BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pertumbuhan kegiatan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari perkembangan kegiatan usaha setiap perusahaan yang berusaha untuk memaksimalkan keuntungan dari setiap kegiatan usaha. Kegiatan usaha ini dilakukan dengan menggunakan seluruh sumberdaya perusahaan yang meliputi bahan baku, tenaga kerja, peralatan, teknologi, keuangan, dan manajemen. Seiring dengan perkembangan dunia usaha, perusahaan perlu untuk
mengembangkan
dan
meningkatkan
usahanya,
namun
karena
keterbatasan modal sendiri, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menambah modal dari lembaga keuangan baik dari bank, koperasi, maupun BPR. Potensi hal seperti ini yang membuat perusahaan, orang, mupun UMKM berusaha melakukan perombakan untuk pemenuhan dana guna produksi dan pengembangan usahanya. ( Suyudi Mangunwiharjo, 1997 ) Lembaga keuangan sebagai suatu lembaga resmi tidak hanya bergerak sebagai lembaga aspek individu saja.tetapi juga sebagai motor menyeluruh dan mewakili aspek kinerja ekonomi juga, seperti halnya sebagai target dan penyalur kebijakn moneter, sebagai tempa transaksi pembayaran internasional, sebagai lembaga keuangan penyaluran kredit. Lembaga keuangan sendiri memilki 2 buah tugas menurut Gurley dan Shaw sebagai penjaga stabilitas
1
ekonomi dan pengawas pembayaran internasional. ( Anwar Nasution, 1990 : 28 ) Setiap aktivitas ekonomi modal menjadi salah satu factor yang berpengaruh besar dalam pergerakan awal mula berdirinya suatu usaha. Modal sendiri terdiri dari 2 macam hal, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Mengapa modal menjadi sangat penting, karena dari modal inilah awal mula mampu beroperasinya suatu usaha. Namun dewasa ini dalam pencukupan modal usaha dirasa sangat sulit dan berbelit-belit. Padahal dari keadaan sekarang ini kecukupan modal sendiri dirasa tidak mampu mencukupi biaya operasional usaha itu sendiri. Maka modal pinjaman menjadi salah satu alternatif terbaik untuk pemenuhan kecupan modal. Pada keadaan sekarang ini, proses pengambilan kredit sangat selektif dalam pengucuranya. Lembaga keuangan sudah mewabah dan memboming baik dari bank, BPR, koperasi. Dimana sekarang setiap pelosok ada cabang– cabang dari lembaga keuangan seperti diatas, yang meraka bersaing untuk mendapatkan pasar dan menguasainya. Sekarang ini kredit adalah hasil atau laba yang dihasilkan oleh lembaga keuangan itu sendiri untuk kegiatan operasionalnya. Melihat potensi dan fenomena masalah seperti diatas, tentunya para kereditur akan sangat selektif dalam pemilihan pengambilan kredit usahanya. Karena dengan pengambilan kredit yang tepat akan berpengaruh besar pada pergerakan usahnya, sehingga dari sisi pembayaran dan pelunuasa kredit dapat
2
dtata secara rapi dan sesuai dengan yang telah ditargetkan. Apalagi produk kredit yang ditawarkan sangat kompleks dan bervariatif, sehinga para kreditur harus mampu memilih tempat rujukan yang paling tepat unutk pengajuan kredit. Permasalah yang sekarang ini timbul adalah sejauh mana modal pinjaman/kredit mampu memenuhi dan menutup kekurangan operasional dari uasaha tersebut, serta bagaimana bentuk dari pinjaman modal yang tepat dan mengenai sasaran sesuai dengan kebutuhan guna pembiayaan operasional perusahaan. Berdasakan dari latar belakang seperti yang terurai diatas, maka penulis mengambil dan mengangkat penulisan skripsi dengan judul sebagai berikut: “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PENGAMBILAN KREDIT KUR PADA BANK BRI
KANCA UNIT
MAKAM HAJI”.
B. Perumusan Masalah 1. Apakah proses pengajuan kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ? 2. Apakah pendapatan usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ? 3. Apakah lama usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ?
3
4. Apakah jangka waktu pembayaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pengambilan kredit KUR BRI ?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh proses pengajuan kredit dalam keberhasilan pengambilan kredit. 2. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pendapatan usaha dalam keberhasilan pengambilan kredit. 3. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh lama usaha dalam keberhasilan pengambilan kredit. 4. Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh jangka waktu pembayaran dalam keberhasilan pengambilan kredit.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi praktisi Dengan adanya penelitian ini diharapkan praktisi mampu menganalisa apa saja yang membuat orang tertarik dalam melakukan kredit, juga menambah wawasan dan ilmu pengetahuan nya tentang lembaga keuangan dari sisi perkreditanya.
4
2. Bagi pihak lain Diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu mampu memberikan bahan masukan dan motivasi kepada para penusaha UMUKM untuk meningkatkan usaha, perbaikan manajemen, dan permodalan unutuk dapat mengembangkan usaha yang dia miliki. 3. Bagi lembaga keuangan Diharapkan dengan adanya penelitian ini, mampu memberikan masukan pada lembaga keuangan menentukan strategi pemberian kredit yang mudah dan seperti harapan para masyarakat atau kreditur.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Perbankan Definisi dari pengertian dan cakupan tentang operasional bank, telah diatur oleh ketentuan yang berlaku. Namun pada intinya bank punya sifat-sifat dasar yang mempunyai kemiripan, yaitu : 1. Mempunyai kewajiban yang harus dibayarkan setiap saat apabila ada penagihan ( dana simpanan masyarakat ) 2. Memiliki harta yang tidak likuid yang penilainya tidak mudah dan memiliki jangk waktu yang lama dibandingkan dengan kewajibanya. ( Diamond, Dybuigh 1985 dalam Suseno dan Piter, 2003 ; 5 ) Di Indonesia sendiri bank diatur oleh UU no.10 tahun 1998, dimana perbankan mempunyai pengertian segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melakukan kegiatan usaha. Bank diartikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dalam bentuk kredit\bentuk lain dalam rangka menaikan taraf hidup masyarkat. Untuk dapat mengetahui tetang karakter dari bank umum (BU) terlebih dahulu kita cermati lapangan usaha dari bank menurut pasal6 UU no.7 / 1992 jo UU no.10 tahun 1998 dimana perbankan mempunyai pengertian : 1. Menghimpun dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan bentuk-bentuk lain.
6
2. Dapat memberi kredit untuk keberlangsungan usahanya. 3. Dapat membuat surat pengakuan hutang. 4. Membeli/menjual atas resiko sendiri, maupun untuk kepentingan nasabah seperti : a. Membuat surat wesel b. Surat hutang c. Instrument surat berharga, berjangka 1 tahun d. Memiliki sertifikat bank Indonesia e. Obligasi f. Menerbitkan surat perdagangan dlm jangka 1 tahun g. Kertas bendahara Negara dan surat jaminan pemerintah 5. Pemindahan uang 6. Menempatkan, meminjamkan, dana pada bank lain dengan surat, telekomunikasi, wesel, cek, dan sarana-saran lain yang dimiliki oleh bank. 7. Menerima pembayaran dan tagihan surat-surat berharga. 8. Menyediakan tempat menyimpan barang \ surat berharga. 9. Melakukan penempatan dana dari nasabah 1 ke nasabah yang lain dalam bentuk saham yang tercatat pada bursa efek. 10. Melelakukan pelelangan agunan apabila pihak kreditur tidak mampu melunasi kewajiban yang ada didalam kontrak kesepakatan. 11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan wali amanat. 12. Menyediakan pembiayaan bertpe syariah sesuai dengan kebijakan yang ada pada BI.
7
13. Melakukan kegiatan bank sewajar nya, tanpa melangar UU yang telah ada dan disepakati. Dalam perekonomian bank sangat penting, yakni sebagai lembaga atau alat intermediasi. Yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang belebihan dana dan menyalurkan dana bagi masyarakat yang kekurangan dana dengan berbagai tujuan ( Y Susilo, A Totok Budi Santosa 2006 : 6 ).sebagai lembaga pihak yang berlebihan dana baik dari orang, usaha, yayasan, dll. Juga dapat melakukan penyimpanan kepada bank juga, sementara yang kekurangan modal dapat mengajukan pinjaman atau kredit. Dari fungsi ini bank juga dapat dusebut sebagai lembaga intermediasi. Fungsi seperti ini berjalan efektif apabila, bank melakukan kebijakan yang tepat sehingga masyarakat percaya pada bank dan merasa aman melakukan simpanan dana pada bank ( Suseno dan P.Absullan, 2003 : 3 ). Apabila proses intermediasi diatas berjalan dengan baik, maka perputar uang yang ada dibank dan masyarakat akan berjalan secara baik dan terkontrol. Dimana pihak yang berlebihan dana dapat menyimpan dana dibank dan memperoleh hasil dari pendapatan bunga. Sementar itu yang kekurangan dana bsia meminjam kredit investasi\konsumsi untuk keberlanjuta usaha mereka. Bank sendiri memanfatkan spread ataqu selisih pada pendapatan dan biaya biaya bunga yang diperoleh dari penabung atau peminjam modal.
8
Tujuan utama dari bank adalah untuk mendapatkan spread\selisih dari bungan pinjaman dan bunga tabungan. Untk tujuan semacam ini perlu adanya manajemen yang tepat dalam pengelolaanya,dimana ada 2 asas pokok ( Teguh Pudjo Mulyono, 1994 : 21-24 ) . 1. Likuiditas: Sejumlah alat likuid yang harus tetap ada dibank unutk penjaminan kebutuhan penarikan tabungan, kewajiban jatuh tempo, dll. Bank harus dapat menjaga likuiditasnya, karena bank yang tidak likuid akan berakibat kehilangan kepercayaan dari masyarakat\nasabah itu sendiri. Suatu bank dikatan likuid apabila memenuhi 3 syarat berikut ini : a. Bank memiliki cash asset sebesar dengan kebutuhan unutk pemenuhan likuiditas nya. b. Bank memiliki asset lain untuk pencairan dana seawktu-waktu tanpa mempengaruhi nilai pasar yang ada. c. Bank dapat membuat cash asset baru dengan cara penerbitan dan peminjaman hutang. Pengelolaan likuiditas dilakukan dengan pendekatan (Nopirin, 2000 : 27-31 ) yaitu : a. Asset Management/Pengelolaan Kekayaan Pengelolaan kekayaan merupkan suatu usaha untuk melakukan pengalokasian dana untuk berbagai kebutuhan investasi. Dlam pengelolaan ini ada beberapa pendekatan, anatara lain :
9
1) The Pool of Funds Dana yang tersedia dari giro, deposito, tabungan, dan modal. Dipakai untuk
dikumpulkan dalam suatu pool dan
dialokasikan berdasarkan syarat yang ada dalam benruk kekayaan itu. Syarat alokasi sendiri berdasarkan pada prioritas tiap jenis kekayaan yang dimiliki. 2) The Asset Allocation Pada pendekatan ini semua dana yang tersedia dijadikan dalam 1 wadah, tetapi masing-masing dipertimbangkan atas dasar pertimbangan yang ada. Giro biasanya dipakai sebagai cadangan minimum yang ada dibank, karena memlki perputaran yang paling besar. Oleh karena ini giro dialokasikan sebagai cadangan kas dan sebagian kecil untuk investasi. Model seperti ini digunakan dengan membentuk likuiditas. Profabilitas dalam suatu bank
dimana
setiap sentral\pusat mengalokasikan dana yang ada pada berbagai sumber yang ada. 3) Commercial Loan Theory Teori ini bank hanya dapat memberi suatu pinjaman yang bersifat jangka pendek saja, tetapi sekarang ini sudah dapat berkembang dan melakukan ekspansi lain yang sesuai denga UU perbankan nasional.
