BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang lemah diidentifikasi sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan global (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). Tata kelola perusahaan yang lemah tercermin dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, dan kurangnya pengawasan atas aktifitas manajemen. Skandal keuangan sering terjadi pada banyak perusahaan dalam situasi seperti ini. Pengalaman krisis keuangan global pada tahun 1998 dan 2008 menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan sangatlah penting. Peningkatan implementasi praktik tata kelola perusahaan pada emiten dan perusahaan publik di Indonesia menjadi prioritas utama untuk menciptakan perusahaan yang akuntabel. Tata kelola perusahaan merupakan mekanisme pengendalian dalam mengatur dan mengelola bisnis dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan dan akuntabilitas perusahaan dalam mempertimbangkan kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholder) yang tidak hanya terbatas kepada para pemegang saham (shareholder). Praktek tata kelola perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan diantaranya kinerja keuangan perusahaan, mengurangi risiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri dan meningkatkan harga saham perusahaan dalam jangka panjang.
1
Survei mengenai tata kelola perusahaan telah dilakukan oleh McKinsey pada tahun 2001 di negara berkembang. Hasil dari survey menyatakan bahwa 76% investor di Asia lebih khawatir atas praktek yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dibandingkan dengan kekhawatiran mereka terhadap isu-isu keuangan. Investor menyatakan akan membayar harga yang lebih tinggi untuk perusahaan yang dikelola dengan baik sebanyak 30% lebih tinggi di pasar negara berkembang (McKinsey in Finance, 2002). Dalam lingkup industri perbankan Indonesia, setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 yang menghancurkan sendi-sendi perekonomian Indonesia, penerapan tata kelola perusahaan yang baik menjadi permasalahan yang penting karena perbankan menguasai hampir 80% sistem keuangan di Indonesia. Bank Indonesia melakukan proses reformasi perbankan dengan mengeluarkan Arsitektur Perbankan Indonesia pada tahun 2004. Khusus untuk tata kelola perusahaan, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum yang kemudian disempurnakan dalam PBI 8/14/PBI/2006. PBI ini mewajibkan bank untuk melaporkan penerapan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang dituangkan dalam Laporan GCG sejak tahun 2008. Booklet Perbankan Indonesia 2014 yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa peraturan mengenai penerapan tata kelola perusahaan berkaitan langsung dengan upaya untuk mencapai kualitas manajemen risiko dan operasional bank. Selain itu telah dikeluarkan peraturan PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang
2
mengkaitkan kualitas pelaksanaan tata kelola perusahaan dengan penilaian kesehatan bank atau yang dikenal dengan Risk Based Bank Rating. Berdasarkan PBI tersebut, cakupan dari penilaian terhadap faktor-faktor tingkat kesehatan bank meliputi Profil Risiko, GCG, Rentabilitas dan Permodalan. Dalam ASEAN Corporate Governance Scorecard, Country Report and Assessment 2012-2013 yang dikeluarkan oleh Asian Development Bank bekerjasama dengan ASEAN Capital Markets Forum, disebutkan bahwa dari hasil penelitian terhadap 100 perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, didapatkan skor rata-rata penerapan GCG di Indonesia yaitu 43,4%. Skor maksimal yang dicapai yaitu 75,4% dan skor terendah adalah 20,8%. Ratarata ini mengindikasikan bahwa mayoritas perusahaan publik di Indonesia belum mempraktekkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan. Khusus untuk perbankan, rata-rata skor GCG bank adalah 58,9%. Hasil Evaluasi Bank Indonesia terhadap 101 Bank di Indonesia pada September 2007 menemukan bahwa 69,3% bank di Indonesia belum memenuhi ketentuan GCG, serta penerapan tata kelola yang lebih baik cenderung didominasi oleh bank asing. Fenomena yang mengemuka dalam industri perbankan di Indonesia adalah mengenai kepemilikan. Pasca krisis ekonomi 1998 terdapat gelombang kepemilikan asing terhadap bank-bank domestik. Pasal 3 Undang-undang No. 29 Tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Asing menyebutkan bahwa jumlah kepemilikan saham bank oleh Warga Negara Asing dan atau Badan Hukum Asing yang diperoleh melalui pembelian secara langsung maupun melalui bursa efek sebanyak-banyaknya adalah 99% dari jumlah saham bank yang bersangkutan.
