BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya dari penggunaan beraneka ragam bahan kimia (ATSDR, 2000; ATSDR, 2007). Hal ini berdampak positif dengan adanya peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan sektor ekonomi,
namun di sisi lain juga menimbulkan dampak negatif dan memunculkan
berbagai masalah, mulai dari masalah limbah, pencemaran udara, hingga masalah pengaruh penggunaan bahan berbahaya bagi kesehatan pekerja dan manusia di lingkungan sekitar (ATSDR, 2005; ATSDR, 2007; Pudyoko, 2010). Salah satu bahan kimia yang berbahaya dalam produk migas, baik produk mentah maupun produk jadi adalah kandungan benzene yang terdapat dalam produk migas bensin (WHO, 2010; ATSDR, 2000; Betty S, 2011). Bensin mengandung senyawa benzene (C6H6) yang berfungsi untuk meningkatkan nilai oktan dalam bahan bakar bensin (ATSDR, 2007). Benzene merupakan zat berbahaya bagi tubuh apabila terpapar secara akut dan juga kronis (USEPA, 2006; Shan et al, 2004). Dampak yang dapat timbul akibat paparan benzene secara akut yaitu dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, kurangnya suplai oksigen ke otak, pusing, denyut jantung yang cepat, sakit kepala, tremor, kebingungan dan juga pingsan (Udonwa et al, 2009; Tanasorn et al, 2012). Apabila menghirup terlalu banyak benzene dapat menyebabkan kematian (Tanasorn et al, 2012). Paparan benzene secara kronis dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah yang menyebabkan anemia (Young et al, 1999). Benzene juga dapat sampai ke sumsum tulang (Trevor et al, 2012) dan merusak produksi sel-sel darah sehingga orang yang terpapar benzene dapat mengalami penyakitLeo Pardon Sipayung, Korelasi Paparan Benzene... Program Studi Magister Ilmu Biomedik FK – USU 2015.
penyakit yang berkaitan dengan penurunan produksi sel-sel darah di sumsum tulang (Shan et al, 2004; Yoko et al, 2008). Stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) merupakan tempat terjadinya kegiatan pemasaran dan pendistribusian produk migas khususnya BBM, dimana proses utamanya adalah penerimaan, penyimpanan/ penimbunan dan penyaluran BBM kekonsumen (Rezazadeh et al, 2012; Ramon, 2007). Dalam setiap proses tersebut paparan benzene dimungkinkan timbul sehingga petugas pengisian BBM sangat beresiko terpapar benzene (Fredric et al, 1996; Jorunn, 2007; Shan et al, 2004). Pertamina menetapkan prinsip kerja pelayanan di SPBU di Indonesia adalah 3S, yaitu: Senyum, Salam, dan Sapa. Hal ini menyebabkan petugas pengisian BBM tidak mungkin untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa masker penutup hidung dan mulut serta sarung tangan, sehingga mereka sangat berisiko tinggi terpapar oleh benzene yang menguap serta dari bahan bakar minyak yang mungkin terkena ke permukaan kulit di tangan (Ramon, 2007; Pudyoko, 2010). Ancaman polutan benzene terhadap kesehatan masyarakat semakin nyata dan menakutkan karena sampai saat ini menurut keputusan direktur minyak dan gas bumi nomor 3674 K/24/DJM/2006 tentang spesifikasi bahan bakar bakar bensin, tentang batasan kandungan benzene tidak diatur secara jelas. Sementara itu, di negara lain seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Cina dan Sri Lanka serta Hongkong kandungan benzene maksimum dalam bahan bakar bensin tidak boleh lebih dari 5% (Tunsaringkarn et al, 2010; Viroj et al. 2001; Ramon, 2007; Pudyoko, 2010). Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 01/MEN/1997, nilai ambang batas paparan benzene di lingkungan kerja adalah 10 ppm, American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) pada tahun 2000 adalah 0,5 ppm, di Inggris pada tahun 2000 batas paparan maksimum untuk 8 jam kerja Leo Pardon Sipayung, Korelasi Paparan Benzene... Program Studi Magister Ilmu Biomedik FK – USU 2015.
adalah sebesar 3 ppm, sementara American Petroleum Institute (API) menyatakan bahwa batas absolute paparan benzene yang aman adalah nol (Ramon, 2007; Pudyoko, 2010). Populasi pekerja yang bekerja pada industri yang memproduksi atau menggunakan benzene dapat terpapar dengan tingkat paparan tertinggi (Fredric et al, 1996). Berdasarkan informasi di atas, petugas pengisian BBM di SPBU jelas sangat berisiko tinggi terhadap paparan benzene, terutama terpapar melalui jalur inhalasi dan dalam waktu paparan yang kontiniu. Pernafasan merupakan jalur paparan benzene yang dominan terhadap manusia. Dalam WHO Europe (2000) disebutkan bahwa paparan benzene secara singkat dengan konsentrasi yang tinggi dapat terjadi saat pengisian BBM kendaraan. Pengukuran udara ambient (ambient air monitoring) dan pengukuran bahan biologis (biological monitoring) dapat dilakukan untuk mengetahui adanya paparan benzene (Zuliyawan, 2010). Beberapa biomarker dalam tubuh terhadap paparan benzene di lingkungan dapat diperiksa untuk mengestimasi konsentrasi paparan (Perrine et al, 2009; Suramya et al, 2004; Zuliyawan, 2010). Beberapa penelitian mengindikasikan hubungan kuantitas antara paparan benzene secara inhalasi dengan trans, trans-muconic acid (ttMA) sebagai biomarker terhadap paparan benzene (WHO, 2010; WHO 1996; Zuliyawan, 2010). trans, trans-Muconic Acid (ttMA) merupakan metabolit minor dari benzene yang dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk paparan benzene (Tunsaringkarn et al, 2012; Zuliyawan, 2010). Meskipun ttMA telah teridentifikasi sebagai metabolit urin benzene di awal abad ini, aplikasinya sebagai biomarker untuk paparan benzene pada lingkungan kerja baru dikenal akhir-akhir ini saja (Tunsaringkarn et al, 2012, Zuliyawan, 2010). Kadar dari ttMA dalam urin dapat dipertimbangkan sebagai biomarker yang dapat dipercaya pada paparan benzene di lingkungan kerja (Viroj et al, 2001; Viroj et al, 2007; Zuliyawan, 2010). Trans, trans-Muconic Acid (ttMA) dapat digunakan sebagai indikator Leo Pardon Sipayung, Korelasi Paparan Benzene... Program Studi Magister Ilmu Biomedik FK – USU 2015.
