1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian, maka proses pengembangan perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.1 Gaya belajar merupakan kondisi dan karakteristik siswa dalam proses pembelajaran,.2 Dalam gaya belajar siswa itu sendiri dapat ditinjau bahwa sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh semangat yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran dan sebagainya. Sebaliknya siswa yang tergolong berkemampuan rendah ditandai dengan kurangnya semangat belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran termasuk menyelesaikan tugas dan lain sebagainya. Perbedaan seperti itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau
1
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008),
9. 2
Ibid., 169.
1
2
pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar.3 Sedangkan dalam kegiatan belajar, interaksi gaya belajar sebagai suatu hal yang sangat perlu diperhatikan karena hal ini menyangkut minat dan bakat siswa, kecenderungan gaya belajar maupun kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Setiap siswa memiliki pembawaan-pembawaan yang berbeda dan menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarga masing-masing
juga
berbeda-beda.4 Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pendidikan akan berhasil dengan baik apabila dalam proses kegiatan belajar mengajar terdapat penerapan gaya belajar yang baik pula. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa teori seringkali tidak sesuai dengan praktek atau pengaplikasiannya, sebagaimana yang terjadi di sekolah-sekolah, madrasah-madrasah maupun pondok-pondok pesantren. Dalam hal ini khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 2 Ponorogo, terdapat proses pembelajaran yang lebih mempertimbangkan pada kondisi dan karakteristik keintelektualan dan masing-masing gaya belajar siswa yang direalisasikan pada pembelajaran PAI. di SMK PGRI 2 Ponorogo, pembelajaran dilaksanakan menyesuaikan gaya belajar siswa dengan berpandangan pada kondisi dan karakteristik keintelektualan siswa. Proses Pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dalam pembelajaran sistem blok direalisasikan dengan pengelompokan jam
3
Ibid., 17-18. R. Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan kerja sama dengan PT. Rineka Cipta, 2003), 25. 4
3
pelajaran menjadi satu atau memberikan pelajaran dengan waktu yang dirutinkan.5 Pemusatan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu.6 Dari permasalahan di atas menurut peneliti masalah yang unik untuk diteliti karena proses pembelajaran yang lebih mempertimbangkan kondisi dan karakteristik keintelektualan siswa, pembelajaran lebih cenderung berjalan efektif dan kondusif sehingga mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Hal ini justru akan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam sebuah pendidikan. Dari hasil penjajakan awal pada tanggal 19 maret 2009 di SMK PGRI 2 Ponorogo, peneliti menemui pihak-pihak terkait dalam menyelesaikan masalah ini. Pihak-pihak tersebut di antaranya: Kepala sekolah yang menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan sekolah. Guru kelas berupaya menerapkan gaya belajar yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik keintelektualan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sesuai kurikulum berbasis KTSP.7 Sebagaimana yang diketahui juga bahwa segala sesuatu yang dihasilkan dalam proses pembelajaran di sekolah merupakan
5 Lihat Transkrip Observasi nomor: 01/O/19-III/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 6 http://jpnperak.edu.my/portal/modules.php?name=News&file=article&sid=34 7 Ibid.
4
persiapan dalam menghadapi tuntutan zaman dan masa depan. Dan lembaga pendidikan dituntut agar output yang dihasilkan mampu beriman dan bertakwa serta berilmu pengetahuan dan teknologi. Berangkat dari permasalahan tersebut penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dan selanjutnya hal tersebut dirumuskan dalam bentuk karya ilmiah. Berangkat dari latar belakang di atas maka dalam hal ini peneliti mengambil judul: IMPLEMENTASI SISTEM BLOK DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PAI DI SMK PGRI 2 PONOROGO.
B. Fokus Penelitian Fokus Penelitian ini adalah penerapan sistem blok yang meliputi: diterapkannya sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, hasil belajar siswa-siswi dengan penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah sistem blok diterapkan dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo ?
5
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo ? 3. Bagaimanakah hasil belajar siswa-siswi dengan penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo ?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan diterapkannya sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. 2. Untuk
mendiskripsikan
dan
menjelaskan
faktor
pendukung
dan
penghambat dalam penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo 3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil belajar siswa-siswi dengan penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sekurangkurangnya ada dua aspek yaitu: Secara Teoritis Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis dan sumbangan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang penerapan sistem blok Perspektif Gaya Kognitif dalam pembelajaran PAI.
6
Secara Praktis a. Sebagai masukan kepada lembaga khususnya SMK PGRI 2 Ponorogo untuk terus meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaannya. b. Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan guru-guru sekolah umum lainnya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang humanis dengan menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa disekolah. c. Sebagai model Kegiatan Pembelajaran Sistem Blok Pada Mata Pelajaran PAI yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik keintelektualan siswa d. Sebagai informasi kepada masyarakat bahwa telah terciptanya suasana humanis di sekolah dan untuk peningkatan peran serta selanjutnya.
F. Metodelogi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif
8
dengan karakteristik-karakteristik
sebagai berikut -
penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung dan peneliti sendiri merupakan instrumen kunci. Sedangan instrumen lain sebagai instrumen penunjang.
8
Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda Karya, 2000), 3.
7
-
penelitian kualitatif bersifat diskriptif. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata-kata dan gambar-gambar. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan dukungan fakta pada penyajian. Data ini mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen dan rekaman lainnya. Dan dalam memahami fenomena, peneliti berusaha melakukan analisis sekaya mungkin mendekati bentuk data yang telah direkam,
-
dalam penelitian kualitatif proses lebih dipentingkan dari pada hasil. Sesuai dengan latar yang bersifat alami, penelitian kualitatif lebih memperhatikan aktifitas-aktifitas nyata sehari-hari, prosedur-prosedur dan intraksi yang terjadi,
-
analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif,
-
maka merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif. 9 Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif
ini adalah studi kasus, yaitu suatu diskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat.
2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitianlah yang menemukan 9
Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education, An introduction to theori and Methods (Boston: Allyn and Bacon, 1982).
8
keseluruhan skenarionya.10 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi penelitian Dalam hal ini, peneliti mengambil lokasi di SMK PGRI 2 Ponorogo pada kelas X tahun ajaran 2008/ 2009, alasan pemilihan ini adalah karena sekolah ini adalah salah satu dari sekolahan yang menerapkan sistem blok dengan mengedapankan gaya belajar yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik perkembangan taraf keintelektualan siswa, ini yang membuat peneliti tertarik karena di sekolah lain belum tentu ada penerapan seperti ini bahkan di madrasah pun belum tentu ada. 4. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya untuk data tambahan dan data penunjang seperti dokumen dan lainnya.11 untuk itu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interiview) dan dokumentasi (document review).12 Teknik tersebut digunakan peneliti, karena fenomena akan dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila peneliti melakukan interaksi dengan subyek penelitian di mana fenomena tersebut berlangsung.
10
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 117. Lofland, Analzing Social Setting, A Guide to Qualitative Observation and Analysis (Belmont, Cal: Wadswoth Publishing Company, 1984), 47. 12 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantatif, Kualitatif, dan RD (Bandung: Al-Fabeta, 2005), 309. 11
9
a. Teknik Wawancara Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam,
artinya
peneliti
mengajukan
beberapa
pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dalam wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin. Adapun informan dalam penelitian ini adalah tiga informan, yang diambil secara purposive, yaitu: a. 1orang kepala sekolah b. 1orang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas X. c. 1orang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas X dan XI b. Teknik Observasi Ada
beberapa
alasan
mengapa
teknik
observasi
atau
pengamatan digunakan dalam penelitian ini. Pertama, pengamatan berdasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. 13 Dengan teknik ini, peneliti mengamati aktivitas-aktivitas sehari-hari obyek penelitian, karakteristik fisik situasi sosial dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan, jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini
13
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 153-154.
