12
yakni Pasangan Usia Subur (PUS) dalam mengajak atau membujuk untuk dapat melaksanakan program-program KB, dalam rangka membangun bangsa melalui mengurangi angka kelahiran, yaitu mengikuti setiap intruksi maupun pesan yang disampaikan oleh PLKB. Sedangkan variabel (Y) yakni obyek yang dipengaruhi ialah peserta KB yang dimaksud Pasangan Usia Subur (PUS), peserta KB merupakan individu maupun kelompok yang diberikan penjelasan atau pemahaman oleh PLKB tentang program KB. Namun terkadang yang disampaikan oleh PLKB belum tentu dapat diterima sepenuhnya oleh peserta KB. Maka tugas PLKB dalam meyakinkan setiap peserta
KB
membutuhkan
beragam
cara
dan
kesabaran
dalam
menyampaikan pesan terhadap peserta KB. Jadi hubungan yang dimaksud antara kedua variabel tersebut sudah berkesinambungan (sinkron) dalam pengertian bahwa yang disampaikan PLKB dalam bentuk komunikasi persuasif sudah dapat diterima atau sudah berlangsung cukup baik. Berdasarkan pada pengertian teori tersebut maka kerangka teori ini akan dikemukakan dan dibahas beberapa konsep, serta definisi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. 1. Komunikasi Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari komuikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Jadi komunikasi yaitu proses dimana seseorang berusaha memberikan
13
pengertian dengan cara pemindahan pesan.4 Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari
perilaku
manusia
dalam
berkomunikasi,
juga
dapat
digambarkan dalam berbagai macam model. Model komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi, dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia. Model komunikasi yang dibuat untuk memudahkan pemahaman terhadap proses komunikasi, tetapi para pakar komunikasi sendiri mengakui bahwa tidak ada satupun model komunikasi yang paling sempurna, melainkan saling isi mengisi sama lainnya. Ada tiga model komunikasi yang perlu diketahui dalam memahami komunikasi antar manusia, yaitu : a. Model analisis dasar komunikasi Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi yabg dikembangkan sejak Aristoteles, kemudian Lasswell hingga Shannon dan Weaver. b. Model proses komunikasi Salah satu model yang banyak digunakan untuk menggambarkan proses komunikasi adalah model sirkular yang dibuat oleh Osgood bersama Schram (1954). Dalam model komunikasi matematika Shannon dan Weaver melihat proses komunikasi berakhir setelah tiba pada tujuan (destination), maka dalam proses itu berlangsung secara terus-menerus (simultan). Pelaku komunikasi baik sumber
4
A.W Widjaya, Ilmu Komunikasi I, Pengantar Rineka Cipta Jakarta, 2000, hal 13
14
maupun penerima dalam model ini mempunyai kedudukan yang sama. Karena itu proses komunikasi dapat dimulai dan berakhir di mana dan kapan saja. c. Dan Model komunikasi partisipasi Model ini muncul setelah melihat berbagai kelemahan model komunikasi satu arah yang telah mendominasi berbagai riset komunikasi sebelumnya. Komunikasi sebagai suatu proses yang memusat menuju ke arah pengertian bersama, menurut Kincaid dapat dicapai meski kebersamaan pengertian pada suatu obyek atau pesan tidak pernah sempurna secara penuh. Komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Dalam komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok pengaruh dapat diamati secara langsung. Dan dalam komunikasi massa, pengaruh tidak begitu mudah diketahui, sebab selain sifat massa terbesar, juga sulit dimonitor pada tingkat mana pengruh itu terjadi. Komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat
15
terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Komunikasi lewat ilmu politik menyebut tiga (3) fungsi dasar yang menjadi penyebab, mengapa manusia perlu berkomunikasi: 1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Bahwa melalui komunikasi manusia dapat mengembangkan pengetahuannya yakni belajar dari pengalamannya, maupun melalui informasi yang mereka terima dari lingkungan sekitarnya. 2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam lingkungannya seperti ini diperlikan penyusaian, agar manusia dapat hidup dalam suasana yang harmonis. 3. Upaya
untuk
melakukan
trasformasi
warisan
sosial.
