BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan dan manfaat penelitian. Pada latar belakang dijelaskan urgensi, faktor dan alasan pemilihan variabel penelitian. Pada rumusan masalah, diuraikan secara detail beberapa keunggulan penelitian melalui research gap. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, beberapa pertanyaan, tujuan, dan manfaat diajukan untuk menjelaskan dan menjawab fenomena atau isu utama yang dianalisis.
1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan yang paling mendominasi penelitian khususnya di bidang manajemen stratejik adalah melakukan identifikasi terhadap sumberdaya yang dapat membedakan profitabilitas antar perusahaan dalam suatu industri tertentu (Spanos et al., 2004). Performa perusahaan merupakan salah satu isu yang menarik untuk diamati lebih lanjut. Pada berbagai penelitian dan studi empiris disebutkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan dalam suatu industri merupakan pendekatan yang digunakan untuk menilai performa perusahaan (Dess dan Beard, 1984). Oleh sebab itu rasio-rasio profitabilitas perusahaan seperti Return on Assets (ROA), Return on Sales (ROS), Return on Equity (ROE), Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth), dan Nilai Pasar (Tobin’s Q) sering digunakan sebagai proksi untuk menilai performa perusahaan. Performa perusahaan merupakan indikator penting untuk menilai kesuksesan perusahaan, serta digunakan juga sebagai proyeksi dan acuan oleh pengambil keputusan baik untuk kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan. Oleh sebab itu, performa perusahaan biasanya dihubungkan atau diasosiasikan dengan pemilihan 1
dan penggunaan strategi (Kotha dan Nair, 1995) yang akan menentukan keberlangsungan hidup perusahaan di masa mendatang. Strategi perusahaan cenderung bersifat internal karena secara substansial pemilihan strategi ditentukan dan dikendalikan oleh pimpinan atau manajemen tingkat atas dalam suatu perusahaan. Informasi pada Gambar 1.1 menunjukkan bahwa performa perusahaan ditentukan oleh serangkaian alur dan proses manajemen yang strategis dan sistematis (berurutan), dimulai dari melakukan pengamatan atau analisis terhadap lingkungan baik secara internal (kekuatan dan kelemahan) maupun eksternal (peluang dan tantangan). Selanjutnya, perusahaan memformulasikan strategi yang dinyatakan dalam bentuk visi, misi dan pemilihan strategi (strategic choice) yang tepat untuk mencapai tujuan. Perusahaan tidak berhenti hanya pada proses formulasi strategi, akan tetapi strategi yang sudah ditetapkan selanjutnya direalisasikan dalam bentuk implementasi program sesuai dengan anggaran dan prosedur yang ditetapkan. Pada akhirnya, performa perusahaan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi terhadap strategi dan program yang sudah dilakukan sebelumnya untuk mencapai dan meningkatkan performa perusahaan yang lebih baik di masa mendatang.
Gambar 1.1 Proses Manajemen Stratejik (Barney, 2007) 2
Terdapat tiga faktor utama yang menjadi latar belakang dan landasan penelitian ini. Faktor pertama, munculnya perdebatan yang diwarnai dengan pertanyaan mengenai faktor apa saja yang membuat suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lain dan faktor apa saja yang mempengaruhi performa perusahaan. Dua pertanyaan tersebut memicu munculnya dua mazhab pemikiran yang saling bertolak belakang, pemikiran pertama menegaskan bahwa performa perusahaan ditentukan oleh struktur industri (Porter, 1980), sedangkan pemikiran kedua yang dikenal dengan istilah pandangan berdasarkan sumberdaya yang berasumsi bahwa performa perusahaan ditentukan oleh proses organisasi yang unik (Barney, 1989). Berdasarkan pandangan Barney (1989), struktur industri dianggap tidak terlalu penting apabila dibandingkan dengan faktor historis perusahaan yang idiosyncratic (unik) untuk membedakan suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian McGahan dan Porter (1997) yang menjelaskan bahwa hanya sebesar 19% efek industri berkontribusi