BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga yang berperan dalam memobilisir keuangan di suatu negara. Dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang, maka perbankan dituntut untuk dapat meningkatkan peranannya baik memobilisir tabungan masyarakat maupun penyaluran untuk pembiayaan investasi.1 Sebagai lembaga keuangan yang berorientasi bisnis, bank juga melakukan berbagai kegiatan-kegiatan perbankan yang paling pokok adalah membeli uang yang berhasil dihimpun dengan cara menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui pemberian pinjaman atau kredit. Disamping itu kegiatan bank lainnya dalam rangka mendukung kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana adalah memberikan jasa-jasa lainnya. Kegiatan ini ditujukan untuk memperlancar kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana.2 Dalam rangka menambah sumber-sumber penerimaan bagi bank serta untuk memberikan pelayanan kepada nasabahnya, bank menyediakan berbagai bentuk jasa-jasa. Semakin pesatnya persaingan antar bank mendorong tidak hanya mengandalkan pada sumber penerimaannya yang utama dari penyaluran kredit melainkan juga dari jasa-jasa ini yang disebut fee 1 2
Ignatius Ridwan Widyadharma, Hukum Perbankan, Semarang : Ananta, 1995, hlm. 11. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet I, 2002, hlm. 29.
1
2
based income.3 Yaitu sistem kegiatan yang meliputi seluruh pelayanan non pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk jasa yang berdasarkan konsep dasar ini antara lain, bank garansi, kliring, inkaso, jasa transfer dan lain-lain. (H. M. Syafi’i Antonio, 1983 : 11-12)4 Sementara
lembaga
perbankan
mengandalkan
kepercayaan
masyarakat maka yang mendapatkan kepercayaan tersebut wajiblah memiliki bentuk yang pasti dan mudah diketahui tentang tanggung jawabnya menurut hukum. Pasal 21 Undang-undang perbankan 1992 telah mengatur tentang bentuk hukum yang diperkenankan menjalankan usaha perbankan, maka bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa perusahan perseroan (persero), perusahaan daerah koperasi atau perseroan terbatas dengan kepemilikian baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat adalah warga negara Indonesia atau badan hukum nasional.5 Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Misalnya jasa pengiriman uang, jasa penagihan surat-surat berharga, jasa letter of credit, jasa bank garansi sampai dengan jasa kartu kredit. Bahkan jasa kartu kredit sudah mampu menggantikan sebagian dari fungsi uang sebagai alat pembayaran. Pendek kata dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern. Perbankan semakin mendominasi kehidupan 3
Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru, A. Totok Budi Santoso., Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Penerbit Salemba Empat, 2000, hlm. 86. 4 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BeMui & Takaful) di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 1996, hal. 82. 5 Ignatus, Op.cit., hal. 19
3
manusia terutama dalam kaitannya dengan ekonomi dan bisnis suatu negara.6 Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat dilayani oleh suatu bank maka akan semakin baik apresiasi bank bagi calon nasabah. Kelengkapan ini ditentukan dari permodalan bank serta kesiapan bank dalam menyediakan SDM yang handal. Disamping itu juga perlu didukung oleh kecanggihan teknologi yang dimilikinya, misalnya salah satu jasa pelayanan yang diberikan oleh bank adalah kafalah .7 Dalam mekanisme sistem perbankan prinsip-prinsip kafalah dapat diaplikasikan dalam bentuk pemberian jaminan bank dengan terlebih dahulu diawali dengan pembukaan fasilitas yang ditentukan oleh bank atas dasar hasil analisa dan evaluasi dari nasabah yang akan diberikan fasilitas tersebut. Fasilitas kafalah yang diberikan akan terlihat pada perkiraan administrasi baik berupa komitmen maupun kontinjen. Fasilitas yang dapat diberikan sehubungan dengan penerapan prinsip kafalah tersebut adalah fasilitas bank garansi dan fasilitas letter of credit. Fungsi kafalah adalah pemberian jaminan oleh bank bagi pihak-pihak yang terkait untuk menjalankan bisnis mereka secara lebih aman dan terjamin, sehingga ada kepastian dalam berusaha atau bertransaksi, karena dengan jaminan ini bank berarti akan mengambil alih resiko atau kewajiban nasabah, apabila nasabah wanprestasi atau lalai dalam memenuhi kewajibannya.8