10
4) Shifability Theory Kemampuan dari bank untuk menukarkan suatu bentuk kekayaan dengan bentuk lain untuk memenuhi likuiditasnya. Metode ini menerapkan pada surat berharga, dengan pemenuhan likuiditas menukar/menjual surat yang dimilki untuk dapat meraup dana yang ada. 5) The Doctrine of Anticipated In Come Dalam teori ini yang terpenting adalah kemempuan akan peminjaman yang ada saat itu. Jadi penekenan yang ada pada analisis kepada sipeminjam akan kemampian untuk pengembalain kredit nya. Karena likuiditas bank tidak tergantung pada sisi jangka pendek saja, karena tidak akan mampu memenuhi likuiditas yang bersifat mendadak. b. Liability Management\Pengelolaan Hutang Berbeda dengan pengelolaan kekayaan, teori ini memandang pada sumber hutang. Menurut teori ini, atas dasar target pertumbuhan kekayaan maka diusahakan dengan sumber dana yang mudah dicari. Bank tidak hanya berpikir pada aspek jangk pendek saja, tetapi pada kekayaan yang lebih besar dan menguntungkan. 1) Solvabilitas Usaha pokok dari bank yang melakukan penyimpanan dana dari masyarakat dan disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Dalam kebijakan perkredita sendiri bank harus dapat mengatur
11
pengamanan dana dan perputaranya, baik dari sis kredit, surat berharga, dll pada tingkat resiko yang paling kecil. 2) Rentabilitas Setiap usaha yang dimana selalu mengharapkan laba, baik untuk eksistensinya maupun untuk pengembangan diri. Laba didapatkan dari kredit selisih antara biaya dana dengan pendapatan dari bunga. Secara sederhana bank yang sehat adalah bamk yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik dengan kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memilihar kepercayaan
dari
masyarakat\nasabah
nya.
Dimana
bank
membantu menjaga dari sis likuiditas, intermediasi, dan menjaga kelancaran pembayaran, dan mampu dipakai sebagai otoritas moneter. Mengingat peranan bank yang sangat penting dalam perekonomian negeri kita, maka yang berkepentingan dalam pengelolaan perbankan wajib untuk menjaga kesehatan pada ban tersebut. Tidak hanya pemilik nya saja, tetapi para masyarakat yang menjadi nasabah bank harus mampu menjaga hal itu demi keberlangsungan kelancaran perbankan itu sendiri. Penilaian tingkat kesehatan kesehatan bank di Indonesia sampai sekarang ini masih memakai faktor penilaian dari CAMEL ( capital, asset equity, quality, management, earning, dan
12
liquidty ). Dari faktor tersebut adalah penentu kondisi dari perbankan, apabila bank mengalami masalah pada salah satu factor nya maka bank akan mengalami kesulitan. Meskipun secara umum CAMEL dipakai dalam semua bank, tetapi bobot masing-masing berbeda dengan yang lain untuk seitap jenis perbankan.maka ada 2 jenis penetapan CAMEL untuk perbankan dan BPR, seperti berikut ini : Tabel 2.1 Faktor Rasio CAMEL Factor CAMEL
BANK
BPR
Permodalan
25 %
30 %
Kualitas aktiva produktif
30 %
30 %
Kualitas management
25 %
20 %
Rentabilitas
10 %
10 %
Likuiditas
10 %
10 %
1) Kecukupan modal Pada saat ini syarat utama untuk kecukupan pembentukan bank baru adalah sebesar 3 triliyun rupiah. Namun bank yang saat ketentuan ini berlaku dan telah berdiri, jumlah kecukupan modal nya mungkin kurang dari ketentuan yang telah berlaku. Arti dari kecukupan modal, tidak hanya dilihat dari ketersedian modal nya saja. Tetapi juga Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah perbandingan antara jumlah modal yang ada dengan aktiva
13
tertimbang menurut resiko (ATMR). CAR yang harus dimilki oleh bank, harusnya tidak kurang dan lebih sebesar 8%. 2) Kualitas aktiva produkitif Dalam keadaan normal aktiva bank terdiri dari kredit dan sumber lain yang menghasilkan bagi bank, sehingga aktifa ini disebut aktiva produktif. Kualitas aktiva yang jelek secara implicit akan dapat menghapus modal yang ada di bank. Hal ini terjadi basa karena berbagai masalah seperti pembentukan cadangan modal, penilaian asset, pemberian pada pihak terkait, dll. Penilaian kualitas produktif dalam ketentuan perbankan di Indonesia berdasarkan pada 2 rasio, yaitu : 1.) rasio kualitas produktif di klasifikasikan pada aktiva produktif. 2.) rasio penyisihan penghapusan aktifa produktif wajib dibentuk oleh bank. 3) Management Management
pada
suatu
bank
sangat
menentukan
sehat\tidak nya suatu bank tersebut. Mengingat penting nya pengelolaan management pada bank, penilaian tingkat faktor pengeglalaan
yang
baik
dilakukan
dengan
evaluasi
pada
pengelolaan yang ada pada bank tersebut. 4) Keuntungan Parameter untuk pengukuran tingkat kesehata bank adalah mampu tidak nya bank mengelola dan mendapatkan keuntungan. Penilaian pada rentabilitas ini di lihat dari 2 rasio yang ada, yaitu
14
daru rasio laba sebelum pajak 1 th terahir dengan rata-rata volume usaha pada periode yang sama dan rasio biaya operasional dalam 1 th terhir pada pendapatan operasional di periode yang sama. 5) Likuiditas Penilaian pada faktor likuiditas dilihat pada 2 hal rasio yang ada, yaitu kewajiban bersih antara bank dengan modal inti dan ratio kredit pada dana yang didapatkan oleh bank. Yang dimadsud kewajiban bersih antar bakn adalah selisih kewajiban bank dengan tagihan yang ada pada bank lain. Sementara itu yang dimadsud dana yang telah diterima adalah kredit likuiditas BI, giro, deposito, tabungan masyarakat, pinjaman dari bukan bank kurang dari 3 bln, deposito pinjaman dari bank lain kurang dari 3 bln, surat berharga, dll. 6) Faktor yang mengugurkan penilaian tingkat kesehatan bank Tingkat kesehatan suatu bank dapat berubah setiap ada perubahan dalam factor yang akan dinilai. Selain itu tingkat kesehatan suatu bank dapat gugur apabila berdasarkan penelitian terdapat praktek-praktek yang tidak sehat yang dilakukan pada bank yang bersangkutan. Predikat tingkat kesehatan sehat, cukup sehat, kurang sehat dapat gugur apabila terdapat perselisihan intern, campur tangan oleh pihak lain di luar bank. Window dressing dalam pembukuan, praktek bank dalan bank, kesulitan yang berakibat pengunduran
15
kliring dan terdapat usaha lain yang dapat membahayakan kelayakan usaha yang ada pada bank. Hal seperti itu dapat berakibat memburuknya tingkat kesehatan yang dimiliki oleh bank.
B. Teori Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban
16
masing-masing fihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama. Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip bagi hasil berupa imbalan atau bagi hasil. Sebelum kredit diberikan, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya maka, bank terlebih dulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman. Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan datadata fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. Namun faktor salah analisis ini bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindari
17
oleh nasabah. Misalnya kebanjiran atau gempa bumi atau dapat pula kesalahan dalam pengelolaan. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan untuk penyelamatan kredit tersebut beragam. Dikatakan beragam karena dilihat terlebih dulu penyebabnya. Jika memang masih bisa dibantu. maka tindakan membantu apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh nasabah. 1. Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain : a. Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Jika bank
yang
terus
menerus
menderita
kerugian,
maka
besar
kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir (dibubarkan).
18
b. Membantu Usaha Nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya. c. Membantu Pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah : a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank. b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur. c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkat-kan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.
19
e. Meningkatkan devisa negara. apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor. Kemudian disamping tujuan di atas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut : a. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah terse-but akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. c. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. d. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang
20
beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara. f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apa lagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan. g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya. h. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi
21
kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnva. 2. Jenis-Jenis Kredit Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain : a. Dilihat dari segi kegunaan 1) Kredit investasi Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama. 2) Kredit modal kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. b.
Dilihat dari Segi Tujuan Kredit 1) Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun
22
pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya. 2) Kredit konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambangan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya 3) Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini se-ring diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor. c. Dilihat Dari Segi Jangka Waktu 1) Kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya
23
kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija. 2) Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing. 3) Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. d. Dilihat dari segi sektor usaha 1) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. 2) Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misal-nya peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi. 3) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar. 4) Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.
24
5) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. 6) Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti, dosen, dokter atau pengacara. 7) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. 8) Dan sektor-sektor lainnya. 3. Jaminan Kredit Seperti sudah dibahas di atas bahwa kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tan pa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, mengingat jib nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya dengan jaminan kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut. Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut: a. Dengan Jaminan 1) Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti : a) Tanah b) Bangunan c) Kendaraan bermotor
25
d) Mesin-mesin /peralatan e) Barang dagangan f) Tanaman kebun/sawah 2) Jaminan benda tidak berwujud yaitu merupakan
benda-benda
yang
surat-surat yang dijadikan jaminan seperti :
a) Sertifikat Saham b) Sertifikat Obligasi c) Sertifikat Tanah d) Sertifikat Deposito e) Rekening Tabungan yang dibekukan f) Rekening giro yang dibekukan. g) Promes h) Wesel i) Dan surat tagihan lainnya. 3) Jaminan Orang Yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya. b. Tanpa Jaminan Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminanbarangtertentu.Biasanya diberikan untuk perusahaan
yang
memangbenar-benarbonafid
dan
profe-sional,
sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula
26
kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah. 4. Prinsip–Prinsip Perkreditan Dalam melaksanakan kegiatan perkreditan, terdapat prinsip – prinsip yang dikenal dengan prinsip 5C. Prinsip ini merupakan prinsip klasik yang meliputi: a. Character (karakter) Penilaian karakter ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik, yaitu kemauan untuk memenuhi kewajibannya – kewajibannya dari calon debitur. b. Capacity (kemampuan) Penilaian terhadap calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban –kewajibannya melalui kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukan dengan menggunakan kredit dari bank. c. Capital (Modal) Penilaian terhadap jumlah modal calon debitur yang dimiliki. Semakin besar jumlah modal yang dimiliki maka semakin besar pula jumlah pinjaman yang akan diperoleh calon debitur. d. Collateral (Jaminan) Penilaian terhadap barang jaminan yang diserahkan calon debitur kepada bank atas kredit yang akan diterima. Manfaat dari
27
collateral ini adalah sebagai pengaman apabila usaha yang dilakukan kurang berhasil atau sebab – sebab lain yang menyebabkan debitur tidak mampu untuk melunasi pinjamannya. e. Condition of economic (Kondisi perekonomian) Penilaian terhadap situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang dapat mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang akan mempengaruhi kelanmcaran perusahaan yang menerima kredit. 5. Aspek-Aspek Dalam Penilaian Kredit Disamping menggunakan 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek aspek yang dinilai antara lain : a. Aspek yuridis/hukum Yang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik. Kemudian juga diteliti keabsahannya adalah seperti : 1) Surat kin Usaha Industri (S.I.U.I) untuk sektor industri 2) Surat bin Usaha Perdagangan (S.I.U.P) untuk sektor perdagangan
28
3) Tanda Daftar Perusahaan (TOP) 4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 5) Keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah. b. Aspek pemasaran Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan dimasa yang akan datang prospeknya bagaimana. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah : 1) Pemasaran produknya minimal 3 bulan yang lain atau 3 tahun yang lalu. 2) Rencana penjualan dan produksi minimal 3 bulan atau 3 tahun yang akan datang. 3) Peta kekuatan pesaing yang ada 4) Prospek produk secara keseluruhan. c. Aspek Keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Disamping itu hendaknya dibuatkan cash flow daripada keuangan perusahaan. Penilaian bank dari segi aspek keuangan biasanya dengan suatu kriteria kelayakan investasi yang mencakup antara lain: 1) Rasio-rasio Keuangan 2) Payback period 3) Net Present Value (NPV)
29
4) Profitability Indek (PI) 5) Internal Rate of Return (IRR) 6) dan Break Even Point (BEP) 7) Aspek teknis/operasi Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, layout ruangan dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan. d. Aspek manajemen Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumberdaya manusia yang dimihki serta latar belakang pengalaman sumberdaya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya. e. Aspek sosial ekonomi Menganalisis
dampaknya
terhadap
perekonomian
dan
masyarakat umum seperti: 1) Meningkatkan ekspor barang, 2) Mengurangi pengangguran atau lainnya. 3) Meningkatkan pendapatan masyarakat 4) Tersedianya sarana dan prasarana 5) Membuka isolasi daerah tertentu
30
f. Aspek amdal Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya. Pencemaran yang sering terjadi antara lain terhadap: 1) Tanah/darat menjadi gersang 2) Air, menjadi limbah berbau busuk , berubah warna atau rasa. Udara mengakibatkan polusi, berdebu, bising dan panas. 6. Azas Perkreditan Dalam menetapkan kebijakan perkreditan, terdapat tiga azas pokok perkreditan, yaitu: a.