terhadap profitabilitas perusahaan. Sebaliknya, efek segmen-spesifik perusahaan memberikan kontribusi cukup besar yaitu 32%, sehingga McGahan dan Porter (1997) menyimpulkan bahwa segmen spesifik merupakan bagian dari pandangan berdasarkan sumberdaya yang membahas aspek internal dan sumberdaya perusahaan. Faktor kedua, performa perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh variabel yang dapat dikendalikan (controllable) dan variabel yang tidak dapat dikendalikan (noncontrollabele). Selanjutnya, variabel yang tidak dapat dikendalikan berhubungan dengan faktor lingkungan sedangkan variabel yang dapat dikendalikan berhubungan dengan keputusan atau kebijakan secara manajerial. Variabel-variabel tersebut berhubungan dengan efisiensi atau manajemen operasi, serta terkait juga dengan efektivitas dan manajemen stratejik. 3
Efisiensi direpresentasikan oleh aktivitas operasi perusahaan dan efektivitas dicerminkan dengan strategi perusahaan. Apabila ingin dirinci lebih lanjut maka formulasi yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut (Cool dan Schendel, 1987; Kotha dan Nair, 1995): (1)
Tujuan Perusahaan
= ƒ (Variabel yang dapat dikendalikan, Variabel yang tidak dapat dikendalikan) = ƒ (Efisiensi, Efektivitas, Variabel Lingkungan)
Performa Perusahaan
= ƒ (Operasi, Strategi, Variabel Lingkungan)
(3)
Performa Perusahaan
(2)
Faktor ketiga, melalui telaah analisis secara empiris ditemukan bahwa pembahasan mengenai implementasi efisiensi sebagai opsi strategi yang diterapkan perusahaan belum banyak diteliti oleh para akademisi khususnya di bidang konsentrasi manajemen stratejik. Hal ini dibuktikan dengan artikel-artikel yang sudah terpublikasi kebanyakan membahas dan menghubungkan topik efisiensi terhadap performa perusahaan pada industri perbankan dan industri jasa seperti pada penelitian Fries dan Taci (2004), Manlagnit (2011) dan Li Hu et al., (2014). Fakta ini menunjukkan bahwa penelitian dengan topik efisiensi masih dapat dikembangkan sebagai model penelitian untuk menjawab fenomena dan tantangan yang terjadi pada industri lain seperti industri manufaktur dalam menghadapi faktor-faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan seperti kenaikan harga bahan bakar, tarif dasar listrik, bahan baku produksi dan apresiasi (depresiasi) nilai tukar rupiah terhadap dolar. Berdasarkan penjelasan 3 faktor utama tersebut, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa performa perusahaan dapat dipengaruhi oleh dua kondisi yaitu internal dan eksternal. Penelitian ini fokus pada aspek internal dan menitikberatkan pembahasan pada aspek sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan. Sumberdaya perusahaan didefinisikan sebagai input untuk melakukan aktivitas dan proses produksi 4
(Grant, 1991). Dalam penelitian ini input perusahaan dijelaskan sebagai bahan baku produksi, sumberdaya manusia dan aspek keuangan. Bahan baku digunakan sebagai sumber perhitungan efisiensi biaya, sumberdaya manusia digunakan untuk menghitung nilai tambah yang diciptakan, serta aspek keuangan digunakan untuk menghitung aset, penjualan dan profitabilitas perusahaan. Penelitian ini menguji secara simultan seberapa besar pengaruh serta kontribusi efisiensi terhadap peningkatan performa perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua kerangka teori besar yang digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis sumberdaya internal serta hubungannya dengan performa perusahaan. Dua teori yang dimaksud adalah Resource Based View (RBV) dan Knowledge Based View (KBV). Teori RBV dan KBV membahas bagaimana perusahaan secara internal meningkatkan kompetensi dan kemampuan sumberdaya manusia (tenaga kerja), mengelola dan memelihara aset yang dimiliki seperti teknologi mesin produksi yang dimiliki perusahaan serta melakukan proses kontrol dan sistem koordinasi birokrasi di internal perusahaan. Ide dasar dari teori RBV adalah kombinasi kemampuan (capability) atau kompetensi (comptence) yang melekat pada sumberdaya manusia dalam suatu perusahaan (Ansoff, dalam Hoskisson 1999). Sementara itu, KBV fokus pada pengembangan pengetahuan dan pengalaman yang melekat pada diri individu dalam organisasi/perusahaan. RBV dan KBV menjelaskan tentang bagaimana perusahaan mampu menciptakan nilai tambah melalui efisiensi. Efisiensi bukan merupakan proses yang singkat ataupun instan, melainkan suatu proses yang membutuhkan waktu untuk memahami kondisi dan mekanisme internal terutama sumberdaya perusahaan. Penelitian ini menganalisis secara mendalam mengenai efisiensi yang melibatkan