10
peneliti mulai dari observasi diskriptif (descriptive obeservations) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi di sana. Kemudian, setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus (focused observations). Dan akhirnya, setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi yang berulang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya
dengan
melakukan
observasi
selektif
(selective
observations). Sekalipun demikian, peneliti terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data. Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan, sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu di lapangan dia membuat "catatan", setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun "catatan lapangan".14 Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, "jantungnya adalah catatan lapangan". Catatan lapangan pada penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dan bagian
14
Ibid.
11
diskriptif tersebut berisi beberapa hal, di antaranya adalah gambaran diri fisik, rekontruksi dialog, diskriptif latar fisik, cacatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat. Format rekaman hasil observasi (pengamatan) 15 c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. “Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting, yaitu tidak dipersiapkan untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, dan sebagainya.16 Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, sebab pertama sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; kedua rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau, maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; ketiga rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteknya; keempat sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi. 15 16
Ibid., 156. Ibid., 161.
12
5. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuan dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya dalam
bentuk unit-unit.
Melakukan sintesa, menyusun dalam bentuk pola, memilih mana yang penting dan akan yang dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.17 Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan konsep yang diberikan Miles & Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan conclusion. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:18
Penyajian Data
Pengumpulan Data
Reduksi Data Kesimpulankesimpulan: Penarikan/verivikasi
17
Tim Penyusun, Modul Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: STAIN press, 2008), 54. Ibid., 54.
18
13
Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.19 6. Pengecekan Kredibilitas Data Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat.20 Dalam penelitian ini, uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif dilakukan dengan: a. Perpanjangan Keikutsertaan Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam mengumpulkan data. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Maka perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan terhadap data yang dikumpulkan. Maksud dan tujuan memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian ini adalah: 19 20
Ibid., 55. Moleong, Metodologi Penelitian kwalitatif, 175.
14
1) Dapat menguji ketidak benaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari responden dan selain itu dapat membangun kepercayaan subyek, 2) Dengan terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang , peneliti dapat mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data, pertama-tama dan yang paling penting adalah distorsi pribadi. b. Pengamatan yang Tekun Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, jadi kalau perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketentuan pengamatan menyediakan kedalaman. c. Triangulasi Teknik triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang bermanfaat penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.21 Dalam penelitian ini, dalam menggunakan teknik triangulasi dengan memanfaatkan sumber dan penyidik. Teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
21
Ibid., 178.
15
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal ini dapat dicapai peneliti dengan jalan: a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, d) Membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi dan orang pemerintahan. e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Teknik triangulasi dengan penyidik, artinya dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data 7. Tahapan Penelitian Tahap- tahap penelitian dalam penelitian ini ada 3 (tiga) tahapan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah:
16
1) Tahap pra lapangan, yang meliputi: penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. 2) Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. 3) Tahap analistis data meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data. 4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian.22
G. Sistematika Pembahasan Mensistematiskan suatu pembahasan dimaksudkan untuk memudahkan dan memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam penelitian ini. Untuk memudahkannya, penelitian ini dibagi dalam beberapa bab yang dilengkapi dengan bahasan-bahasan yang dipaparkan secara sistematis, yaitu: BAB I
: Merupakan pendahuluan yang berisi tentang: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : Merupakan landasan teoritik dan atau telaah pustaka. Landasan teoritik yang menjelaskan tentang penerapan sistem blok dalam
22
Ibid., 85-103.
17
pembelajaran PAI, pengertian gaya belajar , macam-macam gaya belajar, manfaat gaya belajar dan gaya kognitif. BAB III : Merupakan temuan penelitian yang berisi gambaran umum lokasi penelitian, penelitian meliputi sejarah singkat berdirinya dan pengembangan SMK PGRI 2 Ponorogo, Visi, misi dan tujuan SMK PGRI 2 Ponorogo, struktur organisasi SMK PGRI 2 Ponorogo, keadaan guru PAI dan siswa SMK PGRI 2 Ponorogo. Paparan data khusus meliputi: diterapkannya sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, hasil belajar siswa-siswi dengan penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. BAB VI :
Merupakan analisa data tentang diterapkannya sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo, hasil belajar siswa-siswi dengan penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
BAB V :
Merupakan penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian.
18
BAB II SISTEM BLOK DALAM PEMBELAJARAN PAI PERSPEKTIF GAYA KOGNITIF
A. Pengertian Sistem Blok Pada Pembelajaran PAI 1. Sistem Blok Sistem adalah susunan,23 satuan dari bagian-bagian yang saling bergantung.24 Blok adalah gulungan.25 Blok adalah gulungan atau kelompok.26 Menurut definisi di atas maka dapat diambil sebuah pengertian sistem blok adalah sebuah metode yang berupa kelompok-kelompok (Pengelompokan). Dalam pengertian pengelompokan jam pelajaran menjadi satu sesuai dengan mata pelajarannya. Kurikulum yang beroreientasi pada pencapaian kompetensi (KBK dan KTSP), memiliki perbedaan yang sangat mendasar dibandingkan kurikulum yang sebelumnya. Secara filosofis kurikulum ini lebih menekan pada tujuan untuk membentuk manusia yang memiliki kemampuan dasar (Competency Oriented) bukan manusia yang hanya menguasai bahan pelajaran (content oriented), seperti kurikulum yang sebelumnya. Secara psikologis kurikulum ini berorientasi pada pengembangan seluruh potensi
23
S. Wojo Asito, Kamus Bahasa Indonesia (Malang: Shinta Dharma, 1972), 281 Ys. Marjo, Kamus Terminologi Popular (Surabaya: Beringin Jaya, 1994), 20. 25 S. Wojo Asito, Kamus Bahasa Indonesia, 40. 26 Saliman Dan Sudarsono, Kamus Pendidikan, Pengajaran Dan Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 61. 24
18
19
yang dimiliki anak didik yang diakui setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda.27
B. Pembelajaran PAI 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Istilah “Pendidikan Islam” itu masih sering disamakan dengan istilah “Pendidikan Agama Islam“. Masih banyak orang menyangka pendidikan itu adalah pendidikan agama Islam. Walaupun sebenarnya berbeda, ini terjadi mungkin karena Islam adalah agama dan sering disebut “Agama Islam“. Jadi, menurut Ahmad Tafsir boleh saja “Pendidikan Islam “di sebut dengan “Pendidikan Agama Islam”.28 Keduanya istilah tersebut sering digunakan untuk maksud yang sama. Pembelajaran agama Islam di sekolah umum lebih tepat disebut “Pendidikan Agama Islam’. Namun sekali waktu disebut “Pendidikan Islam” tanpa penjelasan konseptual. Begitu pula dimadrasah dan pesantren istilah yang lebih tepat adalah pendidikan Islam, namun juga sering disebut “Pendidikan Agama Islam”. Di sekolah Islam itupun terdapat pembelajaran yang disebut “Pendidikan Agama Islam”.29 Menurut Ahmad Tafsir untuk memahami pengertian ini lebih jelas, pendidikan Islam itu dapat dibandingkan dengan “Pendidikan Barat”. Jika pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai Islam, 27
