perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi”. Pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi terhadap masalah perkembangan pendapatan nasional riil akan tetapi juga meliputi modernisasi kegiatan ekonomi. Salah satu cara mewujudkan modernisasi ekonomi adalah pemberdayaan perekonomian dari sektor informal. Sektor informal berfungsi untuk mengurangi pengangguran karena terbatasnya daya serap lapangan pekerjaan di sektor formal. Perkembangan sektor informal diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam peningkatan taraf hidup dan pendapatan masyarakat. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di Kota Surakarta sendiri kontribusi sektor perdagangan dari tahun 2007 maupun 2011 menempati urutan pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada tahun 2010 sebesar 25,72% dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 26.25% dari total PDRB. Berikut ini sumbangan beberapa sektor terhadap PDRB di Surakarta tahun 2008-2011:
commit1 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha
2008
Pertanian
%
4.726
0,06
2009 5.007
% 0,06
2010 5.532
% 0,06
2011 5.927
% 0,05
2.945
0,04
2.994
0,03
2.942
0,03
3.010
0,03
1.838.499
23,27
1.592.356
17,93
2.081.494
20,94
2.233.248
20,32
203.337
2,57
227.937
2,57
259.004
2,61
287.576
2,62
Bangunan
1.140.846
14,44
1.314.189
14,80
1.440.525
14,49
1.584.659
14,42
Perdagangan
1.984.698
25,12
2.223.561
25,04
2.556.483
25,72
2.885.293
26,25
Pengangkutan dan Komunikasi
884.951
11,20
986.323
11,11
1.106.229
11,13
1.206.106
10,97
Keuangan dan Jasa Perusahaan
863.921
10,93
976.355
10,99
1.123.362
11,30
1.282.678
11,67
977.959
12,38
1.192.017
13,42
1.365.561
13,74
1.504.470
13,69
7.901.886
100,00
8.880.692
100,00
9.941.136
100,00
10.992.971
100,00
Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, G as dan Air Bersih
Jasa-jasa PDRB
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 sektor perdagangan menyumbangkan sebesar 26.25% dari seluruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Sektor yang menduduki urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yang menyumbangkan sebesar 20,32%. Urutan ketiga ditempati sektor jasa yang menyumbangkan sebesar 13,69%. Sektor yang menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terendah pada tahun 2011 adalah sektor pertambangan. Sektor pertambangan menyumbang sebesar 0,03% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Salah satu instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar. Pada awalnya
pasar
dinyatakan
sebagai
tempat
di
mana
barang-barang
diperdagangkan. Menurut konteks yang lebih spesifik, pasar didefinisikan sebagai adanya pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan negosiasi jual beli atas barang maupun jasa tertentu (Sunarto dan Bambang Setiyono. 2007). Secara umum terdapat dua jenis pasar antara lain pasar modern
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dan pasar tradisional. Pasar tradisional digunakan untuk menunjukkan tempat bagi perdagangan pasar yang asli setempat yang sudah berlangsung sejak lama. Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir misalnya, dapat dimasukkan dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya menggunakan cara-cara tradisional (Pamardi, 2002). Sedangkan pengertian tradisional menurut Pepres RI Nomor 112 tahun 2007 adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawarmenawar. Pasar tradisional merupakan aset yang memiliki nilai dan potensi yang tak terhingga bagi pemerintahan daerah dan masyarakat. Dengan adanya peran pemerintah daerah serta pengelolaan yang baik terhadap pasar tradisional akan mampu menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi pemerintah daerah maupun masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah tentunya akan memberikan dampak positif terhadap sendisendi kehidupan yang lain. Pasar tradisional di Kota Surakarta berperan dalam mendorong kelancaran distribusi barang kebutuhan masyarakat walaupun harus bersaing dengan toko modern yang semakin berkembang. Perhatian Pemerintah Kota Surakarta terhadap keberadaan pasar tradisional antara lain dengan menerbitkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1983 tentang Pasar, dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 3 Tahun 1993 yang berisi tentang Pasar serta pembangunan atau rehabilitasi pasar tradisional secara berkesinambungan. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2011 berasal dari pasar tradisional sebesar Rp 20,3 miliar dari total PAD sebesar Rp. 132 miliar. Sumber setoran dari pasar tradisional antara lain berasal dari retribusi para pedagang, penjualan kios, dan perpanjangan surat hak penempatan. Pasar Antik Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan nama pasar Triwindu adalah sebuah pasar tradisional yang memiliki ciri khas, yang membuatnya berbeda dengan pasar-pasar lainnya di kota Surakarta. Ciri khas tersebut adalah komoditi yang dijual di pasar tersebut bukanlah barang kebutuhan sehari-hari akan tetapi menjual barang antik maupun barang reproduksi antik. Selain barang antik, barang lain yang dapat ditemukan antara lain besi tua, onderdil motor dan mobil serta peralatan pertukangan. Pasar Antik Windujenar dalam perkembangannya menjadi identitas tersendiri atas dunia pariwisata maupun perdagangan di kota Surakarta. Eksistensi Pasar Antik Windujenar sejak berdiri hingga sekarang bukan sekedar sebagai ruang ekonomi, tetapi juga menjadi ruang komunitas warga untuk bertukar pikiran dan bersilaturahmi. Warga yang datang ke Pasar Antik Windujenar belum tentu bermaksud untuk membeli barang tertentu. Banyak warga yang datang hanya sekedar ingin berdiskusi tentang barang tertentu. Forum-Forum seperti inilah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
yang membangun atmosfir yang sangat khas di Pasar Antik Windujenar. Berkaca mata pada kondisi yang sudah berjalan maka pengembangan Pasar Antik Windujenar diharapkan dapat disinergiskan dengan pengembangan koridor pariwisata di Kota Surakarta. Revitalisasi pasar merupakan salah satu cara yang diterapkan pemerintah untuk memperbaiki perekonomian masyarakat terutama masyarakat kecil dan menengah dan memperbaiki citra pasar tradisional di mata khalayak. Menurut Danisworo (2002), Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup, akan
tetapi
kemudian
mengalami
kemunduruan/degradasi.
Berdasarkan
Departemen Kimpraswil (2005), dapat didefinisikan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota. Pasar tradisional dahulu memberi sebuah kesan tempat perdagangan antara penjual dan pembeli yang memiliki kesan kumuh dan tidak terawat, akan tetapi dengan revitalisasi pasar diharapkan dapat memperbaiki citra tersebut. Penataan dan revitalisasi lokasi-lokasi di beberapa titik di Kota Surakarta termasuk pasar tradisional tidak saja mempercantik kota dan meningkatkan potensi pasar tradisional, namun juga diharapkan dapat memicu peluang pertumbuhan ekonomi. Dengan sistem penataan pasar tradisional yang baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
membuat Surakarta menjadi acuan penyelenggaraan program revitalisasi pasar tradisional di Indonesia. Inovasi dan pengembangan bisnis di dalamnya menjadi acuan dalam konsep revitalisasi pasar merakyat (www.sindonews.com:31 Januari 2012). Dalam program revitalisasi pasar tradisional yang dilaksanakan terdapat sekitar 3.366 pedagang kios, 7.415 pedagang los dan 4.949 pedagang pelataran di 38 pasar tradisional. Dalam proses revitalisasi ini, seluruh biaya ditanggung oleh APBD kota Surakarta dan tidak ada biaya yang dipungut dari pedagang. Berikut ini asalah jumlah pasar tradisional di Surakarta: Tabel 1.2 Jumlah Pasar Tradisional di Surakarta Tahun 2009 No
Kecamatan
Jumlah
Presentase
1
Laweyan
8
19,00%
2
Serengan
2
5,00%
3
Pasar Kliwon
9
21,50%
4
Jebres
9
21,50%
5
Banjarsari
14
33,00%
42
100,00%
Total
Sumber: Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta 2009
Pasar Antik Windujenar Surakarta merupakan salah satu pasar yang mengalami revitalisasi. Tahun 2009 Pasar Antik Windujenar atau yang lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
dikenal dengan nama Pasar Triwindu direlokasi di depan sayap kanan Pura Mangkunegaran dengan luas tanah 2.384 m2 dan diresmikan oleh Walikota Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara prosesi boyongan pedagang pasar. Adanya revitalisasi pasar dalam hal ini Pasar Antik Windujenar membawa berbagai dampak baik bagi pedagang secara khusus maupun bagi perekonomian kota Surakarta secara umum. Dengan adanya revitalisasi yang dilakukan Pemkot Surakarta diharapkan konsumen semakin banyak, keuntungan pedagang semakin meningkat, serta dapat ditarik kesimpulan apakah revitalisasi tersebut membawa dampak positif terhadap keuntungan pedagang. Maka atas dasar permasalahan di atas Peneliti mengambil judul penelitian “ANALISIS PENGARUH
PROGRAM
KEUNTUNGAN
REVITALISASI
PEDAGANG
DI
PASAR
SURAKARTA”.
commit to user
PASAR ANTIK
TERHADAP WINDUJENAR
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut; 1. Bagaimana pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur, jumlah tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta? 2. Bagaimana perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar?
C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini mempunyai tujuan agar penelitian tersebut dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan yang dikehendaki, adapun tujuan penelitian ini lebih lanjut adalah sebagai berikut; 1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur, jumlah tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. 2. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
D. MANFAAT PENELITIAN Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat member manfaat antara lain : 1. Bagi Pedagang Memberi motivasi untuk peningkatan usaha dan perbaikan manajemen tata kelola usahanya dalam rangka peningkatan keuntungan yang diperoleh dan perkembangan usaha. 2. Bagi Pemerintah Daerah Surakarta Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis terhadap upaya pemerintah daerah kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas pasar tradisional di Kota Surakarta pada umumnya dan Pasar Antik Windujenar pada khususnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pasar a.
Pengertian Pasar Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw, 2007:75). Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang) melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas tertentu yang mejadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual, mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku ekonomi produksi atau pedagang. Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
1) adanya penjual 2) adanya pembeli 3) tersedianya barang yang akan diperjualbelikan 4) terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli. Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual (pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar ada tiga macam, yaitu (Sadono Sukirno, 2004:220): 1) Fungsi Distribusi Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi kepada konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat memasarkan barang hasil produksinya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada konsumen atau kepada pedagang perantara lainnya. Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya secara mudah dan cepat. 2) Fungsi Pembentukan Harga Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan tawar-menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
pihak (antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan kesepakatan harga, atau disebut harga pasar. 3) Fungsi Promosi Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi, karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk, membagikan brosur penawaran, membagikan sampel atau contoh produk kepada calon pembeli, dan sebaginya. b.
Klasifikasi Pasar 1) Pasar Modern Pada
pasar
modern,
penjual
dan
pembeli
tidak
bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Apabila dilihat pendistribusiannya, pasar modern tidak langsung dalam arti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
produsen dan konsumen tidak saling mengenal. Sedangkan yang melayani sekedar sebagai penjaga yang tidak mempunyai akses menentukan harga, sedangkan konsumen tidak membutuhkan kontak langsung dengan penjual, sehingga tidak terjadi kontak sosial antara pembeli dan penjual apalagi dengan produsen. 2) Pasar Tradisional Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern. Di dalam pasar tradisional sebagian besar sebagai pasar eceran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
(retail), di mana pembeli mencari barang sesuai kebutuhan sendiri. Sedangkan pasar modern diidentikkan sebagai pasar grosir, pembeli membeli barang dalam partai besar karena akan dijual lagi (wikipedia, akses Juni 2012). c.
Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar 1. Jumlah penjual atau produsen Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalam suatu industri atau pasar.
Semakin banyak produsen yang
memproduksi barang yang sama maka akan semakin keras persaingan dalam pasar. Hal ini akan mendorong produsen bekerja secara efisien, atau kualitas produknya semakin unggul. Meskipun produk yang dihasilkan sama tetapi orang dapat membedakan karena merek, kualitas atau kemasan. Struktur pasar yang demikian ini tetap dalam persaingan yang sering disebut persaingan monopolistik. Jika dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar monopoli. Disamping itu jika dalam pasar untuk barang tertentu terdapat cukup banyak produsen disebut struktur pasar oligopoli. 2. Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan menentukan pula struktur sifat atau jenis barang yang mempengaruhi struktur pasar. Misalkan barang yang dihasilkan sama atau berbeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
dan tidak dapat diganti dengan produk yang dihasilkan oleh produsen lain. 2.
Pengertian Pedagang Pedagang merupakan orang yang berusaha di bidang produksi dan berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Pedagang adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya (Irawan Basu Swastha, 1992: 289). Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha. Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk melakukan suatu usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi atau non-bisnis.
3.
Teori Permintaan dan Penawaran a.
Permintaan Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau bertambah. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut. Analisis hubungan antara jumlah permintaan dengan harga barang tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain selain harga barang dianggap tidak mengalami perubahan (ceteris paribus). Oleh karena itu diasumsikan bahwa harga adalah tetap kemudian menganalisis bagaimana permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti selera masyarakat, pendapatan (Sukirno, 2005). Hukum permintaan menyatakan bila harga suatu barang naik sedangkan faktor-faktor lain dianggap ceteris paribus maka jumlah barang yang diminta konsumen akan mengalami penurunan. Hukum tersebut membentuk suatu kurva seperti pada gambar 2.1, dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang yang diminta dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga. Dari kurva tersebut terlihat bahwa pada tingkat harga tinggi (P 0), jumlah barang yang diminta rendah (Q0), dan apabila pada tingkat harga yang lebih rendah (P1), jumlah barang yang diminta akan meningkat (Q1). Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta, yang memiliki sifat hubungan tang terbalik. Apabila salah satu variabel naik (misal harga) maka variabel lainnya akan mengalami penurunan (misal jumlah barang yang diminta).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
P
P0 P1 Permintaan (D) Q0 Q1 Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Q
Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara variabel tidak bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel tidak bebas. Menurut Suparmoko (1990) fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut: Qd = f ( P x, Py, I, T, A, N, …. ) Keterangan : Qd
= Jumlah barang yang diminta
Px
= Harga barang A
Py
= Harga barang lain
I
= Tingkat pendapatan konsumen
T
= Selera
A
= Pengeluaran perusahaan untuk promosi
N
= Jumlah penduduk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Sadono Sukirno (2005) selain harga barang itu sendiri, faktor-faktor lain yang menentukan permintaan individu maupun pasar adalah : 1) Selera konsumen Perubahan selera konsumen yang lebih menyukai barang berarti akan lebih banyak barang yang diminta pada setiap tingkat harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti kurva permintaan bergeser ke kiri. 2) Jumlah penduduk Pertambahan
penduduk
menyebabkan pertambahan
tidak
permintaan.
dengan Akan
sendirinya
tetapi
dengan
pertambahan penduduk yang diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja maka pendapatan penduduk meningkat sehingga daya beli masyarakat akan naik yang mengakibatkan naiknya permintaan. Bila volume pembelian oleh masing-masing penduduk adalah sama, maka kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan, sehingga kurvanya bergeser ke kanan. Penurunan jumlah penduduk akan menyebabkan penurunan permintaan. 3) Pendapatan konsumen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Pengaruh perubahan terhadap pendapatan mempunyai dua kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang tersebut merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus barang inferior, maka kenaikkan pendapatan justru menurunkan permintaan. 4) Harga barang-barang lain yang bersangkutan Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan barang subsitusi atau barang komplementer. Kenaikan harga barang subsitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga harga barang tersebut menjadi lebih murah secara relatif. Permintaan suatu barang akan naik apabila harga barang penggantinya turun, maka permintaan akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut harganya
lebih
mahal
dibandingkan
dengan
harga
barang
penggantinya. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang tertentu akan menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun, dan sebaliknya. 5) Ekspektasi Tentang Masa Depan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengauhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak barang pada saat sekarang yang bertujuan untuk menghemat pengeluaran di masa akan datang. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan kerja akan bertambah sulit diperoleh dan kegiatan ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang untuk lebih berhemat dalam pengeluaran dan mengurangi permintaan. Gerakan sepanjang kurva permintaan merupakan perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun.
Gambar 2.2 Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan
Sedangkan pergeseran kurva permintaan jika kurva permintaan kan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan – perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri. P
P1
A2
A1
A3
Q Q2
Q1
Q3
Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan
Titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P1, jumlah yang diminta adalah Q1. Apabila Q1 > Q2 berarti kenaikan pendapatan menyebabkan harga P1 permintaan bertambah sebesar Q1 Q2. Apabila kurva bergerak ke sebelah kanan maka perpindahan itu menunjukan pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan ke sebelah kiri berarti permintaan berkurang. Akibatnya pada harga P1 , jumlah barang yang diminta adalah Q2 (Sukirno, 2005:84). b.
Penawaran Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per periode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
pada berbagai kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan. Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan konstan. Jadi semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan semakin sedikit dan sebaliknya semakin tinggi harganya, semakin tinggi juga jumlah yang ditawarkan. Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah yang ditawarkan. Pada umumnya kurva penawaran menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran bersifat demikian karena terdapat hubungan yang positif diantara harga dan jumlah barang yang ditawarkan yaitu makin tinggi harga, makin banyak jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2005 : 86-87). P
P0
Penawaran (S)
P1
Q0
Q1
Q
Gambar 2.4 Kurva Penawaran
Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga dapat menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran sedangkan perubahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
faktor-faktor lain di luar harga menimbulkan pergeseran kurva penawaran tersebut.
Harga P
A2
P1
S2
S
A
A3
S3
B S2 S
S3 Q2 Q1 Q
Gambar 2.5
Q3
Jumlah Barang
Grafik Gerakan Kurva Penawaran da n Pergeseran Kurva Penawaran
Dimisalkan pada mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A menggambarkan bahwa pada waktu harga adalah P, jumlah barang yang ditawarkan adalah Q. Bila harga turun menjadi P1, hubungan di antara harga dan jumlah yang ditawarkan pindah ke titik B. Berarti sekarang jumlah yang ditawarkan hanya sebanyak Q1 . Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Pergeseran dari SS menjadi S2 S2 atau S3 S3 menggambarkan perubahan penawaran. Gambar di atas menunjukkan pergeseran kurva penawaran dari SS menjadi S2 S2 , menyebabkan jumlah yang ditawarkan berkurang dari Q menjadi Q2 walaupun harga tetap sebesar P, seperti ditunjukkan oleh titik A2 . Pergeseran SS menjadi S3 S3 menggambarkan peningkatan penawaran. Sebagai akibat dari pergeseran tersebut, seperti ditunjukkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
oleh titik A3, pada harga P sekarang jumlah barang yang ditawarkan menjadi Q3 (Sukirno, 2005 : 89-90). 4.
Keuntungan Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Pemilik usaha menjalankan kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan yang maksimum, dan keuntungan maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha membuat pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan dijualnya. Berikut pengertian keuntungan menurut para ahli : 1) Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan tergantung pada besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau seseorang. 2) Apandi Nasehatun (1999:166) mengemukakan bahwa keuntungan adalah selisih lebih dari pendapatan dikurangi biaya-biaya dalam periode tertentu. 3) Sofyan Syafri (2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang atau perusahaan
setelah
dikurangi
oleh
commit to user
biaya-biaya
yang
seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
dikeluarkan. Apabila selisih antara penerimaan dan biaya tersebut positif, maka itulah yang disebut keuntungan. Apabila sebaliknya selisihnya negatif itu disebut rugi. 5.
Teori Keuntungan Fungsi keuntungan didefinisikan sebagai total nilai keluaran (output) yang dikurangi dengan total biaya dari faktor produksi tidak tetap (variables input) Secara bentuk sistematis Fungsi keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1987:109): - TC Dimana : – – TR = Total revenue (jumlah seluruh pendapatan dari hasil penjualan hasil outputnya) TR = output x harga jual. – TC = Total cost (jumlah biaya) – Apabila TR-TC = positif (0< ) maka terdapat keuntungan, TR –TC = Negatif maka terjadi kerugian, dan apabila TR-TC = 0 maka terjadi Break Event Point (tidak terjadi keuntungan maupun kerugian)
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang antara lain : 1)
Modal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaanperusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek. Hingga saat ini di antara para ahli ekonomi juga belum terdapat kesamaan opini tentang apa yang disebut modal (Sulistiyono, 2009). Sumber modal, yaitu terdiri dari : a. Sumber Intern Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumbar dana intern yaitu: 1) Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang di pakai. 2) Setiap saat tersedia jika diperlukan. 3) Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana perusahaan. 4) Biaya pemakaian relatif murah. b. Sumber Ekstern
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern adalah: 1) Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas. 2) Dapat dicari dari berbagai sumber. 3) Dapat bersifat fleksibel. Sumber dari modal ekstern adalah (Sulistiyono, 2009): 1) Supplier Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari 1 tahun), maupun jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun). Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang dagang dan bahan mentah oleh supplier kepada langganan. Supplier atau manufaktur (pabrik) sering pula menjual mesin atau peralatan lain hasil produksinya kepada suatu perusahaan yang menggunakan mesin atau peralatan tersebut dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10 tahun. 2) Bank Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
3) Pasar Modal Pasar modal adalah suatu pasar abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di suatu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan. Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana semua dana yang didapat perusahaaan ditanamkan, sedangkan pengertian dari modal pasif adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Besar kecilnya modal yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap keuntungan usaha yang diraih pengusaha. Semakin besar modal yang digunakan berarti dapat memproduksi barang dengan jumlah semakin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
banyak, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh pengusaha. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan modal asing adalah modal yang didapat dari hasil pinjaman atau kredit dari lembaga keuangan yang ada. Kekuatan modal yang tertumpu pada kekuatan sendiri akan lebih baik daripada modal berasal dari luar, karena modal dari luar tentu memiliki konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan dari pihak luar. 2) Pengalaman Usaha Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti usaha yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang menjalankan usahanya maka akan berpengalaman seseorang menggeluti usaha yang dijalankannya. Lamanya usaha yang dijalankan menjadi tolok ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Pengalaman usaha berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan. Dalam penelitian tentang mobilitas penghasilan imigran di Surabaya menunjukkan adanya pengaruh usia pendatang dan jangka waktu bertempat tinggal di kota (Chris Manning dan Effendi, 1985: 397). Hal ini dimaksudkan bahwa makin lama seseorang menekuni pekerjaannya, maka makin banyak pula pengalaman dalam usahanya tersebut. Hal ini tentu saja akan meningkatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
keberhasilan usahanya, karena selain mereka mempunyai pengalaman dalam pengelolaannya mereka juga mengetahui celah-celah mana yang sekiranya dapat membuat barang dagangannya laku sehingga akan memperbesar omset penjualan yang akhirnya akan meningkatkan laba. Dengan pengalaman kerja yang lama, seseorang akan lebih terampil dalam melakukan pekerjaannya, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan memberikan hasil yang baik. 3) Umur Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, umur didefinisikan sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya keuntungan pedagang karena umur berkaitan dengan tingkat produktivitas seseorang dalam menjalankan segala aktivitasnya, terutama bekerja. Umur produktif
ialah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan
menghasilkan sesuatu. Indonesia memiliki batasan usia produktif yaitu antara 15 tahun-50 tahun (BPS,2010). Pada masa produktif tersebut seseorang diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap dirinya maupun lingkungannya. 4) Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya keuntungan para pedagang. Semakin banyak jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
diharapkan para pelangganpun akan terlayani dengan baik karena adanya efisiensi waktu sehingga kualitas dari pelayanan tersebut akan lebih baik. 5) Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu syarat utama yang harus ditempuh oleh seseorang untuk memasuki pasar kerja. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima dalam bekerja. Pendidikan memberi pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja, akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar demi kelancaran pekerjaan. Pendidikan berguna untuk proses kehidupan sekarang dan untuk masa yang akan datang, sedang pendidikan meliputi: pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mempunyai bentuk/organisasi tertentu yang terdapat di sekolah dan universitas. Dalam pendidikan formal terdapat perjenjangan dalam tingkat persekolahan yang meliputi : (1) SD, (2) SLTP, (3) SMU, (4) Perguruan tinggi. Pendidikan dan
latihan
merupakan
salah
satu
faktor
yang
penting
dalam
mengembangkan sumber daya manusia. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku dan pengembangan keputusannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan dapat mencerminkan keahlian yang dimilikinya. Keahlian ini akan memudahkan seseorang untuk menganalisa informasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
yang diterima sekaligus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi serta mampu membantu dalam pengambilan keputusan. Hubungan pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan
yang diperoleh. Pendidikan
mengakibatkan memungkinkan
produktivitas perolehan
kerja
yang
penghasilan
yang lebih tinggi akan lebih yang
tinggi lebih
dan
akan
tinggi
pula
(Simanjuntak, 1987: 66). 7.