5
sumberdaya internal penggunaan modal perusahaan yang diyakini menjadi faktor kuat dalam mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. Efisisensi pertama yang dimaksud adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan biaya yang rendah dengan cara melakukan penghematan terhadap alokasi biaya tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan dengan meniadakan aktivitasaktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Biaya yang rendah menjadi sinyal kuat bagi perusahaan untuk menetapkan harga produk yang relatif lebih ekonomis bagi konsumen. Ketika perusahaan dapat melakukan efisiensi terhadap biaya, maka secara tidak langsung hal ini merupakan representasi penciptaan nilai bagi perusahaan karena mampu menciptakan keunggulan biaya (cost leadership) dibandingkan dengan para pesaing. Selanjutnya, dengan adanya efisiensi biaya maka perusahaan dapat menghasilkan performa yang baik seiring dengan penurunan biaya dan peningkatan profitabilitas perusahaan. Secara spesifik, biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biaya produksi atau biaya yang ditimbulkan akibat adanya penciptaan suatu barang melalui proses manufaktur (manufacturing process). Biaya ini dikenal dengan istilah Beban Pokok Penjualan (BPP). Dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur, BPP diperoleh dari dua biaya yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi bahan baku (material) dan tenaga kerja langsung pada saat proses pengolahan dan pembuatan produk, sedangkan biaya tidak langsung merupakan biaya selain dari dua biaya yang telah disebutkan di atas atau dikenal dengan istilah biaya overhead. Lebih lanjut biaya overhead perusahaan meliputi sewa, listrik, pemeliharaan, depresiasi mesin, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan BPP sebagai salah satu item untuk mengukur efisiensi perusahaan yang dibandingkan dengan penjualan karena BPP
6
menghitung komponen biaya secara rinci meliputi sumberdaya internal atau input yang digunakan perusahaan. Efisiensi kedua yang selanjutnya diukur adalah efisiensi modal sumberdaya manusia. Efisiensi ini bertujuan untuk menghitung dana yang telah diinvestasikan kepada karyawan dalam hal penciptaan nilai tambah bagi perusahaan. Semakin besar nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh karyawan bagi perusahaan, maka mengindikasikan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kualitas pengetahuan dan kemampuan karyawan melalui proses pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan. Selanjutnya, bentuk efisiensi perusahaan yang dianalisis berhubungan dengan penggunaan modal atau pemanfaatan aset untuk meningkatkan produktivitas dan penjualan perusahaan. Efektivitas penggunaan modal bertujuan mengidentifikasi seberapa banyak aset yang dialokasikan untuk meningkatkan penjualan. Semakin banyak penjualan yang dapat dihasilkan dari penggunaan aset perusahaan yang terbatas, maka perusahaan berhasil mengelola penggunaan aset secara efektif. Ketiga bentuk efisiensi yang telah dijelaskan sebelumnya mengacu pada penjelasan tipologi Porter (1980), empat tipe strategi yang diusulkan oleh Miles dan Snow (1976), empat dimensi strategi yang diklasifikasikan oleh Hambrick (1983), dan empat perspektif implementasi strategi yang dipopulerkan oleh Kaplan dan Norton (2006). Ringkasan mengenai tipologi, tipe, dimensi, dan perspektif implementasi strategi disajikan dalam Tabel 1.1.
