BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Konsep manusia menurut sudut pandang tertentu merupakan hal yang penting. Konsep tersebut dirasakan penting karena ia termasuk pandangan manusiawi yang senantiasa dicari, yakni suatu pandangan makhluk unik yang sejak kehadirannya di muka bumi hakekatnya tidak pernah dimengerti dengan tuntas.1 Pencarian tentang konsep dirinya pada suatu masa akan disusuli dengan konsep diri berikutnya; suatu aktifitas pencarian yang tidak pernah mengenal batas akhir. Pada kenyatan demikian dipahami bahwa pandangan tentang manusia terkait erat dengan kepercayanya, sedangkan kepercayaan adalah landasan moralitas yang pada gilirannya akan memperlihatkan corak peradaban yang di bangunnya.2 Hal itu terjadi karena pandangan mengenai manusia merupakan masalah sentral yang mewarnai corak peradaban manusia itu sendiri. Kapan manusia mulai hidup ? Mengapa ia hidup? Untuk apa ia hidup?, dan kapan ia akan mati? Kenapa ia mati? Bagaimana setelah mati?, merupakan serentetan pertanyaan yang telah menghasilkan banyak teori, namun anatara satu teori dengan teori lainnya berbeda, bahkan ada yang bertentangan. Hal itulah salah satu sisi menarik pembahasan mengenai manusia. Pemikiran yang mengungkap pandangan tentang manusia sebenarnya telah dikenal sejak zaman Yunani.3 Sisi menarik dari pandangan tentang manusia
1
Moh. Erfan Soebahar, Manusia Seutuhnya, Suatu Kajian Kritis dengan Pendekatan Eksegisis, ( Semarang : Bima Sejati, 1999) hlm. 1 2 Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut al-Ghazali, ( Jakarta : Rajawali Press, 1988 ) hlm. 1 3 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Jilid I, ( Jakarta, Tintamas : 1966 ) hlm. 33
1
ini akan sangat menarik jika ditinjau dari akar filosofi, tentang perbuatan manusia yang paling mendasar, dari mana ia, sejauh mana kemampuannya dalam beraktifitas, serta apa tujuan dari efek perbuatannya menjadi bahasan yang selalu di kaji. Persoalan mengenai perbuatan manusia, merupakan persoalan dalil yang menjadi perdebatan menarik dari waktu ke waktu. Para ahli agama, filosof dalam berbagai kurun waktu aktif membahas apakah manusia bebas berbuat sesuatu dengan kehendaknya atau kehendaknya itu disebabkan oleh sesuatu yang diluar dirinya. Islam, membahas kajian ini dalam ilmu kalam, golongan Qadariyah memandang bahwa manusia itu berkehendak dan melaksanakan perbuatannya secara bebas. Golongan Jabariyah berpendapat bahwa Allah mengetahui segala sesuatu , ilmunya meliputi apa yang telah dan akan terjadi. Dia mengetahui apa yang akan terjadi pada seseorang, baik atau buruk. Hal itu memberi kepastian bahwa manusia hanya bisa berbuat sesuai dengan pengetahuannya.4 Kedua aliran kalam ini terkadang menggunakan ayat hukum dari Al-Qur’an yang sama, namun masing-masing melihat dari sisi keping yang berbeda; ibarat sisi mata uang, Jabariyah melihat dari sisi mata uang yang bergambar, sedangkan Qadariyah memandang sisi lain yang berangka. Berbagai ayat Al-Qur’an memberikan gambaran serta legitimasi terhadap kedua aliran itu secara verbal. Berbagai ayat menunjukkan kebebasan manusia melakukan perbuatanya. Setiap manusia dibebani tanggung jawab atas segala tingkah lakuknya. Sedangkan dalam ayat-ayat yang lain mengisyaratkan 4
Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996)
hlm. 124
2
bahwa manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Tuhan, dengan kata lain manusia tidak memiliki kebebasan.5 Apakah sebenarnya maksud Al-Qur’an yang kelihatannya saling bertentangan sehingga timbul perbedaan aliran? Golongan Qadariyah kemudian menampakan dirinya pada aliran Mu’tazilah.