Azas Likuiditas : yaitu azas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga likuiditasnya.
b.
Azas Solvabilitas : yaitu azas yang menuntut bank untuk mengelola sumber modal yang diterima dari simpanan dana masyarakat disalurkan dalam bentuk kredit
c. Azas Rentabilitas : yaitu azas dimana bank dituntut untuk memperoleh laba dari setiap kegiatan usahanya, laba tersebut nantinya akan digunakan untuk mempertahankan eksistensi dan juga untuk pengembangan bank tersebut.
31
7. Prosedur Dalam Pemberian Kredit Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif. Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut: a. Pengajuan berkas-berkas Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain : 1) Latar belakang
perusahaan
seperti
riwayat
hidup
singkat
perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.
32
2) Maksud dan tujuan Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. 3) Besarnya kredit dan jangka waktu Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat kita lihat dan cash flow serta laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) 3 tahun terakhir. Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada si pemohon. 4) Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci caracara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya. 5) Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya. Biasanya
jaminan
diikat
dengan
suatu
asuransi
tertentu.
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :
33
a) Akte notaris. b) Dipergunakan
untuk
perusahaan
yang
berbentuk
P.T.
(Perseroan Terbatas) atau yayasan. c) T.D.P (tanda daftar perusahaan) d) Merupakan tanda daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan biasanya berlaku 5 tahun, jika habis dapat diperpanjang kembali. e) N.P.W.P (nomor pokok wajib pajak) f) Nomor pokok wajib pajak, dimana sekarang ini setiap pemberian kredit terus dipantau oleh Bank Indonesia adalah NPWPnya. g) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir h) Bukti diri dari pimpinan perusahaan Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari neraca dan laporan rugi laba yang ada dengan menggunakan rasiorasio sebagai berikut : 1) Current ratio 2) Acid test ratio 3) Inventory turn over 4) Sales to receivable ratio 5) Profit margin ratio 6) Return on net worth 7) Working capital
34
b. Penyelidikan Berkas Pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja. c. Wawancara I Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serilek mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. d. On the Spot Merupakan
kegiatan
pemeriksaan
ke
lapangan
dengan
meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokkan dengan hasil wawancara I. Pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah. Sehingga apa yang kite lihat di lapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
35
e. Wawancara ke II Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot dilapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokkan dengan pada saat on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran. f. Keputusan Kredit Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka, dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup : 1) Jumlah uang yang diterima 2) Jangka waktu kredit 3) Biaya-biaya yang harus dibayar. Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan team. Begitu pula bagi kredit yang ditolak maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing. g. Penandatanganan Akad Kredit/perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotik dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan: 1) antara bank dengan debitur secara langsung atau
36
2) dengan melalui notaris. h. Realisasi Kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. i. Penyaluran/penarikan dana Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu : 1) sekaligus atau 2) secara bertahap 8. Manfaat Kredit Apabila ditinjau dari tingkat kepentingannya, maka manfaat kredit dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Debitur Beberapa keuntungan pemenuhan sumber dan dari sektor kredit adalah: 1) Relatif mudah diperoleh apabila usaha yang dijalankan layak. 2) Telah banyak lenbaga keuangan yang menawarkan jasa di bidang penyediaan dana (kredit). 3) Biaya untuk memperoleh kredit dapat diperkirakan dengan tepat sehingga dapat memudahkan calon debitur untuk menyususn rencana kerjanya di masa yang akan datang.
37
4) Terdapat berbagai jenis kredit, berbagai bentuk penawaran modal (dana) sehingga dapat dipilih dana yang paling cocok untuk kebutuhan modal perusahaan yang bersangkutan. 5) Rahasia keuangan debitur akan terjamin karena telah dilindungi oleh Undang – Undang Pokok Perbankan 6) Dengan fasilitas kredit maka memungkinkan debitur untuk memperluas usahanya. 7) Lembaga perbankan telah mempunyai ketentuan – ketentuan yuridis yang akan memperkecil risiko sengketa dikemudian hari antara nasabah dengan bank. 8) Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan dana bagi debitur. b. Perbankan Manfaat yang akan diterima perbankan dengan adanya kegiatan perkreditan adalah: 1) Memperoleh pendapatan bunga kredit 2) Menjaga solvabilitas usaha 3) Dengan memberikan kredit akan membantu memasarkan jasa – jasa perbankan lainnya. 9. Risiko Kredit Menurut Masyhud Ali (2006 : 199) Risiko kredit adalah risiko kerugian yang diderita oleh bank, terkait kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, counteparty-nya gagal memenuhi kewajiban – kewajibannya
38
kepada bank atau biasa disebut juga dengan istilah gagal bayar. Istilah gagal bayar dikenal dan dipergunakan dalam dunia keuangan untuk menggambarkan suatu keadaan dimana seorang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian utang piutang yang dibuatnya misalnya tidak melakukan pembayaran angsuran ataupun pelunasan pokok utang sesuai dengan kesepakatan termasuk melakukan pelanggaran atas persyaratan kredit sebagaimana diatur di dalam kontrak. Kondisi ini dapat terjadi pada semua kewajiban utang termasuk Obligasi, Kredit Pemilikan Rumah, Pinjaman Perbankan, Surat Sanggup Bayar, Medium Term Note, dan lain-lain perjanjian yang bersifat utang. Metode umum yang digunakan untuk memprediksi risiko kredit adalah dengan menggunakan credit scorecard. Scorecard adalah model statistika dalam memberikan nilai (score) pada calon debitur yang menunjukan prediksi probabilitas dari calon debitur tersebut. Dalam menjumlah nilai yang diperoleh, selisih (range) sumber data lain juga digunakan, seperti data dari lembar pengajuan kredit (credit form aplication), rekomendasi dari penilai kredit (credit reference agencies), dan jaminan yang akan diberikan oleh calon debitur. Informasi dari rekomendasi penilai kredit merupakan infomasi dasar (basic information) mengenai calon debitur (individu atau perusahaan) dan track record debitur sewaktu yang bersangkutan memiliki pinjaman (pelunasannya tepat waktu atau terlambat).
39
10. Pengawasan Kredit Pengawasan kredit bertujuan untuk menghindari kasus kredit bermasalah. Usaha yang dapat dilakukan bank untuk mengawasi kredit ini adalah dengan cara secara periodik mengaudit perkembangan usaha dan kondisi keuangan debitur. Dengan cara ini bank akan mengetahui tanda – tanda debitur mengalami kesulitan usaha atau kesulitan keuangan dan bank dapat segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan debitur dan / atau kredit yang telah diberikan kepada debitur. Agar pengawasan kredit dan penanganan problem loan dapat berjalan efektif, Bank perlu menyusun suatu skala prioritas penanganan. Salah satu cara untuk menentukan skala prioritas penanganan kredit adalah dengan menyusun risk rating atas seluruh kredit yang di berikan. Secara garis besar kredit yang di berikan dapat di pilah menjadi 5 golongan berdasarkan tingkat risikonya, yaitu : a. Highest Quality, dengan ciri-ciri 1) Usaha debitur berjalan sangat baik. 2) Kondisi keuangan baik dengan tingkat laba dan proyeksi laba yang stabil. 3) Debitur memiliki sumber dana dan sumber pelunasan kredit alternatif. 4) Memiliki manajemen yang kuat. 5) Equity perusahaan debitur terkonsentrasi pada asset-asset yang produktif dan sangat likuid.
40
b. Satisfactory Quality, dengan ciri-ciri Kondisinya hampir sama dengan kondisi the highest quality, namun : 1) Tingkat laba berfluktuatif. 2) Tidak memiliki sumber dana dan sumber pelunasan kredit alternatif. 3) Equity perusahaan terkonsentrasi pada asset-asset yang kurang likuid seperti real estate dan saham. c. Good Quality, dengan ciri-ciri 1) Likuiditas perusahaan debitur masih baik. 2) Rentabilitas perusahaan debitur masih baik, namun rentan terhadap perubahan. 3) Sumber pelunasan cukup terjamin. 4) Fasilitas kredit di jamin dengan persediaan dan tagihan, namun tidak dapat segera dikonversi. d. Below Average Quality, dengan ciri-ciri 1) Kondisi keuangan perusahaan kurang baik, tercermin dari likuiditas yang lemah, leverage yang tinggi dan rentabilitas yang rendah dan bahkan merugoi. 2) Sumber pelunasan kredit sudah tidak jelas lagi. e. Poor Quality, dengan ciri-ciri 1) Equity, cash flow dan collateral lemah. 2) Sumber pelunasan kredit tidak jelas. 3) Kolektibilitas non performing.
41
4) Leverage sangat tinggi dan usaha merugi. Selanjutnya treatment pengawasan kredit dilakukan sesuai dengan masing-masing level risk tersebut di atas, misalnya : Gambar II. 2. Treatment Pengawasan Kredit
Sumber: Edwin Darmasetiawan : 2002 11. Teknik Penyelesaian Kredit Macet Sepandai apapun analis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada, hal ini disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut : a. Dari Pihak Perbankan Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.
42
b.
Dari Pihak Nasabah Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu: 1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar. 2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada. Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,
sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian. 12. Penyelamatan Terhadap Kredit Macet Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain:
43
a.
Rescheduling 1) Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. 2) Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.
b. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti : 1) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok. 2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. 3) Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20% diturunkan menjadi 18%. hal ini tergantung dari
44
pertimbangan yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah. 4) Pembebasan bunga Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas. c. Restructuring 1) Dengan menambah jumlah kredit 2) Dengan menambah equity: 3) Dengan menyetor uang tunai d. Tambahan dan pemilik e. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah
benar-benar tidak punya etikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.