Pengertian Benda Antik Istilah barang antik dari bahasa Latin: antiques “tua” ialah benda menarik yang telah berusia tua, seperti mebel, senjata, barang seni, maupun perabotan rumah tangga. Antik adalah sebuah objek yang dimiliki oleh sebuah era masa lalu bernilai seni, kerajinan, kelangkaan dan usia. Barang antik yang berharga yaitu bagi terlihat dari benda langka, seni, usia dan keunikan. Kebanyakan kolektor yang telah cukup berpengalaman dalam bidang ini, tidak asing dengan dasar-dasar penentuan nilai sebuah barang. Benda antik dapat langsung dibedakan berdasar objek benda antik asli maupun benda antik reproduksi. Langkah dalam menentukan nilai barang-barang antik dengan hati-hati yaitu memeriksa kondisi barang. Barang antik yang dijual dalam kondisi baik akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada barang-barang antik yang telah retak atau rusak. Selain itu, nilai barang antik yang terkelupas atau retak kurang berharga, kecuali barang yang bersejarah atau unik. Meskipun dikatakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
bahwa nilai-nilai lama diatur sesuai dengan usia benda dan seni, para kolektor mencari barang antik yang berada dalam kondisi yang bisa diterima. Namun, ada beberapa kolektor yang membeli barang dengan cacat kecil, asalkan nilainya signifikan. Untuk alasan ini, bahwa tidak semua barang antik sekurang-kurangnya 50 tahun memiliki nilai yang sama. Nilai barang antik didasarkan pada gagasan pemasaran serta permintaan untuk barang yang baik sesuai dengan nilai barangnya. 8.
Revitalisasi a.
Pengertian Revitalisasi Menurut Danisworo (2002) dalam (http://digilib.its.ac.id), definisi revitalisasi ialah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Berdasarkan Departemen Kimpraswil (2005), revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota (http://digilib.its.ac.id). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut akan tetapi masyarakat dalam arti luas. b.
Tahap Revitalisasi Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu. Tahap revitalisasi antara lain: 1) Intervensi fisik. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan. Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang. 2) Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan yang didukung oleh proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
formal
(local
economic
development),
sehingga
mampu
memberikan nilai tambah bagi kawasan kota. Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial. 3) Revitalisasi sosial/institusional. Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan dapat terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat suatu tempat menjadi indah dan layak. Kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik. c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Revitalisasi Menurut
Danisworo
(2002)
faktor
yang
mempengaruhi adanya
revitalisasi adalah sebagai berikut: 1) Bangkrutnya sebagian besar dari sektor-sektor penyumbang PDRB, terutama sektor yang terkait dengan kegiatan ekonomi. Resesi ekonomi yang mempengaruhi kegiatan perdagangan dan jasa, antara lain mempengaruhi kegiatan perdagangan, naiknya pengangguran menurunnya kualitas infrastruktur, dan naiknya defisit anggaran kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
2) Menurunnya populasi pada kawasan, berubahnya struktur demografi masyarakat dan menurunnya kondisi fisik bangunan. Penyebab penurunan vitalitas kawasan disebabkan oleh ketidakmampuan kawasan tersebut bersaing dengan kawasan lain secara ekonomi, tidak adanya atau hilangnya kekhasan yang memberikan daya tarik, kondisi sosial budaya yang tidak menunjang kawasan dan tidak sesuainya kegiatan yang ada di kawasan dan fungsinya. Fenomena menurunnya vitalitas dan kualitas kawasan disebabkan menurunnya fasilitas fisik (physical amenities), tidak adanya atau melemahnya komunitas dan organisasi yang mewadahi masyarakat lokal, hilangnya kepemimpinan lokal, dan modal sosial di masyarakat serta tidak adanya peran dari pemerintah. Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum. Faktor-faktor penyebab penurunnya vitalitas kawasan di antaranya adalah ekonomi kawasan tidak stabil, pertumbuhan ekonomi yang menurun, produktivitas ekonomi menurun, menurunnya pelayanan sarana dan prasarana, serta hilangnya tradisi lokal. 9.
Pengertian Sosial Demografi Kependudukan atau demografi adalah ilmu yangmempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
didasarkan
pada
kriteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama,
atau etnisitas tertentu (http://robir08.student.ipb.ac.id/2010/06/). Sedangkan menurut Calvin Goldscheider (1985) sosial demografi adalah suatu studi ilmiah yang sistematis mengenai peristiwa kependudukan baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok yang ditekankan pada hubungan antar fenomena
kependudukan
dan
variabel
sosial.
Sumber-sumber
data
kependudukan/demografi yang pokok ialah sensus, sistem registrasi kejadiankejadian vital, registrasi penduduk dan survei-survei terbatas atau survei sampel. Sumber lain sebagai tambahan yang sering berguna adalah catatancatatan dan dokumen-dokumen instansi pemerintah. Diantara sumber-sumber ini, sensus merupakan sumber data yang paling utama di berbagai negara, terlebih di negara berkembang.
B.
Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang terdiri atas skripsi dan jurnal dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
No Nama 1 Dewi Sahara, Dahya, dan Amirrudin Syam
Judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Usahatani Kakao di Sulawesi Tenggara
Tahun 2004
Hasil Variabel luas areal dan harga pupuk mempengaruhi keuntungan secara psitif signifikan sedangkan harga pestisida tidak mempengaruhi keuntungan usaha tani kakao.
commit to user
Keterangan Jurnal, Menggunakan uji t dan determinasi R2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
2
3
Simon Matakena
Analisis Tingkat Pendapatan Pedagang Sayur-sayuran Daun di Pasar Sore Siriwini Distrik Nabire Kabupaten Nabire
2009
Variabel yang positif dan Jurnal, signifikan mempengaruhi Menggunakan pendapatan adalah variabel uji t dan uji f umur dan jumlah tanggungan sedangkanvariabel pendidikan serta lama berdagang tidak mempengaruhi pendapatan.
Reni Pratiwi S.W
Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan
2011
Variabel modal, pengalaman usaha, tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh pedagang sedangkan variabel jam berdagang dan dummy produk yang dijual tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keuntungan pedagang.