Mereka
menerima
kebebasan
manusia
dalam
melakukan
perbuatannya . karena mereka bebas, maka tangung jawab dipikulnya. Mu’tazilah dikenal sebagai kaum rasionalis Islam. Mereka adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan theologi yang bersifat mendalam dan filosofis, dalam pembahasannya mereka banyak menggunakan akal.
6
Untuk kasus-kasus yang
sifatnya eskatologis dan abstrak Mu’tazilah tetap menggunakan akal sebagai panglima untuk menemukan kebenaran; seperti pembicaraan mengenai surga , neraka dan lain sebagainya. Pemikiran kebebasan manusia menurut kaum Mu’tazilah berpangkal pada ajaran keadilan Tuhan7 yang dianutnya. Mereka menetapkan hal itu setelah dilakukan pemeriksaan cermat atas berbagai ajaran Islam. Mereka melihat dua bentuk perbuatan manusia, yakni kebaikan dan keburukan. Tuhan sendiri menjanjikan pahala bagi kebaikan dan siksaan bagi kejahatan. Kalau kedua bentuk itu berasal dari kebebasan manusia memilih, maka janji pahala dan siksa itu layak dan merupakan keadilan Tuhan. Golongan lain mempertanyakan pendapat kaum Mu’atzilah. Mereka berpendapat bahwa kalau manusia bebas melakukan setiap perbuatannya, maka itu 5
Ibid. hlm. 125 Harun Nasution, Theologi Islam, Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, ( Jakarta : UI Press, 1978) hlm. 38 7 Lima ajaran pokok Mu’tazilah adalah: 1. Tauhid, 2. Keadilan Tuhan, 3. Janji dan anca,an Tuhan, 4. posisi diantar Surga dan neraka, 5. kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, Abdul Jabbar Ibnu Ahmad, Syarkh Ushul Khamsah, hlm. 128-149 6
3
berarti menyaingi kekuasaan Tuhan.
8
Golongan ini adalah golongan Jabariyah
yang mempunyai berbagai cabang pemikiran. Berbagai argumen yang dapat diterima akal sehat saling bertentangan demikian juga berbagai dalil dari ayat-ayat al-Qur’an juga bermunculan. Dalam konteks inilah kemudian mencul usaha untuk memperpadukan kedua pendapat tersebut yang dipelopori oleh Abu Hasan al-Asy’ari dengan teori al-kasbu-nya. 9 Usaha untuk memadukan kedua paham inipun gagal, karena al-Asya’ari dalam teorinya lebih cenderung pada pemahaman salah satu pihak dalam hal ini Jabariyah. Pembahasan mengenai apakah manusia itu bebas berkehendak atau tidak dalam kalam semakin ramai dan masing-masing pendapat memiliki madzhab dan pengikuitnya masing-masing. Pelomik yang berkembang, di mana masing-masing pihak masih berdiri sendiri pada pendapat mereka yang bersumber dari ayat Al-Qur’an yang sekilas bersifat ambigu ini, maka akan menjadi lebih menarik jika dikaitkan dengan seberapa jauh konsep agama lain mengenai persoalan kebebasan manusia ini. Penulis mencoba untuk mengkomparasikannya dengan Al-Kitab yang menjadi pendoman bagi kaum Kristiani dan Katolik. Al-Kitab sendiri sebenarnya tidak pernah menyebutkan satu ayatpun yang menjelaskan tentang apakah manusia itu bebas atau tidak, namun berdasarkan logika-logika yang berkembang dari ajaran Al-Kitab sebagaimana konsep tentang trinitas yang menempatkan Yesus sebagai Tuhan, maka dapat
8 Jalaluddin Rahmad, Konsep Manusia Menurut Qur’an, Suatu Kajian Tafsir Tematik, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1992 ) hlm.6 9 Ibid. hlm. 7
4
