1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan internasional merupakan faktor utama keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Perusahaan dituntut untuk dapat menentukan ketepatan aktivitas yang dapat mendukung kinerjanya sehingga mampu untuk berkompetisi, bahkan dapat memenangkan persaingan. Keadaan ini memaksa perusahaan untuk lebih tanggap terhadap perubahan yang sangat cepat dan dinamis. Begitu pula yang terjadi di Indonesia, dimana perusahaan harus dapat menganalisis peluang dan tantangan pada masa mendatang. Oleh karena itu dalam mengembangkan strategi pemasaran perusahaan harus senantiasa mengikuti kebutuhan, keinginan, dan harapan masyarakat. Industri di Indonesia terbagi menjadi dua jenis, yakni: consumer goods dan service goods. Adapun perkiraan pertumbuhan pasar industri yang ada pada tahun 2005-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini TABEL 1.1. TABEL PERTUMBUHAN MARKET SIZE BEBERAPA SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2005-2007 Nominal No 1 2 3 4 5 6 7 8
9
Sektor Penerbangan (Rp milyar) Biro Perjalanan (Rp milyar) Perhotelan (Rp milyar) Restoran dan Industri Fastfood Department Stores (Rp milyar) (sales) Asuransi (Rp milyar (sales) Supermarket (Rp milyar) (sales) Otomotif Mobil (sales) (Ribu unit) Motor (Ribu unit) Perbankan (Rp triliun) (Penyaluran kredit)
Pertumbuhan (%) 2005 2006 2007 F F F
2005
2006
2007
10.362,3 15.902,9 12.365,6
11.515,8 17.342,1 12.694,4
13.744,8 20.016,1 13.621,4
10,4 5,6 6,7
11,1 9,1 2,7
19,4 15,4 7,3
39.648,1
42.368,9
44.640,1
6,4
2,7
7,3
11.216,4
13.408,9
16.062,8
19,1
19,5
19,8
4.260,1
5.079,2
6.104,9
12,4
19,2
20,2
4.260,1
5.079,2
6.104,9
12,4
19,2
20,2
533,9 5,1
309,7 4,1
415,6 5,0
10,5 30,5
-42,0 -18,6
34,2 20,8
689,7
831,4
1.028,0
24,6
20,6
23,6
2
Nominal No
Sektor
2005
2006
2007
Pertumbuhan (%) 2005 2006 2007 F F F
10
Tekstil dan Garmen (Rp 4.246,4 4.009,5 4.204,8 8,5 -5,6 milyar) (sales) Farmasi (Rp triliun) (sales) 11 3.038,4 3.283,0 3.661,9 8,5 8,1 12 Kosmetik dan toiletries 10.200,2 11.568,1 13.203,3 10,5 13,4 (Rp milyar) 13 Rokok (Milyar Batang) 225,5 240,8 255,6 5,4 6,8 14 Makanan dan Minuman (Rp 121.377,9 123.066,1 124.663,8 2,7 1,4 milyar) Properti dan Real Estate (Rp 15 9.679,9 11.751,9 14.245,2 26,9 20,3 milyar) (sales) 16 Telekomunikasi Jumlah Pelanggan seluler 45,7 59,0 75,8 53,1 29,2 (Rp juta) Jumlah saluran terpasang 12,7 14,4 15,9 27,6 12,8 (Rp Juta) Sumber: Dana Reksa Research Institute (Majalah SWA No 01/XXIII/14 – 17 Januari 2007)
4,9 11,5 14,1 6,2 1,3 21,2
28,4 10,7
Dari pertumbuhan market size di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan pasar mengalami kenaikan. Kenaikan hampir terjadi pada 75% sektor industri. Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan situasi dan kondisi ekonomi yang berpengaruh pada harga jual. Salah satu industri dalam negeri yang tengah berkembang ialah industri toiletries. Industri toiletries merupakan salah satu industri yang terus mengalami kenaikan dalam pertumbuhan market size. Hal tersebut menyiratkan bahwa industri tersebut merupakan salah satu industri dengan pertumbuhan pasar yang cukup pesat. Fenomena tersebut merupakan peluang bagi perusahaan atau industri toiletries untuk mengembangkan usahanya. Dari Tabel 1.2 dapat dilihat jenis produk dan perusahaan yang termasuk ke dalam industri toiletries.
