BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini persaingan di dalam dunia usaha semakin ketat, termasuk persaingan dalam bisnis pelayanan jasa akuntan publik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan perusahaan go public di Indonesia, mengakibatkan meningkatnya permintaan akan laporan keuangan. Untuk dapat bertahan ditengah persaingan yang ketat, khususnya dibidang bisnis pelayanan jasa akuntan publik harus dapat menghimpun klien sebanyak mungkin dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas, oleh karena itu menuntut para auditor untuk tetap memiliki kualitas audit yang baik (Putra, 2013 dalam Margi Kurniasih, Abdul Rohman 2014). Lembaga profesi (Ikatan Akuntan Indonesia) sendiri terus berusaha untuk menjaga kualitas audit dengan melakukan peer review atas pekerjaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) melalui SK Menkeu No.472/KMK.01.017/1999 tanggal 4 Oktober 1999 yang dilakukan oleh BPKP, namun usaha tersebut belum menunjukkan keberhasilan yang cukup berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) (2005) menghasilkan kesimpulan sebagai berikut 1) hampir semua KAP tersebut tidak melakukan pengujian yang memadai atas suatu account, 2) pada umumnya dokumentasi audit kurang memadai, 3) terdapat auditor yang tidak memahami peraturan perbankan, tetapi menerima penugasan audit terhadap bank, 4) pengungkapan
yang tidak memadai di dalam laporan audit, 5) masih terdapat auditor yang tidak mengetahui laporan dan opini audit yang sesuai standar. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan kualitas audit yang rendah dan tidak dapat diandalkan oleh pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomis (Asna Manullang, 2010:82). Beberapa fenomena yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, diantaranya Kasus yang menimpa akuntan public JAS (Justinus Aditya Sidharta)yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan
keuangan PT. Great River International, Tbk menyebabkan munculnya keraguan atas opini audit dan akibatnya masyarakat mengkritik profesi auditor. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor inverstigasi dari BAPEPAM yang menemukan indikasi penggelumbungan akun penjualan, piutang, dan asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan PT.Great River,Tbk. Yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal membayar hutang. Berdasarkan investigasi BAPEPAM menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan PT.Great River,Tbk ikut menjadi tersangka.Oleh karenanya menteri keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik JAS selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran Standard Profesi Akuntansi Publik (SPAK) berkaitan dengan laporan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT.Great River, Tbk, 2003. Tentunya jika hasil laporan audit tersebut menyebabkan masalah
seperti masalah PT. Great River, Tbk, hal ini memunculkan keraguan mengenai kuailitas audit yang auditor laporkan. (http://www.pradipha.com/2014/08/kronologi-kasus-audit-pt-great-river.html) Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar- standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi (A. A Putu Ratih Cahaya Ningsih, P. Dyan Yaniartha S, 2013). Berkurangnya kualitas infomasi yang dihasilkan dari proses audit dapat terjadi karena beberapa tindakan, seperti mengurangi jumlah sampel dalam audit, Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, Tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan dan Memberikan opini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan scara lengkap. Perilaku pengurangan kualitas audit (reduced aidut quality behaviours) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan dimana tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektipan pengumpulan bukti audit (Lestari 2010:2) dalam (Abdul Muhshyi, 2013). Dalam Penelitian ini terdapat berbagai komponen yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah “time budget pressure, resiko audit dan kompleksitas audit”, untuk itu peneliti mencoba memberikan pemahaman mengenai tiga komponen tersebut yang berpengaruh signifikan maupun tidak terhadap kualitas audit. Time Budget Pressure (Tekanan anggaran waktu) adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efesisensi terhadap
anggaran yang waktu yang telah disusun atau terhadap pembatasan anggaran waktu yang ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Menurut Suprianto (2009) yang menyatakan begitu pentingnya untuk merencanaan waktu audit dengan baik. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat, secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional. Dalam praktiknya, time budget digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi dalam mengerjakan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas audit merupakan komponen penting dalam penilaian kinerja auditor. Hasil penelitian yang dilakukan Priyo, (2007:19-20) menunjukkan bahwa interaksi antara kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu dan pemahaman sistem
informasi
berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa time budget pressure berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Namun bertolak belakang dengan hasil penelitianyang dilakukan oleh Andini Ika Setyorini, Totok Dewayanto (2011) dalam penelitian yang mengangkat “pengaruh kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit dengan variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi” membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu (Time budget pressure) berpengaruh negatif terhadap kualias adit. Tekanan anggaran waktu menyebabkan stress individual yang muncul akibat tidak seimbangnya tugas dan waktu yang tersedia serta mempengaruhi etika professional melalui sikap, nilai, perhatian, dan perilaku auditor (Sososutikno, Christina 2003) dalam (Andini Ika Setyorini, Totok Dewayanto, 2010).