6
Kasmir, op.cit., hlm. 13 Ibid, hlm. 34 8 Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah, Institut Bankir Indonesia, Konsep Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta: Penerbit Djambatan, 2002, hal. 241-242. 7
4
Pemberian jaminan ini pada umumnya diisyaratkan oleh pihak ketiga terhadap mitra kerjanya, yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian dilaksanakannya isi kontrak sesuai yang telah disepakati. Apabila terjadi cidera janji oleh mitra kerjanya, berdasarkan surat jaminan bank (bank garansi) maka pihak ketiga tadi dapat mengajukan klaim kepada bank penerbit garansi tersebut, asal saja semua syarat-syarat untuk pengajuan klaim telah diterpenuhi.9 Dalam aplikasinya, bank diperkenankan untuk mengajukan syarat kepada nasabah agar menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini dengan menggunakan prinsip wadi’ah.10 Istilah kafalah menurut mazhab Hanafi adalah memasukkan tanggung jawab seseorang kedalam tanggung jawab orang lain dalam suatu tuntutan umum, dengan kata lain menjadikan seseorang ikut bertanggung jawab atas tanggung jawab orang lain yang berkaitan dengan masalah nyawa, utang atau barang. Meskipun demikian penjamin yang ikut bertanggung jawab tersebut tidak dianggap berhutang, dan utang pihak yang dijamin tidak gugur dengan jaminan pihak penjamin. Sedangkan menurut mazhab Maliki, Syafi’i dan Hambali, kafalah adalah menjadikan seseorang (penjamin) ikut bertanggung jawab atas tanggung jawab seseorang dalam pelunasan/pembayaran utang, dan dengan demikian keduanya dipandang berutang.11 Sebagaimana firman Allah SWT :
9
Ibid A. Djazuli, Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan), Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet ke-1 2002, hal. 82. 11 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, hal. 32 10
5
!"#
$% &'!( -
, * + !)
Artinya : “Penyeru-penyeru itu berkata : “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya. (Q.S. Yusuf : 72).12 Dan juga firman Allah SWT :
6 40170 4
./
0120 340 5(
+'%
$
Artinya : “Ya’kub berkata : “Sekali-sekali aku tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan janji yang teguh kepadaku atas nama Allah, bahwa kamu pasti kembali kepadaku.” (Q.S. Yusuf : 66).13 Pertanggungan atau garansi pembayaran hutang oleh orang lain dapat timbul oleh rasa kesetiakawanan (solidaritas) yang dilakukan mengingat kondisi yang berhutang itu lemah dan tidak mampu membayar hutangnya, juga dapat disebabkan oleh hubungan materiil antara penanggung dan yang ditanggung, sehingga kedua belah pihak dapat mengatur pertanggungan itu.14 Apabila utang dibayar oleh penjaminnya, dia berhak meminta ganti kepada yang berhutang, asal dia mendapat izin dari yang berhutang sewaktu membayarnya.15 Kafalah tidak lain adalah perjanjian borgtocht atau guarantee, baik berupa personal guarantee maupun corporate guarantee, yang dikenal dalam
12
Ibid, hal. 360. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya , Mahkota, hal. 359. 14 Hamzah Ya’qub., Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi), Bandung: Diponegoro, Cet ke-II, 1992, hal. 237. 15 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2033, cet. Ke-36 hlm. 314. 13
6
perbankan konvensional dan yang sesuai dengan ketentuan KUH perdata. Dalam hal suatu bank Syari’ah yang bertindak sebagai penjamin, maka kafalah akan diberikan oleh bank Islam dengan cara menerbitkan garansi bank (bank guarantee), yaitu seperti halnya dalam praktek perbankan konvensional.16 Oleh karena itu, dengan menampilkan dan mengetengahkan praktek muamalah yakni al kafalah , apakah sesuai dengan konsep syari’ah atau sama halnya dalam praktek bank konvensional. Dari keterangan diatas penulis bermaksud untuk mengkaji masalah tersebut dengan judul “Studi Analisis Terhadap Kafalah
(Bank Garansi)
di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan.” Pokok Permasalahan Berkenaan dengan pembahasan diatas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : Bagaimana praktek sistem kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan? Bagaimana perspektif hukum Islam tentang sistem kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan ? Tujuan Penulisan Skripsi Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui praktek kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan.