3
Jenis Produk Toiletries
TABEL 1.2 JENIS PRODUK TOILETRIES Merek Produk
Shampo
Sabun mandi padat
Sabun mandi cair Pasta Gigi
Sikat Gigi
Obat Kumur Sabun/ busa pembersih muka
Pembalut Wanita
Sunsilk, Clear, Lifeboy, Dove (Unilever) Pentene, Head& Shoulder, Rejoice, Herbal essences (P&G) Emeron, Zinc (Wings) Natur (Gondowangi) Lux, Lifeboy, Dove (Unilever) Giv, Nuvo (Wings) Dove, Lux, Citra, Lifeboy (Unilever) Biore (Kao) Nuvo (Wings) Pepsodent, Close Up, Pepsodent Junior (Unilever) Ciptadent, Smile Up (Wings) Formula, formula Junior (Grup Orang Tua) Pepsodent (Unilever) Ciptadent (Wings) Formula (Grup orang tua) Oral B (P&G) Pepsodent (Unilever) Listerin (Pfizer) Pond’s, Dove (Unilever) Biore (KAO) Laurier (KAO) Wishper (P&G) Softex (Softex) Charm (Uni Charm) Kotex (Unilever) Hers Protex (Wings)
Sumber : Majalah SWA 17/ XXII/ 24 Agustus-6 September 2006
Salah satu industri yang termasuk ke dalam industri toiletries adalah industri pembalut wanita. Industri ini merupakan salah satu dari sekian banyak industri
yang
menggambarkan
ketatnya
persaingan
terutama
dalam
memperebutkan pangsa pasar (market share). Penggunaan pembalut wanita akan semakin meningkat dari waktu ke waktu, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk wanita di Indonesia. Melalui berbagai survei yang dilakukan Frontier Consulting Group tahun 2007 didapat data bahwa jumlah wanita usia
4
produktif (12-50 tahun) mencapai 70,2 juta jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk wanita di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan bagi produsen pembalut wanita untuk mengeluarkan produk yang lebih baik dan nyaman digunakan serta memiliki perbedaan dengan produk pesaing. Seiring dengan berkembangnya waktu, telah terjadi perubahan citra di masyarakat tentang berbagai hal sehingga lebih mendorong masyarakat mengembangkan pola hidup praktis. Hal ini menyebabkan strategi produksi pembalut wanita yang dibuat pabrik semakin berkembang. Tidak mengherankan jika diversifikasi produknya di pasar cukup tinggi, sehingga pasarnya lebih terlihat tersegmentasi, mulai dari wondergel, wing type, dan sebagainya. Seiring berkembangnya pasar, saat ini terdapat beberapa merek yang menguasai pasar pembalut wanita diantaranya: Laurier (PT KAO Indonesia) dan Softex (PT Softex Indonesia). Disamping merek-merek nasional, ada beberapa pemain yang kuat di wilayah masing-masing. Di Medan terdapat merek Total Safe, di Surabaya ada Softeness Indonesia, Intex (Grup Sinar Mas) di daerah Kalimantan dan Belitung. Salah satu produsen yang termasuk ke dalam industri pembalut wanita adalah PT KAO Indonesia yang mengeluarkan produk bernama Laurier. Strategi pendekatan yang dilakukan PT KAO Indonesia tak sekadar pada fungsi produk, tapi juga produk yang beragam sehingga bisa masuk ke semua segmen usia: dari muda hingga tua, dari segmen atas sampai bawah. Konsep pemasaran Laurier dari awal disasarkan bagi kalangan bawah sampai ke atas. Segmen pasar ini lebih berpotensi menyerap produk berkualitas dan mementingkan value dengan
upaya
PT
KAO
Indonesia
mengembangkan
inovasi
maupun
pengembangan teknologi baru. Namun usaha tersebut belum memberikan
5
kontribusi yang berarti dalam usaha mempertahankan kesetiaan pelanggan kepada merek Laurier. Hal ini dapat dibuktikan dengan Top Brand Index (TBI) dari pembalut Laurier yang mengalami penurunan. Adapun perolehan Top Brand Index industri pembalut wanita dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini.