Suatu
masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka anggota masyarakatnya dituntut untuk melakukan pertukaran nilai, perilaku dan peranan. Ketiga fungsi ini menjadi patokan dasar bagi setiap individu dalam berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. Jadi komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia,
baik
sebagai
individu
maupun
sebagai
anggota
masyarakat.komunikasi diperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulan antar manusia, sebab berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam masyarakat.
16
2. Jenis komunikasi - Komunikasi persuasif . - Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif, ada teknikteknik yang dapat dipilih :5 a. Teknik Assosiasi b. Teknik Integrasi c. Teknik Ganjaran d. Teknik Tataan e. Teknik Red-herring 3. Kebijakan KB (Keluarga Berencana) Dalam proses ini pemerintah bersama rakyat sedang melaksanakan segala upaya guna memperbaiki tarap hidup untuk kesejahteraan rakyat, untuk mencapai hal tersebut tidaklah lepas dari berbagai masalahmasalah maupun kesulitan yang dihadapi seperti pertambahan penduduk yang sangat tinggi dan cepat yang sudah tidak seimbang lagi dengan peningkatan hasil produksi maka pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengurangi peningkatan jumlah penduduk maupun angka kelahiran, yakni : a. Dengan pelaksanaan kebijakan bagi pasangan suami istri harus menggunakan alat kontrasepsi. b. PUS (Pasangan Usia Subur) peduli terhadap KB.
5
Effendi, (1986 : 23)
17
c. Pengaruh PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) dalam mengajak masyasrakat untuk ber-KB. d. Penyuluhan
kesetiap
daerah
terpencil
dalam
upaya
mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya mengikuti program KB. 4. PUS (Pasangan Usia Subur) Dalam penyelenggaraan program KB bagi PUS (Pasangan Usia Subur) kirannya dapat melaksanakan setiap informasi yang telah disampaikan oleh PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) sedini mungkin. 5. Proses KB a. Keluarga Berencana adalah : Suatu usaha langsung yang ditujukan untuk menurunkan tingkat kelahiran, melalui penggunaan alat kontrasepsi yang berkelanjutan. Proses penyelenggaraan KB di Indonesia meliputi : 1. Merencanakan. 2. Mengarahkan. 3. Membimbing. 4. Mengadakan Evaluasi. Adapun pembangunan keluarga sejahtera merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga dalam
18
mengantisipasi setiap pengaruh negatif yang mengancam keutuhan keluarga sebagai unit terkecil yang paling utama dalam masyarakat.6 Tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri yaitu untuk : 1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu. 2. Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. 3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan . 4. mengatur interval diantara kehamilan. 5. mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. 6. menentukan jumlah anak dalam keluarga. Secara garis besar uraian ini mencakup beberapa komponen KB (Keluarga Berencana) yang dapat diberikan sebagai berikut :7 1. Komunikasi, informasi dan edukasi. 2. Konseling. 3. Pelayanan kontrasepsi. 4. Pelayanan infertilitas. 5. Pendidikan sex. 6. Konsultan pra-perkawinan dan konsultan perkawinan. 7. Konsultan genetik. 8. Test keganasan. 9. Adopsi. 6 7
, Hanafi hartanto, “Keluarga Berencana dan Kontrasepsi” Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994 Ibid. hal. 13.
19
b. Indikator-indikator : a. Jangka pendek adalah untuk menurunkan angka kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi yang berkelanjutan. b. Jangka panjang adalah untuk terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia Dan Sejahtera (NKKBS). Tujuan Keluarga Berencana (KB) yaitu mewujudkan Keluarga Kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS). Untuk mencapai tujuan tersebut, penggarapan Program Nasional KB diarahkan pada dua bentuk sasaran : a. Sasaran Langsung Yaitu Pasangan Usia Subur (PUS) (15-49), dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta Keluarga Berencana (KB) yang aktif lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan. b. Sasaran Tidak Langsung Yaitu
organisasi-organisasi,
lembaga-lembaga
kemasyarakata,
instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS. 6. Peserta KB (Keluarga Berencana) Dalam upaya mengurangi jumlah kepadatan penduduk yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, maka seluruh elemen masyarakat dapat mengikuti setiap himbauan dari pemerintah yaitu dalam bentuk kebijakan tentang pentingnya mengikuti program KB. Dengan hasil
20
pemerintah dapat mengelola SDM dengan sebaik-baiknya, dan masyarakat dapat hidup sejahtera dan lestari. E.