Skripsi, Menggunakan uji t, uji f, uji asumsi klasik
C. Kerangka Pemikiran Teoritis Keuntungan merupakan tujuan dari seseorang menjalankan usaha. Teori keuntungan menurut Cobb Douglas menyatakan bahwa keuntungan diperoleh dari total pendapatan dikurangi dengan total pengeluaran/jumlah biaya yang dikeluarkan. Mengacu pada teori tersebut dan pengembangan dari penelitian terdahulu (Reni Pratiwi, Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan:2011) maka variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta antara lain modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan. Modal yang dimiliki oleh pedagang memberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
keleluasaan bagi pedagang untuk menentukan keputusan bisnis, usaha apa yang akan dijalankan oleh pedagang. Pengetahuan yang diperoleh dari proses pendidikan formal dan pengalaman usaha dapat membantu pedagang untuk menentukan strategi bisnis mengambil keputusan terkait dengan bisnis yang dijalani. Tingkat pendidikan diukur dengan tahun tempuh/tahun sukses pedagang. Pedagang dengan usia produktif lebih siap dalam menjalani ritme berdagang dalam kesehariannya. Stamina dan ketahanan mental menjadikan pedagang lebih siap dalam menjalankan usahanya. Tenaga kerja berfungsi untuk efisiensi pedagang dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan sehingga keuntungan akan lebih maksimal. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: MODA L PENGALAMA N BERDAGANG
KEUNTUNGAN
UMUR
TENAGA KERJA
SEBELUM REVITALISASI
SESUDAH REVITALISASI
TING KAT PENDIDIKAN
Gambar 2.6 Diagram Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan Pedagang Di Pasar Antik Windujenar Surakarta
D. Hipotesis Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Berdasarkan teori, kerangka pemikiran teoritis dan penelitian terdahulu maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. 1) Variabel modal diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan 2) Variabel pengalaman usaha diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan 3) Variabel umur diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan 4) Variabel jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan 5) Variabel tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan b. Adanya perbedaan keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah program revitalisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah kota Surakarta dengan ruang lingkup penelitian adalah Pasar Antik Windujenar. Subyek analisis penelitian adalah pedagang yang berada di kawasan Pasar Antik Windujenar, Kalurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Surakarta dengan batasbatas antara lain sebagai berikut: Utara
: Istana Mangkunegaran
Timur
: Jalan Teuku Umar
Selatan
: Jalan Slamet Riyadi
Barat
: Jalan Diponegoro Variabel adalah nilai dari suatu obyek yang memiliki variasi tertentu
(Sugiyono,2004:32). Variabel penelitian terdiri atas dua macam yaitu variabel dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah keuntungan pedagang (LnY). Variabel independen yang dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah: ü Modal (LnX1) ü Pengalaman Berdagang (X2 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
ü Umur pedagang (X3) ü Jumlah tenaga kerja (X4) ü Tingkat pendidikan (X5) 1. Operasional Variabel Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah :“Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Operasional Variabel untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Keuntungan Keuntungan adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari aktivitas jual beli yang dilakukan, sebagian besar berasal dari penjualan produk kepada pelanggan dalam satu periode tertentu. Keuntungan diukur dalam satuan rupiah. 2. Modal Modal (bahasa inggris: equity) adalah investasi yang dilakukan pemilik usaha (http://id.wikipedia.org). Modal digunakan pedagang untuk menjalankan operasional usahanya, baik berupa modal sendiri maupun modal dari pihak lain (modal pinjaman). Modal usaha diukur dalam satuan rupiah. 3. Pengalaman Usaha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Pengalaman usaha adalah jangka waktu lamanya seseorang menekuni usaha yang dijalankan atau waktu yang telah dihabiskan oleh pedagang semenjak usaha itu berdiri dan sampai sekarang. Pengalaman usaha diukur dalam tahun. 4. Umur Pedagang Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004). Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang dalam suatu hal. Umur diukur dalam satuan tahun. 5. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di kios tempat berdagang, baik sebagai pemilik usaha itu sendiri dan ditambah pegawai yang membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah atas tenaga yang digunakannya. Tenaga kerja diukur dalam jumlah orang. 6. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan pendidikan akhir yang ditamatkan para pedagang secara formal melalui bangku sekolah. Pengelompokan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
dummy tingkat pendidikan dalam penelitian adalah pedagang dengan pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma, Strata. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi merupakan jumlah keseluruhan obyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Djarwanto,2000:107). Populasi dari penelitian ini adalah Pasar Antik Windujenar Surakarta. Elemen dari populasi penelitian ini adalah semua pedagang yang terdapat di Pasar Windujenar Surakarta. Jumlah populasi di Pasar Antik Windujenar Surakarta adalah 116 pedagang yang tersebar di area pasar. b. Sampel Menurut Djarwanto (2000:108) yaitu: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah populasinya)”. Penentuan ukuran sampel penelitian dari populasi tersebut dapat digunakan rumus Slovin, yaitu: n=
N 1 + N (e 2 )
116 2 = 1 + 116(0,05 ) 116 = 1 + 116(0,0025)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
116 1 + 0,29 = 116 = 1,29 = 89,922 = 90 Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir (nilai kritis). B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Penelitian ini merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini atau pendapat orang (responden). Jenis data yang digunakan adalah data subyek. Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden). 2. Sumber Data a) Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri langsung dari obyek di lapangan yang dipandu dengan daftar pertanyaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
(kuesioner)
yang
dibuat
sesuai
dengan
kebutuhan
penelitian
(Arsyad,2004). Variabel dalam kuesioner meliputi nama, jenis kelamin, umur, daerah asal, status, pendidikan, lama berdagang, jumlah tenaga kerja, modal usaha, keuntungan rata-rata dari hasil berdagang per bulan sebelum (tahun 2006-2007) dan sesudah revitalisasi pasar (tahun 20102011), dan kendala yang dihadapi pedagang. b)
Data sekunder Data sekuder ialah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak lain (Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono, 2001). Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait antara lain kantor paguyuban pedagang pasar Windujenar Surakarta (jumlah populasi pedagang, luas area pasar, dan potret Pasar Antik Windujenar sebelum revitalisasi), Biro Pusat Statistik (PDRB Surakarta, data jumlah penduduk menurut umur, jenis kelamin, dan pendidikan, luas wilayah dan tingkat kepadatan penduduk tiap Kecamatan), Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta (data jumlah pasar tradisional tahun 2009) serta situs internet yang mendukung antara lain www.travel.detik.com (potret Pasar Antik Windujenar setelah revitalisasi) dan www.surakarta.go.id (peta kota Surakarta).
C. Metode Pengumpulan Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
1.
Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian penelitian ini.
2.
Kuesioner, merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau pernyaataan tertulis kepada reponden untuk dijawab. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan penelitian dengan kesahihan yang cukup tinggi.
D. Metode Analisis Data Pada tahap inilah data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil disimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalanpersoalan yang diajukan dalam penelitian. Tahap-tahap dalam analisis ini yaitu: 1. Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono (2005:21) “Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Analisis deskriptif dalam penelitian ini menjelaskan secara terperinci mengenai keadaan dan karakteristik sosial demografi pedagang. Karakteristik sosial demografi yang digunakan dalam penelitian tentang pedagang pasar Windujenar berdasar pada hasil kuosioner yang disusun dalam tabel distribusi frekuensi yang antara lain meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
1. Umur pedagang Merupakan salah satu unsur demografi terkait dengan produktivitas seseorang dalam kaitannya dengan motivasi kerja. Seseorang dengan usia produktif cenderung memiliki etos kerja yang lebih tinggi dibanding usia tidak produktif. 2. Jenis kelamin Merupakan salah satu indikator tentang jenis kelamin yang mendominasi kegiatan usaha berdagang di Pasar Antik Windujenar. 3. Tingkat pendidikan pedagang Tingkat pendidikan dapat memeberi gambaran tentang seberapa besar kemajuan tingkat
pendidikan
formal yang ditempuh
pedagang.. 4. Tingkat keuntungan pedagang Rata-rata keuntungan yang diterima pedagang atas kegiatan perdagangan yang dilakukan selama periode tertentu, biasanya berdasar kisaran per bulan. 5. Modal usaha Ialah modal yang dikeluarkan pembeli dalam memulai usaha dagang antara lain untuk pembelian barang dagangan dan properti pendukungnya. 2. Analisis Model Regresi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar, maka digunakan model regresi berganda
(multiple regression). Hal ini dikarenakan penggunaan
variabel yang lebih dari satu (multivariables) dan dapat dirumuskan model fungsi sebagai berikut (Djarwanto PS, 2000) : 1X 1
Dari
2X2
3X3
4 X4
5X5 ..............................................................(1)
rumusan fungsi di atas dan pengembangan dari penelitian Dewi
Sahara,
Dahya, dan Amirrudin Syam (2004) persamaan fungsi dapat
dikembangkan menjadi sebagai berikut: 1X1i
Keterangan : LnY Ln
2X2i
3X3i
4X4i
= Keuntungan = Modal = Pengalaman Usaha = Umur = Jumlah Tenaga Kerja
X5
= Tingkat Pendidikan
e
=Standar eror
i
= Responden1-90
commit to user
5i
..................................(2)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Tahap pengujian persamaan regresi di atas antara lain dengan uji statistik yang meliputi uji t-statistik, uji f, dan Uji R2 , uji asumsi klasik meliputi multikolinearitas, autokorelasi,dan heterokedastisitas serta uji beda dua rata-rata. 1. Uji Statistik Uji statistik merupakan sebuah prosedur dimana masukan (input) adalah sampel dan hasilnya adalah hipotesis. Perhitungan statistik dikatakan signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).Uji statistik antara lain: a. Uji t Uji t bertujuan untuk mengidentifikasi apakah apakah koefisien regresi dari variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Ketentuan uji t-statistik mengacu pada sumber buku Djarwanto (2000:196) dengan kriteria pengujian: a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima artinya koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
b. Uji F Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi secara bersama-sama. Uji
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya. Ketentuan uji F mengacu pada sumber buku Djarwanto (2000:268) dengan hipotesis sebagai berikut : 1
2
3
= 0 (berarti secara bersama-sama variabel
independen tidak mempengaruhi variabel dependen) Ha
1
2
-sama variabel
3
independen mempengaruhi variabel dependen) Dari hipotesis di atas diperoleh kesimpulan Ho diterima bila F hitung
dan Ho ditolak bila F hitung > F tabel
2. Uji Asumsi Klasik a)
Multikolinearitas Multikolinearitas dapat terjadi jika model tersebut mempunyai standar eror yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan
ketepatan
tinggi
(Gujarati,1995:159).
Cara
untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, salah satunya dengan metode
Klein,
yaitu
dengan
membandingkan
R 2 (koefisien
determinansi) regresi awal dengan r 2 parsial (koefisien korelasi antara variabel independen). Apabila r 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
b) Heterokedastisitas Heterokedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun
besar
bertujuan
(Gujarati,1995:183).
menguji
apakah
dalam
Uji
Heteroskedastisitas
model
regresi
terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Mengacu pada buku Ekonometrika Dasar (Gujarati, 1995:187)
salah
satu
cara
untuk
mendeteksi
masalah
heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. c)
Autokorelasi Menurut Maurice G. Kendall dan William Buckland (1971) “Pengertian autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu”. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah di dalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t terhadap periode sebelumnya. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson, akan tetapi apabila terdapat bias yang terpasang tetap terhadap korelasi model tersebut maka terdapat tindakan perbaikan antara lain dengan nonparametrik Run Test
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
(Gujarati,1995:225). Pengujian Run Test dilakukan dengan dengan cara mengukur populasi acak yang didasarkan atas data hasil pengamatan melalui data sampel dengan ketentuan kriteria pengujian apabila probalitasnya (nilai sig) > 0.05 maka H0 diterima, tidak terjadi autokorelasi dan apabila ika probalitasnya (nilai sig) < 0.05 maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi. 3. Uji Beda Dua Rata-rata (Mean) Uji beda rata-rata dikenal dengan nama uji-t (t-test). Konsep dari uji beda rata-rata adalah membandingkan nilai rata-rata beserta selang kepercayaan tertentu (confidence interval) dari dua kejadian. Prinsip pengujian dua rata-rata adalah melihat perbedaan dua kelompok data. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tingkat keuntungan antara sebelum dan sesudah adanya program revitalisasi digunakan uji hipotesis beda dua rata-rata untuk observasi berpasangan. Langkahlangkah pengujian uji beda dua rata-rata (Djarwanto, 2000:211) adalah sebagai berikut: a. Formulasi H0 dan H1 H0
1
2
artinya tidak ada perbedaan antara rata-rata tingkat
keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
H1
1
2
artinya terdapat perbedaan antara rata-rata tingkat
keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan sesudah revitalisasi.