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, 81 Ahmad Tafsir Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam Di Indonesia (Bandung: Mimbar Pustaka Media Transformasi pengetahuan, 2004), 1 29 Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan (Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga, 2002), 55 28
20
maka pendidikan barat adalah pendidikan yang berdasarkan rasionalisme, yaitu pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan ajaran-ajaran rasionalisme yaitu paham dalam filsafat yang mengatakan bahwa kebenaran itu diperoleh dan diukur dengan akal. Dalam pemakaian seharihari “Pendidikan Rasionalis” disederhanakan menjadi “Pendidikan” saja. Analog dengan ini maka nantinya istilah “Pendidikan Islam” juga akan menjadi “Pendidikan” saja.30 Pendidikan agama Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma dan nilai-nilai Islam.31 Pengertian serupa juga dapat kita katakan bahwa Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga memahami, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengajarkan agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga memahami, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengajarkan agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan Hadits,
30 Ahmad Tafsir Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Mimbar Pustaka Media Transformasi pengetahuan, 2004), 2 31 Achmad, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanis-Teosentris, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004), 23
21
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. 2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan Islam pada dasarnya memiliki dua tujuan yang jelas, pertama bertujuan untuk membentuk manusia yang berakhlakul karimah dan kedua, bertujuan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia.32 Sementara itu pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia mempunyai dasar dan tujuan yang kuat. Adapun dasar dan tujuan tersebut adalah Pancasila pada sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan sebagai dasar UUD 1945 dalam BAB XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: a. Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa. b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masingdan
beribadah
menurut
agamanya
dan
kupercayaanya. Pasal 29 UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga negara Republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang di peluknya bahkan mengadakan kegiatan yang dapat
32
Ibid., 64
22
menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dangan demikian pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadah yang di yakininya diizinkan dan dijamin oleh negara.33 Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam itu ada empat:34 a. Tujuan Umum adalah yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran maupun cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan kebiasaan, dan pandagan. b. Tujuan Akhir. Pendidikan itu berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhir terdapat pada waktu hidup di dunia telah berakhir pula. Tujuan akhir yang berbentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat menyadari perubahan naik turun, bertambah, dan berkurang. Tujuan akhir pendidikan agama Islam dapat di fahami dalam firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 102. Kesimpulan bahwa tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah menjadikan anak didik sebagai muslim yang sejati, yaitu yang benar-benar beriman dan berakhlakul karimah dalam hidup di dunia sampai akhir hayatnya. c. Tujuan Sementara. Tujuan yang akan dicapai setelah anak didik di beri sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.35 33 34
Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Pelajar, 1997), 38 Zakiyah Darajat. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara.1996), 30
23
d. Tujuan operasional. Tujuan praktis yang dicapai melalui sejumlah kegiatan tertentu. Satu untuk kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Dalam pendidikan formal tujuan pendidikan ini disebut juga tujuan intruksional umum dan tujuan interuksional khusus (TIU dan TIK), tujuan intruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang d rencanakan dalam unit-unit kagiatan pengajaran.36
C. GAYA BELAJAR 1. Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar dapat diartikan suatu cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam memecahkan stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Tidak semua orang mengikuti cara yang sama masing-masing menunjukkan perbedaan.37 Gaya belajar merupakan kondisi dan karakteristik siswa dalam proses pembelajaran.38 Dalam gaya belajar siswa itu sendiri dapat ditinjau bahwa sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh semangat yang tinggi dalam belajar, perhatian dan 35
Ibid, .31 Ibid, .22 37 S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1982), 93-94. 38 Ibid., 169. 36
24
keseriusan dalam mengikuti pelajaran dan sebagainya. Sebaliknya siswa yang tergolong berkemampuan rendah ditandai dengan kurangnya semangat belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran termasuk menyelesaikan tugas dan lain sebagainya. Perbedaan seperti itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar.39 Sedangkan dalam kegiatan belajar, interaksi gaya belajar sebagai suatu hal yang sangat perlu diperhatikan karena hal ini merupakan menyangkut minat dan bakat siswa, kecenderungan gaya belajar maupun kemampuan dasar yang dimiliki siswa.40 1. Tipe Gaya Belajar Setiap anak mempunyai dan bekerja dengan model atau gaya belajarnya sendiri. Menurut David Kolb ada empat jenis tipe gaya belajar: a) Tipe Converger Tipe gaya belajar ini lebih mengutamakan AC dan AE. Anak yang memiliki tipe ini belajar melalui proses Konseptualisasi Abstrak (berpikir) dan Eksperimentasi (berbuat). Artinya, dengan kecenderungan ini gaya belajar peserta didik lebih didominasi oleh intelek
39
(pemikiran)
dan
perbuatan
mencoba-coba
(dengan
Ibid, 17-18. R. Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan kerja sama dengan PT. Rineka Cipta, 2003), 25. 40
25
pengalaman praktis). Dengan demikian peserta didik menghindari pengajaran yang semata-mata teoritis. Hal teoritis dan praktis harus berjalan seimbang. Gaya semacam ini umumnya mendominasi hidup teknokrat. b) Tipe Diverger Pada tipe diverger, lebih mengutamakan pada CE dan RO, anak belajar melalui Pengalaman-pengalaman Kongkret (perasaan) dan Observasi Reflektif (pengamatan). Dengan tipe ini peserta didik lebih didominasi oleh intuisi, perasaan, dan sensitivitas. Ia mengamati contoh yang didemonstrasikan oleh guru dan menyimak hal-hal yang erat kaitannya dengan emosi seperti keindahan gerak dan suasana. Banyak seniman memiliki kecenderungan belajar seperti ini c) Tipe Assimilator Anak bertipe assimilator ini lebih mengutamakan sifat AC dan RO, belajar melalui Konseptualisasi Abstrak (kuat dalam berpikir) dengan Observasi Reflektif (pengamatan). Peserta didik dengan gaya belajar ini cenderung bersifat teoritis, enggan berbuat. Ia berorientasi kepada buku-buku bacaan dan contoh-contoh. Dari situ ia membangun teori atau keyakinan gaya. Pada umumnya teorisi dan para filsuf (pemikir) berkembang dengan tipe belajar demikian.
26
d) Tipe Accomodator Pada tipe ini anak belajar melalui Pengalaman Kongkret (CE) dan Eksperimentasi Aktif (AE). Peserta didik dengan kecenderungan belajar ini lebih didominasi oleh situasi dan hal-hal praktis. Intuisi dan tindakan praktis sangat diutamakan. Ia tak merasakan perlunya teori-teori yang berorientasi kepada buku sumber saja. Baginya pengalaman dan perbuatan aktif di lapangan adalah guru yang terbaik.41 Hubungan antara keempat tipe itu dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Concrete Experience (CE) Accomodator
Diverger
Actif Experimentation (AE)
Reflektive Observation (RO)
Converger
Assimilator Abstract Conceptualization (AC)
Adanya empat gaya belajar ini tidak berarti bahwa manusia harus digolongkan secara permanen dalam masing-masing kategori. Belajar mengikuti keempat langkah itu, dari pengalaman kongkrit,
41
http://wijayalabs.wordpress.com/2008/06/23/pembelajaran-aktif-reflektif-dan-gayabelajar/, diakses pada tanggal 25 Desember 2008.