dipahami kalau ajaran Al-Kitab memandang tentang kebebasan manusia yang determinan dan sangat dekat dengan konsep Jabariyah dalam kalam Islam. Al-Kitab juga menjelaskan bahwa awal mula kejadian manusia, sampai akhirnya jatuh pada dosa, itu semua merupakan sekenario besar Tuhan Allah. Jalan bagi manusia (Adam) di taman Firdaus, tidak bersimpang, sehingga manusia tidak dapat memilih jalan mana yang ia sukai untuk dipilih.10 Jalan itu hanya satu; yaitu jalan yang membawa manusia jatuh dalam dosa. Selanjutnya, turunnya Tuhan Yesus ke bumi bertujuan untuk memberi pengampunan atas dosa anak Adam tersebut. Al-Kitab mempunyai banyak sekali bahasa, dan hampir seluruh umat Kristen/Katholik di dunia mempunyai Al-Kitab dengan bahasa mereka. Inilah yang menyebabkan bahwa dalam kajian Al-Kitab pemaknaan mengenai sesuatu hal sarat dengan intepretasi sehingga yang berkembang dalam paham Kristen/Katholik adalah logika-logika theologi. Sekilas, diskripsi di atas memberikan gambaran bahwa dalam Al-Kitab kebebasan manusia bersifat determinan (pasif), walaupun sebenarnya ada juga yang berpandangan bahwa dalam hidup manusia diberi pilihan-pilhan. Untuk lebih komprehensipnya bahasan mengenai kebebasan manusia ini, maka akan dikaji secara komparatif bahasan tentang perbutan manusia menurut Al-qur’an dan Al-Kitab dalam sebuah penelitian skripsi yang diberi judul: “Perbuatan Manusia Menurut Al-Qur’an dan Al-Kitab (Studi Komparatif) ”
10
Lihat Lembaga Al-Kitab Indonesia, Alkitab, ( Jakarta : Koprasi Wali Gereja, 1999, Bab kejatuhan) hlm. 3
5
B. Pokok Masalah Sehubungan dengan uraian terdahulu, pembicaraan akan difokuskan pada penelitian ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Kitab yang membicarakan tentang perbuatan manusia atau kebebasan manusia. Untuk itu masalah pokok dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana konsep perbuatan manusia menurut Al-Qur’an dan Al-Kitab? 2. Bagaimana kedudukan tanggung jawab manusia terhadap semua perbuatannya menurut Al-Qur’an dan Al-Kitab?
C. Tujuan Penulisan Skripsi Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini ada dua hal yaitu tujuan yang bersifat formil dan tujuan materiil Tujuan formil dari penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Perbandingan Agama pada Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang Sedangkan tujuan materiil dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui konsep tentang perbuatan manusia menurut Al-Qur’an dan Al-Kitab. 2. Untuk mengetahui kedudukan tanggung jawab manusia terhadap semua perbuatannya menurut Al-Qur’an dan Al-Kitab.
D. Telaah Pustaka Sepanjang pengetahuan penulis, buku-buku yang membahas perbuatn manusia sudah banyak sekali, terutama buku-buku yang menjadi literatur dalam
6
ilmu kalam, namun penelitian cermat dan menyeluruh yang membahas tentang perbuatan manusia dan dikomparasikan antara Al-Qur’an dan Al-Kitab belum banyak ditemukan. Pembicaran tentang hal ini banyak dijumpai hanya bersifat internal dalam arti kajian selama ini hanya pembicaraan dikalangan theologi Islam semata, sedangkan sharing lintas agama belum banyak dilakukan. Pembahasan tentang perbuatan manusia dalam hal ini, akan diuraikan menurut logika kalam atau theologi, disamping memberikan kesempatan kepada Al-Qur’an dan Al-Kitab untuk mengemukakan pengertian yang dikandungnya. Usaha itu diharapkan terwujud dengan mengumpulkan ayat-ayat yang memakai kata-kata perbuatan. Adapun kajian yang membahas tentang kebebasan manusia yang berdasarkan konsep dari agama Islam atau Al-Qur’an telah banyak yang mengakaji, diantaranya; Dr. Machasin dengan judul “Menyelami Kebebasan Manusia, Telah Kritis Terhadap Konsepsi Al-Qur’an” dalam buku ini banyak diuraikan tentang konsepsi Al-Qur’an yang disatu sisi banyak membicarakan tentang kebebasan manusia seraya dorongan-dorangan Allah agar manusia untuk menggunakan akalnya, namun disisi lain banyak juga ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa segala sesuatu itu adalah ciptaan Allah termasuk perbuatan manusia itu sendiri.11 Penjelasan Dr. Mahasin dalam hal ini menunjukkan posisi Al-Qur’an yang secara verbal berwajah ganda. Wajah ganda tersebut dibiarkan tanpa mencoba untuk mensinergikannya, sehingga masing-masing pendapat tetap pada posisi semula, yaitu mendukung konsep kebebasan manusia dengan menolak argumen fatalistic 11