Ho ditolak
Ho ditolak
H0 diterima -t tabel
t tabel
Gambar 3.1 Uji Statistik t
b. H0 diterima apabila : - ttabel
hitung
tabel ,
tidak terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah proses H0 ditolak apabila : t hitung > ttabel atau thitung < - ttabel , terdapat perbedaan sebelum dan sesudah proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Surakarta 1. Aspek Geografis Surakarta merupakan kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penduduk 501.650 jiwa (2011) dan kepadatan penduduk 13.636/km2 . Surakarta juga dikenal dengan sebutan Solo atau Sala. Surakarta memiliki luas lahan 44 km2 atau sekitar 0,14 % luas Jawa Tengah. Sebagian lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar 61,68%, dan 20% lahan digunakan untuk kegiatan perekonomian. a. Kondisi Geografis Kota Surakarta terletak di antara 110 45` 15" - 110 45` 35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan serta berada di dataran rendah dengan ketinggian 105 m dpl dan 95 m dpl di pusat kota. Batas Wilayah Surakarta antara lain sebagai berikut: Batas Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Batas Timur
: Kabupaten Sukoharjo
Batas Barat
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Camat dan 51 kelurahan yang masing-masing dipimpin oleh seorang Lurah, 595 Rukun Warga (RW) dan 2.669 Rukun Tetangga (RT). Jumlah Kepala Keluarga (KK) tercatat sebesar 134.811 KK, maka rata-rata jumlah KK tiap RT sebesar 50 KK/RT. Kelima kecamatan di Surakarta antara lain Kecamatan Pasar Kliwon (9 kelurahan), Kecamatan Jebres (11 kelurahan), Kecamatan Banjarsari (13 kelurahan), Kecamatan Laweyan (11 kelurahan), Kecamatan Serengan (7 kelurahan). Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terluas di kota Surakarta dengan luas 14,81 Ha. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.903 penduduk. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah terletak di Kecamatan Jebres sebanyak 11.582 penduduk (BPS Surakarta,2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta Sumber: surakarta.go.id
b. Keadaan Iklim dan Topografi Musim hujan di Surakarta dimulai bulan Oktober hingga Maret, dan musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata curah hujan di Surakarta adalah 2.200 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius dan suhu udara tertinggi adalah 32,5 derajat Celsius, sedangkan terendah adalah 21,0 derajat Celsius. Ratarata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara 75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat (wikipedia.id.org).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
2. Aspek Demografis Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah penduduk dengan sumber daya manusia yang potensial dan produktif untuk mewujudkan pembangunan nasional. Penduduk yang besar di suatu wilayah merupakan unsur penting pembangunan. Penduduk jika dibina dan dikembangkan dengan baik dan terpadu akan menjadi potensi dan sumber daya manusia yang tangguh dalam mendukung pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Surakarta Menurut Jenis Kelamin Di Kota Surakarta Tahun 2011 Tahun
LakiLaki
Perempuan
Jumlah Total
Rasio Jenis Kelamin
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
242.591 249.278 250.868 254.259 246.132 247.245 249.287 243.296 245.283
254.643 261.433 283.672 258.639 269.240 275.690 278.915 256.041 256.367
497.234 510.711 534.540 512.898 515.372 522.935 528.202 499.337 501.650
95.27 95.35 88.44 98.31 91.42 89,68 89,38 95,02 95,68
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Pada tabel di atas diketahui bahwa pada tahun 2011 penduduk kota Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk dari 501.650 jiwa dibandingkan tahun 2010 sebesar 499.337 jiwa. Komposisi penduduk lakilaki tahun 2011 sebanyak 245.283 penduduk dan perempuan sebanyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
256.367 penduduk. Penyebab dari pertumbuhan penduduk salah satunya
adalah
tingkat
kepadatan
penduduk
yang
semakin
meningkat,
pertumbuhan ekonomi, dan urbanisasi. Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta Tahun 2011
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
8,64
54.834
56.933
111.767
96,31
12.936
3,19
31.239
32.252
63.491
96,86
19.903
4,82
43.799
45.365
89.164
96,55
18.499
Jebres
12,58
72.286
73.417
145.703
98,46
11.582
Banjarsari Jumlah
14,81
88.287
89.698
177.985
98,43
12.018
297.665
588.110
97,57
13.354
Ke camatan Laweyan Serengan Pasar Kliwon
Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
44,04 290.445 Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Tingkat Ke padatan
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kota Surakarta Tahun 2011 Kelompok Usia 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65+ Jumlah
Jenis Kelamin LakiPerempuan laki 18.123 17.144 19.004 18.113 18.959 18.150 22.378 24.663 24.782 26.157 21.369 21.180 20.534 20.565 18.711 19.489 17.795 19.141 16.328 18.582 15.033 16.106 12.143 12.280 7.535 7.966 12.589 16.831 245.283 256.367
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
commit to user
Jumlah 35.267 37.117 37.109 47.041 50.939 42.549 41.099 38.200 36.936 34.910 31.139 24.423 15.501 29.420 501.650
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
3. Kondisi Perekonomian Kota Surakarta a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah jumlah penduduk berdasar tingkat pendidikan yang telah ditempuh yang meliputi pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tinggi Kota Surakarta Tahun 2011 Pendidikan Tinggi Tidak Punya Ijasah SD SD/MI/Paket A SMP Umum/Kejuruan/Paket B SMU/MA/ Kejuruan/Paket C DI / DII D III / Sarmud D IV / S1 S2 / S3 J U M L AH
Laki-Laki 44.349 38.632 41.669 76.106 3.029 7.718 14.133 1.524 227.160
Perempuan 57.234 38.395 42.832 71.481 2.165 10.390 15.584 1.142 239.223
Jumlah Total 101.583 77.027 84.501 147.587 5.194 18.108 29.717 2.666 466.383
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Berdasar tabel di atas jumlah penduduk yang mencapai tingkat pendidikan terbanyak dicapai pada tingkat pendidikan SMU/MA/ Kejuruan/Paket C sebesar 147.587 penduduk. Tingkat pendidikan terbanyak yang ditempuh penduduk selanjutnya berada pada tingkatan penduduk yang tidak memiliki ijasah SD sebesar 101.583 penduduk, sedangkan untuk strata pendidikan tertinggi yaitu tingkat S2/S3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
mencapai posisi terkecil sebesar 2.666 dari total keseluruhan jumlah sebanyak 466.383 penduduk. b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pancaharian Komposisi penduduk menurut mata pancaharian merupakan jumlah penduduk yang bekerja menurut pekerjaan yang dijalaninya. Berdasar data Biro Pusat Statistik (BPS) Surakarta tahun 2011, lapangan pekerjaan yang ditekuni penduduk Surakarta didominasi oleh sektor perdagangan. Pada tabel di bawah ini memeperlihatkan persentase penduduk menurut mata pancahariannya. Tabel 4.5 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2011 (Jiwa) Jenis Kelamin Lapangan Usaha Jumlah Laki-laki Perempuan Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Jumlah
1.400
1.208
2.608
0
0
0
22.599 700
19.466 0
42.065 700
8.956
261
9.217
53.755
52.671
106.426
12.565
4.250
16.815
5.943
3.214
9.157
33.313 139.231
26.467 107.537
59.780 246.768
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2011 total penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
246.768 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 139.231 jiwa, sedangkan penduduk perempuan yang bekerja sebanyak 107.537 jiwa. Pada tahun 2011, penduduk Kota Surakarta paing banyak bekerja di sektor perdagangan. Hal ini sangat beralasan karena letak Kota Surakarta yang diapit oleh daerah-daerah produsen berbagai Sumber Daya Alam (SDA), seperti Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo. Daerah-daerah tersebut banyak memasok produk yang dihasilkannya untuk kemudian diperdagangkan di Kota Surakarta. Sektor yang paling kecil menyerap tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air. c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Keadaan perekonomian suatu daerah dapat dilihat melalui angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena hingga saat ini PDRB masih digunakan sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi atau tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah. Dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diketahui besarnya kontribusi masing-masing sektor yang ada. Kontribusi suatu sektor adalah suatu peranan yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari masing-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
masing sektor dapat digunakan untuk mengetahui indikator perubahan struktur ekonomi. Perhitungan PDRB Kota Surakarta Tahun 2011 Berdasar harga berlaku dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian
2007
2008
4.259
Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan
4.726
2009 5.007
2010
2011
5.532
5.927
2.525
2.945
2.994
2.942
3.010
1.681.790
1.838.499
1.592.356
2.081.494
2.233.248
186.120
203.337
227.937
259.004
287.576
924.664
1.140.846
1.314.189
1.440.525
1.584.659
1.711.786
1.984.698
2.223.561
2.556.483
2.885.293
802.106
884.951
986.323
1.106.229
1.206.106
763.887
863.921
976.355
1.123.362
1.282.678
831.953
977.959
1.192.017
1.365.561
1.504.470
PDRB 6.909.094 Sumber: BPS, Surakarta Dala m Angka 2011
7.901.886
8.880.692
9.941.136
10.992.971
Perdagangan Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011 PDRB Kota Surakarta didominasi oleh sektor perdagangan yang kemudian dilanjutkan dengan sektor industri pengolahan yang menempati posisi kedua, serta sektor pertambangan dan galian memberikan kontribusi terkecil dalam PDRB Kota Surakarta. 4. Pasar Antik Windujenar Surakarta Obyek dalam penulisan ini adalah Pasar Windujenar dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor modal, pengalaman berdagang,
umur,
jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan
mempengaruhi besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang. Pasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Windujenar didirikan pada tahun 1939. Pada mulanya, Pasar Windujenar bernama Pasar Ya’ik, kemudian pada waktu ulang tahun jumenengan Mangkunegara VII yang ke 24 tahun, maka Pasar Ya’ik berubah nama menjadi Pasar Triwindu ( Tri = Tiga, Windu = delapan, jadi Triwindu berarti 24 tahun) dan selanjutnya berubah nama kembali menjadi Windujenar sampai sekarang. Pasar Windujenar terletak di Jalan Diponegoro dan berlokasi di depan Pura Mangkunegaran Surakarta. Tanah lokasi pasar tesebut milik Mangkunegaran yang dulunya berfungsi sebagai kandang kuda. Setelah difungsikan sebagai pasar tradisional, berdasarkan undang-undang maka kepemilikan tanah beralih dari Mangkunegaran yang kemudian dikelola oleh Pemerintah Kota, sehingga para pedagang pasar sejak berdiri sampai dengan saat ini memiliki kewajiban membayar retribusi, Surat Hak Penempatan (SHP), dan balik nama kepada Pemerintah Kota Surakarta. Jenis barang dagangan di Pasar Windujenar pada awal berdiri sampai dengan tahun 1966 masih bercampur antara onderdil kendaraan, alat-alat pertukangan, alat-alat rumah tangga, barang antik, serta makanan. Pada tahun 1970 barang dagangan di Pasar Windujenar mulai didominasi oleh barang-barang lama/kuno yang berkualitas baik serta barang reproduksi antara lain mebel dari Serenan dan Jepara, patung Perunggu dari Trowulan, keramik dari Jawa Barat, dan lain sebagainya. Walaupun dinamakan Pasar
Antik Windujenar, tidak semua
commit to user
barang yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
diperdagangkan di pasar tersebut merupakan barang antik maupun reproduksi akan tetapi terdapat pula onderdil dan alat-alat pertukangan. Pengunjung Pasar Windujenar terdiri dari bermacam-macam kelompok masyarakat baik itu sebagai produsen, pemborong, maupun konsumen. Selain wisatawan lokal terdapat pula wisatawan asing yang mendominasi transaksi jual beli antara lain berasal dari Jepang, Belanda, Amerika, dan lainnya. 5. Revitalisasi Pasar Antik Windujenar Surakarta Pada pemerintahan Walikota Joko Widodo, Pasar Windujenar merupakan salah satu pasar tradisional yang diikutsertakan dalam program revitalisasi dengan tujuan supaya bangunan dan elemen di dalamnya tertata dengan rapi, dapat menambah minat daya beli wisatawan, serta menjadikan pasar bukan hanya sebagai tempat untuk transaksi jual-beli akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai salah satu tujuan pariwisata di Surakarta sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kondisi pasar sebelum revitalisasi secara fisik sangat memprihatinkan karena kumuh, tidak beraturan, barang yang diperjualbelikan bercampur menjadi satu bagian. Maka dari itu maksud dan tujuan program revitalisasi pasar diantaranya menggiatkan transaksi jual beli, mensejahterakan masyarakat pada umumnya dan pedagang pada khususnya, merealisasikan konsep dan tujuan ekonomi kerakyatan dengan memperindah tata kota, menjadikan pasar tradisional sebagai salah satu tujuan wisata, menciptakan pasar yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
aman, nyaman bagi pedagang maupun pengunjung, pengelompokan pedagang sesuai dengan jenis barang dagangan, serta melengkapi pasar dengan fasilitas sarana prasarana yang memadai. Proses revitalisasi dilaksanakan secara bertahap. Sebelum tahap secara konstruksional, Pemkot Surakarta mengadakan beberapa kali sosialisasi dengan total 54 pertemuan antara Pemkot Surakarta dengan anggota Paguyuban Pasar Windujenar. Pada mulanya para pedagang menolak untuk diadakan revitalisasi karena takut akan kehilangan pelanggan. Untuk menyiasati keadaan tersebut maka Pemkot mengajukan beberapa tindakan preventif antara lain dengan sosialisasi pemindahan pedagang melalui media cetak dan televisi lokal, memasang spandukspanduk di titik penting pusat kota Surakarta, bekerjasama dengan Dinas Perhubungan dengan menambah trayek angkutan umum yang akan melintas di lokasi pasar. Paguyuban Pedagang Pasar Windujenar menyetujui pelaksanaan revitalisasi tapi dengan syarat kios yang nantinya ditempat pedagang diberikan secara gratis karena sebelum adanya revitalisasi tiap pedagang yang memiliki kios di Pasar Windujenar sudah memiliki SHP (Surat Hak Penempatan) sebagai wujud dari kepemilikan kios. Pada perkembangannya, kios yang ditempati pedagang digratiskan akan tetapi pedagang memiliki kewajiban untuk membayar retribusi kepada
Pemkot
Surakarta
sebagai
pembangunan dan proses revitalisasi.