45
C. Variabel yang Berpengaruh: Dari setiap pengambilan kredit pada lembaga keuangan, para kreditur punya syarat-syarat, planning, dan ketentuan sebelum dia memulai peminjam kredit usaha/konsumsi. Disini dalam penelitian ini, membatasi pada 4 hal yang membuat para kreditur melakukan pinjaman kredit pada suatu lembaga keuangan, yaitu : a. Proses Pengajuan Kredit Proses pengajuan kredit yang dimadsud disini adalah dimana kemudahan yang didapat oleh para nasabah perbankan dalam pengajuan kredit yang diajukan untuk pemenuhan kebuthan modal kerja mereka.dari proses pengajuan kredit ini, bisa kita lihat akan kinerja dan pelayan pada publik bank ini bagus atau tidak Dimana dari proses pengajuan kredit ini kita bisa menilai apakah bank memberi kemudahan dan pelayanan yang tepat sasaran pada para nasabah atau justru sebaliknya merasa disulitkan oleh bank dengan syarat dan ketentuan yang ada. b. Pendapatan Usaha Salah satu pengukuran keberhasilan suatu usaha dilihat dari tingkat pendapatanya itu sendiri. Pendapatan bersih bisa diukur mengunakan selisih pendapatan bersih dikurangi dengan biaya yang harus ditanggung oleh usaha tersebut. secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai kemampuan menghasilkan laba dari sejumlah dana yang dipakai untuk menghasilkan laba tersebut. Dari melihat pendapatan ini bisa diketahui
46
apakah dalam usaha perlu adanya tambahan modal/tidak. Ada 2 macam tambahan modal yaitu, maodal ekonomi dan modal sendiri. ( Basu Swasta BH dan Ibnu Sokotjo, 1996, hal 255 ) 1) Rentabilitas Ekonomi Modal ekonomi merupakan kemampuan menghasilkan laba dari keseluruhan modal baik dari modal asing atau modal sendiri yang dipakai unutk menghasilkan laba tersebut. Rumus perhitungan modal ekonomi, adalah : LK ------------- X 100 % MA + MS
RE :
Keterangan : RE : rentabilitas ekonomi \ modal sendiri LK : laba kotor MA : modal asing MS : modal sendiri 2) Rentabilitas Modal Sendiri Rentabilitas
sendiri
merupakan
kemampuan
untuk
menghasilkan laba dari modal sendiri yang kemudian dipakai untuk menghasilkan laba itu sendiri lagi. Rumus dari rentabilitas sendiri : LB RMS : ----- X 100 % MS Keterangan : RMS : rentabilitas modal sendiri LB : laba bersih MS : modal sendiri
47
Pendapatan dalam terbagi dalam 2 segi, yaitu pendapatan secara riil adalah pendapatan dari jumlah barang dan jasa yang diproduksi mayarakat selama jangka waktu tertentu. Sedangkan pendapatan dalam arti uang adalah, sebagai suatu penerimaan dari pendapatan yang telah dikurangi oleh biaya-biaya produksi. ( M Tohar, 2000 : 15 ) Pengusaha yang memiliki kemampuan pendapatan yang baik tentunya akan mudah dalam pencarian dana baik dari modal sendiri atau modal asing. Bila mana memakai modal asing, tetunya pihak lembaga keuangan akan melihat tingkat kredibilitas pengembalian kredit nya dari berapa tingkat pendapatanya c. Lama Usaha Dalam menjalankan usaha lama usaha dapat memiliki pengaruh yang besar pada keberhasilan usaha tersebut. Dimana semakin lama usah itu berdiri maka semakin terampil pengelola dan semakin mengetahui seluk beluk usahanya tersebut. Dan dari lama usaha orang menjadikan kegagalan dan jalan perinitsan usahanya sebgai bekal guna memajukan dan melancarkan uasahanya tersebut. Banyaknya pengalaman seseorang akan memperluas wawasanya tentang usahanya tersebut. Dengan demikian pula akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan orang itu sendiri, makin lama dan intensif usaha itu berdiri maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh orang itu sendiri. Dari hal inilah yang memungkinkan orang mampu
48
mengahsilkan barang dan jasa yang semakin beragam, banyak dan bermutu. ( Suroto, 1992 : 17 ) Dalam pengajuan kredit pada suatu lembaga keuangan, lama usaha berdir juga mnjadi faktor penentu tingkat keberhasilan kredit itu sendiri. Artinya semakin lama suatu usaha tersebut berlangsung maka semakin kredibel usaha itu dibandingkan dengan usaha yang baru. d. Jangka Waktu Pembayaran Jangka waktu yang dimadsud disini adalah rentang waktu yang dibutuhkan peminjam modal dalam pengembalian kreditnya. Jangka waktu pengembalian merupakan cerminan dari adanya resiko dari kredit tersebut. Dimana semakin lama kredit itu, maka akan semakin besar pula tingkat resiko yang diranggung oleh lembaga keuangan tersebut. ( Suyatno, dkk, 1999 : 101 ) Kemampuan seseorang dalam pengembalian kredit yang telah diambil dapat dilihat dari berapa jangka waktu pengembalian kredit tersebut. Bila mana semakin lama kredit tersebut, maka tingkat resiko semakin besar dan sebaliknya juga.
D. Penelitian terdahulu Hasil dari penelitian terdahulu yang berhubangan dengan penelitian ini dibahas secara singkat untuk mengetahui dan dapat membandingkan hasil dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang ini.
49
Galuh Indriyani tahun 2003 dalam penelitian yang berjudul “ FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kredit Pada BMT “. Dalam penelitian ini faktor yang diteliti adalah dari factor pendapatan, pengalaman usaha, tingkat pendidikan, dan tingkat pemanhaman BMT. Dari penelitian ini menyimpulkan bila dilihat dari probabilitasnya factor pendapatan dan tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang cukup signifiakan sebesar 1 – 15 %. Sedangkan variabel pengalaman usaha dan pemahaman pada BMT tidak memilki pengaruh yang signifikan. Ardiani R.R. tahun 2005 dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kredit Investasi Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 1983-2003 “. Menemukan bahwa varuabel dana masyarakat, jumlah bank dan tingkat suku bunga sangat signifikan bepengaruh pada pengambilan kredit investasi. Penelitian yang dilakukan oleh Yosef Mange Herawan pada tahun 2007 dalam skripsi “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit Oleh Usaha Kecil Pada PD. Badan Kredit Kecamatan ( BKK ) “. Menemukan bahwa variabel modal usaha berperan 5% signifikan dalam pemberian kredit. Variabel lama usaha beperan signifikan 10% dan tingkat pendapatan 5% dalam pemberian kredit usaha untuk usah kecil di wilayah mojo songo surakarta.
50
E. Kerangka Pemikiran Suatu kerangka pemikiran dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga tahapan ahir merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kerangka pemikiran adalah penerjemahan adanya pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah. Kerngaka pemikiran adalah inti dari penelitian yang merujuk pada masalah inti yang diteliti. Berikut adalah gambar dari kerngka pemikiran yang melandasi pemikiran ini Gambar II.3 Gambar skema penelitian dan kerangka pemikiran
Proses pengajuan kredit Pendapatan usaha Lama usaha
Pengambilan kredit KUR BRI
Jangka waktu pembayaran
Dari kerangka pemikiran seperti yang ada diatas, penulis memiliki daya pemikiran tentang penulisan mengunakan data primer\wawancara secara langsung. Dari variabel tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, lama usaha, dan jangka waktu pembayaran sebagai variabel yang akan diuji kebenaranya
51
apakah dari variabel tersebut mempengaruhi pada tingkat pengambilan kredit pada perbankan di surakarta. Dimana pada pola konsep kerangka pemikiran diatas dari variabel yang dianggap mempengaruhi tingkat pengambilan kredit diujikan dengan mencari datanya terlebih dahulu. Kemudian dari hasil data observasi mulai pengolahan apakah variabel tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, lam usaha, dan jangka waktu pembayaran memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat pengambilan kredit pada perbakan di surakarta.
F. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawabab sementara dari suatu pertanyaan yang perlu diuji kebenaran nya. Hipotesis perlu disusun agar penelitian mendapatkan arah dan tujuan yang jelas. Hipotesis akan memberikan arah pengumpulan data, dan jenis data yang harus dikumpulkan. Dengan demikian hipotesis akan memberi keterangan untuk melaporkan kesimpulan penelitian. Dalam penelitian ini, memakai hipotesis yang dikemukakan sebagai berikut ini:
52
1. Proses pengajuan kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan KUR BRI 2. Tingkat pendapatan usaha memilki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan KUR BRI 3. Lama usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan KUR BRI 4. Jangka waktu pembayaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan KUR BRI
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode sampel, survey yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar\kecil tetapi tetap berdasarkan pada data yang diteliti dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.
B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling 1. Ukuran Populasi Populasi adalah jumlah dari obyek yang karakteristik nya hendak akan kita duga (Djarwanto P.S , 1993 ; 170). Dalam penelitian ini obyek dari penelitian adalah UMKM (usaha mikro kecil menengah) dan besar yang ada di wilayah konsentrasi penelitian pada kelurahan makam haji yang utama nya pada para pengambilan kredit KUR. 2. Ukuran Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristik nya hendak kita selidiki dan diangap bisa mewakili keseluruhan populasi yang kita teliti. Sebagai bahan pertimbangan untuk penentuan jumlah sampel dari populasi yang kita pakai, memakai rumus slouin yang dikutip dari sevilla ( dalam Nanu dan Pritana, 2005 ; 63 ) :
54
n=
N
n : Jumlah
1+N.e2
N : Jumlah populasi e : Presentase kelongaran tidak teliti
3. Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan didaerah kelurahan makam haji yang utama nya pada para pengambilan kredit KUR. Metode yang dipakai adalah area sampling, yaitu teknik yang dipakai unutk menentukan obyek yang luas dimana untuk penentuanya diambil dari sumber data dari daerah populasi yang telah ditetapkan ( Sugiyono, 2006 ; 121 ).
C. Jenis Data dan Sumber Didalam penelitian ini memakai 2 macam jenis data yang ada, yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang kita temukan langsung dari lepangan yang kita teliti secara langsung, dengan mengunakan metode : 1. Interview : wawancara pada responden yang bersangkutan secara langsung 2. Kuisoner : memberikan
point–point
tertentu
untuk
dijadikan
pertanyaan dan diberkan pada responden . 3. Observasi : pengambilan data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lapangan/pada responden secara langsung.
55
2.
Data Sekunder Merupakan data yang dikumpulkan pada waktu sesudah dan sebelum penelitian. Data sekunder ini didapatkan dari instansi terkait yang berhubungan langsung dengan penelitian ini. Antara lain sebagai berikut : kantor kelurahan makam haji dan sekitar nya, BPS solo, dll. Disamping itu dari pustaka yang ada, dimadsudkan unutk mencari landasan teori ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini untuk dijadikan sebagai pendukung dan landasannya.
D. Definisi Operasional Variabel Pada bab ini membahas tentang apa saja dan mengapa penelitian ini mengangkat variabel ini. Adapun variabel yang berkaitan dengan penelitian ini adalah: 1. Variabel tidak bebas (Variabel Dependen) a. Pemgambilan kredit KUR Kredit perbankan adalah jumlah dana yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat untuk berbagai macam kegiatan baik investasi, konsumsi, dan lain-lain yang diderikan pada kreditur yang besarnya dinyatakan dalam satuan rupiah.
56
2.Variabel bebas (Variabel Independen) a. Proses Pengajuan Kredit Pada variabel proses pengajuan kredit mengunakan ukuran subyektif atau soft measure sebagai indicator pengukuran yang berfokus pada proses pengajuan kredit KUR BRI dengan memberikan pengukuran nilai dengan 3 skala point yang terdiri dari = 1. sulit 2. cukup mudah 3. mudah b. Pendapatan usaha Pendapatan adalah penghasilan yang didapat oleh seseorang dari hasil penjualan produk baik barang/jasa yagn diterima setiap bulan nya setelah dikurangi dengan biaya yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut. Tingkat pendapatan dihitung dalam besaran rupiah. c. Lama usaha Lama usaha merupakan aspek yang menjadi suatu pertimbangan untuk menilai dari kemampuan suatu usaha tersebut. Lama usaha dapat dilihat dari berapa lamanya usaha tersebut telah berdiri, yang besaranya dinyatakan dalam tahun.
57
d. Jangka waktu pengembalian Jangka waktu pengembalian kredit merupakan suatu kontrak dari pengembalian kredit yang telah disepakati oleh pihak bank dan nasabah. Dimana semakin lama kredit itu dikembalikan, maka semakin besar tingkat resiko yang ada dan sebaliknya pula. Dalam jangka waktu pengembalian kredit dinyatakan dalam satuan perbulan. E. Metode Analisis Data 1. Uji Hipotesis 1 dan 2 Untuk menganalisis factor-faktor yang berpengaruh pada kredit perbankan, dan manakah dari variabel yang dipakai dalam model nya mempunyai pengaruh terbesar pada tingkat penyaluran kredit perbankan. Maka digunakan model regeresi berganda dan dapat dirumuskan model fungsi sebagai berikut ini : Y = f ( X1.X2.X3.X4 ) Dimana : Y
: Pemgambilan kredit KUR
X1
: Proses pengajuan kredit
X2
: Pendapatan usaha
X3
: Lama usaha
X4
: Jangka waktu pembayaran
58
Sebelum analisa regeresi dilakukan, terlebih dahulu dipakai uji keberartian masing-masing koefisien regeresi tersebut linier atau tidak. Unutk mempermudah melihat tersebut, dibantu dengan diagram pancar atau scater plot . Dimana memiliki rumus : Y = b i + b i X1 + b i X2 + b i X3 + b i X4 + e Dimana : Y
: Pemgambilan kredit KUR
X1
: Proses pengajuan kredit
X2
: Pendapatan usaha
X3
: Lama usaha
X4
: Jangka waktu pembayaran
e
: Variabel pengangu
bi
: Intersep konstanta
b i b i b i b i : Koefisien regeresi 2. Alat Uji yang digunakan Pada hipotesis tersebut di atas kemudian dilakukan pengujian meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik. a. Uji Statistik Uji statistik dilakukan untuk mengetahui kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis nol. Ada tiga uji statistik yang dilakukan yaitu:
59
1) Uji t Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen. Dalam uji 1 dengan ketentuan sebagai berikut: a) Menentukan Hipotesis Ho : b i = 0 (berarti variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)
Ha : b i
¹ 0 (berarti variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen) b) Menentukan nilai a c) Melakukan penghitungan t sebagai berikut: t tabel =
a :df=N.K 2
a = derajat signifikasi
dimana:
N = banyaknya data yang digunakan K = banyaknya parameter atau koefisien regresi plus konstanta : hitung =
bi Se(b i )
dimana; b i
= Se =
koefisien regresi variabel ke-i standard error
60
d) Kriteria Pengujian Gambar 3.1 Gambar Aturan Uji t
Ho diterima apabila –t a /2 £ t £ t a /2 Ho ditolak apabila t < -t a /2 atau t > a /2 e) Kesimpulan (1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. (2) Jika t hilang > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2) Uji F Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya atau untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis untuk digunakan. Dalam uji F ini dengan ketentuan sebagai berikut:
61
a) Menentukan hipotesis: Ho = b i = b 2 = b 3 = b 4 = 0 (berarti secara bersama-sama variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen) Ha ¹ b i ¹ b 2 ¹ b 3 ¹ b 4 ¹ 0 (berarti secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen) b) Menentukan nilai a
c) Melakukan penghitungan nilai F F tabel ® F a ; (N – K) ; (K – 1) Dimana; a = Derajat signifikasi N = jumlah data K = jumlah
parameter
dalam
model
termasuk
konstanta F hit = R2/(k-1) (1-R2)/(N-k) Dimana; R2 = koefisien determinasi berganda K = banyaknya parameter total yang dipakai rekan N = banyaknya observasi d) Kriteria pengujian Ho diterima apabila F hitung £ F tabel Ho ditolak apabila F hitung > F tabel
62
e) Kesimpulan (1) Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. (2) Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien
regresi
variabel
independen
secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 3) Koefisien Determinasi R2 Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari varibel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari variabel tersebut. Jika R2 mendekati nol, maka variabel bebas tidak menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikatnya. Jika R2 mendekati 1, maka variabel dari variabel tersebut dapat menerangkan dengan baik dari variabel terikatnya.