Hipotesis Dalam
rangkaian
pembuatan
karya
ilmiah
(skripsi)
agar
mendapatkan suatu kebenaran dalam pembahasannya, maka harus menggunakan standar metode ilmiah. Salah satu tahapan metode ilmiah adalah sebelum hasil pembahasan diakui kebenarannya, harus ada hipotesis Hipotesis adalah dengan ligis sebagai kemungkinan pemecahan masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji ternyata fakta-fakta atau kenyataan-kenyataannya sesuai dengan dugaan, generalisasi atau rumusan kesimpulan yang bersifat tentatif (sementara) yang hanya akan berlaku sesudah atau setelah diuji terbukti kebenarannya.8
8
Hadari Nawawi ( 1982 : 161 )
21
Gambar : 1.1 VARIABEL (X) dan (Y) Variabel X
Variabel Y
Komunikasi Persuasif yang
Peningkatan Peserta KB
dilakukan oleh PLKB
1. Perencana
kegiatan
dalam
komunikasi persuasif.
melakukan pesan. 2. Isi pesan yang dilakukan dapat
dimengerti
oleh
ber-KB. PUS
terhadap
peserta KB.
3. Kredibilitas PLKB. pesan
2. Timbulanya kesadaran untuk
3. Kelestarian
PUS/komunikan.
4. Manfaat
1. Ketertarikan PUS terhadap
terhadap
perubahan prilaku PUS untuk ber-KB.
Pada gambar : 1.1 di atas, terdapat kejelasan dari kedua variabel (X) dan variabel (Y) yaitu Bahwa Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) berisikan pesan yang dapat mempengaruhi dan dimengerti oleh responden dan atau obyek yakni PUS (Pasangan Usia Subur). Dan Ketertarikan peserta KB (Keluarga Berencana) dari penyampaian komunikasi persuasif yang berisikan pesan yang dilakukan oleh PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) dalam mempengaruhi minat PUS (Pasangan Usia Subur).
22
F.
Definisi Konsepsional Defenisi konsepsional adalah generialisasi dari kelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep ini merupakan penelitian yang penting serta merupakan defenisi untuk menggambarkan secara abstrak dari suatu fenomena sosial ataupun alam.9 1. Komunikasi Persuasif Komunikasi Persuasif adalah : Proses mengajak, membujuk dan atau mempengaruhi seseorang secara langsung dalam bentuk individu maupun kelompok, dengan penyampaian pesan dalam bentuk informasi melalui tingkah laku seorang pelaksana dengan tujuan meyakinkan kepercayaan penerima pesan agar tertarik dan mengikuti beragam informasi yang disampaikan pelaksana. Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah dan menetralkan opini yang belum terbentuk atau masih bersifat laten atau serta untuk menjaga opini dengan cara mengubah opini tersebut. Strategis persuasif yang baik tidak dapat dikembangkan sampai seseorang mengetahui, apakah sikap tertentu yang dilakukan oleh seorang penerima pesan, membantu penyusaian, pertahan ego, atau sebuah fungsi pengetahuan, misalnya ; tidak akan dipersuasif oleh argumen yang menghubungkan adaptasi. Model obyek persuasif boleh jadi berupa kepercayaan, orang, tindakan, dan lain-lain. Tujuan mungkin untuk menyakinkan para pendengar anda tentang rencana
9
Sofyan Effendi, Masiri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, LP3S Jakarta, 1989 hal, 37
23
produksi baru, atau untuk menjamin suara dalam meyakinkan masyarakat. Bagaimana tujuan tersebut, mesti membentuk di dalam pikiran pendengar, hubungan-hubungan antara tujuan dengan faktor-faktor motivasi pendengar (tujuan, kebutuhan, dan nilai). Serta sasaran dari komunikasi persuasif yakni ditujukan kepada Pasangan Usia Subur atau yang sering disebut PUS (Pasangan Usia Subur) yang dimaksud dengan PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya 17 tahun atau sudah menikah sampai dengan umur 49 tahun atau masih menstruasi. Dari komunikasi persuasif akan muncul sebagian dampak positif dari tindakan yang dilakukan oleh pelaksana, yakni dimana pelaksana mengoptimalkan daya dan upaya mereka dalam mempengaruhi obyeknya agar dapat mengikuti segala bentuk pesan yang disampaikan pelaksana dalam bentuk komunikasi persuasif, meskipun terdapat bermacam komunikasi dalam mempengaruhi obyek, seperti komunikasi massa, komunikasi organisasi, dan lain sebagainya, namun komunikasi persuasif ialah komunikasi yang tepat dalam mempengaruhi obyek yang sesuai dengan permasalahan dalam lingkungan sosial masyarakat, yaitu terkait dengan kegiatan program KB. Karena komunikasi persuasif merupakan komunikasi langsung yaitu komunikasi yang dilakukan secara beradapan langsung dengan obyek yang dimaksud. Maka metode komunikasi persuasif dapat memahami dan mengetahui kebutuhan atau keperluan obyek maupun sasaran, tanpa harus melalui tahapan-tahapan yang sulit dalam melakukan
24
penyampaian pesan. Adapun manfaat dari komunikasi persuasif ini ialah obyek akan dihadapkan langsung kepada pelaksana, dimana obyek yang dimaksud dapat langsung menyampaikan dan kemudian diberikan solusi dan jalan keluar terbaik dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh obyek. G.