7
Tabel 1.1 Penjelasan Tipologi, Bentuk, Dimensi, dan Perspektif Strategi Menurut Para Ahli Peneliti Porter
Konsep
Strategi
Tipologi Porter
fokus, keunggulan biaya, diferensiasi
Tipe Strategi
prospektor, defender, analyzer, dan reactor
(1980) Miles dan Snow (1978) Hambrick
Dimensi Strategi efisiensi biaya, penghematan aset, differensiasi,
(1983)
dan skala/cakupan
Kaplan dan Norton
Balanced Score
pembelajaran & pertumbuhan, proses internal,
(2006)
Card
konsumen dan keuangan
Sumber: Data diolah 2015
Berdasarkan tipologi tersebut, Porter menjelaskan ada 3 (tiga) strategi yang dapat digunakan untuk mencapai kesuksesan bisnis perusahaan. Salah satunya adalah “keunggulan biaya” atau cost leadership, perusahaan yang unggul dari aspek biaya biasanya memiliki market share yang tinggi, memperhatikan penggunaan aset, produktivitas karyawan, dan selalu waspada terhadap biaya-biaya lain di luar estimasi (biaya tak terduga). Porter dalam David et al. (2002) menyebutkan bahwa skala efisiensi, penurunan biaya berdasarkan pengalaman, kontrol terhadap biaya overhead, minimalisasi biaya riset & pengembangan, jasa, penjualan, dan iklan merupakan aspekaspek yang perlu diperhatikan ketika perusahaan mengimplementasi bentuk strategi yang unggul terhadap biaya. Di sisi lain, Porter dalam Nandakumar et al. (2011) menegaskan beberapa karakteristik bagi perusahaan yang mengadopsi strategi keunggulan biaya antara lain: efisiensi, kebijakan kurva pengalaman, kontrol terhadap biaya overhead, dan minimalisasi biaya. Lebih lanjut, Porter melakukan klasifikasi strategi dalam 3 (tiga) dimensi yaitu: 1) efisiensi (efficiency); 2) differensiasi (differentiation); dan 3) skala/cakupan (scale/scope). 8
Miles dan Snow (1978) mengusulkan empat bentuk strategi yaitu: 1) prospektor; 2) defender; 3) analyzer; dan 4) reactor. Namun hanya dua bentuk strategi yang relevan dengan tipologi Porter yaitu prospektor dan defender. Prospector memiliki kecenderungan untuk melakukan inovasi secara cepat demi menerapkan strategi diferensiasi, perusahaan pada tipe ini cenderung menyukai risiko. Berbeda dengan defender yang cenderung bertahan, perusahaan pada tipe ini menyukai keadaan yang stabil, mengutamakan kualitas produk dan fokus pada biaya yang relatif rendah. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan atau mengimplementasikan strategi efisiensi cenderung pada tipe defender, yaitu perusahaan fokus melakukan stabilisasi kondisi internal dan konsen terhadap penetapan harga yang lebih ekonomis untuk meningkatkan pangsa pasar. Pada penelitian berikutnya, Hambrick (1983) membagi efisiensi menjadi 2 (dua) kategori untuk memberikan hasil yang tepat dan akurat dalam menilai strategi yaitu efisiensi biaya (cost efficiency) dan penghematan aset (asset parsimony). Efisiensi biaya fokus pada biaya produk yang relatif rendah, sedangkan penghematan aset fokus pada penggunaan aset yang terbatas (tidak berlebihan). Hambrick juga mengklasifikasi 4 (empat) dimensi strategi yaitu efisiensi biaya, penghematan aset, differensiasi, dan skala/cakupan. Selanjutnya Hambrick mengusulkan untuk membedakan dua bentuk strategi yaitu posisi stratejik (strategic position) dan opsi stratejik (strategic choice). Posisi stratejik merupakan atribut stratejik yang susah untuk diubah dalam jangka pendek, seperti pangsa pasar perusahaan, sedangkan opsi stratejik adalah atribut stratejik yang dapat diubah dalam jangka pendek, seperti biaya iklan. Konsep Balanced Score Card yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (2006) bertujuan untuk mengukur performa perusahaan melalui 4 (empat) perspektif utama yaitu keuangan, konsumen, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. 9
Konsep ini menjelaskan pengetahuan, keterampilan, dan sistem yang dibutuhkan perusahaan (pembelajaran dan pertumbuhan) untuk membangun kemampuan strategis dan efisiensi (proses internal) yang mampu memberikan nilai spesifik ke pasar (konsumen), sehingga dapat meningkatkan dan memaksimalkan nilai pemegang saham (keuangan). Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat dibuat sebuah ringkasan eksekutif mengenai teori, variabel penelitian, dimensi dan bentuk strategi yang digunakan untuk mengukur pengaruh efisiensi dan efektivitas terhadap performa perusahaan dalam industri manufaktur. Ringkasan tersebut dirangkum secara lengkap dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2 Ringkasan Eksekutif Teori/Konsep dan Variabel Penelitian Teori/Konsep