(n å xy - å x å y ) å - (å x ) n å - (å y ) 2
2
Rumus: R =
2
2
x
2
2
y
Dimana R2 adalah 0 £ R2 £ 1 Jika R2
= 1, berarti ada kecocokan yang sempurna
Jikar R2
= 0, berarti tidak ada hubungan variabel dependen dengan variabel independen
63
Jika R2
= berarti
bahwa variabel
independen
hubungannya
semakin dekat dengan variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model tersebut baik. b. Uji Asumsi Klasik Persamaan yang baik dalam ekonometrika harus memiliki sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati, 1999: 153). Untuk mengetahui apakah persamaan sudah memiliki sifat BLUE maka perlu dilakukan
uji
asumsi
klasik
yang
meliputi
multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah: 1) Multikolinearitas Salah satu asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikoliearitas, maka model tersebut memiliki standar yang besar, sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai (VIF) disekitar angka satu, dan mempunyai Tolerance Value memdekati 0,1 sedangkan batas nilai VIF adalah 10.
64
2) Heteroskedastisitas Heteoskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji Park, yaitu: a) Melakukan regresi terhadap model regresi yang disusun, kemudian dilihat nilai residualnya. b) Mengkuadratkan nilai residual, lalu diregresikan dengan variabel independen sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: e2 = α 0 + b1X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e c) Dari regresi tahap 2 kemudian dilakukan Uji t. Kemudian dilihat nilai probabalitas t statistiknya. Dengan derajat keyakinan tertentu ( a ). d) Jika probabilitas t statistik < a , maka koefisien regresi tersebut signifikan atau ada masalah heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut. e) Jika probabilitas t tersebut
tidak
statistik > a , maka koefisien regresi signifikan
atau
tidak
ada
masalah
heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut.
65
3) Autokorelasi Autokorelasi merupakan suatu asumsi penting dari model linear klasik. Hal ini menandakan suatu kondisi yang berurutan di antara gangguan atau disturbansi ui yang masuk ke dalam fungsi regresi populasi. Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Dalam hal ini asumsinya adalah autokorelasi tidak terdapat dalam disturbansi atau gangguan ui. Adanya autokorelasi antara variabel gangguan menyebabkan penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan (Durbin-Watson). a) Menggunakan angka Durbin-Watson yang diperoleh dari rumus: é1 - å e i e i -1 ù α = 2ê ú 2 êë å e1 úû
b) Menggunakan angka dengan Durbin-Watson dalam tabel a = 1%, angka dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara bawah (dl) dengan batas atas (du)
66
c) Kriteria pengujiannya adalah: Gambar 3.2 Gambar Uji Durbin-Watson
Raguragu
Raguragu
Autokor elasi positif
0
Autokor elasi negatif
Tidak ada Autokorelasi
dl
0
du = menunjukkan
4-du autokorelasi
4-dl positif
4 atau
menolak Ho d1
= tidak dapat disimpulkan
du
= tidak terdapat autokorelasi atau menerima Ho
4-du
= menunjukkan
autokorelasi
negatif
atau
menolak Ho
67
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kabuaten Sukoharjo 1. Aspek Geografis Wilayah kabpaten Sukoharjo pusat kota terletak pada wilayah Sukoharjo itu sendiri. Dimana batas wilayah dari kabupaten sukoharjo terdiri dari = wilayah utara berbatasan dengan Surakarta, wilayah timur dengan Karang Anyar, wilayah selatan dengan Wonogiri dan Gunung Kidul, dan wilayah barat dengan Klaten dan Boyolali. Secara administrasi Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi 12 kecamatan, yaitu = Sukoharjo, Weru, Bulu, Tawang Sari, Nguter, Bendo Sari, Polokarto, Mojo Laban, Grogol, Baki, Gatak, Kartasura. Kabupaten Sukoharjo mempunyai luas wilayah 466,666 km atau 46.666 hektar, atau 1,34 % dari luaswilayah daerah jawa tengah yang luasnya mencapai 32.553 km. Topogarfi daerah sukuharjo terdiri dari daerah datar yang relative miring dengan dukungan tanah yang subur dan curah hujan yang bervariasi rata-rata 210mm/tahun. Posisi dari daerah dari ketingian laut daerah sukoharjo ada pada ketingian 0-100m ( 23.60 % ) dan antara 100-500mm ( 76.40 % ).
68
Kabupaten Sukoharjo terletak pada posisi = a. Timur 110 57 33.70 BT b. Barat 110 42 60.79 BT c. Utara 7 32 17.00 LS d. Selatan 7 44 32.00 LS 2.
Aspek Demografis : Jumlah penduduk yang ada disukoharjo sangatlah besar, apabila mampu dibina nunutk keperluan tenaga kerja akan menjadi kota yang efektif. Daiamana akan menjadi modal pengembangan yang besar dan menguntukan bagi pengembangan derah itu sendiri. a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin Jumlah penduduk kabupaten sukoharjo menurut jenis kelamin ada pada tabel 4.1 dimana pada tabel itu diambil pada tahun 2008 tercatatat sebanyak 821.213 yang terdiri 405.831 laki-laki dan 415.382 wanita. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun
Laki-laki
Wanita
Jumlah
pertumbuhah
2005
392.518
403.182
795.680
0.93 %
2006
396.008
406.434
802.502
0.96 %
2007
399.002
409.521
808.011
0.79 %
2008
400.831
415.382
821.212
0.75 %
Sumber : BPS Sukoharjo tahun 2009
69
b. Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk kabupaten sukoharjo adalah 1.760 jiwa per kilo meter persegi unutuk tahun 2008. secara terperinci jumlah dan kepatan penduduk tiap kecamatan sukoharjo ada pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk kecamatan
luas
2005
2006
2007
2008
Weru
41,98
1.551
1.558
1.365
1.576
Bulu
43,88
1.167
1.170
1.170
1.176
Tawang sari
39,88
1.428
1.429
1.136
1.445
Sukoharjo
44,58
1.750
1.744
1.795
1.826
Nguter
54,88
1.170
1.170
1.170
1.171
Bendo sari
52,99
1.182
1.198
1.222
1.323
Polo karto
62,18
1.142
1.156
1.156
1.174
Mojo laban
35,54
2.056
2.108
2.108
2.154
Grogol
30,00
3.105
3.118
2.118
3.228
Baki
21,97
2.283
2.138
2.314
2.328
Gatak
19,47
2.327
2.374
2.374
2.410
Kartasura
19,23
4.409
4.444
4.494
4.554
Sumber : BPS Sukoharjo tahun 2009
Dilihat dari tabel yang ada diatas dapat kita lihat kepadatan penduduk kabupaten sukoharjo dalam kurun waktu 4 tahun ini mengalami kenaikan kepadatan penduduk.disisi lain pemerataan
70
penduduk dimana kota kartasura paling padat penduduk nya dan kota nguter paling sedikit tingakat kepadatan nya. c. Mata pencarian Untuk mengetahui keadaan penduduk daerah sukoharjo dengan mata pencarianya, dapat kita lihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Mata Pencarian Jenis usaha
2005
2006
2007
2008
Pertanian
103.011
106.665
102.104
102.110
Perkebunan
557
560
565
563
Peternakan
2.798
2.848
2.794
2.795
Industri olah
57.398
71.142
109.102
109.150
Dagang
99.745
106.931
90.997
90.999
Jasa
110.350
94.867
45.665
45.668
Angkutan
6.745
6.531
7.350
7.295
Perikanan
350
355
365
360
Lain-lain
48.502
48.925
42.000
41.850
Sumber : BPS Sukoharjo tahun 2009
Dari tabel diatas dapat kita lihat lapangan kerja yang paling dominant pada usia kerja produktif ada pada industri pengolahan, lalu di usaha pertanian, dan yang paling sedikit menyerap tenaga kerja ada pada bidang perikanan.
71
d. Kondisi social Sarana pendidikan pada kabupaten sukoharjo sendiri terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, UNIVERSITAS dan SLB. Yang tingkatan pendidikan dapat kita lihat pada tabel: Tabel 4.4 Kondisi social pendidikan Tinkat pendidikan
2008
Tidak sekolah
109.705
Tidak tamat SD
99.337
Tamat SD
210.135
Tamat SMP
131.885
Tamat SMA
120.400
Tamat D3
12.350
Tamat S1
12.800
Sumber : BPS Sukoharjo tahun 2009
Dari hasil penglihatan tabel diatas dapat kita lihat penduduk daerah sukoharjo rata-rata masih belum mengenyam pendidikan minimal 9th sekolah. Damana saja banyak dari penduduk hanya mengenyam sekolah hingga bangku SD saja.
72
B. Gambaran Kelurahan Makam Haji 1. Aspek Geografis Kecamatan makam haji masih berada dalam perbatasan antara kota Surakarta dengan Sukoharjo, Kelurahan Makam Haji masuk dalam wilayah Sukoharjo. Batas wilayah Kelurahan Makam Haji sendiri berbatasn dengan : bagian selatan berbatasan dengan Kelurahan Sido Mulyo, bagian barat berbatasan dengan Karang Lor, sebelah timur berbatasan dengan Sangrahan, bagian utara berbatasan dengan Gobayan. Topografi Kelurahan Makam Haji sendiri terdiri atas daerah yang relative datar dan relatif miring dengan dukungan tanah yang relative cukup subur yang masih bervariasi. Wilayah Kelurahan Makam Haji sendiri berbatasan tepat dengan kota Surakarta, sehingga banyak masyarakat yang sudah mengenala moderisasi. 2. Aspek Demografi a. Tingkatan penduduk Penduduk didearah Kelurahan Makam Haji tergolong cukup padat dan rapat, dikarenakan Kelurahan Makam Haji sendiri berada tepat dengan batas kota solo. Sehingga banyak dari penduduk Makam Haji adalah golongan orang urbanisasi. Penduduk Kelurahan Makam Haji memiliki total penduduk berjumlah 17.475 orang penduduk, dengan pengolongan laki-laki 8.677 oarang dan 8798 orang tergolong perermpuan.