No 1 2 3 4 5 6
TABEL 1.3 TOP BRAND INDEX PEMBALUT WANITA MEREK TOP BRAND INDEX 2005 2006 2007 Laurier 43.6% 33,9% 37,2% Softex 21,9% 24,9% 23,9% Charm 10,7% 16,3% 19,8% Kotex 7.9% 9,7% 10,5% Hers Protex 6,8% 5,6% 5,9% Honeysoft 1,9% 1,9% 1,2%
2008 36,4% 22,6% 22,3% 9,6% 1,1% 0,5%
Sumber:Marketing/edisi khusus/I/2008
Menurut data Top Brand Index di atas, perolehan TBI industri pembalut wanita mengalami perubahan. Pada tahun 2007 ke 2008 Laurier mengalami penurunan sebesar 0,8% yaitu dari 37,2% menjadi 36,4%. Posisi ke dua ditempati oleh Softex dengan peraihan TBI sebesar 22,6%. Selanjutnya ditempati oleh Charm dengan peraihan sebesar 22,3% dan tiga tempat terakhir ditempati oleh Kotex, Hers Protex dan Honeysoft dengan peraihan masing-masing sebesar 9,6%, 1,1% dan 0,5%. Walaupun menempati posisi leader, namun Laurier harus tetap dapat mempertahankan posisinya melihat saingan utamanya yaitu Charm dan Softex selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan Laurier mendapat saingan yang gencar dari para pesaingnya. Dari data Top Brand Index di atas menunjukan bahwa penurunan Top Brand Index merupakan suatu gejala yang dapat menjadi ancaman terhadap profitabilitas
perusahaan,
yang
secara
langsung
berpengaruh
kepada
perkembangan serta kelangsungan hidup perusahaan. Penurunan Top Brand Index tersebut merupakan dampak dari peralihan merek dalam penggunaan
6
produknya yang bermasalah atau terganggu oleh berbagai macam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan produk, pemilihan merek, waktu pembelian, serta jumlah pembelian konsumen terhadap produk Laurier tersebut menjadi berubah. Fenomena ini juga dapat disebabkan oleh bertambahnya daya saing kompetitor. Pembalut wanita Laurier pada saat ini mengalami penurunan dalam hal Top Brand Index sehingga mengurangi penguasaan market share. Adapun pangsa pasar atau market share pembalut wanita yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.4. TABEL 1.4 MARKET SHARE PRODUK PEMBALUT WANITA TAHUN 2002-2007 Market Market Market Market Market Market Merek Share Share Share Share Share Share 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Laurier 48,5% 48,1% 48,9% 44,1% 36,3% 36,0% Softex 25,2% 21,9% 17,5% 20,2% 21,0% 21,3% Charm 6,4% 8,5% 10,0% 11,5% 19,8% 20,8% Hers Protex 9,5% 9,0% 1,7% 6,9% 6,3% 6,0% Kotex 1,6% 5,2% 8,3% 9,9% 10,2% Sumber: Majalah Marketing/edisi khusus/I/2007
Melihat Tabel 1.4 di atas, tampak market share pembalut wanita Laurier berada pada posisi leader dengan market share sebesar 36,0% di tahun 2007. Namun posisi tersebut tidak membuktikan bahwa Laurier mempunyai posisi yang kuat karena melihat pangsa pasar dari tahun ke tahun yang mengalami penurunan. Disusul oleh Softex dengan pangsa pasar sebesar 21,3%, kemudian Charm sebesar 20,8% dan dua posisi terakhir ditempati oleh Hers protex dan Kotex yakni sebesar 6,0% dan 10,2%.