Mahasin, op.cit., 124-230
7
perbuatan manusia, dan sebaliknya mendukung sifat fatalistic (determinisme) manusia dan menolak argumen kebebasan. Murtadho Muthahari, Manusia dan Takdirnya, antara Free Will dan Determinisme, dalam buku ini dijelaskan tentang berbagai aliran kalam yang menjelaskan tentang takdir manusia dan perbuatan manusia. Sejauhmana manusia mampu berbuat dan bagaimana kedudukan perbuatan manusia dengan kehendak Allah.12Murthadho Muthahari dalam konsepnya ini mencoba untuk memisahkan mana perbuatan manusia, mana kehendak Tuhan, serta sejauhmana perbuatan manusia diantara kehendak Tuhan. Walaupun rumit penjelasan mengenai hal ini, namun Murthadho Muthahari mampu mengulanya secara baik. Michael Polanyi, Kajian Tentang Manusia, buku ini menjelaskan tentang manusia ditinjau dari pemikiran filosofis dan histories. Bahkan buku ini juga menyajikan harapan dan informasi tentang pentingnya memahami diri kita sendiri yang merupakan alam mikro yaitu manusia.13 Pemikiran ini bersifat filosofis dan tidak terkait dengan ajaran agama, tetapi terkadang alur pemikirannya seiring dengan alur pikir agama. Louis Leahy, Siapakah Manusia, Sintesis Filosofis Tentang Manusia, buku ini berusaha melakukan sentesa secara menyeluruh terhadap konsep manusia dalam berbagai sudut pandang, termasuk agama, namun tinjaun filosofis sangat kental dibandingkan dengan tinjauan keagamaan.14 Tinjauan filosofis dalam buku
12
Murthado Muthahari, Manusia dan Takdirnya Antara Free Will dan Determinisme, ( Bandung : Muthahari Paperback ) 2001. 13 Michael Polanyi, Kajian Tentang Manusia, ( Jakarta : Pustaka filsafat ) 2001 14 Louis leahy, Siapakah Manusia Sintesis Filosofis Tentang Manusia, ( Yogyakarta : Pustaka Filsafat ) 2001
8
ini memberikan gambaran dari tujuan hidup manusia, tetapi sayangnya tidak diuraikan bagaimana tanggung jawab dari perbuatan manusia. G. Kirchbergfr SVD, Pandangan Kristen Tentang Dunia Dan Manusia, dalam buku ini banyak diuraikan tentang keutaman-keutamaan manusia dari makhluk lainnya yang di sarikan dari Al-Kitab.15 G. Kirchbergfr SVD dalam kajian ini melihat manusia dari aspek historisnya saja, termasuk aspek –aspek histories dari taman surga. Ia tidak menjelaskan akibat perbuatan yang dibuat manusia, dan tidak menjelaskan pula tentang aspek kedepan dari taman surga. Ada beberapa buku lain yang mempunyai relevansi dengan pembahasan mengenai perbuatan manusia ini; misalnya buku yang berjudul, Manusia Menurut Al-Ghazali, karangan Ali Isa Othman.16 Buku ini memuat tentang pandangan AlGhazali mengenai manusia yang pada hakekatnya tertumpu pada satu pusat inti yaitu qalb (hati). Al-Ghazali tidak memaknai qalb sebagai segumpal daging, tetapi qalb sebagi sebuah mind (pikiran). Jadi, qalb itu adalah pusatnya pikiran yang dapat memilih jalan baik dan buruk; jika fungsi hati untuk memilih ini aus (rusak) maka dapat dipastikan fungsi organ lain pasti ada yang rusak, hal ini mengakibatkan ketidak selarasan dalam gerak-gerik, tindak tanduk dan perbuatan manusia. Muhammad Ali Albar, Penciptaan Manusia, Kaitan Ayat-ayat AlQur’an dan Hadits dengan Ilmu Kedokteran. Buku ini mengkaitkan dan mencocokkan proses kejadian manusia dalam Al-Qur’an dengan teknologi ilmu kedokteran. Hasil dari pencocokan itu diperoleh kesimpulan bahwa ternyata Al15
G. Kirchbergfr SVD, Pandangan Kristen Tentang Dunia Dan Manusia, ( Jakarta : Nusa Indah ) 2002 16 Ali Isa Othman, Manusia Menurut Al-Ghazali ( Bandung: Pustaka Perpustakaan Salman ITB, 1981).
