1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Sastra
lahir
disebabkan
oleh
dorongan
dasar
manusia
untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta perhatian terhadap realitas yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman. (Sangidu, 2007:2). Karya sastra juga merupakan untaian perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang telah tersusun baik dalam bentuk konkret (Sangidu, 2007:38). Pradopo juga mengatakan bahwa karya sastra merupakan luapan dan penjelmaan perasaan serta pengalaman pengarangnya (Pradopo, 1995:114). Film atau drama merupakan karya sastra yang terdiri dari dua aspek, yaitu aspek sastra dan pementasan. Aspek sastra pada film adalah skenario. film dapat dikatakan sebuah karya sastra karena di dalamnya terdapat unsur intrinsik sastra seperti unsur intrinsik yang ada pada novel. Unsur tersebut adalah tema, pesan, alur, perwatakan, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, aktris, sutradara, tata suara, penonton), penentuan peran, dan peragaan gerak pemain1.
1
https://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/karya-sastra-dan-periodenya/ diakses pada pukul 23.15 WIB tanggal 2 Mei 2015
2
Salah satu unsur yang membuat film lebih mudah dinikmati adalah unsur perwatakan atau sering dikenal dengan tokoh dan penokohan. Unsur tersebut merupakan unsur yang tidak kalah penting dibandingkan unsur lainnya. Dengan adanya unsur tersebut, mempermudah penonton untuk mengerti pesan atau amanat yang ada pada film. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tokoh merupakan wujud atau keadaan, sedangkan penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Karakter yang muncul dari tokoh itu hanyalah imajinasi si pengarang saja, walaupun kadang ada beberapa yang sama dengan kehidupan nyata. Setiap manusia akan melalui fase-fase kehidupan mulai dari berada dalam rahim seorang ibu, lahir menjadi bayi, tumbuh menjadi dewasa dan pada akhirnya akan menjadi tua. Pada saat seseorang berusia lanjut (tua) terkadang orang tersebut akan kembali bertingkah aneh dan kadang bertingkah seperti bayi lagi, yang kini sering dianggap merepotkan oleh beberapa kalangan. Sebuah film Korea ber-genre komedi sukses membawakan cerita mengenai kehidupan nenek yang bernama Oh Mal Soon. Film ini dirilis pada tanggal 22 Januari 2014 dan film ini juga menuai sukses besar. Miss Granny mampu mengumpulkan lebih dari satu juta penonton dalam kurun waktu lima hari setelah penayangan. Film ini juga masuk ke dalam jajaran box office Korea bersandingan dengan
film Frozen
produksi Walt Disney Animation Studios yang pada saat itu juga sedang tayang. Selain unsur komedi yang sangat terasa, Miss Granny juga memberikan sudut pandang yang berbeda mengenai pandangan orang terhadap seseorang yang berusia lanjut.
3
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri Oh Mal Soon sebagai tokoh utama pada film ini menarik perhatian penulis untuk meneliti mengenai kepribadiannya. Penulis akan meneliti kepribadian tokoh utama menggunakan teori psikologi kepribadian yang disampaikan oleh Sigmund Freud. Teori kepribadian ini menyampaikan bahwa kepribadian seseorang dapat dilihat dari tiga komponen dasar yaitu id, ego dan superego. Ketiga komponen ini bekerja saling membantu satu sama lain dan saling terikat untuk bekerja sama. Tetapi, ada kalanya salah satu unsur tersebut akan mendominasi apabila orang tersebut dihadapkan dengan sebuah persoalan atau kejadian.
1.2
Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang masalah yang sudah disebutkan di atas,
maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut:
Bagaimana karakter kepribadian tokoh Oh Mal-soon dalam film Miss Granny?
Peristiwa apa saja yang terjadi dalam diri Oh Mal-soon sehingga ia mengalami suatu perubahan kepribadian?
1.3
Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi karakter kepribadian tokoh utama dan tokoh bawahan.
4
Mendeskripsikan
kepribadian
tokoh
utama
berdasarkan
konflik
berdasarkan id, ego dan superego.
Mendeskripsikan perubahan dan dinamika kepribadian tokoh utama berdasarkan id, ego dan superego.
1.4
Manfaat Penelitian Secara teoretis bermanfaat untuk menambah wawasan dalam bidang sastra
dan juga memperluas pengertian mengenai teori-teori yang dipakai. Sedangkan manfaat secara praktisnya adalah untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai kehidupan seorang yang berusia lanjut.