commit to user
bentuk
pengembalian
modal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Pembangunan Pasar Windujenar dilaksanakan 2 (dua) tahap : Tahap I dilaksanakan pada tahun 2008 yaitu pembangunan pasar blok selatan dan blok utara, terdiri dari 2 (dua) lantai, dengan luas bangunan lantai 1 (satu) seluas 1.826m2 dan Lantai 2 (dua) seluas 1.454 m2 dan tahap II dilaksanakan pada tahun 2009 yaitu pembangunan pasar pada blok timur terdiri dari 2 (dua) lantai dengan luas bangunan dan lantai 1 (satu) seluas 272 m2 lantai 2 (dua) seluas 272 m2 (surakarta.go.id). Tahun 2009
Pasar
Triwindu
direlokasi
di
depan
sayap
kanan
Pura
Mangkunegaran dengan luas tanah 2.384 m2 dan diresmikan oleh Walikota Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara prosesi boyongan pedagang Pasar Windujenar.
B. Karakteristik Pedagang 1. Umur Pedagang Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang dalam suatu hal. Seseorang yang berumur produktif lebih cenderung memiliki motivasi lebih tinggi dalam bekerja. Seseorang yang telah berumur produktif tapi belum berkeluarga memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja sebagai persiapan untuk berkeluarga. Bagi seseorang yang sudah berumur produktif dan sudah berkeluarga memiliki motivasi tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
dalam bekeja dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai kesejahteraan keluarga. Tabel 4.7 Pedagang yang Bekerja Pada Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Menurut Umur (dalam Orang) No 1 2 3 4 5 6 7
Umur (Tahun) < 30 30 -- < 36 36 -- < 42 42 -- < 48 48 -- < 54 54 -- < 60 Jumlah
Frekuensi 0 12 15 16 17 11 19 90
Presentase (%) 0,00 13,33 16,67 17,78 18,89 12,22 21,11 100,00
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di daerah penelitian usia pedagang paling tua adalah 71 tahun dan yang paling muda adalah 28 tahun. Dari tabel di atas dapat pula diketahui bahwa usia pedagang didominasi antara
tahun yaitu sebesar 21,11% atau sebanyak 19
pedagang. Sedangkan untuk proposi di bawahnya yaitu sebesar 18,89% atau sebanyak 17 pedagang adalah pedagang dengan usia antara 48 -- < 54 tahun. Berdasarkan keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pedagang di daerah penlitian didominasi oleh pedagang dengan usia antara tahun. Hal tersebut dikarenakan pedagang di daerah penelitian melakukan usaha berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat disimpulkan bahwa 100% pedagang di daerah penelitian sudah memenuhi batas minimum usia kerja yaitu lebih dari atau sama dengan 20 tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
2. Jenis Kelamin dan Status Perkawinan Pedagang Jenis kelamin dan status perkawinan dapat menjadi salah satu indikator apakah pekerjaan yang mereka tekuni sekarang merupakan jenis usaha pokok ataupun sampingan. Berikut tabel yang menggambarkan sejumlah responden di daerah penelitian berdasar jenis kelamin dan status perkawinan: Tabel 4.8 Pedagang yang Bekerja Pada Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan (dalam Orang) Status Perkawinan No 1 2 3 4
Belum Kawin Sudah Kawin Duda janda Jumlah
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Frek % Frek % 1 2 0 60 92 13 52 4 6 0 0 12 48 65 100 25 100
Jumlah Frek 1 73 4 12 90
% 1 81 4 13 100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Berdasar tabel 4.8 dapat diketahui bahwa proporsi pedagang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Pedagang laki-laki berjumlah 65 orang sedangkan pedagang berjenis kelamin wanita berjumlah 25 orang dengan persentase pedagang yang sudah menikah mencapai 81%, pedagang dengan status janda 13%, dan sisanya pedagang dengan status belum menikah 1% serta status duda 4%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden di daerah penelitian melakukan aktivitas berdagang sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
bentuk dari usaha pokok untuk menopang kehidupan perekonomian keluarganya dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. 3. Tingkat Pendidikan Pedagang Tingkat pendidikan dapat menggambarkan seberapa besar tingkat kemajuan penduduk suatu daerah. Pendidikan merupakan salah satu jalan di mana seseorang memiliki pengetahuan sehingga dapat lebih produktif dan inovatif serta menjadi indikator kualitas sumber daya manusia. Berikut tabel yang mengambarkan tingkat pendidikan pedagang di daerah penelitian: Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian (dalam Orang) No 1 2 3 4 5 6
Tingkat pendidikan TIDAK SEKOLAH SD SMP SMA DIPLOMA STRATA Jumlah
Frekuensi 2 12 29 32 10 5 90
Persentase % 2,22 13,33 32,22 35,56 11,11 5,56 100,00
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak 45 pedagang dari 90 pedagang sudah memenuhi program wajib belajar 9 tahun. Tingkat pencapaian pendidikan formal tertinggi berada pada tingkat pendidikan SMA dengan persentase sebesar 35,56% atau sebanyak 32 pedagang dari total keseluruhan 90 pedagang. Pendidikan formal tingkat SMP menduduki peringkat kedua setelah SMA dengan persentase 32,22%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
atau sebanyak 29 pedagang. Pedagang yang tidak mengenyam pendidikan formal memiliki persentase sebesar 2,22% atau 2 pedagang. Tingkat pendidikan SD yaitu 12 pedagang dengan persentase 13,33%, Tingkat pendidikan Diploma yaitu 10 pedagang dengan persentase 11,11%, sedangkan pedagang dengan tingkat pendidikan akhir setara Strata (baik Strata 1 maupun Strata 2) berjumlah 5 pedagang dari total 90 pedagang dengan persentase 5,56%. 4. Modal Usaha Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal usaha berupa modal lancar dalam pendirian usaha awal. Berikut tabel mengenai tingkatan modal usaha pedagang. Tabel 4.10 Tingkat Permodalan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7
Besar Modal (Rp) 1.000.000 -- < 6.500.000 6.500.000 -- < 13.000.000 13.000.000 --< 19.500.000 19.500.000 -- < 26.000.000 26.000.000 -- < 32.500.000 32.500.000 -- < 39.000.000 Jumlah
Frekuensi 37 30 11 7 3 1 1 90
Persentase ( %) 41,11 33,33 12,22 7,78 3,33 1,11 1,11 100,00
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden di daerah penelitian didominasi oleh pedagang dengan tingkat modal antara 1.000.000 -- < 6.500.000 yaitu sebesar 41,11% atau sebanyak 37 pedagang. Disusul dengan tingkat modal antara 6.500.000 -- < 13.000.000
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
yaitu sebesar 33,33% atau sebanyak 30 pedagang. Tingkat modal antara 13.000.000 -- < 19.500.000 yaitu sebesar 12,22% atau sebanyak 11 pedagang. Tingkat modal antara 19.500.000 -- < 26.000.000 yaitu sebesar 7,78% atau sebanyak 7 pedagang. Tingkat modal antara 26.000.000 -- < 32.500.000 yaitu sebesar 3,33% atau sebanyak 3 pedagang. Tingkat modal antara 32.500.000 -- < 39.000.000 yaitu sebesar 1,11% atau sebanyak 1 pedagang. Pada umumnya modal yang dipergunakan oleh pedagang dalam menjalankan usahanya sangat bervariasi. Modal yang digunakan mulai dari yang terkecil sebesar 1.000.000 sampai dengan yang paling besar., yaitu sebesar 50.000.000. 5. Tingkat Keuntungan Pedagang Tabel 4.11 Tingkat Keuntungan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Sebelum Revitalisasi dalam Rupiah (Tiap Bulan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Besar Keuntungan (Rp)
Frekuensi
500.000 < 1.000.000 1.000.000 -- < 1.500.000 1.500.000 --< 2.000.000 2.000.000 -- < 2.500.000 2.500.000 -- < 3.000.000 3.000.000 -- < 3.500.000 3.500.000 --< 4.000.000 4.000.000 --< 4.500.000 4.500.000 --< 5.000.000
21 19 21 10 7 9 2 0 0
23,33 21,11 23,33 11,11 7,78 10,00 2,22 0,00 0,00
1 90
1,11 100,00
Jumlah Sumber: Data primer, diolah, 2012
commit to user
Persentase ( %)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Merujuk pada tabel di atas, keuntungan pedagang sebelum adanya revitalisasi terbesar berada pada kisaran Rp.1.500.000 -- < 2.000.000/bulan yaitu sebesar 23,33% dengan jumlah responden sebanyak 21 pedagang. Dan keuntungan pedagang pada kisaran keuntungan Rp. 500.000 --< 1.000.000 yaitu sebesar 23,33% dengan jumlah responden sebanyak 21 pedagang. Kemudian keuntungan pedagang berada pada kisaran keuntungan Rp. 1.000.000 -- < 1.500.000 yaitu sebesar 21,11% dengan jumlah responden sebanyak 19 pedagang. Sedangkan pada kisaran keuntungan Rp. 1,11% dari total keseluruhan keuntungan atau sebanyak 1 pedagang. Tabel 4.12 Tingkat Keuntungan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Setelah Revitalisasi dalam Rupiah (Tiap Bulan) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Besar Keuntungan (Rp) 500.000 < 1.000.000 1.000.000 -- < 1.500.000 1.500.000 --< 2.000.000 2.000.000 -- < 2.500.000 2.500.000 -- < 3.000.000 3.000.000 -- < 3.500.000 3.500.000 --< 4.000.000 4.000.000 --< 4.500.000 4.500.000 --< 5.000.000 Jumlah
Frekuensi 16 16 17 12 16 5 0 5 0 3
90
Persentase ( %) 17,78 17,78 18,89 13,33 17,78 5,56 0,00 5,56 0,00 3,33 100,00
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Merujuk pada tabel di atas, keuntungan pedagang setelah revitalisasi
terbesar
berada
pada
commit to user
kisaran
Rp.