9
Qur’an selain merupakan kitab suci, ia juga memuat banyak informasi mengenai proses reproduksi manusia yang sangat bermanfaat bagi dunia kedokteran. Adapun penelitian yang tertuang dalam skripsi ini mencoba mengambil satu sisi dari pandangan tentang perbuatan manusia yang dikaji secara komparatif antara pandangan Al-Qur’an dan pandangan Al-Kitab. Harapan dari kajian ini adalah ; diperolehnya suatu kesimpulan yang positif dari hasil dialog yang terjadi. Jadi, jelas bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang berbeda dari buku-buku di atas dan penelitian-penelitian sebelumnya yang cenderung membahas tentang perbuatan manusia dari satu sudut pandang saja. Sedangkan penelitian ini mencoba mengkomparasikan dua sudut pandang.
E. Metode Penulisan Penelitian ini bersifat kepustakaan karena sumber datanya terdiri atas buku-buku yang ada hubungan langsung atau tidak langsung dengan materi pembahasan. Sumber utama penelitian ini adalah: 1. Buku-buku yang berisikan pengetahuan tentang Qur’an atau yang dikenal dengan ulumul qur’an dan buku-buku yang mengurai tentang Al-Kitab 2. Kamus yang memuat daftar susunan kata-kata Qur’an. Isinya merupakan petunjuk praktis untuk menemukan ayat-ayat. Dipakai pula kamus-kamus lain yang relevan dengan pembahasan 3. Buku-buku theologi yang dianggap memadai 4. Buku-buku tafsir yang dianggap memadai dan mewakili.
10
Setelah mengetahui permasalahan dan tujuan masalah serta beberapa sumber buku yang dijadikan literatur, berikut ini akan dijelaskan metodologinya, antara lain mengenai: sifat penelitian, beserta pendekatan dan analisisnya. Sifat penelitian. Sebagiamana akan tergambar dari aktifitas pengumpulan datanya, studi ini dilaksanakan berdasarkan studi kepustakaan (leberary research), yakni mengumpulkan data-data berdasarkan pengamatan atas bahan-bahan tertulis yang diperoleh di perpustakaan. Dilihat dari segi tujuan, studi ini berupaya membuat analisis deskriptif dan kemudian menelusuri relevansi dengan arahan pernyataan.