Variabel Penelitian
Resource Based View
Efisiensi Biaya Produksi
(RBV)
Efisiensi Modal
dan Knowledge Based
Sumberdaya Manusia
View (KBV)
Intensitas Modal
Dimensi Stratejik
Bentuk Stratejik
Cost Efficiency
Strategic Choice
Cost Efficiency
Strategic Choice
Asset Parsimony
Strategic Position
Performa perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 3 (tiga) proksi yaitu: 1) pengukuran berbasis akuntansi menggunakan Resturn on Assets (ROA); 2) pengukuran berbasis pasar menggunakan Tobin’s Q; dan 3) pengukuran berbasis Pertumbuhan Penjualan. Dess dan Davis (1983) menjelaskan bahwa penggunaan strategi differensiasi dan keunggulan biaya memicu perolehan ROA dan pertumbuhan penjualan yang lebih besar. Menurut Banker et al. (2014) ROA terdiri dari metoda depresiasi dan penilaian persediaan yang berguna untuk menjelaskan performa perusahaan di masa depan. Tobin’s Q dianggap mampu memprediksi performa perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang (Uotila et al., 2008). Tobin’s Q 10
juga merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimiliki. Pertumbuhan penjualan digunakan dalam beberapa penelitian sebagai pendekatan untuk menilai performa perusahaan (Dess dan Davis, 1986; Kotha dan Nair, 1995; Powell, 1996). Basis perhitungan pertumbuhan penjualan adalah membandingkan volume penjualan tahun(t) dengan tahun(t-1). Perusahaan mengharapakan rasio ini terus naik dan tumbuh setiap tahunnya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar melalui penambahan volume produksi yang dihasilkan. Ketiga proksi pengukuran tersebut (ROA, Tobin’s Q dan Pertumbuhan Penjualan) digunakan untuk memperoleh penjelasan lebih mendalam dan memperkaya hasil temuan secara empiris sebagai sumbangsih atau kontribusi penelitian terhadap perkembangan teori khususnya di bidang manajemen stratejik. Obyek penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi (input-process-output) melalui proses produksi dan melibatkan seluruh sumberdaya internal perusahaan baik sumberdaya fisik, manusia, maupun keuangan. Sejalan dengan beberapa variabel penelitian yang digunakan, perusahaan manufaktur menyediakan seluruh data dan informasi yang dibutuhkan sehingga menjadi relevan dengan tujuan penelitian untuk menghitung efisiensi biaya produksi, modal sumberdaya manusia dan intensitas modal perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah Peneliti menyoroti beberapa rumusan masalah yang direpresentasikan dalam bentuk perbedaan (gap) antara penelitiaan saat ini dengan penelitian sebelumnya. Pertama, peneliti fokus pada model penelitian yang terdiri dari tiga bentuk efisiensi perusahaan meliputi efisiensi biaya produksi, efisiensi modal sumberdaya manusia, dan 11
intensitas modal. Tentunya hal ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang hanya membahas efisiensi biaya tanpa memperhatikan bentuk efisiensi perusahaan yang lain (Kotha dan Nair, 1995), selain itu penelitian ini spesifik mengukur efisiensi biaya produksi yang secara tidak spesifik dibahas pada penelitian sebelumnya (Spanos et al., 2004; Swink et al., 2005). Kedua, penelitian sebelumnya menggunakan data yang bersifat cross section atau rentang waktu yang pendek atau singkat (Lee et al., 2001; Spanos et al., 2004; Goll dan Rasheed, 2004), tentu saja hal ini perlu dikritisisasi, dikaji dan direvisi ulang. Data cross section hanya mampu menangkap deskripsi yang statis dan tidak bisa mengungkap fenomena yang berada di dalam perusahaan secara singkat. Bagaimana mungkin seorang peneliti bisa menyimpulkan bahwa strategi berpengaruh terhadap performa perusahaan apabila hanya menggunakan data dalam kurun waktu yang relatif singkat. Peneliti membutuhkan alokasi dan kerangka waktu (time frame) yang cukup lama untuk mengamati dan menganalisis perubahan strategi dan faktor lingkungan terhadap performa perusahaan. Oleh sebab itu untuk menutupi masalah (gap) tersebut, peneliti melakukan kombinasi antara data cross section dan time series yang dikenal dengan istilah data panel atau longitudinal data untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Uotila et al. (2009) menyebutkan bahwa desain penelitian longitudinal penting dalam penelitian. Penelitian longitudinal menjelaskan dampak pemilihan strategi terhadap performa perusahaan karena dapat memfasilitasi penggunaan metoda ekonometrika yang mengontrol endogenitas dan heterogenitas yang tidak terobservasi.