16
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: Penerbit Grafiti, cet ke-1, 1999, hal. 87.
7
Untuk mengetahui perspektif hukum Islam tentang sistem kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. D. Telaah Pustaka Telaah pustaka merupakan salah satu bagian yang penting dalam suatu penelitian, karena itu berfungsi untuk menjelaskan kedudukan atau posisi penelitian akan dilakukan oleh seorang peneliti. Diantaranya penelitian yang sudah ada mengenai obyek yang sama. Dengan demikian penelitian yang akan dilakukan merupakan kajian atau perkembangan dari penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Disamping itu, telaah pustaka juga dapat menghindarkan peneliti dari pengulangan atau duplikasi penelitian yang sudah pernah dilakukan. Penelitian mengenai kafalah, sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Demikian juga sudah ada banyak buku yang membahasnya. Dari penelusuran kepustakaan yang penulis lakukan, hasil penelitian dan buku tersebut sebagai berikut : Hafidl Aminuddin, NIM 2192055 dalam skripsinya berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Syindicated Loan (Kredit Sindikasi) Kaitannya dengan Akad Kafalah . Dalam skripsi ini menjelaskan bahwa kredit sindikasi yang telah ramai di kalangan bank Indonesia merupakan kredit yang sebenarnya pembagian resiko antara bank-bank yang disisi lain juga memberikan keuntungan bagi bak tersebut yang dalam prakteknya mengacu kepada standar aturan-aturan main sindikasi yang berlaku di dunia internasional. Meskipun perbankan Islam didasarkan atas prinsip (syirkah),
8
mitra usaha dan dalam kredit sindikasi merupakan bentuk penggabungan yang berbeda, jika kafalah yang terjadi merupakan penggabungan. Tanggungan (hutang) dan hal itu adalah sesuai dengan aturan Islam jika terpenuhi berbagai persyaratan. Maka sama halnya dengan kredit sindikasi yang merupakan penggabungan tanggungan mengurangi resiko untuk memberikan kredit. Dalam skripsinya Ahsanul Mubtaqi’in NIM 2190014 yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Garansi Bank” dimana dalam isi skripsinya tentang operasional atau sistem kerja dalam perjanjian garansi bank, bentuk perjanjian garansi bank menurut pandangan hukum Islam, serta ketentuan operasional dan mekanisme garansi bank ditinjau dari hukum Islam. dari pemaparan skripsi tersebut haknya bersifat secara teoritis. Dalam bukunya yang disusun oleh Institut Bankir Indonesia yang berjudul ”Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah”, dalam
mekanisme
sistem
perbankan,
prinsip-prinsip
kafalah
dapat
diaplikasikan dalam transaksi yang dapat dikelompokkan dalam akad-akad kafalah adalah : Bank garansi dengan segala variasinya, dan Letter of credit dengan segala jenis dan variasinya. Lebih lanjut dalam buku ini dijelaskan bahwa pemberian jaminan bank garansi ini pada umumnya disyaratkan oleh pihak ketiga terhadap mitra kerjanya, yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian yang dilaksanakannya isi kontrak sesuai yang telah disepakati. Bank garansi berfungsi sebagai covering risk jika salah satu pihak lalai / cidera janji memenuhi kewajibannya
9
dimana pihak bank mengambil alih resiko tersebut. Sedangkan jaminan letter of credit pada prinsip dasa dan sangat penting untuk dipahami adalah bahwa letter of credit berfungsi sebagai jaminan (kafalah ) bukan kafalah , karena perannya dalam memberikan kepastian pembayaran, menghilangkan keraguan eksportir dan sekaligus menjembatani kedua pihak dalam merealisir transaksi mereka.17 Dari telaah di atas bisa diketahui bahwa kajian tentang kafalah hanya masih bersifat teoritis. Disamping itu juga dapat diketahui bahwa belum ada yang mengkaji masalah sistem kafalah yang sesuai dengan konsep syari’ah yang ada pada bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. Untuk itu penulis akan menelitinya dan hasil dari penelitian itu akan disusun dalam bentuk skripsi. E. Metode Penulisan Skripsi Setiap penulisan ilmiah agar dapat mencapai hasil yang baik dan sistematis, maka harus menggunakan metode penulisan. Demikian pula dengan skripsi ini dalam penulisannya digunakan metode sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang obyeknya mengenai gejala-gejala, peristiwa-peristiwa dan fenomena yang terjadi pada lingkungan sekitar, baik masyarakat, organisasi, lembaga atau negara yang bersifat non-pustaka. Maka dalam hal ini obyek penelitiannya adalah mengenai praktek kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan dalam tinjauan hukum Islam. 17
Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Jakarta : 2002, hlm. 241-246.