73
b. Mata pencarian Mata pencarian atau pekerjaan penduduk daerah Makam Haji sendir mayoritas memiliki pekerjaan tetap dan berada pada wilayah perkotaan kota solo. Ini bisa kita lihat pada tabel mata pencarian penduduk berikut ini : Tabel 4.5 Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan
Tahun 2008
Petani
30
Buruh tani
20
Nelayan
-
Pengusaha
80
Buruh industri
8500
Bruruh bangunan
7200
Pedagang
300
Jasa angkutan
50
PNS \ ABRI
700
Sumber : Data Kelurahan Makam Haji tahun 2009
Bila melihat dari data Kelurahan Makam Haji seperti diatas tersebut bisa kita lihat bahwa, mayoritas penduduk Makam Haji bekerja pada bidang sebagai buruh pabrik.ini dikarenakan daerah Makam Haji memiliki banyak pabrik yang beroprasi pada kawasan tersebut.
74
Setelah ada pada buruh pabrik, kebanyakan pekerjaan masyarakat juga menjadi buruh bangunan. Ini dikarenakan area daerah Makam Haji sendiri menjadi target proyek perumhan rakyat.dan menempati urutan terbawah adalah orang yang bekerja pada pertanian, ini dikarenakan wilayah Makam Haji hamper menjadi wilayah perkotaan yang mulai padat dan kehilangan area persawahan. c. Kondisi social bidang pendidikan Kondisi pendidikan Kelurahan Makam Haji memiliki tingkat pendidikan yang bisa dikatan memilikipendidikan yang maju, ini bisa kita lihat dari masyarakatnya yang tidak buta huruf dan sudah banyak yang mengenyam pandidikan 6 tahun belajar. Ini bisa kita lihat pada tabel seprti yang ada berikut ini Tabel 4.6 Kondisi sosial pendidikan Tingkat pendidikan
Tahun 2008
Tidak sekolah
1745
Tamat SD
720
Tamat SMP
8030
Tamat SMA
5050
Diploma
1200
Sarjana
1000
Sumber : Data Kelurahan Makam Haji tahun 2009
75
Dilihat dari tabel diatas bisa kita lihat bahwa pendidikan masyarakat daerah Makam Haji memiliki riwayat pendidikan yang baik. Dimana hamper rata-rata mengenyam pendidikan minimal 9 tahun belajar dan memiliki tingakat stratata sarjana yang lumayan cukup banyak.
C. Gambaran umum bank BRI 1. Sejarah awal berdirinya Pada awalnya bank BRI berdiri didaerah purwokerto jawa tengah dengan pendiri Raden Aria Wiya Atmajda dengan nama Hulpen Spaarband Deinlandsche Bestruus Ambtenaren atau biasa disebut dengan nama Bank Bantuan dan Simpanan Milik Pribumi Kaum Priyayi yang Berkebangsaan Indonesia yang berdiri pada 16 desember 1895. Pada tahun 1946 pada pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai bank pemerintah paertama yang dimilki oleh Indonesia. Adanaya situasi pada perang mempertahnkan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1948 BRI sempat terhenti untuk sementara waktu. Lalu kembali beraktifitas kembali pada tahun 1949 dengan nama BRI serikat. Pada saat itu PERPU no.14 tahun 1960 dibuat peleburan BRI yang bernama bank koperasi tani dan nelayan.
76
Setalah mengalami perjalan hamper sekitar 1 bulan bank bernama koperasi untuk tani dan nelayan dilebur menjadi bank BNI dan pemerintah membuat kmbali bank khusus untuk ekspor-impor yang kemudian bank tersebut memiliki nama bank EXIM. Sejak pada tahun 1992 berdasrkan UU perbankan no.7 tahun 1992 dan peraturan pemerintah RI no.21 tahun 1992 maka status bank BRI menjadi PT.BRI (PERSERO) yany kepemilikanya
masih 100%
pemerintah. Bank BRI berdiri dari dulu sampai sekarang memiliki dasar pelayanan pada pelayanan masyarakat kecil. Hal ini sendiri tercermin pada penyaluran KUK ditahun 1994 – 1995 yang dana penyaluranya hingga Rp. 8.230 Milyardt. Seiring dengan perkembangan perbankan yang semakin pesat bank BRI sendiri memiliki unit kerja yang berjumlah 4.447 bh kaontor kerja, tang terdiri dari: 1 kantor pusat BRI, 12 kantor wilayah, 12 kantor inspeksi, 1 SPI, 170 kantor dalam negeri cabang, 145 kantor cabang pembantu, 1 kantor cabang agency, 1 kantor cabang new york agency, 1 caymand island, 1 kantor perwakilan hong kong, 40 koritor kas, 6 kantor mobile bank, 193 post point, 3.710 BRI unit, 357 pos pelayanan desa. 2. Lokasi BRI unit makam haji Lokasi bank BRI cabang Makam Haji sendiri sangatlah strategis, dimana lokasi nya berada pada perbatasn antara kota Solo dengan kota Gumpang. Dimana lokasi ini banyak dari masyarakat yang memilki
77
kebiasan modern dan sudah maju. Bank BRI cabang Makam Haji sendiri tegolong pada bank unit cabang kelas ke3, ini dilihat dari total pendapatan dan pertumbuhan bank tersebut. Bank BRI cabang Makam Haji termasuk dalam pengawasan kantor cabang pembantu Kartasura. 3. Struktur Organisasi a. Organisasi kantor tingkat pusat, terdiri dari : 1) Tingkat kepemilikan atau pemegang saham 2) Tingkat penetapan arah strategi dan kebijakan 3) Tingkat implementasi operasional dan manajemen : direksi utama (CEO), direktur SBU mikro, direktur SBU retail, direktur SBU corporate, direktur SBU investment, direktur SSUI dan direktur SSU II b. Organisasi tingkat daerah : 1) Kanwil 2) Kacab 3) Kacab pembantu 4) BRI unit BRI unit terbagi dalam 3 kelas, yaitu dari kelas 1,2,3. dan BRI unit makam haji termasuk dalam golongan kelas 3 yang terdiri dari kepala unit, mantri, teller, deskman, dan keamanan. Adapun tugas yang dimilki adalah sebagai berikut ini :
78
a. Kepala unit - Memilki tanggung jawab penuh atas kinerja BRI unit b. Mantri : - Mencari nasabah - Survey - Penagihan - Mengevaluasi produk b. Teller : - Pemelihara citra BRI - Memberi pelayanan pada nasbah - Memastikan kelancaran arus kas c. Deck man ( CS ) : - Memelihara citra BRI - Memberi pelayan - Membuat agenda - Meberi nota - Meregistrasi semua produk yang dimilki oleh BRI d. Keamanan : - Menjaga ketertiban - Memberikan informasi kepada nasabah
79
4. Produk yang dimiliki oleh BRI unit Produk dari bank BRI dan jasa yang dimiliki oleh BRI unit makam haji dalahsebagai berikut ini : a. Simpanan : Jasa pelayanan yang diberikan oleh BRI dalam melayani nasabah dalam bentuk simpanan seperti simpedes, simaskot, dan dopobri. b. Pinjaman : BRI unit juga memberikan pelayanan pada nasabah dalam bentuk pinjaman yang diperuntukan unutuk pengusaha kecil umu dan menengah (UMKM).seperti kredit berpenghasilan tetap, kredit untuk pensiunan, kredit usaha usaha, dan KUR. c. Jasa lain : Disamping dari produk simpanan dan pinjaman BRI unit jauga menerima jasa lain, seperti : -
Inkaso
- Pelayanan pensiunan
-
Kliring
- Pembayaran NPWP
-
Pengiriman uang
- Pembayaran listrik
80
5. VISI dan MISI BRI Keberadaan BRI unit Makam Haji untuk dapat mengelola dan mengeporasikan jasa pelayanan perbankan pada umumnya, ternasuk didalamnya nutuk menghimpun dana dan penyaluran kredit. Dalam menjalankan misi nya BRI unit Makam Haji diharapkan juga memiliki profit oriented yang dapat menghasilkan keuntungan sehingga dapat memberikan kontribusi pada BRI secara keseluruhan. VISI : Menjadi bank komersil terkemuka yang selalu mengutamakan kepentingan nasabah. MISI : 1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakn pelayanan pada penusaha umum kecil dan menengah (UMKM) untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat. 2. Memberikan pelayanan prima pada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar dan didukung oleh SDM yang professional dan dapat melaksanakan good corporate govermace. 3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal pada pihak yang memilki kepentingan pada BRI .
81
D. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 70 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit KUR BRI pada BRI kanca unit Makam Haji Sukoharjo. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proses pengajuan kredit, pendapatan usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran terhadap keberhasilan pengambilan kredit pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di wilayah tersebut. 1. Karakteristik Responden Pada pembahasan mengenai karakteristik responden penelitian ini, dapat diketahui gambaran tentang besar dan kecilnya prosentase jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dan umur. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: a. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan
distribusi
jenis
kelamin
responden
yang
merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut: Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
Prosentase
1.
Perempuan
24
34,29%
2.
Laki-laki
46
65,71%
70
100%
Jumlah
82
Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Tabel 4.7 di atas menunjukkan distribusi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin pada pengusaha yang termasuk dalam Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di wilayah Makam Haji. Hasil distribusi diketahui bahwa 34,29% atau 24 orang responden berjenis kelamin perempuan dan 65,71% atau 46 orang responden berjenis kelamin laki-laki. b. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan distribusi umur responden yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang
mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji, maka
diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur No
Umur
Jumlah
Prosentase
1.
20 – 25 Tahun
4
5,71%
2.
26 – 35 Tahun
36
51,43%
3.
36 – 40 Tahun
30
42,86%
100
100%
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Tabel 4.8 di atas menunjukkan distribusi responden penelitian berdasarkan umur pada pengusaha yang termasuk dalam Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di wilayah Makam Haji. Hasil distribusi diketahui bahwa 5,71% atau 4 orang responden berumur antara 20 - 25
83
tahun, 51,43% atau 36 orang berusia antara 26-35 tahun, dan 42,86% atau 30 orang berusia antara 36 - 40 th. 2. Statistik Diskriptif Data Penelitian Pada pembahasan mengenai statistik diskriptif data penelitian ini, dapat diketahui gambaran tentang besar dan kecilnya prosentase jumlah responden berdasarkan proses pengajuan kredit, lama usaha, jangka waktu pengembalian, tingkat pendapatan dan tingkat kredit perbankan. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: a. Proses Pengajuan Kredit Berdasarkan distribusi proses pengajuan kredit pada responden yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut: Tabel 4.9 Proses Pengajuan Kredit No
Proses Pengajuan
Jumlah
Prosentase
1.
Sulit
14
18,60%
2.
Cukup Mudah
34
48,60%
3.
Mudah
23
32,80%
70
100%
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Tabel 4.9 di atas menunjukkan proses pengajuan kredit yang dirasakan pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat diBRI
84
Makam Haji. Hasil distribusi diketahui bahwa 18,60% atau 14 orang merasakan bahwa proses pengajuan kredit termasuk kategori sulit, 48,60% atau 34 orang merasakan bahwa proses pengajuan kredit termasuk kategori cukup mudah dan 32,80% atau 23 orang merasakan proses pengajuan kredit termasuk kategori mudah. b. Pendapatan Usaha Berdasarkan distribusi pendapatan usaha pada responden yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut: Tabel 4.10 Pendapatan Usaha No
Pendapatan Usaha
Jumlah
Prosentase
1.
< Rp 500.000,- per bulan
31
44,29%
2.
Rp 500.000,- s/d Rp 750.000,- per bulan
24
34,29%
3.
> Rp 750.000,- per bulan
15
21,42%
70
100%
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Tabel 4.10 di atas menunjukkan pendapatan yang diperoleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji memiliki Hasil distribusi, diketahui bahwa 44,29% atau 31 orang mempunyai pendapatan kurang dari atau sama dengan Rp 500.000,per bulan, 34,29% atau 24 orang mempunyai pendapatan antara Rp
85
500.000,- s/d Rp 750.000,- per bulan dan 21,42% atau 15 orang mempunyai pendapatan lebih dari Rp 750.000,- per bulan. c. Lama Usaha Berdasarkan distribusi lama usaha pada responden yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut:
Tabel 4.11 Lama Usaha No
Lama Usaha
Jumlah
Prosentase
1.
< 10 Tahun
47
67,14%
2.
10 – 15 Tahun
13
18,57%
3.