7
Semakin banyaknya merek-merek pembalut wanita yang beredar, membuat masyarakat lebih leluasa untuk memilih merek pembalut yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Berikut ini dapat dilihat Top Of Mind pembalut Laurier dari tahun 2003-2007, seperti disajikan dalam Gambar 1.1. 60,00% 50,00% Laurier
40,00%
Softex Charm
30,00%
Hers Protex 20,00%
Kotex
10,00% 0,00% 2003
2004
2005
2006
2007
Sumber: Majalah Marketing /edisi khusus/I/2007
GAMBAR 1.1 TOP OF MIND KATEGORI PEMBALUT WANITA
Berdasarkan
Gambar 1.1 di atas dilihat dari sisi awareness, Laurier
mengalami perubahan TOM untuk setiap tahunnya. Untuk tahun 2007 memperoleh nilai sebesar 30,7%. Posisi ke dua ditempati oleh Softex sebesar 28,8%, kemudian diikuti dengan Charm sebesar 15,5% dan selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Posisi dua terakhir ditempati oleh Hers Protex dan Kotex yang masing-masing sebesar 5,0% dan 9,0%. Laurier merupakan industri pembalut wanita kedua yang masuk ke Indonesia setelah Softex. Laurier baru diluncurkan tahun 1989. Ketika itu, di pasar sudah ada Softex (Grup Gajah Tunggal) dan Honeysoft (Grup ABC). Softex sudah lebih dari 20 tahun di pasar, bahkan menjadi merek generik untuk produk pembalut wanita. Laurier perlahan-lahan menggeser dominasi Softex.
8
Laurier memimpin pasar sejak 1995. Pertumbuhan pasar Laurier mencapai 10% per tahun dari bisnis senilai Rp 500-600 miliar/tahun (www.kao.com) Sebagai salah satu pemain di pasar pembalut wanita, Laurier merupakan salah satu pemain yang cukup cerdik dalam menanamkan mereknya di benak konsumen, sehingga merek ini sudah menjadi merek generik di kalangan masyarakat. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena pasar pembalut wanita dimasuki pesaing lainnya diantaranya Charm dan Kotex yang lebih memberikan perbedaan dan kualitas yang lebih baik. Untuk tetap menanamkan merek di benak konsumen maka Laurier harus cerdik dalam melihat posisi pasar. Berikut ini dapat dilihat heart share dari pembalut wanita Laurier pada Gambar 1.2. 50,00% 45,00% 40,00% 35,00%
Laurier
30,00%
Softex
25,00%
Charm
20,00%
Hers Protex
15,00%
Kotex
10,00% 5,00% 0,00% 2002
2003
2004
2005
2006
2007
Sumber: Majalah Marketing /edisi khusus/I/2007
GAMBAR 1.2 HEART SHARE KATEGORI PEMBALUT WANITA
Berdasarkan Gambar 1.2 di atas dapat dilihat bahwa dari sisi heart share, jika dilihat dari commitment share nya, kinerja Laurier kurang begitu baik. Hal ini terbukti dari penurunan angka jumlah heart share dari tahun ke tahun. Penurunan yang cukup signifikan ini menyebabkan Laurier harus lebih
9
meningkatkan kinerjanya agar kesadaran konsumen akan merek tersebut tetap melekat di hati konsumen sehingga posisi Laurier di pasar tetap menjadi leader. Data heart share di atas menunjukan pandangan konsumen terhadap produk pembalut wanita yang dipakainya, yang akhirnya akan berdampak pada tingkat loyalitas terhadap merek. Oleh sebab itu pembalut wanita Laurier mengambil langkah bagaimana agar tetap menjaga pelanggan, mengingat pangsa pasar yang cukup besar dibandingkan produk sejenis lainnya, disamping itu Laurier menjadi merek generik hal ini menunjukan betapa tingginya awareness konsumen pada brand tersebut. Konsumen yang sudah ada harus dijaga, salah satunya dengan memperhatikan kepuasan konsumen terhadap merek, karena konsumen yang puas cenderung loyal. Loyalitas merek akan dapat menahan perusahaan dari ketatnya persaingan. Banyaknya teknologi yang ditambahkan dan perbaikan desain dari tipe sebelumnya ditujukan untuk memberikan kualitas terbaik bagi setiap konsumen sehingga konsumen merasa puas terhadap performance pembalut yang telah dibelinya dan pada akhirnya konsumen akan merasa loyal pada tipe dan merek pembalut yang digunakan. Seorang pelanggan yang loyal kepada suatu merek tidak akan dengan mudah memindahkan pembelian ke merek lain apapun yang terjadi dengan merek tersebut. Pelanggan yang loyal pada umumnya akan melanjutkan pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan pada banyak alternaitf merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya.