27
refleksi
atas
pengalaman
itu,
membentuk
konsep,
dan
menggunakannya dalam memperoleh pengalaman baru.42 Menurut model Kolb, model ini juga didasarkan atas psikologi Jung. Menurut model ini belajar berlangsung melalui 4 fase atau tahap. 1. Individu memperoleh pengalaman langsung yang kongkrit. 2. Kemudian ia mengembangkan observasinya dan memikirkan atau merefleksikannya. 3. Dari itu dibentuknya generalisasi dan abstraksi. 4. Implikasi yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikannya sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru. Jadi agar menjadi pelajar yang efektif ia harus mempunyai empat macam kemampuan, yakni : Kemampuan (1) Concrete Experience (CE)
Uraian
Pengutamaan
Pelajar melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru.
Feeling (Perasaan)
(2) Reflektive Observation (RO)
Pelajar mengobservasi dan merefleksi atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi. Pelajar menciptakan konsep(3) Abstract Conceptualization konsep yang mengintegrasikan (AC) observasinya menjasi teori yang sehat. (4) Active Pelajar menggunakan teori itu Experimentation untuk memecahkan masalah(AE) masalah dan mengambil keputusan.
42
Nasution, Berbagai Pendekatan, 114.
Watching (Mengamati)
Thingking (Berpikir)
Doing (Berbuat)
28
Dalam proses belajar menurut Kolb terdapat dua aspek atau dimensi, yakni pengalaman langsung yang kongkret (CE) pada suatu pihak dan konseptualisasi abstrak (AC) pada pihak lain. Dimensi kedua adalah: eksperimentasi aktif (AE) pada suatu pihak dan observasi reflektif (RO) pada pihak lain. Individu selalu mencari kemampuan belajar tertentu dalam situasi tertentu. Jadi individu itu dapat beralih dari perilaku (AE) menjadi pengamat (RO), dan dari keterlibatan langsung (CE) menjadi analisis Abstrak (AC).43
2. Manfaat Gaya Belajar bagi Pelajar dan Pendidik a) Manfaat Gaya Belajar bagi Pelajar Membantu pelajar mengenal pasti gaya pembelajaran yang bersesuaian dengan mereka seterusnya membantu mengenal pasti kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada gaya pembelajaran tersebut. Dengan mengetahui kekuatan yang terdapat dalam gaya pembelajaran
tertentu,
pelajar
dapat
membangunkan
gaya
pembelajaran yang bersesuaian dengan pembelajaran mereka. b) Manfaat Gaya Belajar bagi Guru dan Pendidik Gaya belajar pelajar dapat digunakan sebagai panduan oleh guru atau pendidik dalam merealisasikan pengajaran mereka selaras dengan gaya pembelajaran yang digunakan oleh pelajar. Guru atau pendidik dapat memahami gaya pembelajaran pelajar dan merancang
43
Nasution, Berbagai Pendekatan, 111-112
29
bahan mengajar dalam membentuk kurikulum bagi mewujudkan suasana pengajaran dan pembelajaran yang bersesuaian dengan gaya dan amalan belajar yang efektif. Hal ini membantu para guru dan pendidik mengenal pasti gaya pembelajaran yang diamalkan oleh pelajar.44
D. Gaya Kognitif 1. Pengertian Gaya Kognitif Segi
kognitif
adalah
kemampuan
intelektual
siswa
yang
ditampakkan dalam menyelesaikan soal-soal dan memecahkan berbagai soal yang membutuhkan pemikiran.45 Pembelajaran kognitif menerangkan pembelajaran sebagai perubahan dalam pengetahuan yang disimpan dalam memori. Menurut ahli psikologi kognitif, seseorang belajar melalui memberi perhatian atas sesuatu rangsangan. Misalnya, tiupan angin yang menyebabkan cabang pohon bergoyang secara mental seseorang akan membandingkannya dengan gambaran yang sama. Sebagaimana sepadan dengan stuktur kognitifnya yang lalu (memori). Dengan cara ini seseorang itu akan membentuk satu konsep baru yang berkenaan dengan gambaran baru dan menyimpannya dalam ingatan, bagaimana konsep itu sesuai dengan konsep yang lama. Perubahan dalam pengetahuan yang disimpan
44
Ibid., 115. W. James Popham dan Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, terj Amirul Hadi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), 27. 45
30
dalam memori akan membawa pelajar melakukan penemuan dan kepahaman tentang perkara yang dipelajari.46 Piaget memandang bahwa proses berfikir merupakan aktifitas dari fungsi intelektual, yaitu dari berfikir kongkrit menuju abtrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberi kemampuan baru yang sebelumnya tidak ada. 47 Berpikir merupakan proses dinamis, subyek di sini bersifat aktif dalam menghadapi hal-hal yang bersifat abstrak. Pada proses berpikir, subyek
membuat
hubungan
antara
obyek
dengan
bagian-bagian
pengetahuan yang sudah dimiliki, dalam wujud pengertian. Menurut Crow dan Crow ada 2 macam tipe berpikir, yaitu :48 1. Berpikir Reflektif Bila seorang individu ingin mencapai suatu tujuan tertentu dan tidak dapat dipecahkan dengan pola-pola tingkah laku yang biasa, maka individu tersebut akan mengorganisasikan pikiran-pikiranya melampaui kategori cara berpikir yang bisa dilakukan. Bila individu tersebut dapat menemukan cara-cara untuk memecahkan masalah atau hambatan yang ada dan akhirnya dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka terjadi proses mental berpikir reflektif.
46
Rasidah Binti Rashid, Hubungan Antara Gaya Pembelajaran Dengan Motivasi Dalam Kalangan Pelajar Di Sebuah Sekolah Menengah Luar Bandar, Sabah ( Tesis, Universiti Teknologi Malaysia , Sabah , 2007), 37. 47 Hamzah B.Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta Bumi aksara, 2006)11. 48 Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: UPP Universitas Negeri Yogyakarta, 1995), 8.
31
Proses mental berpikir reflektif tidak tergantung semata-mata pada pengetahuan yang ada pada masing-masing individu, karena dengan adanya perbedaan individu ada individu yang dapat memanfaatkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dan ada yang tidak. Jadi hakekat berpikir reflektif adalah kemampuan individu dalam menyeleksi pengetahuan yang pernah didapat ( yang relevan dengan tujuan masalah). Menurut Crow dan Crow, proses-proses mental yang menyertai dalam berpikir reflektif adalah sebagai berikut : a) Direction perhatian minat yang diarahkan pada tujuan. b) Interpretation Interpretasi terhadap hubungan-hubungan yang terdapat pada tujuan yang ingin dicapai. c) Selection
mengingat
kembali
dan
memilih
pengetahuan-
pengetahuan yang sudah diperoleh. d) “Insight” adanya pengertian individu tentang hubungan antara pengetahuan-pengetahuan dengan tujuan yang akan dicapai. e) “Creation” pembentukan pola-pola mental baru f)
“Criticsm” penilaian terhadap kesanggupan menyelesaikan permasalahan. Di samping Crow dan Crow, John Dewey mengemukakan
langkah-langkah berpikir reflektif :49
49
Ibid., 9.