1.5
Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitiannya, penulis melihat beberapa karya ilmiah
lainnya, antara lain adalah karya ilmiah milik Edoard Baweh Yekameam tahun 2013 yang berjudul “Kepribadian Tokoh Utama Antagonis dalam Film “마이 웨이” (My Way) Kajian Psikoanalitis Sigmund Freud”. Dalam karya ilmiahnya, Edoard meneliti tokoh utama antagonis dengan cara menganalisis tokoh dan penokohan kemudian menganalisis tokoh tersebut dari sisi kepribadiannya menggunakan teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Selain melihat skripsi Edoard, penulis juga melihat skripsi lainnya sebagai acuan. Skripsi Afaf tahun 2013 yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Chan-I dalam Film “Ma-eumi…” (Heart is...) : Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud”.
5
Penelitian ini membahas tentang konflik batin tokoh utama menggunakan unsur id, ego dan superego. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya terletak pada objek penelitiannya yaitu perubahan kepribadian pada tokoh utama. Dalam penelitian ini penulis meneliti perubahan kepribadian seorang nenek yang berusia 74 tahun yang mendapatkan masa mudanya kembali karena suatu peristiwa magic yang dialaminya di sebuah salon remaja zaman dulu. Adanya peristiwa ini membuat film ini menarik untuk diteliti lebih dalam. Selain itu, perubahan kepribadian yang terjadi pada tokoh Oh Mal-soon sangat cocok dengan rumusan masalah yang akan dibahas. Perubahan kepribadian pada tokoh Oh Mal-soon juga cocok apabila diteliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian Setelah melihat film ini secara berulang kali dan memahami jalan
ceritanya dengan seksama, sebenarnya ada banyak hal yang bisa digunakan sebagai bahan penelitian. Penelitian ini dibatasi pada salah satu unsur struktural yang berupa tokoh dan penokohan, terutama pada tokoh utama. Batasan dilakukan karena penulis hanya akan meneliti tokoh utama yaitu Oh Mal Soon/Oh Doo-ri melalui dialog, ekspresi dan adegan yang berhubungan dengan Oh Mal Soon/Oh Do-ri.
6
1.7
Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
psikoanalisis Sigmund Freud. Adanya perubahan kepribadian yang terjadi pada tokoh utama film Miss Granny dirasa tepat apabila teliti lebih lanjut dengan teori tersebut yang berhubungan dengan kepribadian seseorang. Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud untuk menganalisis penokohan dalam film Miss Granny ini. Sastra dan psikologi merupakan kata yang samasama berurusan dengan persoalan manusia sebagai makhluk sosial. Dengan fungsi yang sama pula, yaitu sama-sama menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan utama penelitian. Psikologi merupakan ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku atau aktivitas manusia. Wellek dan Warren dalam Sukanda (1987; 90) menjelaskan bahwa ada empat aspek yang berkaitan dengan psikologi sastra. Keempat aspek tersebut adalah studi psikologi terhadap pengarang sebagai tipe dan individu, studi mengenai proses kreativitas, studi mengenai tipe dan hukumhukum karya sastra, dan yang terakhir studi mengenai efek karya sastra terhadap pembacanya. Untuk memahami watak seorang tokoh diperlukan pemahaman terlebih dahulu, tidak
hanya faktor-faktor psikologis yang secara eksplisit
menunjang pengungkapannya tetapi juga faktor-faktor historis dan sosiologisnya. Wellek dan Warren juga mengatakan bahwa cara paling sederhana untuk menggambarkan perwatakan seorang tokoh adalah dengan memberikannya nama. Psikologi mengonsepkan kesadaran sebagai sesuatu yang terdiri dari berbagai macam unsur-unsur struktural yang berkaitan dengan proses organ indera pada manusia. Tugas psikologi adalah menemukan unsur-unsur dasar dari
7
kesadaran dan menentukan unsur-unsur yang membentuk himpunan tersebut. Kepribadian tersusun dari tiga sistem pokok yaitu id, ego dan superego. Masingmasing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme, dan cara pengoperasiannya sendiri. Mereka berinteraksi dengan erat satu sama lain sehingga memungkinkan untuk memisahkan pengaruhnya. Tingkah laku merupakan hasil dari interaksi ketiga unsur tersebut, jadi ketiga sistem tersbut tidak bisa dipisahkan karena mereka saling berkaitan satu sama lain. 1.7.1
Unsur Id Menurut Calvin S Hall dan Lindsey (1993;64) id merupakan sistem