3
Sejak keluarnya undang-undang ini telah terjadi pembelian oleh investor asing terhadap saham bank domestik. Pada tahun 2011, terdapat akuisisi asing terhadap bank domestik dengan adanya pembelian saham Bank Kesawan oleh Qatar National Bank. Dalam 50 Best Bank 2013 versi Majalah Investor, bank dengan kepemilikan asing di Indonesia menduduki peringkat top ten yang diantaranya adalah CIMB Niaga, Bank Panin, Bank Permata, dan BII Maybank (Beritasatu News, 4 Juni 2013, Daftar Bank Terbaik Versi Majalah Investor). Bank dengan aset terbesar di Indonesia juga didominasi oleh bank dengan kepemilikan asing (Kompas. 12 Agustus 2014. 10 Bank dengan Aset Terbesar di Indonesia). Tabel 1.1: 10 Besar Bank berdasar Aset No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bank Bank Mandiri Bank Rakyat Indonesia Bank Central Asia Bank Negara Indonesia CIMB Niaga Bank Permata Bank Panin Bank Danamon BII Maybank Bank Tabungan Negara
Asset 674, 74 T 621, 97 T 512,98 T 388, 01 T 224,83 T 176, 57 T 156, 72 T 154, 52 T 137,79 T 135,62 T
(Himawan, Syafina. 12 Agustus 2014. Ini 10 Bank dengan Aset Terbesar di Indonesia. http://bisniskeuangan.kompas.com)
Secara teoritis, penerapan GCG dapat meningkatkan kinerja perusahaan, karena tujuan yang diemban oleh manajemen adalah untuk meningkatkan shareholder’s value. Tata kelola perusahaan berhubungan dengan proses dan struktur yang mengarahkan dan mengelola organisasi dalam rangka meningkatkan
4
shareholder’s value melalui peningkatan kinerja perusahaan, dan akuntabilitas serta mempertimbangkan kepentingan stakeholder yang lain (Al-Amarneh, 2014). Penerapan GCG mendorong manajemen untuk mengambil keputusan yang efektif, mencegah tindakan yang oportunis dan mengurangi adanya asimetri informasi antara manajemen dan stakeholders. Penerapan GCG dalam konteks perbankan Indonesia, mengharuskan bank untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas praktek tata kelola yang dilakukan. Hasil penilaian tersebut tercermin dari peringkat GCG sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia SE BI NO. 9/12/DPNP 30 Mei 2007 yang direvisi dengan SE BI 15/15/DPNP 29 April 2013. Peringkat GCG menunjukkan adanya perbedaan kualitas penerapan GCG disetiap bank di Indonesia. Struktur kepemilikan bank dengan masuknya investor asing pada industri perbankan Indonesia menghasilkan kelompok bank-bank yang dimiliki oleh pemerintah, bank yang dimiliki oleh swasta domestik dan yang dimiliki oleh swasta asing atau campuran. Meneliti dampak kedua komponen tersebut terhadap kinerja bank di Indonesia adalah satu bahasan yang menarik peneliti untuk mengujinya. Dalam literatur sebelumnya, telah banyak dilakukan penelitian mengenai penerapan GCG, struktur kepemilikan dan kinerja. Seperti penelitian yang pernah ada sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh Dewayanto (2010) mengenai Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perbankan Nasional: Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 – 2008. Hasil dari penelitian diantaranya menyimpulkan Mekanisme
5
Pemantauan Kepemilikan menunjukkan hubungan yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. Riyanto dan Parinduri (2014) meneliti Kepemilikan Bank dan Efisiensi setelah Krisis Keuangan di Indonesia. Penelitian ini membagi bank-bank yang ada menjadi 6 kelompok yaitu Stated Owned, Large Private Domestic, Small Private Domestic, District Goverment Owned, Joint Venture dan Foreign Owned. Penelitian dilakukan terhadap 130 bank pada periode 2000-2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa state owned bank adalah yang paling tidak efisien. Foreign Owned Bank adalah yang paling efisien. Penelitian ini juga menunjukkan pengalihan kepemilikan bank kepada investor asing akan meningkatkan efisiensi bank. Al-Amarneh (2014) meneliti hubungan tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan dan kinerja bank di Jordania pada tahun 2000 -2012. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi kepemilikan mempunyai hubungan positif dan efek yang signifikan terhadap kinerja bank, dimana kepemilikan asing secara positif berdampak pada kinerja bank (efisiensi operasional). Penelitian ini juga menemukan ukuran dewan direksi meningkatkan kinerja bank (profitabilitas). Walaupun telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai hubungan tata kelola perusahaan, struktur kepemilikan dan kinerja bank, namun dalam konteks perbankan Indonesia, masih sedikit penelitian sejenis yang dilakukan. Selain itu terdapat perbedaan variabel penelitian mengingat beragamnya aspek dari GCG, struktur kepemilikan dan kinerja untuk diteliti. Adapun penelitian yang memasukkan peringkat faktor GCG sebagaimana diatur oleh regulator untuk bank