10
Saat ini bila para industri tidak memfokuskan diri dalam memenuhi kepuasan pelanggan sebagai dampak dari keunggulan bersaing, maka dapat dipastikan perusahaan akan tergeser oleh pesaing-pesaingnya. Kepuasan pelanggan semakin diperlukan karena konsumen semakin mudah untuk berpindah dari satu merek ke merek yang lain. Hal ini harus diatasi oleh perusahaan dengan cara melakukan pembenahan kepada desain produk yang akan dipasarkan. Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh dalam membangun loyalitas terhadap
merek yaitu dengan menggunakan strategi desain produk
sebagaimana yang diungkapkan oleh Dahan, Hauser, Wind dan Rangaswamy (2002:268) bahwa: “Penggunaan desain produk timbul sebagai alat yang dapat digunakan untuk membangun atau menciptakan brand loyalty (kesetiaan terhadap suatu merek), menciptakan produk yang baik dalam memenuhi kebutuhan pasar yang beranekaragam, dan untuk membedakan produk yang dihasilkan oleh suatu pabrik atau perusahaan”.
Pendapat
tersebut
menegaskan
bahwa
persepsi
konsumen
dan
kepercayaan konsumen yang positif dapat dibangun melalui desain produk, dimana desain produk ini merupakan bagian dari atribut produk. Salah satu upaya strategi desain produk yang dikembangkan PT KAO Indonesia, misalnya ketika
banyak
pembalut
mengandalkan
ketebalan
untuk
mengantisipasi
kebocoran, Laurier justru menawarkan teknologi, yakni pembalut yang mengandung wonder gell hingga berdaya serap lebih tinggi dan secara fisik tidak tebal seperti pesaingnya. Selain itu Laurier memberikan kemasan yang beragam. Desain produk lainnya dari Laurier yaitu mempunyai bentuk yang menarik seperti misalnya bentuk pori bagian tengah yang lebih besar dan tidak mudah berkerut.
11
Sedangkan merek dibangun oleh sebuah komunikasi yang dilakukan perusahaan kepada konsumennya. Merek ini merupakan atribut yang menggambarkan akan produknya. Tanpa adanya suatu komunikasi yang tepat yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam memasarkan produknya maka akan sulit bagi suatu produk untuk diterima oleh konsumennya. Desain produk merupakan salah satu cara yang penting untuk mengkomunikasikan produk yang dihasilkan perusahaan agar mendapat perhatian dari konsumen dan akhirnya dapat merubah sikap dan keputusan konsumen,
hal
ini
sesuai
dengan
pendapat
Brannan
(2004:95)
yang
menyatakan: ”Desain produk ini berkaitan dengan bagaimana suatu produk memiliki gaya tersendiri untuk meningkatkan nilai produk tersebut terhadap konsumen akhir. Gaya ini termasuk pemilihan estetika (keindahan) seperti pemilihan warna, material, tekstur, dan bentuk. Desain produk ini adalah salah satunya kemudahan dalam pemakaian dan perbaikan dan juga termasuk keekonomisan dalam hal produksi, penyimpanan, dan pemakaian”.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa pada era informasi sekarang ini konsumen akan menjadi loyal apabila sudah memiliki kelengkapan informasi yang memadai mengenai produk yang dimaksudkan. Aktifitas komunikasi dalam rangka menginformasikan produknya kepada konsumen salah satunya dengan menggunakan strategi desain produk. Sejalan dengan semakin banyaknya persaingan dalam industri produk pembalut wanita, maka perusahaan harus memperhitungkan strategi yang akan digunakan dalam mengkomunikasikan produknya sehingga dapat membentuk citra produk yang positif dan pada akhirnya dapat menimbulkan suatu perilaku yang merupakan kesetiaan seorang konsumen terhadap suatu merek. Strategi produk melalui
12
desain produk banyak digunakan oleh industri ini. Hal inilah yang menjadikan PT KAO Indonesia lebih agresif dalam mengembangkan program pemasarannya. Saat ini Laurier berupaya menciptakan suatu citra merek yang berbeda diantara para pesaingnya. Hal inilah yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh PT KAO Indonesia dalam meraih kembali loyalitas mereknya. Berdasarkan
latar
belakang
tersebut
maka
penulis
bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul, “Pengaruh Desain Produk Terhadap Brand Loyalty Pembalut Wanita Laurier (Survei Pada Pengguna Pembalut Laurier di Kelurahan Sindangkasih Kecamatan Purwakarta).”