kepribadian yang asli, id juga merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Di dalam id terdapat segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan ada sejak lahir. Id juga merupakan gudang penyimpanan energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menjalankan kedua sistem yang lain. Id sangat berhubungan erat dengan proses-proses kerja jasmaniah yang merupakan asal dari energinya. Freud juga menyebutkan bahwa id merupakan kenyataan psikis yang sebenarnya karena id mewakili dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Untuk melaksanakan tugas menghindari rasa sakit dan mendapatkan kenikmatan, id mempunyai dua proses. Dua proses tersebut dinamakan tindakan refleks dan proses primer. Tindakan refleks adalah reaksi otomatis dan bawaan seperti bersin dan berkedip. Dibanding tindakan refleks, proses primer ini sedikit
8
lebih rumit. Proses primer berusaha menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan atau imajinasi tentang objek yang dirasa dapat menghilangkan tegangan tersebut. Freud juga meyakini bahwa mimpi di malam hari pada orang normal mengungkapkan pemenuhan usaha atau pemenuhan hasrat. Proses primer tidak mampu mengurangi tegangan. Orang yang lapar tidak dapat memakan khayalan atau imajinasi mengenai makanan. Oleh karena itu, suatu proses psikologis baru berkembang dan terbentuklah struktur kepribadian yang baru yaitu ego. 1.7.2
Unsur Ego Ego muncul karena adanya kebutuhan organisme yang memerlukan
transaksi yang sesuai dengan kenyataan objektif. Orang yang lapar harus mencari, menemukan kemudian memakan makanan tersebut guna menghilangkan tegangan karena rasa lapar itu. Orang yang lapar tidak bisa hanya dengan membayangkan makanan kemudian kenyang, tapi orang tersebut harus mengubah bayangannya itu dengan cara menghadirkan makanan yang ada dalam bayangannya. Atau dengan kata lain, orang mencocokkan gambaran ingatan tentang makanan dengan indera pengelihatan atau penciumannya. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah id hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara sesuatu yang ada dalam batin dan ada di dunia luar (Calvin S hall dan Lindsey, 1993:65). Ego dapat dikatakan mengikuti prinsip kenyataan dan beroperasi dengan proses sekunder. Tujuan dari prinsip kenyataan adalah untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan objek yang pas untuk pemuasan kebutuhan. Proses
9
sekunder adalah berpikir realistis. Dengan proses ini, ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhannya dan membuktikan keberhasilan rencananya tersebut. Orang yang lapar berpikir dari mana ia mendapatkan makanan dan pergi ke tempat makanan itu ada. Ego mengontrol semua fungsi kognitif dan intelektual agar semuanya berjalan secara efisien dan proses-proses ini digunakan untuk melayani proses sekunder. Ego disebut juga sebagai eksekutif kepribadian karena ego mengontrol semuanya kearah tindakan, mengarahkan dan memilih ke segisegi yang akan diberi respon, dan memutuskan insting yang akan dipuaskan beserta cara memuaskannya. Dalam menjalankan tugasnya, ego harus menyatukan id dan superego dan dunia luar yang sering bertentangan. Ego merupakan bagian dari id yang sudah terorganisasi, ego dan id bekerjasama untuk memajukan tujuan dari id dan seluruh daya ego berasal dari id. Ego dan id tidak bisa terpisahkan, peranan utamanya adalah untuk menengahi kebutuhan-kebutuhan menurut insting dari organism dan kebutuhan lingkungan sekitarnya. 1.7.3
Unsur Superego Superego adalah perwujudan internal dari nilai dan cita-cita tradisional
masyarakat dan dilaksanakan dengan cara memberi hadiah ataupun hukuman. Superego adalah sistem kepribadian yang ketiga, superego juga merupakan wewenang moral dari kepribadian. Superego mencerminkan sesuatu yang ideal dan bukan yang nyata, memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhatian utamanya adalah memutuskan benar atau salah, dengan pemutusan benar atau salah ini superego dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat. Sebagai wasit tingkah laku yang diinternalisasikan
10