32
a) Individu merasakan adanya problem b) Individu melokalisasi dan memberi batasan kesukaran pemahaman terhadap problem. c) Individu menemukan hubungan-hubungan dan memformulasikan hipotesis-hipotesis. d) Individu mengevaluasi hipotesis-hipotesis, diterima atau ditolak hipotesis tersebut. e) Individu menerapkan cara pemecahan persoalan, menerima atau menolak kesimpulan. 2. Berpikir Kreatif Di dalam berpikir kreatif, proses mental yang terjadi sama dengan bila menggunakan pola bepikir yang lain. Tugas utama mental dalam hal ini adalah menerima, mengingat, memberi analisis kritik dan mempergunakan hasilnya dalam pemecahan problem. Pada berpikir kreatif timbul pula ekspresi kreatif dan apresiasi. 50 Ada 3 tahap dalam berpikir kreatif : a) Persiapan Yang dimaksud tahap persiapan adalah masa pada saat bahan-bahan atau pengetahuan dikumpulkan dan disusun secara integral dan terus-menerus.
50
Ibid., 9.
33
b) Masa Inkubasi Tahap inkubasi adalah tahap pada saat kemungkinan besar aspek-aspek pernyataan yang kreatif bersifat samar-samar. c) Insight/ pemahaman. Tahap insight/ pemahaman adalah datangnya pemahaman yang bisa jadi sangat tiba-tiba. Sebagai hasil proses berpikir, individu tiba-tiba sadar kan hubungan-hubungan yang pada waktu pertama kali tidak diketahui, hingga individu menemukan pemahaman baru.51 Dalam Rumpun Psikologi Kognitif Gestalt, teori atau psikologi kognitif Gestalt, bersifat molar atau menekankan keseluruhan yang terpadu. 52 Prinsip
utama
psikologi
Gestalt
adalah
menekankan
keseluruhan atau keterpaduan, keseluruhan lebih dari jumlah bagian. Suatu keseluruhan yang membentuk suatu kesatuan yang bermakna. Menurut Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian pada bagian-bagian. Suatu keseluruhan terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai satu sama lain. Dalam belajar, siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lainya penangkapan makna hubungan inilah yang disebut memahami, mengerti atau insight.
51
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta : UPP Universitas Negeri Yogyakarta, 1995), 8-10. 52 Ibrahim, Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, 20.
34
Ada suatu hukum yang sangat terkenal dari teori Gestalt, yaitu hukum Pragnanz yang berarti teratur, seimbang atau harmonis. Belajar merupakan upaya mencari dan menemukan Pragnanz diperlukan adanya pemahaman atau insight. Menurut Ernest Hilgard ada enam ciri dari belajar yang mengandung pemahaman, yaitu:53 1) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar. 2) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan belajar yang lalu. 3) Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi. 4) Pemahaman didahului oleh usaha-uasaha coba-coba. 5) Belajar dengan pemahaman dapat diulangi. 6) Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain. Dalam pelaksanaan mengajar dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu-kesatuan. Ia memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan. Anak harus berusaha menemukan hubungan antar bagian, memperoleh insight agar ia dapat memahami keseluruhan situasi atau bahan tersebut. Teori kedua dari rumpun psikologi kognitif Gestalt adalah psikologi kognitif, teori ini lebih menekankan pada proses mengetahui (knowing), yaitu menemukan cara-cara ilmiah dalam mempelajari proses mental yang terlibat dalam upaya mencari dan menemukan
53
Ibid., 21.
35
pengetahuan.54 Psikologi kognitif mempunyai hubungan yang erat dengan Psikologi Gestalt sebab menekankan proses mental, terutama proses berpikir. Pemahaman atau insight juga merupakan proses berpikir, teori ini tidak mengabaikan perilaku, sebab perilaku merupakan indikator dari proses mental khususnya proses berpikir. Individu atau siswa mempunyai struktur mental atau organisasi mental (mental structure or mental organization), pengetahuan-pengetahuan yang telah
dimiliki dan rangsangan-rangsangan/ pengetahuan-
pengetahuan yang baru diterima, disatukan atau diorganisasikan dalam struktur mental tersebut. Salah satu bagian struktur mental adalah struktur kognitif. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak memiliki kemampuan
untuk
mencari,
menemukan,
dan
menggunakan
pengetahuan sendiri. Dalam proses belajar-mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, membuat interpretasi serta menarik kesimpulan.55 Pengajaran yang berdasarkan teori kognitif, menekankan proses belajar aktif, terutama aktif secara mental (melakukan proses mental atau proses berpikir), dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya. Berbagai bentuk metode belajar aktif seperti metode: pemecahan
54 55
Ibid., 22. Ibid., 23.
masalah, penelitian, pengamatan,
diskusi,
36
deduktif, induktif, dan lain-lain merupakan metode-metode yang khas dari teori ini. Menurut Bloom, dalam bukunya yang terkenal Taxsonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain, yakni: a. Domain Kognitif Domain
kognitif
adalah
tujuan
pendidikan
yang
berhubungan dengan kemampuan intelektual atau hubungan berpikir,
seperti
kemampuan
mengingat
dan
kemampuan
memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.56 Pengetahuan adalah tingkatan tujuan kognitif yang paling rendah. Tujuan ini berhubungan untuk mengingat informasi yang sudah dipelajarinya (recall). Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan
dengan
kemampuan
menjelaskan,
menerangkan,
menafsirkan atau kemempuan menangkap makna atau arti suatu konsep.
56
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, 125.
37
Penerapan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi lagi tingkatannya dibandingkan dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajari seperti teori, rumusrumus, dalil, hukum, konsep, ide kedalam situasi baru yang konkret. Analisis adalah kemempuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks yang hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat menguasai kemampuan memahami dan menerapkan, karena analisis berhubungan dengan kemampuan nalar. Sisntesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagianbagian kedalam suatu keseluruhan yang bermakna, separti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau analisis mampu menguraikan menjadi bagianbagian, maka sistesis adalah kemampuan menyatukan unsur atau bagian-bagian menjadi suatu yang utuh. Kemampuan analisis dan sintesis,
merupakan
kemampuan
dasar
untuk
mengembangkan atau menciptakan inovasi dan kreasi baru.
dapat
38
Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai pertimbangan dan ukuran-ukuran tertetu.57 Tiga tingkatan tujuan kognitif yang pertama adalah pengetahuan, pemahaman dan aplikasi, dikatakan tujuan kognitif tingkat rendah, sedangkan tiga tingkatan berikutnya yaitu analisis, sintesis dan evaluasi dikatakan tujuan kognitif tingkat tinggi. Dikatakan tujuan tingkat rendah karena tujuan kognitif ini hanya sebatas kemampuan untuk mengingat, mengungkapkan apa yang diingatnya serta menerapkannya sesuai dengan aturan-aturan tertentu yang sifatnya pasti, sedangkan tujuan kognitif tingkat tinggi seperti menganalisis dan menyintesis bukan hanya saja kemampuan mengingat, akan tetapi di dalamnya termasuk kemampuan berkreasi dan kemampuan mencipta. Oleh karenanya, tujuan ini sifatnya lebih kompleks dari hanya sekedar mengingat. Klasifikasi tujuan seperti yang telah diuraikan atas sifatnya berjenjang, artinya setiap tujuan yang ada merupakan prasyarat untuk tujuan berikutnya. Oleh sebab itu, tujuan yang berhubungan dengan pengetahuan atau kemampuan mengungkapkan merupakan
57
Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, 46.