12
Ketiga, secara empiris banyak penelitian dalam kurun waktu 20 tahun terakhir yang mengamati dan menganalisis performa perusahaan di Amerika Serikat (Simerly dan Li, 2000; Goll dan Rasheed, 2004; Lee dan Qu, 2011), Jepang (Kotha dan Nair, 1995), China (Davies dan Walters, 2004), negara-negara tersebut dianggap sebagai negara dengan pertumbuhan industri yang baik. Atas temuan dan bukti empiris penelitian sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa masih sangat sedikit para peneliti khususnya di bidang manajemen strategi yang melakukan analisis dan pengamatan terhadap perusahaan-perusahaan di kawasan Asia Tenggara, terutama di Indonesia. Padahal, industri manufaktur di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan berita Resmi Statistik No.14/2/Th. XVIII yang dikeluarkan pada tanggal 2 Februari 2015. Oleh sebab itu menarik apabila melakukan analisis terhadap database perusahaan di Indonesia untuk mengetahui performanya. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Parnell et al., (2012) pada tiga negara atau wilayah yang berbeda yaitu Amerika Serikat, Cina dan Turki. Masingmasing negara memberikan kontribusi hasil penelitian yang berbeda-beda. Secara tidak langsung dapat disimpulkan bahwa lingkungan atau wilayah juga berperan pada proses peningkatan performa perusahaan dalam industri tertentu. Selanjutnya, penelitian ini akan menggunakan data sekunder dari perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia untuk diamati, dianalisis dan diidentifikasi seputar faktor-faktor yang berkontribusi dan berpengaruh terhadap performa perusahaan dalam kurun waktu 5 tahun terkahir. Salah satu alasan dan tujuan penggunaan data sekunder adalah karena datanya bersifat obyektif dan dapat mengantisipasi bias persepsi yang muncul selama periode penelitian. Keempat, faktor lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dari aspek unit analisis atau obyek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini menggunakan sudut pandang di level perusahaan atau organisasi bukan 13
individu. Peneliti melakukan penilaian performa pada perusahaan-perusahaan di 14 sub-sektor industri yang bergerak di bidang manufaktur (seperti penelitian Miles et al., 1993; Simerly dan Li, 2000; Goll dan Rasheed, 2004; Spanos et al., 2004), tidak seperti penelitian lain yang hanya fokus pada level perusahaan dan hanya melibatkan satu industri sebagai obyek penelitian seperti penelitian Kotha dan Nair (1995), Cool dan Schendel (1997), Russo dan Harrison (2005). Berdasarkan pada laporan Bursa Efek Indonesia (BEI), industri manufaktur di Indonesia diklasifikasikan ke dalam tiga sektor industri besar yaitu Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi. Kelima, penelitian ini menggunakan tiga bentuk variabel dependen untuk merepresentasikan performa perusahaan dari berbagai macam pendekatan. Pertama, performa perusahaan diukur berdasarkan pendekatan akuntansi (ROA); kedua, performa perusahaan diukur berdasarkan pendekatan pasar (Tobin’s Q); dan ketiga performa perusahaan diukur berdasarkan pertumbuhan penjualan (Growth). Tujuannya adalah untuk melakukan robustness check dan hasil yang lebih komprehensif dan membuktikan apakah variabel independen memberikan hasil yang konsisten terhadap ketiga bentuk pengukuran performa perusahaan (Uotila et al., 2009).
1.3 Pertanyaan Penelitian a. Apakah efisiensi biaya produksi berpengaruh terhadap performa perusahaanperusahaan pada industri manufaktur? b. Apakah efisiensi modal sumberdaya manusia berpengaruh terhadap performa perusahaan-perusahaan pada industri manufaktur? c. Apakah
intensitas
modal berpengaruh terhadap performa perusahaan-
perusahaan pada industri manufaktur? 14
1.4 Tujuan Penelitian a. Menguji pengaruh efisiensi biaya produksi terhadap performa perusahaanperusahaan pada industri manufaktur; b. Menguji pengaruh efisiensi modal sumberdaya manusia terhadap performa perusahaan-perusahaan pada industri manufaktur; c. Menguji pengaruh intensitas modal terhadap performa perusahaan-perusahaan pada industri manufaktur.
1.5 Manfaat Penelitian a. Aspek Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
manfaat
bagi
perkembangan ilmu dan teori manajemen khususnya di bidang konsentrasi manajemen stratejik terkait dengan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya internal yang dapat mempengaruhi performa perusahaanperusahaan dalam industri manufaktur. Selain itu, hasil penelitian ini dapat mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri manufaktur untuk selalu melakukan evaluasi kondisi internal perusahaan melalui proses pengalaman dan pembelajaran secara berkelanjutan untuk meningkatkan performa melalui perolehan profitabilitas perusahaan.
15
b. Aspek Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan acuan bagi para praktisi manajemen untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan strategis, khususnya mengenai pilihan dan posisi strategi dalam melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya internal perusahaan melalui efisiensi dan penggunaan modal secara efektif untuk meningkatkan performa perusahaan.
16