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Kondisi persaingan dunia bisnis yang semakin kompleks dan ketat menuntut suatu perusahaan memperhitungkan sikap konsumen yang cenderung lebih kritis. Perusahaan harus mampu dan memberikan perbedaan dari produk yang ditawarkan sehingga lebih unggul dibandingkan produk pesaing. Berdasarkan data Top Brand Index pembalut wanita dari tahun 20052008, menunjukan adanya penurunan brand loyalty pembalut wanita Laurier. Hal tersebut mendorong PT KAO Indonesia untuk melaksanakan strategi yang dapat meningkatkan brand loyalty. Strategi yang dijalankan oleh PT KAO Indonesia dalam rangka meningkatkan brand loyalty yakni dengan melaksanakan desain produk secara profesional dan sungguh-sungguh. Menjawab anggapan tersebut perusahaan melalui desain produk berusaha
memenuhi
keinginan
konsumen
sehingga
dapat
memberikan
keunggulan dibandingkan para pesaingnya. Seperti yang diungkapkan Brannan
13
(2004:96) bahwa desain harus berfungsi sebagai alat komunikasi yang strategis untuk mendapatkan posisi pasar yang menjadi target sasaran. Desain produk ini dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi selera dan kebutuhan yang berbeda dari setiap konsumen. Sebagai produk komoditas, industri pembalut wanita perlu melakukan perbedaan yang bisa memberikan nilai yang lebih dari produknya dibandingkan produk pesaing.
1.2.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang disampaikan dalam latar belakang penelitian di
atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran desain produk pembalut wanita Laurier di Kelurahan Sindangkasih Kecamatan Purwakarta. 2. Bagaimana gambaran brand loyalty produk pembalut wanita Laurier di Kelurahan Sindangkasih Kecamatan Purwakarta. 3. Seberapa besar pengaruh desain produk terhadap brand loyalty produk pembalut wanita Laurier di kelurahan Sindangkasih kecamatan Purwakarta.
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh gambaran desain produk pembalut wanita Laurier pada pengguna
pembalut
Laurier
di
Kelurahan
Sindangkasih
Kecamatan
Purwakarta. 2. Untuk memperoleh gambaran brand loyalty produk pembalut wanita Laurier pada pengguna pembalut Laurier di Kelurahan Sindangkasih Kecamatan Purwakarta.
14
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh desain produk terhadap brand loyalty produk pembalut wanita Laurier pada pengguna pembalut Laurier di Kelurahan Sindangkasih Kecamatan Purwakarta. 1.3.2 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan dan masukan pada pengembangan ilmu manajemen pemasaran, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama dalam upaya menggali pendekatanpendekatan baru dalam aspek strategi pemasaran yang menyangkut desain produk pembalut wanita serta menganalisis tingkat pengaruhnya terhadap brand loyalty pembalut wanita, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan teori pemasaran pembalut wanita. 2. Kegunaan Praktis Bagi pihak produsen khususnya produsen pembalut wanita, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam merancang program kegiatan operasional yang dapat menghasilkan desain produk dengan baik yang mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap merek (brand loyalty). Penelitian ini diharapkan juga sebagai informasi atau acuan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang industri toiletries mengingat masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi brand loyalty pembalut wanita diluar desain produk yang belum terungkap dalam penelitian ini.
15