39
tujuan yang paling rendah, sedangkan kemampuan mengevaluasi dalam aspek kognitif merupakan tujuan tertinggi. b. Domain Afektif dan Psikomotorik Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan yang berkelanjutan dari domain kognitif. Artinya dalam domain afektif seseorang akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.58 Sedangkan dalam domain psikomotorik meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Aspek ini sering berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan kepada gerakan-garakan atau keterampilan, misalnya seni lukis, musik, pendidikan jasmani, pendidikan agama yang berkaitan dengan bahasan tentang gerakan-gerakan tertentu, termasuk juga pelajaran bahasa.59 Belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari dapat dipahami dan di internalisasi dengan baik. Kesiapan afeksi harus dikembangkan dengan model pengembangan motivasi sedangkan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat perkembangan kognisi mereka.60 Masalah yang berhubungan dengan anak didik ini merupakan
obyek
yang
penting
dari
paedagogik.
Begitu
pentingnya faktor anak dalam pendidikan, sehingga ada aliran 58
Ibid, 128-130. Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran,125-130. 60 Made Pidarta, landasan kependidikan, (Jakarta : Rineka cipta, 1997), 226 59
40
pendidikan yang menempatkan anak sebagai pusat segala usaha pendidikan ( aliran child centered). Mengingat pendidikan itu merupakan bimbingan terhadap perkembangan anak didik dan agar bimbingan tersebut tidak bertentangan dengan kodrat anak, maka pendidik perlu memahami anak didik atau segala sesuatu tentang anak didik, baik anak didik pada umumnya maupun anak didik khusus di rumah, di sekolah dan di perkumpulan pemuda.61
61
Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan (Jakarta: Aksara Baru, 1982), 79.
41
BAB III IMPLEMENTASI SISTEM BLOK DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PAI DISMK PGRI 2 PONOROGO
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Sejarah Singkat SMK PGRI 2 Ponorogo SMK PGRI 2 ponorogo mempunyai latar belakang sejarah. Sejak Berdiri tahun 1984 dengan nama STM PGRI Ponorogo yang beralamat di SD Keniten I dan II dengan membuka jurusan : Mesin, Listrik dan Bangunan Dalam praktikum bekerjasama dengan ST Negeri Ponorogo (Sekarang SMP 5) kemudian pada tahun pelajaran 1987/ 1988 melaksanakan akreditasi menyandang status jenjang DIAKUI. Pada tahun 1989/1990 pindah ke ST Negeri kemudian Tahun 1990/1991 STM PGRI Ponorogo telah menempati gedung sendiri yang terletak di selatan pabrik Es SALJU BUANA Ponorogo. Dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar pagi dan siang hari sedang teori tetap dilaksanakan di ST Negeri Ponorogo. Tahun Pelajaran 1991/1992 menambah jurusan Otomitif yang menerima 5 kelas dan dalam kegiatan praktek bekerjasama dengan KLK (sekarang BLK-UKM Ponorogo) di Karanglo Lor. Tahun 1992 STM PGRI mendapat kepercayaan pemerintah mendapatkan HIBAH dari IPTN (INDUSTRI PESAWAT TERBANG NURTANIU) berupa mesin bor radial, mesin honing dan mesin bor
41
42
kolom, kemudian pada Tahun Pelajaran 1994/1995 STM PGRI berganti nama dengan SMK PGRI 2 Ponorogo, pada Tahun Pelajaran 1998/1999 SMK PGRI 2 Ponorogo telah memiliki 26 Ruang Teori, 1 Bengkel Otomotif, 1 Bengkel Permesinan, 1 Bengkel Kerja bangku/ kerja plat dan Las, serta 3 Bengkel Listrik, tahun ini pula SMK PGRI 2 Ponorogo mendapatkan kepercayaan mendapat bantuan imbal swadaya berupa bangunan bengkel mesin. Tahun 2000/2001 SMK PGRI PONOROGO telah terakreditasi dengan status DISAMAKAN. Tahun 2002/2003 mendapat bantuan peralatan praktek dari Austria dan Pada tahun 2005/2006 mendapat bantuan satu orang sukarelawan dari Korea, kemudian pada tahun 2006/2007 telah terakreditasi A, pada tahun 2008/2009 membuka Program Keahlian Teknik Komputer & Jaringan kemudian membuka Kelas Khusus “ Suzuki Class ”. Sekarang SMK PGRI 2 Ponorogo dipimpin oleh kepala sekolah yaitu Bapak. H.S. Pirngadi. Perjalanan kepemimpinannya telah membawa SMK PGRI 2 Ponorogo mengalami kemajuan, dan tidak terlepas dari dukungan dan partisipasi semua pihak, termasuk masyarakat Ponorogo.62 b. Letak Geografis Menurut catatan sejarah, SMK PGRI 2 Ponorogo mulai dari berdirinya hingga sekarang mengalami beberapa kali perpindahan. Adapun lokasi gedung SMK PGRI 2 Ponorogo terletak di sebelah utara 62
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 01/D/25-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
43
kota + 1,5 km dari poros kota Ponorogo, tepatnya di Jl. Soekarno Hatta, dibangun di atas lahan seluas 13.505 m 2 .63 c. Tujuan Dan Visi Misi Tujuan: Tujuan SMK PGRI 2 Ponorogo di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan keterserapan tamatan SMK 2. Meningkatkan kualitas tamatan SMK sesuai tuntutan dunia kerja (DU/DI) 3. Menyiapkan tamatan SMK yang mampu mengembangkan sikap profesional. 4. Menyiapkan tamatan SMK yang unggul dan kompetitif 5. Mewujudkan etos keja dan kualitas kinerja tenaga kependidikan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara konsisten Visi: Dalam waktu singkat tamatan sudah dapat terserap atau tersalurkan: 1. Dunia Usaha/ Dunia Industri 2. Perguruan Tinggi 3. Berwirausaha
63
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 02/D/25-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
44
Misi: Menyiapkan Tamatan : 1. Siap memasuki lapangan kerja dengan sikap profesional. 2. Siap berkompetensi dan memilih karir untuk mengembangkan diri. 3. Menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif. 4. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha/ dunia industri di masa sekarang maupun mendatang. 5. Mampu mengikuti perkembangan Imtaq dan Iptek di masa mendatang.64 d. Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi SMK PGRI 2 Ponorogo tahun 2009 adalah sebagai berikut :65 KEPALA SEKOLAH H. S Pirngadi. BA
BENDAHARA SEKOLAH 1 Ds. Widodo Sm Hk
WAKA KESISWAAN Drs. Suwito
WAKA HUMAS Suwandi. BA
WAKA KURIKULUM Drs. Abdul Rokim
KAPROG. Mesin Gunomo. S.Pd
KAPROG. Otomotif Wakhid Wijanarko.S.Pd
BP Endang Tri Astuti
BP Dra. Pratiknowati
KASUBAG TU Budiyono
GURU/WALI KELAS
64 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/25-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 65 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 03/D/25-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
45
e. Keadaan Guru SMK PGRI 2 Ponorogo Berdasarkan observasi yang dilakukan tentang keadaan guru di SMK PGRI 2 Ponorogo maka diperoleh daftar guru sebagaimana terlampir.66 f. Keadaan Siswa SMK PGRI 2 Ponorogo Keadaaan siswa-siswi SMK PGRI 2 Ponorogo pada tahun 2009 adalah sebagaimana terlampir.67 g. Sarana dan Prasarana SMK PGRI 2 Ponorogo Untuk mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, agar tujuan pendidikan tercapai sesuai yang di harapkan. Adapun sarana dan sarana adalah sebagaimana terlampir.68
B. Data khusus 1. Penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Penerapan sistem blok dalam Pembelajaran PAI menurut Bapak Pirngadi adalah suatu sistem pebelajaran