10
2. Sumber Data Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh.18 Untuk memudahkan mengidentifikasi sumber data, maka penulis mengklasifikasikan menjadi tiga jenis sumber : a. Person, Sumber data orang. Sumber data ini adalah berupa jawaban dari wawancara, baik jawaban tulisan maupun lisan.19 Sumber berasal dari orang-orang yang berkompeten dalam praktek kafalah
di Bank Syari’ah Mandiri
Pekalongan. b. Place, Sumber data berupa tempat. Adalah sumber data yang berupa tampilan, baik bergerak maupun tidak bergerak.20 Maka dalam skirpsi ini yang menjadi sumbernya adalah lembaga Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. c. Paper, Sumber data berupa simbol. Sumber data yang menyajikan tanda-tanda, termasuk gambar, angka, simbol-simbol lain, dan data dokumentasi.21 Sumber data ini adalah sumber data yang berkaitan dengan praktek kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. 3. Pengumpulan Data :
18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 11, 1998, hlm. 114 19 Ibid 20 Ibid. 21 Ibid.
11
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut : 1) Observasi Metode observasi yaitu usaha-usaha mengumpulkan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang
diselidiki.22
Dalam
hal
ini
penulis
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap praktek kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. Interview Suatu upaya mendapatkan informasi/data berupa jawaban atas pertanyaan (wawancara) dari nara sumber.23 Interview perlu dilakukan sebagai upaya penggalian data dari sumber untuk mendapatkan informasi atau data secara langsung dan lebih akurat dari orang-orang yang berkompeten (berkaitan/berkepentingan) terhadap praktek kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. Dokumentasi Dokumen
berupa data tertulis yang mengandung keterangan
serta penjelasan dan sudah disimpan atau didokumentasikan. Metode ini sangat diperlukan untuk melengkapi data-data atau informasi yang diperlukan.
46. hlm. 135
22
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989, hlm.
23
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karaya, 2000,
12
2. Analisis Data Deskriptif Dalam
menganalisis
data
penulis
menggunakan
metode
diskriptif kualitatif. Yaitu metode yang dipakai untuk membantu dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu serta mengetahui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan.24 Data yang diperoleh akan dianalisis dan digambarkan secara menyeluruh dari fenomena yang terjadi pada praktek kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan ditinjau dari hukum Islam. Sehingga akan diperoleh kesimpulan yang jelas bagaimana praktek kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan menurut hukum Islam. b. Komparatif Metode Komparatif adalah suau metode yang digunakan untuk memperoleh suatu kesimpulan dengan meneliti faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan dibandingkan dengan faktor lain di mana pertentangan atau persamaan dari berbagai pendapat diakomodir menjadi satu konklusi.25 Dengan metode komparatif ini akan dapat dibandingkan beberapa rumusan kafalah dari pada ulama dan pakar perbakankan Islam. Sebagai analisis pembanding antara kafalah ulama dengan rumusan kafalah para pakar perbankan syari’ah untuk kemudian diambil kesimpulan apakah praktek
24 25
Consuelo G. Sevilla (et.el), op. cit., hlm. 73 Winarno Surahmat, Metodologi Research, Bandung: Transito, t. th., hlm. 135.