Definisi Operasional Defenisi operasional adalah bahasa atau defenisi suatu variabel agar tidak ambiguous yaitu memiliki makna ganda atau tidak memasukkan indikatornya yang jelas.10 a. Langkah-langkah Komunikasi Persuasif : 1. Teknik Assosiasi Adalah
penyajian
pesan
komunikasi
dengan
cara
menumpangkan pada suatu obyek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. 2. Teknik Integrasi Adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. 3. Teknik Ganjaran Adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiginkan hal yang menguntungkan atau yang menjanjikan harapan.
10
Saifudin Anwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, 2001, hal 59
25
4. Teknik Tataan Sebagai terjemahan dari Icing adalah upaya menyusun pesan komuikasi sedemikian rupa, sehingga enak didengar atau dibaca serta termotivasi untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan tersebut. Teknik tataan atau icing technicque dalam kegiatan persuasif ialah seni sedemikian komunikan menjadi tertarik penataan pesan
dengan
imbauan
emosional
(Emotional
appeal)
sedemikian rupa sehingga sikomunikan menjadi tertarik perhatiannya. 5. Teknik Red-herring Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasif, teknik redherring adalah seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan
dalam
perdebatan
dengan
menggelakan
argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedkit demi sedikit keaspek yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. b. Indikator – Indikator Variabel (X) dan Variabel (Y) 1. Indikator Variabel (X) - Perencanaan dalam melakukan pesan - Isi pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh Pasangan Usia subur (PUS) / komunikan. - Kredibilitas Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
26
- Manfaat pesan terhadap perubahan prilaku Pasangan Usia subur (PUS) untuk ber-KB. 2. Indikator Variabel (Y) - Keikutsertaan Pasangan Usia subur (PUS) terhadap program KB. - Timbulnya kesadaran untuk ber-KB - Kelestarian Pasangan Usia subur (PUS) terhadap peserta KB. 3. Indikator Variabel (X) dan Variabel (Y) Dari kedua indikator variabel (X) dan variabel (Y) dapat diketahui bahwa : - Proses mempengaruhi yang dilakukan PLKB terhadap PUS sudah berjalan dengan baik - Penyampaian pesan yang dilakukan oleh PLKB dapat dipahami dan dimengerti oleh PUS. - Komunikasi persuasif yang dilakukan oleh PLKB bersifat mengajak dalam bentuk membangun bangsa dengan cara melaksanakan program KB yang telah dicanagkan pemerintah. - Tingkah laku PLKB bersahabat dan memberikan jalan keluar dan solusi terbaik kepada peserta KB yakni PUS. - PUS merasa puas dari pesan yang telah disampaikan oleh PLKB. - Peserta KB atau PUS dapat membangun keluarga yang lestari. - Peserta KB atau PUS selalu diberikan jalan keluar ketika mengalammi
kesulitan,
misalnya;
cara
menggunakan
alat
kontrasepsi dan lain sebagainya.
27
- Peran PLKB apabila peserta KB atau PUS kurang jelas dalam menerima menyampaikan informasi dan atau pesan maka PLKB akan menjelaskan kembali informasi yang disampaikan sampai peserta KB benar-benar paham dan jelas. - Dari informasi dan atau pesan yang disampaikan PLKB dapat menyadarkan peserta KB atau PUS akan pentingkan mengikuti program KB.