yang lebih sensitif dan spesifik untuk biomonitoring biologi, terutama untuk paparan benzene dengan konsentrasi rendah (Stephan et al, 2013; Viroj et al, 2001; Viroj et al, 2007; Zuliyawan, 2010). American Conference of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) (2003) menyebutkan ttMA dalam urin dapat mendeteksi paparan benzene dengan konsentrasi sampai 0,1 ppm. Supaporn et al (2000) merekomendasikan penggunaan trans, transmuconic acid (ttMA) dalam urin sebagai biomarker untuk memonitor paparan benzene terhadap pekerja dengan risiko tinggi paparan. Berbagai penelitian di luar negeri, baik penelitian yang dilakukan pada hewan maupun manusia secara langsung telah banyak dilakukan untuk mengetahui efek paparan benzene terhadap kesehatan, diantaranya ditemukan adanya gangguan terhadap sistem hematopoietik (Peatrice et al, 2011; Jorunn et al, 2008; ATSDR, 2000). Robert et al (2012) melakukan sebuah penelitian mengenai paparan benzene dan menemukan adanya hubungan antara paparan benzene dengan peningkatan Acuted Myeloid Leukemia (AML).Yoko et al (2004) juga menemukan adanya hubungan antara lama paparan benzene terhadap kejadian leukemia. Stephen et al (2013) meneliti hubungan antara paparan benzene dengan konsentrasi rendah terhadap kejadian leukemia pada tenaga kerja distribusi minyak bumi. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa durasi paparan sangat erat berhubungan dengan kejadian leukemia dibandingkan dengan intensitas paparan, sehingga berapapun konsentrasi benzene dapat mengakibatkan leukemia. Terjadinya abnormalitas pada sistem hematopoietik akibat paparan benzene telah menjadi perhatian utama. Pemeriksaan dan pengujian secara laboratorium yang dilakukan terhadap pekerja yang beresiko terpapar benzene dapat mencakup: Complete Blood Count (CBC) dengan hitung jenis leukosit, hematokrit, haemoglobin (Hb), jumlah eritrosit, indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC), dan jumlah trombosit (Tunsaringkarn et al, 2012; Leo Pardon Sipayung, Korelasi Paparan Benzene... Program Studi Magister Ilmu Biomedik FK – USU 2015.
Eni et al, 2006; Jorunn et al, 2007; Ramon, 2007). Penelitian ini perlu untuk dilakukan mengingat dampak paparan benzene terhadap kesehatan manusia dalam waktu jangka panjang dapat merusak proses pembentukan sel-sel darah, yaitu: anemia aplastic, menurunnya jumlah sel darah merah, sel darah putih dan trombosit; serta sifat karsinogeniknya yang dapat menyebabkan Acuted Myeloid Leukemia (AML) (Jorunn et al, 2008; Liping et al, 2012; Marthyn et al, 1996). Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat paparan benzene melalui pemeriksaan kadar ttMA dalam urin pada karyawan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) PT. Pertamina Medan, yaitu korelasinya terhadap gambaran Complete Blood Count (CBC) untuk dapat diketahui dan dapat dicegah kemungkinan adanya gangguan sistem hematopoietik akibat paparan benzene.
1.2 Perumusan Masalah Apakah ada korelasi paparan benzene melalui pemeriksaan kadar ttMA dalam urin dengan gambaran CBC pada karyawan di SPBU PT. Pertamina Medan.
1.3 Hipotesis Ada korelasi paparan benzene melalui pemeriksaan kadar ttMA dalam urin dengan gambaran CBC pada karyawan di SPBU PT. Pertamina Medan.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi paparan benzene melalui pemeriksaan kadar ttMA dalam urin dengan gambaran CBC pada karyawan di SPBU PT. Pertamina Medan. Leo Pardon Sipayung, Korelasi Paparan Benzene... Program Studi Magister Ilmu Biomedik FK – USU 2015.
1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran kadar ttMA dalam urin karyawan di SPBU PT. Pertamina Medan. b. Mengetahui gambaran CBC pada karyawan di SPBU PT. Pertamina Medan. c. Mengetahui korelasi kadar ttMA dalam urin karyawan di SPBU PT. Pertamina Medan, berdasarkan lama bekerja dan riwayat merokok.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Menambah informasi mengenai dampak paparan benzene terhadap pekerja yang terpapar dengan benzene. 2. Memberikan informasi bagi perusahaan dan pekerja dalam perencanaan dan pengelolaan kesehatan keselamatan kerja di SPBU PT. Pertamina Medan. 3. Sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan yang menggunakan benzene terhadap kesehatan dan keselamatan karyawan di lingkungan kerja.
Leo Pardon Sipayung, Korelasi Paparan Benzene... Program Studi Magister Ilmu Biomedik FK – USU 2015.