1.500.000
-- <
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
2.000.000/bulan yaitu sebesar 18,89% dengan jumlah responden masingmasing sebanyak 17 pedagang. Keuntungan pedagang terbesar selanjutnya berada pada kisaran keuntungan Rp. 2.500.000 -- < 3.000.000, Rp.500.000 < 1.000.000 dan Rp.1.000.000
-- < 1.500.000 yaitu sebesar 17,78%
dengan jumlah responden sebanyak 16 pedagang. Kemudian keuntungan pedagang berada pada kisaran keuntungan Rp. 2.000.000 -- < 2.500.000 yaitu sebesar 13,33% dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 12 pedagang. Sedangkan pada kisaran keuntungan Rp. memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 3,33% dari total keseluruhan keuntungan atau sebanyak 3 pedagang. 6. Jenis Barang yang Diperdagangkan Tabel 4.13 Jenis Barang yang Diperdagangkan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian No. 1 2 3 4
Jenis Barang Antik Onderdil Kendaraan Alat Petukangan Makanan Jumlah
Jumlah 48 25 15 2 90
Persentase (%) 53,33 27,78 16,67 2,22 100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Jenis barang yang diperdagangkan oleh responden di daerah penelitian didominasi oleh antik sebanyak 48 pedagang dengan persentase sebesar 53,33% atau separuh dari total keseluruhan responden. Jenis barang berupa onderdil kendaraan memiliki persentase sebesar 27,78% atau sebanyak 25 pedagang, jenis barang berupa alat pertukangan berada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
di posisi selanjutnya dengan persentase sebesar 16,67% atau sebanyak 15 pedagang. Kios yang menjual makanan berada pada tingkatan terkecil sebesar 2,22% atau sebanyak 2 pedagang. 7. Lokasi Kios Pedagang Tabel 4.14 Lokasi Kios Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Setelah Revitalisasi No. Lokasi Kios 1 Lantai Atas 2 Lantai Bawah Jumlah
Jumlah 32 58 90
Persentase (%) 35,56 64,44 100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Sebelum adanya revitalisasi, kios pedagang tersebar secara acak di sejumlah bagian di daerah penelitian. Setelah adanya revitalisasi lokasi kios yang pada awal mulanya tersebar ditata dan ditempatkan pada bagian lantai dasar/bawah dan bagian atas. Lokasi kios yang berada di lantai atas berjumlah 32 kios atau memiliki persentase sebesar 35,56% dengan aneka barang yang diperdagangkan. Lokasi kios yang berada di lantai bawah berjumlah 58 kios atau memiliki persentase sebesar 64,44% dari total keseluruhan kios yang berada di daerah penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Tabel 4.15 Hubungan Lokasi Kios Pedagang dengan Tingkat Keuntungan yang diperoleh Responden Setelah Revitalisasi di Daerah Penelitian
No. 1 2 3
Fluktuasi Keuntungan Naik Turun Stabil Jumlah
Lokasi Kios Atas Bawah 6 30 22 13 4 15 29 61
Jumlah Total 36 35 19 90
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Peletakan kios mempengaruhi tingkat keuntungan pedagang. Pada tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa kios yang berada di lantai bawah cenderung mengalami peningkatan keuntungan dibandingkan dengan kios lantai atas yang memiliki kecenderungan penurunan keuntungan. Peningkatan keuntungan terbesar diperoleh dari pedagang dengan kios yang berada di lantai bawah dengan jumlah 30 kios dari 36 sedangkan sisanya mengalami
penurunan keuntungan.
Penurunan
keuntungan terbanyak berada pada kios-kios dengan lokasi yang berada di atas dengan jumlah 22 kios dari 35 kios yang berada di lantai atas maupun dari total keseluruhan responden yang berjumlah 90 pedagang. Sedangkan pedagang dengan tingkat keuntungan yang stabil berjumlah 19 responden dari total keseluruhan jumlah responden. Pedagang dengan lokasi kios di lantai atas dengan tingkat keuntungan stabil berjumlah 4 kios/pedagang dan pedagang dengan lokasi kios di lantai bawah dengan tingkat keuntungan stabil berjumlah 19 kios/pedagang. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak semua pedagang mengalami peningkatan keuntungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
setelah adanya revitalisasi. Penurunan keuntungan didominasi oleh kios/pedagang yang berlokasi di lantai atas bangunan pasar. 8. Hambatan Usaha Setelah Revitalisasi Hambatan usaha yang dialami oleh pedagang di Pasar Antik Windujenar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam, yaitu: (i) lokasi tidak strategis (ii) kurangnya promosi Pemkot Surakarta (iii) kurangnya permodalan (iv) tingkat persaingan. Berikut adalah rincian karakteristik pedagang menurut hambatan yang dialami : a. Lokasi Kios tidak strategis Lokasi kios memegang peranan penting dalam proses perdagangan di Pasar Antik Windujenar karena dengan dipindahkannya lokasi kios yang berbeda dengan mempengaruhi intensitas pelanggan yang akan melaksanakan transaksi jual beli. Tabel 4.16 Karakteristik Pedagang Menurut Tata Letak Kios Hambatan Jumlah Persentase Ada
54
60
Tidak Ada
36
40
Total
90
100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang memiliki hambatan berupa peletakan kios yang tidak strategis sebanyak 54 orang atau 60% dari total responden. Sedangkan sisanya 36 orang atau sekitar 40%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
menyatakan tidak memiliki masalah dengan penempatan lokasi kios setelah revitalisasi. b. Kurangnya promosi dari pemerintah Kota Surakarta Promosi merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan Pasar Antik Windujenar ke masyarakat umum. Dengan banyaknya informasi dan penyelenggaraan kegiatan sehubungan dengan eksistensi Pasar Antik Windujenar diharapkan dapat mendongkrak penjualan dan transaksi jual beli menjadi lebih meningkat. Tabel 4.17 Karakteristik Pedagang Menurut Kurangnya Promosi oleh Pemkot Hambatan Ada Tidak Ada Total
Jumlah 25 65 90
Persentase 27,78 72,22 100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang berpendapat bahwa Pemkot Surakarta kurang memberi promosi sebanyak 25 orang atau 27,78% dari total responden. Sedangkan sisanya 65 orang atau sekitar 72,22% berpendapat bahwa Pemkot Surakarta telah menjalankan fungsinya dengan memberikan apresiasi terhadap adanya Pasar Antik Windujenar dengan adanya program promosi. c. Kurang Permodalan Modal merupakan salah satu faktor untuk melakukan usaha. Sebab dengan adanya modal yang besar pedagang atau pengusaha akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
dapat menjalankan usahanya, sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin besar Tabel 4.18 Karakteristik Pedagang Menurut Terbatasnya Modal Hambatan
Jumlah
Persentase
Ada
39
43,33
Tidak Ada
51
56,67
Total
90
100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang mempunyai hambatan berupa terbatasnya modal sebanyak 39 orang atau 43,33% dari total responden. Sedangkan sisanya 51 orang atau sekitar 56,67% mengaku tidak mempunyai hambatan d. Tingkat Persaingan Para pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta dapat dikatakan mengalami persaingan yang tinggi. Hal ini dikarenakan barang yang dijual oleh pedagang-pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta memiliki karakteristik yang sama. Selain itu terdapat pula persaingan yang berasal dari pedagang di luar pasar yang memiliki karakteristik barang dagangan yang serupa seperti beberapa pedagang onderdil dan klithikan di Pasar Notoharjo. Semakin
tinggi
tingkat
persaingannya
memperoleh laba juga semakin kecil.
commit to user
maka
kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
Tabel 4.19 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Persaingan yang Tinggi Hambatan
Jumlah Persentase
Ada
43
47,78
Tidak Ada
47
52,22
Total
90
100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang mempunyai hambatan berupa tingkat persaingan yang tinggi sebanyak 43 orang atau 47,78% dari total responden. Sedangkan sisanya 47 orang atau sekitar 52,22% menyatakan tidak memiliki hambatan dalam hal tingkat persaingan. C. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang di Daerah Penelitian Mengacu persamaan 2 pada halaman 51 maka diperoleh persamaan hasil analisis regresi yang berpengaruh terhadap variabel modal (X1), pengalaman usaha (X2), umur (X3), jumlah tenaga kerja (X4 ), dan tingkat pendidikan(X5) terhadap keuntungan pedagang sebagai berikut: LnY = 10,626 + 0,250LnX1 + 0,040X2 – 0,025X3 + 0,233X4 – 0, 007X5 t
= (12,910) (5,034)
F
= 53,108
(8,104)
(-6,565)
R2 = 0,760
commit to user
(5,067)
(-0,660)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
1. Uji Statistik a. Uji t Salah satu uji statistika adalah uji t, yaitu untuk menguji apakah tiap-tiap variable independen secara individual berpengaruh/signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat signifikan ( 1) Pengujian Hipotesis Variabel Modal (X1 ) (a) Hipotesis statistik H0 :
1
= 0 Modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
H1 :
1
Modal berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
(b) (c) Perhitungan uji t Nilai t hitung = 5,034 Nilai t tabel
= t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak
Ho ditolak Ho diterima
-2,00
2,00
5,034
Gambar 4.2 Uji t untuk variabel modal
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 5,034 > 2,00 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (5,034) lebih besar dari t
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar. 2) Pengujian Hipotesis Variabel Pengalaman Usaha (X2 ) (a) Hipotesis statistik H0 :
1
= 0 Pengalaman usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
H1 :
1
Pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan.
(b) Mene
,05
(c) Perhitungan uji t Nilai t hitung = 8,104 Nilai t tabel
= t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak
Ho ditolak Ho diterima
-2.00
2.00
8,104
Gambar 4.3 Uji t untuk variabel Pengalaman Usaha
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 8,104 > 2,00 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (8,104) lebih besar dari t
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel Pengalaman Usaha mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar. 3) Pengujian Hipotesis Variabel Umur (X3) (a) Hipotesis statistik H0 :
1
= 0 Umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
H1 :
1
Umur berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
(b) (c) Perhitungan uji t Nilai t hitung = -6,565 Nilai t tabel
= t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak
Ho ditolak Ho diterima
-6,565 -2,00
2,00
Gambar 4.4 Uji t untuk variabel Umur
(d) Kesimpulan: t hitung < t tabel atau -6,565 > -2,00 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (-6,565) lebih besar dari t tabel (-2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
variabel umur pedagang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar. 4) Pengujian Hipotesis Variabel Tenaga Kerja (X4) (a) Hipotesis statistik H0 :
1
= 0 Tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
H1 :
1
0 Tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
(b) (c) Perhitungan uji t Nilai t hitung = 5,067 Nilai t tabel
= t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak
Ho ditolak Ho diterima
-2,00
2,00
5,067
Gambar 4.5 Uji t untuk variabel tenaga kerja
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 5,067 > 2.00 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0.05 didapatkan nilai t hitung (5,067) lebih besar dari t tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan
yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar. 5) Pengujian Hipotesis Variabel Tingkat Pendidikan (X5 ) (a) Hipotesis statistik H0 :
1
= 0 Tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
H1 :
1
Tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
(b) Mene
.05
(c) Perhitungan uji t Nilai t hitung = -0.660 Nilai t tabel
= t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak
Ho ditolak Ho diterima
-2,00
-0.660
2,00
Gambar 4.5 Uji t untuk variabel tingkat pendidikan
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau -0.660 < 2,00 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (-0.660) lebih kecil dari t tabel (2,00), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar b. Uji F Uji F adalah uji untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya. Adapun langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 1). Hipotesis H0 :
1
2
4 =0
3
(tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan dengan besarnya keuntungan usaha) Ha :
1
2
3
0
4
(terdapat hubungan yang signifikan antara variable modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan besarnya keuntungan usaha) 2). Menentukan
05
3). Perhitungan uji F Nilai F hitung = 53.108 F tabel = F0,05 ; (90 – 5) ; (5 – 1) = 2,45 (Tabel Distribusi F)
commit to user
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Ho ditolak Ho diterima
2,45
53,108
Ga mbar 4.6 Uji F
Jadi F hitung (53.108) lebih besar daripada F tabel (2,45), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan semua variabel independen secara
bersama–sama
signifikan
pada
tingkat
5%.