13
kafalah
di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan sesuai dengan hukum
Islam. F. Sistematika Penulisan Skripsi Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab, kadang sampai pada paragraph. Penulisan dengan cara atau sistematika demikian dimaksudkan untuk memudahkan pembahasan skripsi, adapun susunannya sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan Pada bab ini, penulis akan menerangkan tentang isi skripsi, yang isinya mencakup latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penulisan skripsi, metode penulisan skripsi dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
: Konsep Dasar Kafalah Bab ini merupakan landasan teori yang berisikan antara lain : Pengertian, Dasar Hukum Kafalah , Syarat dan Rukun Kafalah serta Macam-macam Kafalah .
BAB III
: Tinjauan Umum Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan Bab ini menjelaskan ; Sejarah Perkembangan Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan, Struktur Organisasi Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan, Produk-produk Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan.
14
BAB IV
: Analisa Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kafalah
di
Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. Bab ini merupakan analisis penulis yang isinya meliputi ; Analisa Terhadap Praktek Kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan dan Analisa Hukum Islam Terhadap Praktek Kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan. BAB V
: Penutup Pada bab ini merupakan bab yang terakhir dalam penyusunan skripsi ini meliputi ; kesimpulan, dan saran-saran serta penutup.
15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainul, Drs. MBA, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : Mahkota, 1989 Djazuli, A., Prof. H., Drs. Yadi Janwari, M.Ag., Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (sebuah Pengenalan), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. Ke- 1, 2002. Hadi, Sutrisno, Prof. Dr., Metodologi Research, Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, t.th. Hamzah Ya’qub, Dr. H., Kode Etik Dagang Menurut Islam, Bandung : CV. Diponegoro, Cet. Ke-II th 1992. Kasmir, SE, MM, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002 Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : PT. Gramedia Utama, 1990. Mannan, M. Abdul, Prof. M.A. Ph.D, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta : PT Dana Bhakti Wakaf, 1995. Nawawi, Hadari., Metode Penelitian Bidang Sosial, Jakarta : Gajah Mada University Press, 1991. Sabiq, Sayyid., Fikih Sunnah 13, Bandung : PT. Al-Ma’rif, Cet. (angka terakhir) 10, 9, 8. Sjahdeini, Sutan Remy, Prof. Dr. SH., Perbankan Islam Dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Diterbitkan Yayasan Adikarya IKAPI dan Ford Fondation, Cet, ke-1, 1999. Sumitro, Warkuen, SH, MH, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMI dan Takaful) di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet. I, 1996. Susilo, Y. Sri, ed, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jakarta : Salemba Empat, 2000 Widyadharma, Ignatius Ridwan, SH, Ph.D, Hukum Perbankan, Semarang : CV Ananta, 1995. Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah, Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional, Penerbit Djambatan, 2002. Taswan SE, M.Si., Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah, Edisi Revisi, 2003.
16
DAFTAR ANGKET
Bagaimana praktek kafalah
yang digunakan Bank Syari’ah Mandiri
Pekalongan Apakah sama dalam mempraktekkan kafalah / bank garansi antara bank konvensional dengan Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan Bagaimana bentuk / jenis kafalah yang dipraktekkan dan ada berapa jenis kafalah di Bank Syari’ah Mandiri Pekalongan Bagaimana cara perhitungan provisi kafalah
di Bank Syari’ah Mandiri
Pekalongan Sejak kapan kafalah
mulai dipraktekkan dalam Bank Syari’ah Mandiri
Pekalongan Berapa nasabah bank garansi/ kafalah Berapa lama dalam memberikan bank garansi nasabah Apa tujuan pemberian bank garansi serta biaya-biaya apa saja yang timbul dari proses pemberian bank garansi Kapan batas waktu untuk mengajukan claim kepada bank Bagaimana akad berlangsungnya kafalah .
17
PROPOSAL PENELITIAN STUDI ANALISIS TERHADAP KAFALAH (BANK GARANSI) DI BANK SYARI’AH MANDIRI PEKALONGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Disusun Oleh : H a r y a t i 2199143
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2004