6
umum di Indonesia belum dilakukan. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk melakukan Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2013. 1.2 Rumusan Masalah 1. Fenomena akuisisi bank domestik oleh investor asing menjadikan terdapatnya
perbedaan struktur kepemilikan saham pada bank di
Indonesia. Struktur kepemilikan diwakili oleh konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing, kepemilikan institusional, dan kepemilikan pemerintah. Sejauh mana struktur kepemilikan mempengaruhi kinerja akan dibuktikan dalam penelitian ini. 2. Penerapan tata kelola perusahaan secara teoritis dapat meningkatkan kinerja atau nilai perusahaan. Pada kenyataannya penerapan tata kelola perusahaan di industri perbankan di Indonesia masih dalam angka rata-rata yang menengah. Sejauh mana tata kelola perusahaan memberikan manfaat bagi kinerja bank akan dibuktikan dalam penelitian ini. 1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1.
Apakah terdapat perbedaan kinerja antara bank dengan kepemilikan asing, bank dengan kepemilikan pemerintah dan bank dengan kepemilikan domestik?
2.
Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja bank di Indonesia?
7
3. Bagaimana pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja bank di Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menguji perbedaan kinerja antara kelompok bank dengan kepemilikan asing, bank dengan kepemilikan pemerintah dan bank dengan kepemilikan domestik. 2. Menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja bank. 3. Menguji pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja bank. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan tata kelola perusahaan terhadap kinerja bank. 2. Menelaah perbedaan kinerja bank antara kelompok bank dengan kepemilikan asing, bank dengan kepemilikan pemerintah dan bank dengan kepemilikan domestik di Indonesia. 3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan strategis bagi pengelolaan bank. 4. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai bahan acuan dan literatur bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang.
8
1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja bank. Kinerja bank diwakili oleh return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan net interest margin (NIM). 2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tata kelola perusahaan dan struktur kepemilikan. Tata kelola perusahaan diwakili oleh nilai bank dalam penerapan tata kelola perusahaan sesuai dengan SE BI No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013. Sedangkan struktur kepemilikan diwakili oleh konsentrasi kepemilikan, kepemilikan asing, kepemilikan institusional, dan kepemilikan pemerintah. 3. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran bank yang diwakili oleh logaritma total aset, ukuran efisiensi yang diwakili oleh rasio beban operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO), rasio kredit bermasalah (NPL) dan rasio penyaluran kredit terhadap dana masyarakat yang dihimpun (LDR). 4. Sampel dari penelitian ini adalah bank yang beroperasi di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan waktu IPO maksimal hingga tahun 2013. 5. Waktu penelitian adalah 5 tahun yaitu tahun 2009 – 2013. Tahun 2009 sebagai awal penelitian karena pada tahun tersebut kewajiban pelaporan pelaksanaan penerapan tata kelola perusahaan baru dijalankan oleh Bank Indonesia.
9
Penelitian ini diakhiri tahun 2013 dengan pertimbangan ketersediaan data publik yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini dibagi dalam lima bab yaitu: Bab I Pendahuluan Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan teori yang terkait dengan penelitian dan hasil penelitian sejenis sebelumnya. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori yang relevan yang dapat menjadi dasar penulis dalam menganalisa hasil penelitian. Teori terkait dalam penelitian ini yang penulis gunakan adalah Teori Keagenan, Tata Kelola Perusahaan, dan Financial Performance. Bab II Metoda Penelitian Bab ini memberikan gambaran data yang diperoleh yang terdiri dari populasi dan sampel, identifikasi variabel, defenisi variabel, metoda analisis dan pembentukan hipotesis. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini akan memberikan pembahasan mengenai analisis data dan hasil yang diperoleh secara kuantitatif. Bab V Kesimpulan Bab ini memberikan kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan
10