Hal
tersebut
mengidetifikasikan bahwa modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan secara bersama-sama berpengaruh terhadap keuntungan pedagang Pasar Antik Windujenar. c. Koefisien Determinasi ( R2 ) R²
merupakan
koefisien
determinasi
yang
digunakan
untuk
mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Besarnya nilai statistik koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Squared) yang diperoleh dari regresi linier adalah sebesar 0,760. Ini artinya bahwa sekitar 76% variasi variabel dependen (keuntungan) dapat dijelaskan oleh variasi independen yang dimasukan dalam model yaitu Modal, Pengalaman Berdagang, Umur, Tenaga Kerja, dan Pendidikan. Sisanya sebanyak 24% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukan dalam model.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi atau hubungan antar variabel independen. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas
salah
satunya
dengan
metode
Klein,
yaitu
dengan
membandingkan R2 (koefisien determinasi) regresi awal dengan r2 parsial (koefisien korelasi antar variabel independen). Kriteria pengujian: 1). Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah multikolinearitas 2). Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah multikolinearitas Jika dalam model tersebut terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi. Tabel 4.20 Uji Multikolinearitas Model R 2X1 R 2X2 R 2X3 R 2X4 R 2dm
r2 0,314 0,469 0,293 0,732 0,608
R2 0,760 0,760 0,760 0,760 0,760
Kesimpulan Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas
Sumber: Output SPSS 17.00, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa semua regresi antar variabel independen menghasilkan nilai r2 < R2, sehingga dapat disimpulkan model terbebas dari masalah multikoloniearitas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
b.
Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas terjadi jika muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar (tetapi masih tetap bias dan konsisten). Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya (Gujarati,1995:187). Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Tabel 4.21 Uji Heteroskedastisitas Glejser Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
1
Standardized Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
-.589
.470
LnModal
.045
.028
.227
Pglmn
.000
.003
Umur
.002
.002
TKerja
.021
.026
Pendidikan
.000
.006
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.254
.213
1.604
.113
.560
1.785
-.027 .121
-.210
.834
.685
1.459
.839
.404
.542
1.844
.092
.800
.426
.856
1.168
-.013
-.108
.914
.780
1.283
a. Dependent V ariable: abs_res
Dari tabel di atas terlihat bahwa keseluruhan nilai P {sig} > 0.05 jadi dapat disimpulkan maka dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari masalah heteroskedastisitas. c.
Uji Autokorelasi Uji
Autokorelasi
dilakukan
dengan
menggunakan
non-
parametrik Run Test. Uji ini merupakan bagian dari statistik nonparametrik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
terdapat korelasi yang tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali,2006:103). Tujuan uji tersebut untuk melihat apakah residual terjadi secara random (acak) atau tidak. Tabel 4.22 Tabel Autokorelasi Run Test Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea
.00399
Cases < Test Value Cases >= Test Value
45 45
Total Cases Number of Runs Z
90 55 1.908
Asymp. Sig. (2-tailed)
.056
a. Median
Sumber: Output SPSS 17.0,2012
Dari hasil perhitungan didapat nilai Run Test dengan nilai Z sebesar 1,484 diperoleh nilai probabilitas asymp sig sebesar 0,138. Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya probabilitas asymp sig > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. 3. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi a. Pengaruh Modal Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik Windujenar Surakarta Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari variabel modal (X1) sebesar 5,034 dengan nilai Ttabel = t0,50/2:
90-1
= 2,00.
Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
modal mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Nilai koefisien regresi dari variabel modal sebesar 0,250, berarti peningkatan jumlah modal sebesar Rp 1% menyebabkan kenaikan keuntungan sebesar 0,25% dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel modal dengan variabel keuntungan. b. Pengaruh Pengalaman Berdagang Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik Windujenar Surakarta Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari variabel pengalaman berdagang (X2) sebesar 8,104 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1
= 2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa
variabel pengalaman berdagang mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Nilai koefisien regresi dari variabel pengalaman berdagang sebesar 0,040, berarti jika pengalaman usaha pedagang bertambah 1 tahun maka akan berakibat pada keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan 0,040% dengan asumsi variabel
independen yang lain tetap. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel pengalaman usaha dengan variabel keuntungan. c. Pengaruh Umur Pedagang Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik Windujenar Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari variabel umur pedagang (X3) sebesar 0,025 dengan nilai Ttabel = t0,50/2:
90-1
=2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa variabel umur mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Nilai koefisien regresi dari variabel umur sebesar –6,565, berarti jika umur
pedagang
bertambah 1 tahun lamanya maka akan berakibat pada keuntungan yang diperoleh mengalami penurunan sebesar –6,565% dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. Semakin tua usia pedagang maka keuntungan yang diperoleh pedagang semakin menurun karena adanya penurunan tingkat produktivitas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel pengalaman usaha dengan variabel keuntungan. d. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik Windujenar Surakarta Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari variabel jumlah tenaga kerja (X4) sebesar 5,067 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1 =2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa variabel jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Nilai koefisien regresi dari variabel jumlah tenaga kerja sebesar 0,233, berarti jika jumlah tenaga kerja bertambah 1 orang/pekerja maka akan berakibat pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan sebesar 0,233% dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel jumlah tenaga kerja dengan variabel keuntungan. e. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik Windujenar Surakarta Berdasarkan hasil analisis regresi linear diketahui t statistik dari variabel tingkat pendidikan (X5) sebesar -0.660 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1 =2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel pengalaman usaha dengan variabel keuntungan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal yang tinggi tidak memberikan jaminan terhadap peningkatan keuntungan pedagang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
D. Perbedaan Tingkat Keuntungan Pedagang di daerah penelitian antara Sebelum dan Sesudah Revitalisasi Dalam
menganalisis
adanya
perbedaan
tingkat
keuntungan
pedagang di daerah penelitian sebelum dan sesudah revitalisasi dengan metode pengolahan data menggunakan SPSS maka diperoleh hasil (output) sebagai berikut: Tabel 4.23 Perbandingan rata-rata Keuntungan Sebelum dan Sesudah Revitalisasi di Pasar Antik Windujenar Surakarta No. 1 2
Keuntungan Sebelum Revitalisasi Setelah Revitalisasi Selisih
korelasi t-test
Rata-rata/Mean (Rp.) 1.698.333,33 2.007.222,22 308.888,89 0,738 -2.528
Sumber: Output SPSS 17.00, 2012
Berdasar tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keuntungan pedagang sebelum adanya revitalisasi sebesar Rp. 1.698.333,33 dan keuntungan setelah revitalisasi sebesar Rp. 2.007.222,22 yang berarti terjadi kenaikan keuntungan sebesar Rp. 308.888,89 atau sebesar 18,187%. Dalam hasil uji dalam paired samples Correlation menunjukkan bahwa korelasi antara dua variabel adalah sebesar 0,738 dengan sig sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata tingkat keuntungan sebelum dan sesudah revitalisasi adalah kuat dan signifikan. Berdasarkan Paired Samples Test diperoleh nilah t hitung sebesar -2,528 dengan sig 0.013. Karena sig < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan rata-rata keuntungan sebelum dan sesudah revitalisasi Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa adanya revitalisasi mempengaruhi jumlah keuntungan di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Meningkatnya rata-rata keuntungan pedagang di daerah penelitian tidak hanya berhubungan dengan tingkat pengunjung yang melakukan transaksi jual beli akan tetapi juga berhubungan dengan tingkat permodalan, umur pedagang, pengalaman usaha, dan jumlah karyawan yang dimiliki. Pengalaman usaha memiliki pengaruh penting dalam peningkatan keuntungan karena semakin banyaknya pengalaman yang dimiliki, maka pedagang dapat menentukan barang yang memiliki kualitas baik dan laku di pasaran. Dengan pengalaman usaha pula pedagang memperoleh pelanggan yang loyal karena tingkat kepercayaan yang tinggi pelanggan terhadap pedagang tersebut. Selain itu, umur juga memiliki pengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh. Pedagang pada masa usia produktif cendenrung mendapatkan keuntungan maksimal sedangkan pedagang di usia yang sudah tidak produktif cenderung mengalami penurunan keuntungan. Tingkat keuntungan pedagang juga berhubungan dengan jumlah karyawan yang dimiliki. Diasumsikan bahwa semakin besar keuntungan yang diterima pedagang maka semakin besar pula kemampuan pedagang tersebut membayar karyawan yang membantu usahanya. Begitu juga sebaliknya, diasumsikan bahwa semakin banyak karyawan yang dimiliki diharapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
pelayanan yang diberikan kepada pembeli akan semakin baik. Dengan begitu jumlah pengunjung yang membeli barang di kios-kios tersebut akan bertambah sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Sedangkan tingkat pendidikan yang dienyam pedagang tidak mempengaruhi keuntungan yang diterima pedagang. Untuk menambah ketertarikan pengunjung, para pedagang membuat dekorasi kiosnya semenarik dan seatraktif mungkin. Selain penjualan secara langsung, pedagang juga mulai mengembangkan usahanya dengan cara membuka kios online (online shop) sehingga pembeli yang berminat membeli barang daganga tidak harus datang langsung ke Pasar Antik Windujenar Surakarta. Dengan beragam cara itulah diharapkan keuntungan akan semakin meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil analisis data yang diperoleh dari pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Modal (X1), pengalaman berdagang (X2), umur pedagang (X3), dan tenaga kerja (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pedagang secara parsial. Apabila modal, pengalaman berdagang, umur, dan tenaga kerja bertambah maka keuntungan pedagang akan mengalami peningkatan, Tingkat pendidikan (X5) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap besarnya keuntungan pedagang secara parsial. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh seseorang tidak mempengaruhi keuntungan yang diperoleh pedagang.
2.
Keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta mengalami perubahan sebelum dan sesudah revitalisasi pasar
B. Saran-saran 1. Pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta diharapkan meningkatkan modal usaha dengan tujuan peningkatan keuntungan dengan fasilitas kredit yang ditawarkan lembaga keuangan perbankan baik melalui bank maupun koperasi dan pegadaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
2. Pemaksimalan fungsi dari paguyuban pedagang Pasar Windujenar sebagai forum untuk berdiskusi antara pedagang golongan tua dengan golongan muda antara lain dengan bertukar pengalaman berdagang baik dalam hal pemilihan barang, penentuan harga, dan karakteristik pelanggan. 3. Pengetahuan kewirausahaan dapat ditingkatkan agar generasi muda tertarik dengan kegiatan berdagang sebagai mata pancahariannya sehingga kegiatan berdagang tidak hanya didominasi oleh generasi tua. Semakin tua umur pedagang maka kemampuan berdagangnya semakin menurun. 4. Jumlah tenaga kerja ditambahkan guna efisiensi pelayanan terhadap pelanggan sehingga kepuasan pelanggan dapat terpenuhi.
commit to user