> 15 Tahun
10
14,29%
70
100%
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Tabel 4.11 di atas menunjukkan lama usaha para pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji memilki Hasil distribusi, diketahui bahwa 67,14% atau 47 orang mempunyai lama usaha kurang dari atau sama dengan 10 Tahun, 18,57% atau 13 orang mempunyai lama usaha antara 10 – 15 Tahun dan 14,29% atau 10 orang mempunyai lama usaha lebih dari 15 Tahun.
86
d. Jangka Waktu Pembayaran Berdasarkan distribusi jangka waktu pembayaran kredit pada responden yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji, diperoleh : Tabel 4.12 Jangka Waktu Pembayaran No
Jangka Waktu Pembayaran
Jumlah
Prosentase
1.
< 10 Bulan
18
25,71%
2.
10 – 15 Bulan
49
70,00%
3.
> 15 Bulan
3
4,29%
70
100%
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Tabel 4.12 di atas menunjukkan jangka waktu pembayaran para pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji memiliki Hasil distribusi, diketahui bahwa 25,71% atau 18 orang mempunyai kemampuan dalam membayar kredit dengan jangka waktu kurang dari atau sama dengan 10 Bulan, 70,00% atau 49 orang mempunyai kemampuan dalam membayar kredit dengan jangka waktu antara 10 – 15 Bulan dan 4,29% atau 3 orang mempunyai kemampuan dalam membayar kredit dengan jangka waktu lebih dari 15 Bulan.
87
e. Pemgambilan kredit KUR Berdasarkan distribusi tingkat kredit perbankan pada responden yang merupakan 70 pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji, maka diperoleh hasil penyebaran data sebagai berikut: Tabel 4.13 Pemgambilan kredit KUR No
Tingkat Kredit Perbankan
Jumlah
Prosentase
1.
< Rp 1.000.000,-
26
37,14%
2.
Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,-
31
44,29%
3.
> Rp 1.500.000,-
13
18,57%
70
100%
Jumlah Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Tabel 4.13 di atas menunjukkan tingkat kredit perbankan yang diterima para pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji memilki Hasil distribusi, diketahui bahwa 37,14% atau 26 orang mendapatkan kredit perbankan sebesar kurang dari atau sama dengan Rp 1.000.000,-; 44,29% atau 31 orang mendapatkan kredit perbankan antara Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,- dan 18,57% atau 13 orang mendapatkan kredit perbankan lebih dari Rp 1.500.000,-.
88
3. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh proses pengajuan, pendapatan usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran terhadap tingkat kredit perbankan. Adapun berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.15 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Variabel (Constant) Proses Pengajuan (X1)
Coefficient 724.608,400
Jangka Pembayaran (X4) R2
thitung
P
2,895
0,005
95.336,390
0,185
2,415
0,019
0,990
0,488
6,085
0,000
20.101,303
0,233
3,015
0,004
-39.805,500 -0,205
-2,653
0,010
Pendapatan Usaha (X2) Lama Usaha (X3)
Beta
= 0,701
Fhitung = 38,014 Ftabel
= 2,53
ttabel
= 1,997
Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Dari tabel 4.15 yang merupakan hasil pengujian regresi linier berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y = 724.608,400 + 95.336,390X1 + 0,990X2 + 20.101,303X3 39.805,500X4
89
Berdasarkan persamaan regresi diketahui bahwa nilai konstan untuk persamaan regresi adalah 724.608,400 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya proses pengajuan, pendapatan usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran, maka tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji adalah sebesar Rp 724.608,400. Nilai koefisien regresi untuk variabel Proses Pengajuan (X1) adalah 95.336,390 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa semakin mudah proses pengajuan kredit perbankan, maka akan semakin meningkatkan tingkat kredit perbankan yang diterima pengusaha sebesar Rp 95.336,390. Nilai koefisien regresi untuk variabel pendapatan usaha (X2) adalah 0,990 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pendapatan usaha sebesar Rp 1,-, maka akan meningkatkan tingkat kredit perbankan yang diterima pengusaha sebesar Rp 0,990. Nilai koefisien regresi untuk variabel lama usaha (X3) adalah 20.101,303 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat lama usaha sebesar 1 tahun, maka tingkat kredit perbankan yang diterima akan mengalami peningkatan sebesar Rp 20.101,303 dan untuk nilai koefisien regresi untuk variabel jangka waktu pembayaran (X4) adalah -39.805,500 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan jangka waktu pembayaran kredit selama 1 bulan, akan
90
menurunkan tingkat kredit yang diterima pengusaha sebesar Rp 39.805,500. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pendapatan usaha mempunyai nilai koefieisen beta sebesar 0,488 yang lebih besar jika dibandingkan dengan variabel-variabel yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan usaha lebih dominan berpengaruh terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji. b. Uji t (Pengujian Secara Parsial) Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen. Pengujian regresi digunakan pengujian dua arah (two tailed test) dengan menggunakan α = 5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah sebesar 95%. Adapun hasil uji t adalah sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Ketepatan Parameter Penduga (Uji t) No
Variabel
thitung
p
Keterangan
1
Proses Pengajuan (X1)
2,415
0,019
Signifikan
2
Pendapatan Usaha (X2)
6,085
0,000
Signifikan
3
Lama Usaha (X3)
3,015
0,004
Signifikan
4
Jangka Pembayaran (X4)
-2,653
0,010
Signifikan
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
91
1) Proses Pengajuan (X1) Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengolahan data untuk variabel proses pengajuan (X1) diperoleh nilai thitung sebesar 2,415. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,415 > 1,997) dengan probabilitas 0,019 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel proses pengajuan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji. 2) Pendapatan Usaha (X2) Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengolahan data untuk variabel pendapatan usaha (X2) diperoleh nilai thitung sebesar 6,085. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (6,0852 > 1,997) dengan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel pendapatan usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji. 3) Lama Usaha (X3) Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengolahan data untuk variabel lama usaha (X3) diperoleh nilai thitung sebesar 3,015. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,015 > 1,997) dengan probabilitas
92
0,004 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji. 4) Jangka Waktu Pembayaran (X4) Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengolahan data untuk variabel jangka waktu pembayaran (X4) diperoleh nilai thitung sebesar -2,653 Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari -ttabel (-2,653 < -1,997) dengan probabilitas 0,010 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang
berarti
bahwa
variabel
jangka
waktu
pembayaran
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha (UMKM) di Makam Haji. c. Uji F Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama-sama. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen atau untuk mengetahui apakah persamaan model cukup eksis untuk digunakan, Berdasarkan derajat keyakinan 5% diperoleh nilai Ftabel pada df: 4; 65 sebesar 2,53. Berdasarkan hasil analisis uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 38,014 > 2,53 dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak berarti menerima H1, hal ini berarti bahwa proses pengajuan,
93
pendapatan usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran secara bersama-sama
berpengaruh
signifikan
terhadap
tingkat
kredit
perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji. d. Koefisien Determinasi (R2) Keofisien
determinasi
digunakan
untuk
mengetahui
seberapa jauh variasi dari variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari variabel tersebut. Hasil perhitungan untuk nilai R2 dengan bantuan program SPSS 15.0 for windows, dalam analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi atau R2 sebesar 0,701. Hal ini berarti tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji 70,1% dapat dijelaskan oleh variasi perubahan pada proses pengajuan, pendapatan usaha, lama usaha dan jangka waktu pembayaran serta 29,9% diterangkan oleh faktor lain. e. Pengujian Asumsi Klasik Persamaan yang baik dalam ekonometrika harus memiliki sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Gujarati, 1999: 153). Untuk mengetahui apakah persamaan sudah memiliki sifat BLE maka perlu dilakukan
uji
asumsi
klasik
yang
meliputi
multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Berikut ini adalah hasil pengujian
94
asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. 1) Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berhubungan dengan situasi dimana hubungan linear yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel bebas. Pengaruh multikolinearitas dalam penelitian ini akan dihilangkan dengan cara menghilangkan variabel yang memiliki korelasi derajat nol (korelasi sederhana) yang tinggi. Pedoman suatu
model
regresi
yang
bebas
multikolinearitas
adalah
mempunyai nilai (VIF) disekitar angka satu, dan mempunyai Tolerance Value memdekati 0,1 sedangkan batas nilai VIF adalah 10. Berikut adalah hasil pengujian multikolinearitas: Tabel 4.17 Hasil Pengujian Multikolinearitas No
Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
1.
Proses Pengajuan (X1)
0,782
1,278
Tidak Terjadi Multikolinearitas
2.
Pendapatan Usaha (X2)
0,717
1,395
Tidak Terjadi Multikolinearitas
3.
Lama Usaha (X3)
0,772
1,295
Tidak Terjadi Multikolinearitas
4.
Jangka Pembayaran (X4)
0,768
1,302
Tidak Terjadi Multikolinearitas
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Dengan melihat hasil pengujian multikolinearitas di atas, diketahui bahwa tidak ada satupun dari variabel bebas yang mempunyai nilai tolerance lebih kecil dari 0,1. Begitu juga nilai VIF masing-masing variabel tidak ada yang lebih besar dari 10.
95
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang sempurna antara variabel bebas (independent), sehingga model regresi ini tidak ada masalah multikolinearitas. 2) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksiran Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Untuk mendekteksi masalah heteroskedastisitas digunakan uji Park. Dalam hal ini perhitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 15.0 for windows. Jika variabel bebas tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, berarti disimpulkan model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil pengujian heteroskedastisitas: Tabel 4.18 Hasil Uji Heteroskedastisitas No
Variabel
thitung
p
Keterangan
1.
Proses Pengajuan (X1)
-1,582
0,119
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
2.
Pendapatan Usaha (X2)
1,223
0,226
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
3.
Lama Usaha (X3)
-0,229
0,820
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
4.
Jangka Pembayaran (X4)
-0,350
0,728
Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
96
Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diketahui bahwa variabel-variabel bebas tidak signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat (p> 0,05), berarti disimpulkan model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Autokorelasi menandakan suatu kondisi yang berurutan di antara gangguan atau distribusi ai yang masuk ke dalam fungsi regresi populasi. Adanya autokorelasi antara variabel pengganggu menyebabkan penaksiran tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar. Berdasarkan pada jumlah sampel (n) = 70 dan jumlah variabel bebas (k) = 4, maka besarnya nilai tabel Durbin-Watson Test adalah du= 1,740 dan
4-dl (1,490) = 2,510.
berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai du 1,740 < DW 2,426 < 2,510, maka tidak terjadi adanya autokorelasi antar variabel independen. f. Pembahasan Saat ini proses pengambilan kredit sangat selektif dalam pengucurannya. Dengan mewabahnya lembaga keuangan baik dari bank, BPR, Koperasi dan lain sebainya itu semakin menambah sulitnya untuk memperoleh kredit. Di setiap pelosok desa terdapat cabang-cabang dari lembaga keuangan tersebut, sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan pasar dan menguasainya. Sekarang kredit sendiri adalah hasil atau laba yang dihasilkan oleh lembaga
97
keuangan untuk kegiatan operasinya. Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit usaha rakyat ( KUR ) di BRI kanca unit Makam Haji diperoleh hasil bahwa untuk variabel proses pengajuan (X1) diperoleh nilai thitung sebesar 2,415. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,415 > 1,997) dengan probabilitas 0,019 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel proses pengajuan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji Banyaknya persaingan lembaga keuangan mengakibatkan tingkat selektifitas dalam pemberian kredit perbankan cukup tinggi, terkadang banyak diantara lembaga keuangan yang sulit dalam mengurusi proses pengajuan kredit, dan hasil kredit yang diperolehpun tidak sesuai yang diinginkan. Hal ini karena adanya kekhawatiran dari pihak lembaga keuangan terhadap kredit yang diberikan. Namun, sebaliknya bagi pengusaha yang sudah dipercaya akan lebih mudah dalam mengurusi proses pengajuan kredit, dan hasil kredit yang diperolehpun juga akan sesuai yang diinginkan. Berdasarkan hasil perhitungan variabel pendapatan usaha (X2) diperoleh nilai thitung sebesar 6,085. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (6,0852 > 1,997) dengan probabilitas 0,000 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel pendapatan
98
usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji. Salah satu pengukur keberhasilan suatu usaha dilihat dari tingkat pendapatannya itu sendiri. Pendapatan bersih bisa diukur menggunakan dari selisih tingkat pendapatan bersih dikurangi dengan biaya yang harus ditanggung oleh usaha tersebut. Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai kemampuan menghasilkan laba dari sejumlah dana yang dipakai untuk menghasilkan laba tersebut. Dari melihat pendapatan ini bisa diketahui apakah dalam usaha perlu adanya tambahan modal atau tidak. Pengusaha yang memiliki kemampuan pendapatan yang baik tentunya akan mudah dalam pencairan dana baik dari modal sendiri atau modal asing. Bila mana memakai modal asing, tentunya pihak lembaga keuangan akan melihat kredibilitas
pengembalian
kreditnya
dari
berapa
tingkat
pendapatannya. Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel lama usaha (X3) diperoleh nilai thitung sebesar 3,015. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,015 > 1,997) dengan probabilitas 0,004 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil
99
Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji. Dalam menjalankan usaha lama usaha dapat memiliki pengaruh yang besar pada keberhasilan usaha tersebut. Dimana semakin lama usaha itu berdiri maka semakin terampil pengelola dan semakin mengetahui seluk beluk usahanya tersebut. Dan dari lama usaha orang menjadikan kegagalan dan jalan perintisan usaha sebagai bekal guna mengajukan dan melancarkan usahanya tersebut. Dalam pengajuan kredit pada suatu lembaga keuangan, lama usaha berdiri juga menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan kredit itu sendiri. Artinya semakin lama suatu usaha tersebut berlangsung maka semakin kredibel usaha itu dibandingkan dengan usaha yang baru. Berdasarkan hasil perhitungan untuk variabel jangka waktu pembayaran (X4) diperoleh nilai thitung sebesar -2,653 Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari -ttabel (-2,653 < -1,997) dengan probabilitas 0,010 < 0,05; maka H0 ditolak berarti H1 diterima, yang berarti bahwa variabel jangka waktu pembayaran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji. Jangka
waktu
pembayaran
yaitu
rentang
waktu
yang
dibutuhkan peminjam modal dalam pengembalian kreditnya. Jangka
100
waktu pengambilan merupakan cerminan dari adanya risiko dari kredit tersebut. Dimana semakin lama kredit itu, maka akan semakin besar pula tingkat resiko yang ditanggung oleh lembaga keuangan tersebut (Suyatno dkk, 1999: 101). Kemampuan seseorang dalam pengambilan kredit yang telah diambil dapat dilihat dari berapa jangka waktu pengembalian kredit tersebut. Bila mana semakin lama kredit tersebut, maka tingkat resiko semakin besar dan sebaliknya juga. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pendapatan usaha mempunyai nilai koefieisen beta sebesar 0,488 yang lebih besar jika dibandingkan dengan variabel-variabel yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan usaha lebih dominan berpengaruh terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji.
101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit Usaha Rakyat pada BRI Kanca Unit Makam Haji dapat ditarik kesimpulan: 1. Proses pengajuan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji 2. Pendapatan usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji 3. Lama usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji 4. Jangka waktu pembayaran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji
102
5. Pendapatan usaha merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat kredit perbankan yang diterima oleh pengusaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang mengambil kredit usaha rakyat di BRI Makam Haji
B. Saran Adanya berbagai kekurangan maupun keterbatasan dari penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Lembaga keuangan diharapkan lebih selektif dalam memberikan kredit terhadap pengusaha, sehingga mengurangi resiko yang akan ditanggung oleh lembaga keuangan. 2. Para pengusaha diharapan dapat menjaga kepercayaan dari para lembaga keuangan dengan senantiasa melakukan pembayaran kredit sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga akan mempermudah dalam pengajuan kredit di masa yang akan datang. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas penelitian dengan lebih memperbayak sampel yang digunakan sebagai sampel penelitian serta mencari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat kredit perbankan.
103
Descriptives
Descriptive Statistics N Proses Pengajuan Pendapatan Usaha Lama Usaha Jangka Waktu Pembayaran Tingkatan Kredit Perbankan Valid N (listwise)
70 70 70 70 70 70
Minimum Maximum Mean Std. Deviation 1 3 2.14 .708 400000 1100000 587428.57 179360.262 5 22 9.86 4.220 8 17 11.87 1.880 900000 2300000 1236286 364135.551
Frequencies Statistics
N
Tingkatan Proses Pendapatan Jangka Waktu Kredit Pengajuan Usaha Lama Usaha Pembayaran Perbankan Valid 70 70 70 70 70 Missing 0 0 0 0 0
104
Frequency Table Proses Pengajuan
Valid
1 2 3 Total
Frequency 13 34 23 70
Percent 18.6 48.6 32.9 100.0
Valid Percent 18.6 48.6 32.9 100.0
Cumulative Percent 18.6 67.1 100.0
Pendapatan Usaha
Valid
400000 450000 470000 500000 540000 550000 560000 570000 580000 600000 610000 630000 640000 650000 660000 680000 700000 750000 770000 800000 810000 830000 850000 900000 950000 1100000 Total
Frequency 19 2 1 9 2 4 1 1 1 4 2 1 1 1 2 1 3 2 1 2 2 1 1 3 1 2 70
Percent 27.1 2.9 1.4 12.9 2.9 5.7 1.4 1.4 1.4 5.7 2.9 1.4 1.4 1.4 2.9 1.4 4.3 2.9 1.4 2.9 2.9 1.4 1.4 4.3 1.4 2.9 100.0
Valid Percent 27.1 2.9 1.4 12.9 2.9 5.7 1.4 1.4 1.4 5.7 2.9 1.4 1.4 1.4 2.9 1.4 4.3 2.9 1.4 2.9 2.9 1.4 1.4 4.3 1.4 2.9 100.0
Cumulative Percent 27.1 30.0 31.4 44.3 47.1 52.9 54.3 55.7 57.1 62.9 65.7 67.1 68.6 70.0 72.9 74.3 78.6 81.4 82.9 85.7 88.6 90.0 91.4 95.7 97.1 100.0
105
Lama Usaha
Valid
5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 21 22 Total
Frequency 4 28 12 2 1 2 3 3 2 3 3 2 2 1 1 1 70
Percent 5.7 40.0 17.1 2.9 1.4 2.9 4.3 4.3 2.9 4.3 4.3 2.9 2.9 1.4 1.4 1.4 100.0
Valid Percent 5.7 40.0 17.1 2.9 1.4 2.9 4.3 4.3 2.9 4.3 4.3 2.9 2.9 1.4 1.4 1.4 100.0
Cumulative Percent 5.7 45.7 62.9 65.7 67.1 70.0 74.3 78.6 81.4 85.7 90.0 92.9 95.7 97.1 98.6 100.0
Jangka Waktu Pembayaran
Valid
Frequency 8 1 9 4 10 13 11 16 12 11 13 10 14 10 15 2 16 2 17 1 Total 70
Percent Valid Percent 1.4 1.4 5.7 5.7 18.6 18.6 22.9 22.9 15.7 15.7 14.3 14.3 14.3 14.3 2.9 2.9 2.9 2.9 1.4 1.4 100.0 100.0
Cumulative Percent 1.4 7.1 25.7 48.6 64.3 78.6 92.9 95.7 98.6 100.0
106
Tingkatan Kredit Perbankan
Valid
900000 1000000 1040000 1100000 1180000 1200000 1220000 1240000 1260000 1300000 1320000 1360000 1380000 1400000 1420000 1460000 1500000 1600000 1640000 1700000 1720000 1760000 1900000 2000000 2300000 Total
Frequency 25 1 1 9 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 2 70
Percent 35.7 1.4 1.4 12.9 2.9 2.9 1.4 1.4 1.4 4.3 2.9 1.4 1.4 1.4 2.9 1.4 4.3 1.4 1.4 2.9 2.9 1.4 4.3 1.4 2.9 100.0
Cumulative Valid Percent Percent 35.7 35.7 1.4 37.1 1.4 38.6 12.9 51.4 2.9 54.3 2.9 57.1 1.4 58.6 1.4 60.0 1.4 61.4 4.3 65.7 2.9 68.6 1.4 70.0 1.4 71.4 1.4 72.9 2.9 75.7 1.4 77.1 4.3 81.4 1.4 82.9 1.4 84.3 2.9 87.1 2.9 90.0 1.4 91.4 4.3 95.7 1.4 97.1 2.9 100.0 100.0
107
Regression Model Complete Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Removed
Variables Entered Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, Proses Pengajuan, a Pendapatan Usaha
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
Model Summaryb Model 1
R .837a
R Square .701
Adjusted R Square .682
Std. Error of the Estimate 205305.606
a. Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha b. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 6.4E+012 2.7E+012 9.1E+012
df 4 65 69
Mean Square 1.602E+012 4.215E+010
F 38.014
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha b. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 724608.4 250288.4 Proses Pengajuan 95336.39039473.991 .185 Pendapatan Usaha .990 .163 .488 Lama Usaha 20101.303 6666.809 .233 Jangka Waktu Pembayaran -39805.515004.846 -.205
t 2.895 2.415 6.085 3.015 -2.653
Sig. .005 .019 .000 .004 .010
a. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
108
Regression for Multicolinearity Test Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Removed
Variables Entered Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, a Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
Coefficientsa
Model 1
Proses Pengajuan Pendapatan Usaha Lama Usaha Jangka Waktu Pembayaran
Collinearity Statistics Tolerance VIF .782 1.278 .717 1.395 .772 1.295 .768 1.302
a. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
a Collinearity Diagnostics
Condition Proses Model Dimension Eigenvalue Index (Constant) Pengajuan 1 1 4.736 1.000 .00 .00 2 .129 6.070 .01 .00 3 .075 7.923 .00 .54 4 .053 9.413 .00 .35 5 .006 27.206 .99 .10
Variance Proportions Pendapatan Jangka Waktu Usaha Lama Usaha Pembayaran .00 .00 .00 .01 .47 .05 .05 .39 .03 .79 .09 .01 .15 .04 .91
a. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
a Residuals Statistics
Minimum Maximum Mean Std. Deviation Predicted Value 679724.88 2203746 1236286 304775.014 Residual -541735 666372.3 .000 199265.879 Std. Predicted Value -1.826 3.174 .000 1.000 Std. Residual -2.639 3.246 .000 .971
N 70 70 70 70
a. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
109
Regression for Heteroskedasticity Test Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Removed
Variables Entered Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, Proses Pengajuan, a Pendapatan Usaha
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: e²
Model Summary Model 1
R .223a
R Square .050
Adjusted R Square -.009
Std. Error of the Estimate 7.121E+010
a. Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1.7E+022 3.3E+023 3.5E+023
df 4 65 69
Mean Square 4.328E+021 5.070E+021
F .854
Sig. .497a
a. Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha b. Dependent Variable: e²
a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 7E+010 9E+010 Proses Pengajuan -2E+010 1E+010 -.216 Pendapatan Usaha 69014.04556446.709 .175 Lama Usaha -5E+008 2E+009 -.032 Jangka Waktu Pembayaran -2E+009 5E+009 -.048
t .828 -1.582 1.223 -.229 -.350
Sig. .411 .119 .226 .820 .728
a. Dependent Variable: e²
110
Regression for Autocorrelation Test Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, a Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
Model Summaryb Model 1
DurbinWatson 2.426a
a. Predictors: (Constant), Jangka Waktu Pembayaran, Lama Usaha, Proses Pengajuan, Pendapatan Usaha b. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
a Collinearity Diagnostics
Variance Proportions Condition Proses Pendapatan Jangka Waktu Model Dimension Eigenvalue Index (Constant)Pengajuan Usaha Lama UsahaPembayaran 1 1 4.736 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 2 .129 6.070 .01 .00 .01 .47 .05 3 .075 7.923 .00 .54 .05 .39 .03 4 .053 9.413 .00 .35 .79 .09 .01 5 .006 27.206 .99 .10 .15 .04 .91 a.Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
Residuals Statisticsa Minimum Predicted Value 679724.88 Residual -541735 Std. Predicted Value -1.826 Std. Residual -2.639
Maximum 2203746 666372.3 3.174 3.246
Mean 1236286 .000 .000 .000
Std. Deviation 304775.014 199265.879 1.000 .971
N 70 70 70 70
a. Dependent Variable: Tingkatan Kredit Perbankan
111