yang mana bahan ajarnya
diajarkan secara berturut-turut dalam satu minggu, dalam satu minggu ada 3 pertemuan di kelas yang sama. Dalam Sistem blok ini cenderung banyak didominasi dengan pemahaman materi, yakni siswa dituntut lebih
66
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 05/D/25-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 67 68
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 07/D/25-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
46
berkompeten dalam mengkaji materi.69 Sementara menurut Bapak Tantowi Mu’id sistem blok dalam Pebelajaran PAI disini adalah sistem pembelajaran yang mengacu pada aspek kognitif siswa, yang mana aspek tersebut dapat membawa siswa-siswi lebih dominan memahami materi dan berinteraksi dalam pembelajaran, karena dalam pembelajaran ada beberapa pertimbangan, yang mungkin bisa untuk dipertimbangkan dari segi siswa-siswi dalam memahami berbagai materi yang berkaitan dengan pendidikan agama islam.70 Menurut bapak Bpk. Zaenul Arifin proses sistem blok dalam pembelajaran PAI di sini, yakni pembelajaran yang menggunakan
nilai
keintelektualan
siswa-siswi,
di
mana
proses
pembelajaran berpedoman pada taraf keintelektualan masing-masing individu.71 Menurut Bapak Tantowi Mu’id sistem blok ini untuk mengetahui daya berpikir siswa-siswi dalam menanggapi berbagai materi, selain itu siswa dapat mengaplikasikan apa yang sudah di dapat dari penbelajaran PAI dan guru dapat memahami situasi, kondisi dan karakteristik dari siswa-siswi tersebut.72 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
69
Lihat Transkrip Wawancara nomor : hasil penelitian. 70 Lihat Transkrip Wawancara nomor : hasil penelitian 71 Lihat Transkrip Wawancara nomor : hasil penelitian 72 Lihat Transkrip Wawancara nomor : hasil penelitian
01/1-W/F-1/ 13-I/2010 dalam lampiran laporan 01/1-W/F-1/ 13-I/2010 dalam lampiran laporan 01/1-W/F-1/ 13-I/2010 dalam lampiran laporan 01/1-W/F-1/ 13-I/2010 dalam lampiran laporan
47
Menurut Bapak Zaenul Arifin faktor pendukung menerapkan sistem blok ini adalah banyak waktu untuk siswa dalam mengkaji materi karena semakin banyak waktu guru interaksi dengan siswa, siswa lebih cenderung aktif dalam pembelajaran dan lebih dominan dalam pemahaman materi dan mereka lebih fokus dalam merespon segala materi PAI dalam proses pembelajaran.73 Sedangkan faktor penghambat dalam menerapakan sistem blok ini adalah jumlah siswa yang terlalu banyak, dalam satu kelas di huni kurang lebih 45 anak, jadi pihak guru lebih ekstra dalam membagi waktu ketika penyampaian bahan ajar, selain itu, juga terdapatnya siswa yang pasif dalam merespon materi. Mereka cenderung tidak kuat dalam pemahaman materi, mereka cenderung kesulitan dalam mengolah materi-materi yang diperoleh dalam proses pembelajaran PAI tersebut.74 Dalam meminimalisir hambatan sistem blok ini guru mengusahakan pembelajaran yang lebih baik lagi dalam penyampaian bahan ajar.75 3. hasil belajar siswa-siswi dengan penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Kami lihat realitanya proses pembelajaran berjalan lebih dominan dan hasilnya baik, hal ini mendominasi pembelajaran karena adanya penyampaian bahan ajar secara berurutan dalam kurun waktu satu minggu,
73
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 03/2-W/F-2/ 14-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian 74 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 03/2-W/F-2/ 14-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian 75 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 03/2-W/F-2/ 14-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian
48
hal seperti ini dapa dijadikan sebagai tolak ukur terhadap taraf keintelektualan mereka masing-masing, agar mereka lebih mengetahui di mana letak kekurangan mereka tersebut.76 Setelah kami menerapkan sistem blok yang mengacu pada taraf keintelektualan masing-masing siswa, banyak kemajuan yang kami peroleh terutama banyak siswa yang lebih paham terhadap materi-materi PAI yang kami ajarkan, dan tidak hanya mengacu pada taraf kognitif saja, melainkan juga berpengaruh pada segi sikap dan keterampilan mereka yang kami nilai hasilnya cukup baik.77
76 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 05/3-W/F-3/ 15-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian 77 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 05/3-W/F-3/ 15-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian
49
BAB IV STUDI ANALISIS PEMBELAJARAN SISTEM BLOK DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN PAI DI SMK PGRI 2 PONOROGO PERSPEKTIF GAYA KOGNITIF
A. Analisa tentang Penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Sistem blok suatu sistem pebelajaran
yang mana bahan ajarnya
diajarkan secara berturut-turut dalam satu minggu, Dalam Sistem blok ini cenderung banyak didominasi dengan pemahaman materi, yakni siswa dituntut lebih berkompeten dalam mengkaji.78 Menurut definisi di atas maka dapat diambil sebuah pengertian sistem blok
adalah
sebuah
metode
yang
berupa
kelompok-kelompok
(Pengelompokan). Dalam pengertian pengelompokan jam pelajaran menjadi satu sesuai dengan mata pelajarannya. Sistem blok dalam Pebelajaran PAI disini adalah sistem pembelajaran yang mengacu pada aspek kognitif siswa, yang mana aspek tersebut dapat membawa siswa-siswi lebih dominan memahami materi dan berinteraksi dalam pembelajaran, karena dalam pembelajaran ada beberapa pertimbangan, yang mungkin bisa untuk dipertimbangkan dari segi siswa-siswi dalam memahami berbagai materi yang berkaitan dengan pendidikan agama islam.79
78 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/ 13-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 79 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/ 13-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian
49
50
sistem blok ini untuk mengetahui daya berpikir siswa-siswi dalam menanggapi berbagai materi, selain itu siswa dapat mengaplikasikan apa yang sudah di dapat dari penbelajaran PAI dan guru dapat memahami situasi, kondisi dan karakteristik dari siswa-siswi tersebut.80 Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh semangat yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran dan sebagainya. Sebaliknya siswa yang tergolong berkemampuan rendah ditandai dengan kurangnya semangat belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran termasuk menyelesaikan tugas dan lain sebagainya. Perbedaan seperti itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar.81 Gaya belajar sangat mendukung kegiatan belajar mengajar karena dalam proses pembelajaran terdapat unsur perbedaan pada siswa-siswi dari segi minat, bakat dan kemampuan mereka. Selain itu juga untuk penyaringan siswa-siswa yang tergolong rendah taraf intelektualnya, dengan gaya berlajar yang mengacu pada taraf keintelektualan siswa, pendidik bisa memahami karakter, latar belakang dan kepribadian siswa tersebut.