28
H.
Metode Penelitian -
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu Suatu
analisis
yang
menggunakan
rumusan
statistik
yang
menggunakan uraian-uraian atau penjelasan-penjelasan dalam bentuk angka, serta memperbandingkan variabel-variabel yang ada dengan operasional dilapangan. Dalam rangka kegiatan yang dilakukan oleh setiap insan manusia untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya dapat terpenuhi dengan baik, maka diperlukan metodemetode tertentu. Dalam hal ini diperlukan metode yang tersusun sistematika. Demikian pula yang dilakukan oleh setiap manusia. Sehingga penelitian dapat membantu pada penulisan dan dalam mengumpulkan data. Secara sederhana, metode dapat diartikan suatu cara, selanjutnya metodologi adalah sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu cara yang terencana dan teratur dalam berbuat.11
11
M. Nasir, (1983 : 21).
29
a.
Populasi dan Teknik Pengambilan Sample 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan konsumen atau calon konsumen untuk diselidiki. Untuk itu maka yang dijadikan populasi dalam penelitian skripsi ini adalah seluruh totalitas Pasangan Usia Subur yang menjadi peserta KB dan berdomisili di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi. Dalam penilitian ini populasi berjumlah : 780 orang.12 2. Sample Sample adalah sebagian dari populasi atau individu-individu yang dapat diselidiki atau dapat diartikan contoh ; responden atau wakil dari populasi yang cukup besar. Gambaran mengenai sample sebagai berikut : a. Jika populasinya kurang dari 100, maka sample diambil 50% dari populasi. b. Jika populasinya di atas 100 maka sample dapat diambil 5% dari seluruh populasi.13 Mengacu pendapat tersebut diatas, maka sampel diambil dalam skripsi
ini adalah sebesar 10% dengan menggunakan Teknik Freeding Sampling suatu teknik pengambilan sampelnya dengan langkah dari populasi dilakukan secara acak atau bebas, mengambil sample dari data yang sudah lengkap uraiannya maupun langsung pada unit sampling yang menjadi unsur populasi tersebut. berdasarkan besarnya populasi yang diambil dari jumlah 12 13
Sutrisno Hadi Kartono, (1986 : 70) Winarno Surachmad (1985 :100)
30
peserta KB tahun 2007, dan jumlah peserta KB dengan berdasarkan pemakaian kontrasepsi sebagaimana kontrasepsi dibawah ini : 14 1. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) antara lain : -
IUD (Intra Uterine Device) alat kontrasepsi dalam rahim
-
MOP (Medis Operasi Pria)
-
MOW ( Medis Operasi Wanita)
-
Implant (Susuk KB)
Kontrasepsi tersebut dikatakan efektif sebab dalam penggunaannya paling sedikit dalam kurun lima tahun kecuali MOP dan MOW (seumur hidup). 2. Metode Kontrasepsi Jangka Pendek (Non MKJP) antara lain : -
Suntik KB Suntikan diberikan mulai hari ke-3 sampai ke-5, setelah keguguran, atau pada lima (5) hari pertama haid.
-
Pil KB Pil yang sering digunakan adalah pil kombinasi. Minipil yang hanya mengandung dosis rendah yang biasanya diberikan pada ibu yang menyusui (hingga kira-kira 9 bulan setelah melahirkan).