Risiko audit(audit risk) merupakan risiko kesalahan auditor dalam memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material. Risiko bisnis (business risk) merupakan risiko dimana auditor akan menderita kerugian atau merugikan dalam melakukan praktik profesinya akibat proses pengadilan atau penolakan publik dalam hubungannya dengan audit (widarsono, 2005:1) dalam (Abdul Muhshyi, 2013). IAI (2012) juga menyebut bahwa auditor juga menghadapi resiko praktik professional lainnya akibat dari tuntunan pengadilan, publikasi negatif atau peristiwa lain yang timbul berkaitan dengan lapran keungan yang telah diaudit dan dilaporkan. Resiko ini tetap dihadapi auditor meskipun telah melakukan tugas berdasarkan dengan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia dan telah melaporkan hasil audit atas laporan keuangan dengan semestinya Survey yang dilakukan oleh Conram et al (2000) dalam (Piter Simanjuntak, 2008), menjelaskan secara umum bahwa tekanan anggaran waktu memberikan pengaruh yang paling besar terhadap perilaku penurunan kualitas audit dan berhubungan dengan risiko audit. Hasil penelitian ini menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam kondisi tingkat risiko kesalahan audit rendah berhubungan dengan peningkatan tindakan penurunan kualitas audit secara keseluruhan. Didukung dengan penelitian Asna Manullang (2010) mengatkan bahwa semakin rendah tingkat resiko kesalahan dalam pelaksanaan
tugas
akan
menyebabkan
semakin
tingginya
tingkat
RAQ.Widarsono
(2005:3)
dalam
Abdul
Mahshyi
(2013)
juga
mengungkapkan bahwa risiko audit yang dihadapi auditor hendaknya terus diusahakan dapat diminimalisir untuk menghindari risiko bisnis yang dihadapi oleh pengguna laporan auditor dan juga bertujuan untuk menjaga reputasi dari auditor itu sendiri. Kompleksitas Audit, Auditor dalam melaksanakan auditnya selalu dihadapkan dengan tugas tugas yang kompleks (rumit), banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitasn suatu tugas audit, sulit bagi seseorang namun mudah bagi orang lain (Priyo, 2007:4). Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya kompleksitas audit dapat menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan penurunan kualitas audit. Demikian juga pada penelitian (Prasita dan Priyo, 2007) menunjukkan hasil bahwa, kompleksitas audit mempunyai pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Auditor juga menghadapi situasi yang dilematis karena adanya beragam kepentingan yang harus dipenuhi. Dari
beberapa
peneliti
sebelumnya,
penelitian
ini
akan
menggabungkan beberapa variable independen berupa tekanan anggaran waktu, risiko audit, dan kompleksitas audit. Pertama, peneliti ingin mengetahui apakah ketiga variable tersebut mempengaruhi kualitas pada laporan audit. Kedua, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta Barat,
sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan sampel auditor yang bekerja di wilayah Jawa Tengah. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengambil topik penelitian
dibidang
Akuntansi
khususnya
Audit
dengan
judul
“PENGARUHTIME BUDGET PRESSURE, RISIKO AUDIT, DAN KOMPLEKSITAS AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (Study Empiris pada KAP Jakarta Barat)”
B. Perumusah Masalah Penelitian Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah ; 1. Apakah time budget pressure berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah risiko audit berpengaruh terhadap kualitas audit? 3. Apakah kompleksitas audit berpengaruh terhadap kualitas audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian dipaparkan sebagai berikut; 1. Menganalisa pengaruh time budget pressure terhadap kualitas audit. 2. Menganalisa pengaruh risiko audit terhadap kualitas audit. 3. Menganalisa pengaruh kompleksitas audit terhadap kualitas audit.
b. Manfaat Penelitan Untuk manfaat penelitian adalah sebagai berikut; a) Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) 1. Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antar variable tekanan anggaran waktu, resiko kesalahan dan kompleksitas terhadap kualitas audit. 2. Memberikan
masukan
bagi
Kantor
Akuntan
Publik
untuk
mengevaluasi kebijkan yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya penurunan kualitas audit. 3. Memberikan
masukan
bagi
Kantor
Akuntan
Publik
untuk
mengevaluasi prosedur audit dan jangka audit yang ditetapkan. b) Bagi Auditor Sebagai motivator dalam melaksanakan audit pada perusahaan, sehingga laporan yang dihasilkan dapat segera dilaporkan ke BAPEPAM sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan BAPEPAM. Menghindari terjadinya praktik penghentian premature atau prosedur audit pada saat melakukan audit dengan cara meningkatkan profesionalisme dan kualitasnya dalam menjalankan prosedur audit yang sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
c) Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Menambah pengetahuan auditor mengenai factor - faktor apa saja yang menpengaruhi kualitas suatu laporan audit, sehingga dapat
dijalankan sebagai acuan akan pentingnya peningkatan kualitas audit yang ditetapkan dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) untuk meningkatkan kualitas audit dan sebagai pedoman bagi auditor untuk tetap memelihara profesionlisme dan independensi. d) Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (Klien) Melalui peningkatan kualitas audit secara berkesinambungan, klien dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang telah dihasilkan oleh auditor. e) Bagi Akademik Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai fakto-faktor apa yang harus dihindari dalam melakukan proses audit serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan maslah ini. f) Bagi Mahasisiwa Memberi informasi dan gambaran mengenai tekanan anggaran waktu, resiko audit, dan kompleksitas audit terhadap kualitas audit. g) Bagi Penulis Untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi program stara satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Mercu Buana, Jakarta Barat.