80 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/ 13-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian 81 S. Nasution, Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1982), 17-18.
51
Selanjutnya proses sistem blok dalam pembelajaran PAI di sini, yakni pembelajaran yang menggunakan nilai keintelektualan siswa-siswi, di mana proses pembelajaran berpedoman pada taraf keintelektualan masing-masing individu.82 Dengan cara ini seseorang itu akan membentuk satu konsep baru yang berkenaan dengan gambaran baru dan menyimpannya dalam ingatan, bagaimana konsep itu sesuai dengan konsep yang lama. Perubahan dalam pengetahuan yang disimpan dalam memori akan membawa pelajar melakukan penemuan dan kepahaman tentang perkara yang dipelajari.83 B. Analisa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Faktor pendukung dalam menerapkan sistem blok ini adalah maksimalmya waktu untuk siswa dalam mengkaji materi karena semakin banyak waktu guru interaksi dengan siswa, siswa lebih cenderung aktif dalam pembelajaran dan lebih dominan dalam pemahaman materi dan mereka lebih fokus dalam merespon segala materi PAI dalam proses pembelajaran.84 Anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak memiliki kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan sendiri. Dalam proses belajar-mengajar, anak
82
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 01/1-W/F-1/ 13-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian 83 Rasidah Binti Rashid, Hubungan Antara Gaya Pembelajaran Dengan Motivasi Dalam Kalangan Pelajar Di Sebuah Sekolah Menengah Luar Bandar, Sabah ( Tesis, Universiti Teknologi Malaysia , Sabah , 2007), 37. 84 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 03/2-W/F-2/ 14-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian
52
mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, membuat interpretasi serta menarik kesimpulan.85 Sedangkan faktor penghambat dalam menerapakan sistem blok ini adalah jumlah siswa yang terlalu banyak, dalam satu kelas di huni kurang lebih 45 anak, jadi pihak guru lebih ekstra dalam membagi waktu ketika penyampaian bahan ajar, selain itu, juga terdapatnya siswa yang pasif dalam merespon materi. Mereka cenderung tidak kuat dalam pemahaman materi, mereka cenderung kesulitan dalam mengolah materi-materi yang diperoleh dalam proses pembelajaran PAI tersebut. 86 Dalam meminimalisir hambatan sistem blok ini guru mengusahakan pembelajaran yang lebih baik lagi dalam penyampaian bahan ajar.87 Pembelajaran sistem blok yang didasari teori kognitif, menekankan proses belajar aktif, siswa yang tergolong pasif secara mental lebih dituntut dominan dalam proses pembelajaran, terutama aktif secara mental (melakukan proses mental atau proses berpikir), dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya. Berbagai bentuk metode belajar aktif seperti metode: pemecahan masalah, penelitian, pengamatan, diskusi, deduktif, induktif, dan lain-lain
85
R. Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan kerja sama dengan PT. Rineka Cipta, 2003), 23. 86 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 03/2-W/F-2/ 14-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian 87 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 03/2-W/F-2/ 14-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian
53
C. Analisa tentang hasil belajar siswa-siswi dengan penerapan sistem blok dalam kegiatan pembelajaran PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo. Proses pembelajaran berjalan lebih dominan dan hasilnya baik, hal ini mendominasi pembelajaran karena adanya penyampaian bahan ajar secara berurutan dalam kurun waktu satu minggu, hal seperti ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur terhadap taraf keintelektualan mereka masing-masing, agar mereka lebih mengetahui di mana letak kekurangan mereka tersebut.88 Setelah kami menerapkan sistem blok yang mengacu pada taraf keintelektualan masing-masing siswa, banyak kemajuan yang kami peroleh terutama banyak siswa yang lebih paham terhadap materi-materi PAI yang kami ajarkan, dan tidak hanya mengacu pada taraf kognitif saja, melainkan juga berpengaruh pada segi sikap dan keterampilan mereka yang kami nilai hasilnya cukup baik.89 Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan yang berkelanjutan dari domain kognitif. Artinya dalam domain afektif seseorang akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi.90 Sedangkan dalam domain psikomotorik meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Aspek ini sering berhubungan
88
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 04/2-W/F-2/ 14-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian 89 Lihat Transkrip Wawancara nomor : 05/3-W/F-3/ 15-I/2010 dalam lampiran laporan hasil penelitian 90 Tim Penulis Buku Psikologi Pendidikan, Psikologi Pendidikan, 128-130.
54
dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan kepada gerakan-gerakan atau keterampilan91 Di Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2 Ponorogo, semua warga sekolahnya terutama peserta didik berasal dari berbagai lingkungan, wilayah dan daerah. Dan tidak dapat dihindari bahwa mereka akan membawa pengaruh dari lingkungan mereka, baik budaya adat dan kebiasaan. Apabila lingkungan mereka baik maka akan membawa pengaruh baik, begitu juga sebaliknya apabila lingkungan mereka buruk acuh tak acuh terhadap agama maka akan berpengaruh buruk pula pada anak tersebut. Jadi pada dasarnya minat, bakat dan kemapuan siswa yang mengacu pada taraf keintelektualan siswa, di mana masing-masing individu terdapat unsur perbedaan pada daya pikir mereka, sangat dipengaruhi oleh lingkungan asal mereka.
91
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran,125-130.
55
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Sistem blok diterapkan dengan cara mengelompokkan jam pelajaran menjadi satu sesuai dengan mata pelajarannya, penerapan sistem blok dalam pembelajaran PAI ini lebih mengedepankan
pada taraf
keintelektualan, Dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk lebih dikembangkan dalam mengkaji materi. 2. Faktor pendukung dalam penerapan sistem blok maksimalmya waktu untuk siswa dalam mengkaji materi , siswa lebih cenderung aktif dalam pembelajaran, sedangkan faktor penghambatnya adalah jumlah siswa yang terlalu banyak, dalam satu kelas di huni kurang lebih 45 anak, selain itu, juga terdapatnya siswa yang pasif dalam merespon materi. Mereka cenderung tidak kuat dalam pemahaman materi. 3. Hasil dari penerapan sistem blok dalam pembelajaran PAI yang dalam proses pembelajarannya lebih mengedepankan aspek kognitif terhadap pemahaman materi PAI sangat baik. Hal ini terbukti tidak hanya pada kognisi mereka melainkan berpengaruh pada segi sikap dan keterampilan siswa. Serta perilaku siswa yang lebih mencerminkan sebagai manusia yang bertaqwa dan berakhlakul karimah, yang mengusai ilmu agama secara mendalam.
55
56
B. Saran-saran Pendidikan sebagai salah satu wadah untuk mencetak generasi muda, yang mana campur tangan generasi muda sangat berpengaruh pada kemajuan bangsa dan negara. Maka untuk itu kami mengharap: 1. Dalam proses pembelajaran pendidik harus lebih out put dalam memperhatikan gaya belajar masing-masing individu, yang mana hal ini sangat berpengaruh dan mendukung dalam proses pembelajaran. Sehingga kita dapat benar-benar merasakan manfaatnya. 2. Melestarikan pembelajaran yang mengecu pada taraf keintelektulan siswa termasuk suatu model pembelajaran yang dapat membantu pada pendidikan kognisi, sikap dan keterampilan pada instansi pendidikan yang lain pada zaman global sekarang ini.