-
Kondom Kondom adalah selaput karet yang dipasang pada penis selama hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet, berbentuk
14
Ibid. p. 4
31
silinder, dengan muaranya berpinggir tebal. Kondom juga membantu mencegah penularan Penyakit Menular Seksual (PMS), termaksud AIDS. Populasi sampling secara bertingkat yaitu 780. Dan Responden yang dijadikan sampel 10% X 780 adalah 78. Dari 78 kuesioner, diberikan kepada 78 responden, dengan jumlah tersebut diklasifikasikan kedalam empat kelurahan yaitu; Kelurahan Bantar Gebang, Cikiwul, Ciketing Udik, Dan Sumur Batu di Kecamatan Bantar Gebang, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
32
Tabel : 1.5 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan dan Kelompok Umur Kelurahan : Bantar Gebang < 20 th (3)
UMUR PUS 20 – 30 th (4)
30 th > (5)
SD tidak tamat
-
-
-
-
2
SD tamat
1
-
3
4
3
SMP tidak tamat
-
-
1
1
4
SMP tamat
1
2
2
5
5
SMA tidak tamat
-
2
-
2
6
SMA tamat
1
2
2
5
7
Akademi
-
-
-
-
8
Perg. Tinggi tidak tamat
-
-
-
-
9
Perg. Tinggi tamat
-
2
2
4
JUMLAH
3
8
10
21
No Urut (1)
Berdasarkan tingkat pendidikan (2)
1
Jumlah (6)
33
Tabel : 1.6 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan dan Kelompok Umur Kelurahan : Sumur Batu < 20 th (3)
UMUR PUS 20 – 30 th (4)
30 th > (5)
SD tidak tamat
-
-
-
-
2
SD tamat
1
-
4
5
3
SMP tidak tamat
-
-
1
1
4
SMP tamat
-
1
2
3
5
SMA tidak tamat
-
-
1
1
6
SMA tamat
-
3
2
5
7
Akademi
-
-
-
-
8
Perg. Tinggi tidak tamat
-
-
1
1
9
Perg. Tinggi tamat
-
3
-
3
JUMLAH
1
7
11
19
No Urut (1)
Berdasarkan tingkat pendidikan (2)
1
Jumlah (6)
34
Tabel : 1.7 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan dan Kelompok Umur Kelurahan : Ciketing Udik < 20 th (3)
UMUR PUS 20 – 30 th (4)
30 th > (5)
SD tidak tamat
-
-
-
-
2
SD tamat
1
1
2
4
3
SMP tidak tamat
-
1
1
2
4
SMP tamat
-
1
-
1
5
SMA tidak tamat
-
-
4
4
6
SMA tamat
1
2
1
4
7
Akademi
-
-
1
1
8
Perg. Tinggi tidak tamat
-
-
-
-
9
Perg. Tinggi tamat
-
1
2
3
JUMLAH
2
6
11
19
No Urut (1)
Berdasarkan tingkat pendidikan (2)
1
Jumlah (6)
35
Tabel : 1.8 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan dan Kelompok Umur Kelurahan : Cikiwul < 20 th (3)
UMUR PUS 20 – 30 th (4)
30 th > (5)
SD tidak tamat
-
-
-
-
2
SD tamat
1
1
2
4
3
SMP tidak tamat
-
-
1
1
4
SMP tamat
-
1
2
3
5
SMA tidak tamat
-
1
2
3
6
SMA tamat
-
1
3
4
7
Akademi
-
-
-
-
8
Perg. Tinggi tidak tamat
-
-
1
1
9
Perg. Tinggi tamat
-
1
2
3
JUMLAH
1
5
13
19
No Urut (1)
Berdasarkan tingkat pendidikan (2)
1
Jumlah (6)
36
Pengaruh Komunikasi Persuasif Yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Berencana (PLKB) pada Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap peningkatan peserta Keluarga berencana (KB) secara Nasional, dan di Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
37
Tabel : 1.9 Data Nasional KB (Keluarga Berencana) Tahun 2004 KELUARGA PASANGAN USIA SUBUR JUMLAH PESERTA KB JUMLAH PUS MENURUT UMUR ISTRI
MENURUT JALUR PELAYARAN
JUMLAH PUS Di Bawah 20 - 29 20 Tahun Tahun 32
33
30 Tahun Ke atas
Pemerintah
Swasta
Jumlah
35
36
37
38
34
JUMLAH PUS BUKAN PESERTA KB Tidak Hamil
Jumlah Peserta KB yang Implantnya akan Di cabut tahun ini
Hamil
Ingin Anak
Tidak Ingin Anak
39
40
41
42
8218
228
3614
4376
2817
3554
6371
94
183
854
810
11812
887
4584
6341
4344
5444
9788
54
160
48
1816
11172
480
4939
5753
5040
4085
9125
105
151
1324
572
5871
301
2304
3266
3371
913
4284
53
252
657
678
5972
242
2548
3182
2046
2644
4690
200
130
636
416
43045
2138
17989
22918
17618
16640
34258
506
976
3519
4292
HASIL PERTAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA
KS Tahap Pra Sejahtera
:M
KS Tahap III
:H
KS. Tahap I
:K
KS Tahap III Plus
:B
KS. Tahap II
:C
M* = Merah Alasan Ekonomi
M= Merah Bukan Alasan Ekonomi
43
Jumlah
K* = Kuning Alasan Ekonomi
K= Kuning Bukan Alasan Ekonomi
C= Cokelat
H= Hijau
B= Biru
44
45
46
47
48
49
398
558
1075
1997
4445
1350
45
9868
987
164
1671
2813
9469
1734
802
17297
386
26
669
137
8722
1611
99
11650
34
51
909
1486
2720
1726
386
7312
50
229
634
260
1411
1915
1821
429
6699
2034
1433
4548
7844
27271
8242
1761
52826
Sumber Data : BPS Pusat Tahun 2004
38
b.
Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh atau yang dihasilkan dalam penulisan skripsi ini diperoleh dalam melalui data sumber yaitu, sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun data primer yang diperoleh atau yang dihasilkan dengan melakukan teknik-teknik sebagai berikut, yaitu :15 1. Interview atau Wawancara, yang merupakan teknik dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para responden yang dijadikan sampel dalam penelitian skripsi ini, dimana pertanyaanpertanyaan
tersebut
merupakan
pertanyaan-pertanyaan
yang
terdapat dalam indikator variabel, serta pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah-masalah seputar Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan Komunikasi Persuasif serta pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan erat dengan Keluarga Berencana. 2. Kepustakaan, untuk memperkuat langkah-langkag hasil penelitian ini
penulis
menggunakan
teknik
kepustakaan
sehingga
mendapatkan data pendukung atau teori yang berdasarkan literaturliteratur yang berhubungan dengan skripsi tersebut. Sedangkan untuk data sekunder yaitu data yang berhubungan dengan skripsi tersebut yang tersedia pada tempat penelitian, dimana data tersebut berguna untuk mendukung keseluruhan
15
Sofyan Effendi dan Masiri Singarimbun , Metode Penelitian Survey, LP3S, Jakarta, 1989, hal 37
39
rangkaian penulisan skripsi ini. Data tersebut tersedia dalam bentuk dokumen-dokumen dan catatan-catatan resmi lainnya. 3. Angket, Metode angket merupakan teknik pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden. Dikemukakan sebagai berikut : “ Angket (quesioner) adalah teknik pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang dutujukan kepada responden untuk memperoleh jawaban “. Berdasarkan pada kutipan tersebut, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan angket adalah sejumlah daftar pertanyaan yang dipergunakan oleh seorang peneliti untuk melakukan pengumpulan data.16 Adapun pengumpulan alat ukur angket dalam penulisan skripsi ini akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang Pengaruh Komunikasi Persuasif yang Dilakukan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Pada Pasangan Usia Subur (PUS), Terhadap Peningkatan Peserta Keluarga Berencana (KB).
16
Menurut Sutrisno Hadi (1984:158)
40
c.
Teknik Analisis Data Setelah semua data yang didapat dikumpulkan untuk diolah, langkah selanjutnya adalah mengadakan analisis terhadap data tersebut didalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan analisis data sebagai berikut : 17 - Analisis Kuantitatif Adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari komunikasi persuasif yang dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) pada Pasangan Usia subur (PUS) untuk mengikuti program Keluarga Berencana. Analisis tersebut adalah suatu analisis yang menggunakan rumusan statistik, dalam hal ini penulis menggunakan rumus statistik Korelasi Product Moment, yaitu :
rxy =
17
n.ΣXY − (ΣX ).(ΣY)
[n.ΣX
2
][
− (ΣX ) . n.ΣY 2 − (ΣY ) 2
2
]
Saifudin Anwar, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, 2001, hal 59.
41
Keterangan: 1. rxy
= Hubungan antara variabel X dan variabel Y
2. n
= Jumlah Sampel
3. X
= Hasil penelitian skor angket variabel aktif (Pengaruh Komunikasi Persuasif)
4. Y2
= Hasil penelitian skor angket variabel terikat (Peserta KB)
5. X2
= Hasil kwadrat nilai variabel aktif
6. Y
= Hasil kwadrat nilai variabel Y.
7. XY
= Hasil perkalian skor angket variabel aktif dan variabel terikat. Sudjana, (1983 : 38).
Dari perhitungan di atas, kemudian akan dikonsultasikan kepada skala interpretasi nilai ˝r" untuk dapat mengetahui seberapa besarnya pengaruh antara Variabel bebas (X) dengan Variabel terikat (Y).
42