superego berkembang dengan memberikan respon terhadap hadiah dan hukuman. Untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman seseorang akan belajar mengarahkan dirinya menurut aturan atau norma yang ditanamkan oleh si pemberi hadiah atau hukuman (Calvin S hall dan Lindsey, 1993:65). Fungsi-fungsi utama dari superego adalah merintangi rangsangan yang muncul tiba-tiba untuk melakukan sesuatu tanpa adanya pertimbangan (id), mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan yang moralistis, dan mengajarkan kesempurnaan. Dalam kenyataannya, superego cenderung untuk menentang id maupun ego, dan membuat dunia menurut imajinasinya sendiri. Namun, sifat superego sama seperti id yaitu tidak rasional dan sama seperti ego, superego melaksanakan kontrol atas instingnya. Tidak seperti ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting tapi superego tetap berusaha untuk menghalanginya. Ketiga sistem kepribadian tersebut hanyalah nama-nama untuk berbagai macam proses psikologis yang prinsip-prinsip sistem yang berbeda. Ketiga sistem tersebut bekerja sama seperti satu tim yang diatur oleh ego. Kepribadian biasanya berfungsi sebagai suatu kesatuan dan bukan tiga bagian yang terpisah. Apabila dilihat secara umum id dapat dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, sedangkan ego sebagai komponen psikologis dan superego sebagai komponen sosialnya.
11
1.8
Metode Penelitian
1.8.1
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data analisis ini adalah
metode library research atau metode kepustakaan serta metode pengumpulan data kualitatif, yaitu metode pengumpul data yang tidak berupa angka, tetapi berupa data verbal dan visual yang berupa teks dan gambar. Data visual yang berupa video film yang berjudul Miss Granny dengan durasi 120 menit yang dirilis pada bulan Januari 2014. Dialog antartokoh, ekspresi wajah, dan gambar adegan akan digunakan sebagai sumber data utama dalam penelitian ini. 1.8.2
Metode Analisis Data Penelitian ini akan menganalisis data yang berupa dialog film dan
potongan gambar adegan. Data yang dianalisis merupakan data yang berhubungan dengan tokoh utama. Data yang dimaksud adalah dialog atau potongan gambar adegan yang menunjukkan karakter kepribadian tokoh utama dan konflik antara tokoh utama dengan tokoh bawahan yang menyebabkan perubahan kepribadian pada tokoh utama. Dari adegan konflik tersebut, penulis akan meneliti perubahan kepribadian tokoh utama dengan menggunakan 3 unsur kepribadian, yaitu id, ego, dan superego. 1.8.3 a.
Tahap-tahap Penelitian Langkah awal dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu menentukan objek formal dan objek material sebagai bahan penelitian, berupa karya sastra
12
yang berbentuk film yang berjudul Miss Granny. Film tersebut dipilih sebagai objek penelitian karena dalam film tersebut terdapat hal yang menarik. Hal yang menarik tersebut adalah perubahan kepribadian pada tokoh utama yang cocok diteliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. b.
Mengumpulkan berbagai macam referensi kepustakaan, browsing di internet dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan objek material dan objek formal.
c.
Menonton, memahami, dan mengamati dialog dan adegan yang sesuai untuk diteliti menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.
d.
Mendeskripsikan karakter kepribadian tokoh utama dan juga karakter tokoh bawahan yang mempengaruhi perubahan kepribadian tokoh utama.
e.
Menganalisis kepribadian tokoh utama dengan konflik dan peristiwa yang ada pada tokoh utama dengan tokoh bawahan dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud.
f.
Menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya.
g.
Menyusun dan menyajikan dalam bentuk laporan penelitian
1.9
Sistematika Penyajian Karya tulis ini disajikan dalam betuk skripsi yang disusun secara
sistematis ke dalam bab-bab yang saling berkaitan antara bab satu dengan bab selanjutnya. Dalam Bab I Pendahuluan menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian, tinjauan pustaka, ruang
13
lingkup penelitian, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian. . Bab II mengidentifikasi karakter kepribadian tokoh utama dan tokoh bawahan yang berkaitan dengan perubahan kepribadian tokoh utama . Bab III menjelaskan tentang perubahan kepribadian tokoh utama melalui konflik dan peristiwa yang terjadi. Bab IV merupakan penutup dan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.