17
Dalam kajian
ini, realitas yang dipelajari adalah berupa konsep tentang perbuatan manusia dan dipusatkan pada kajian konseptual yang diperoleh dari perspektif dua ajaran agama yaitu Al-Qur’an dan Al-Kitab. Kemudian kajian dilanjutkan dengan menguji tingkat korelasi dan implementasi yang dapat dilihat dan dirasakan dari perbuatan manusia, sehingga berfungsi sebagai pemandu kajian dalam mengetengahkan analisis dan intepretasi data yang selanjutnya akan disimpulkan pada bagian penyimpulan studi ini. Sumber penelitian studi ini sesuai dengan fokus perhatiannya bermaksud untuk mengumpulkan data-data kualitatif melalui penelitian kepustakaan yang relevan dengan permasalahan pokok studinya. Untuk memperoleh yang dimaksudkan, itu maka pengumpulan data penelitian dilakukan dengan liberary research. 17
18
Yakni mengumpulkan data-data formal yang berkaitan dengan
Muhammad Nasir, Metode Penelitian, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985 ) hlm. 63-64
18
Winarno Surakhmad, Paper Skripsi, Thesis Disertasi; Buku Pegangan Cara Merencanakan, Cara Menulis, Cara Menilai, ( Bandung : Tarsito, 1988 ) hlm. 56
11
pengertian perbuatan, pengertian manusia yang ditelusuri dari Al-Qur’an dan AlKitab. Pendekatan dan analisis data. Secara substansial, studi ini menelaah obyeknya dengan menggunakan landasan pendekatan multi disipliner. Ia, dalam menganalisis dan menyoroti pokok masalahnya, memanfaatkan beberapa pendekatan yang dipandang penting, seperti: pendekatan histories, pendekatan filosofis dan tentunya pendekatan religi (intepretatif), serta pendekatan tematik. Pendekatan historis tampak dalam menganalisis latar belakang kesejarahan manusia serta kisah-kisahnya, sedang pendekatan filosofis lebih tampak penggunaanya dalam menganalisis hakekat keberadaan manusia, dan pendekatan religi nampak dalam menganalisis dimensi eskatologis dari perbuatan manusia dengan berbagai intepretasi terhadap Al-Qur’an dan Al-Kitab. Serta pendekatan tematik digunakan untuk mengungkapkan serta mengelompokkan term-term yang menyangkut tentang perbuatan manusia dalam Al-Qur’an maupun Al-Kitab. Penerapan keempat pendekatan analisis tersebut dalam studi ini menggunakan logika komparatif yaitu mengadakan penilaian terhadap fakta-fakta tertentu yang berhubungan dengan situasi yang diselidiki dan membandingkannya dengan faktor-faktor lain.19 Selain itu, digunakan pula logika kontent analisis, yaitu dengnan cara melakukan analisis isi dari obyek kajian.20
19 20
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, ( Yogyakarta : Andi Ofset, 1988) hlm. 42 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta : Rake Sarasin, 1996)
hlm. 74
12
F.
Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan terdiri atas lima bab; sebuah bab pendahuluan, tiga bab pembahasan materi, serta sebuah bab penutup. Permasalahan pokok studi ini dicantumkan dalam uraian latar belakang dan pokok masalah, sebagaimana tampak dalam bagian ini beberapa aspek seperti aspek filosofis, histories, religius, eskatologis didahulukan untuk mendudiukan persoalan perbuatan manusia dalam konteknya yang khusus sehingga diperoleh kejelasan dalam menatap permasalhannya. Dalam bab I studi ini selain dikemukakan sub bab latar belakng dan pokok masalh, di kemukakan pula sub bab lain, tujuan penelitian, telah pustaka, metode penelitian serta sistematika. Sebagai alat analisis yang fungsinya perlu didukkan secara lebih jelas, maka dalam bab II dikemukakan tentang manusia dan asal-usulnya serta kelebihan-kelebihannya. Dalam kajian menempatkan manusia sebagai focus kajian sehingga perlu di bagi berbagai sub bab yang diantranya membahas tentang manusia berdasarkan peristilahan para filosof dan manusia menurut pandangan agama baik Islam maupun Kristen, selain itu dijelaskan pula tentang sejarah manusia secara singkat berdasarkan sumber tertulis baik yang ada dalam Alqur’an maupun Al-Kitab. Selain bahasan ini dalam landasan teori kali ini dikemukakan pula pengertian perbuatan manusia serta beberapa teori tentang sifat dan perbuatan manusia. Dalam bab III diuraikan tentang perbuatan manusia menurut Al-Qur’an dan Al-Kitab. Dalam perspektif ini dijelaskan bahwa pandanganAl-Qur’an dan Al-Kitab tentang manusia pada prinsipnya sama yaitu bahwa manusia dipandang
13
sebagai makhluk yang paling mulia dan utama, namun demikian Al-Qur’an memandang manusia lahir dalam keadan fitrah atau suci, sedangkan Al-Kitab memandang manusia lahir dalam keadan berdosa. Dari perspektif inilah menkadi sangat menarik mengkomparasikan kedua teori tersebut. Kalau dalam bab III dikemukakan uraian tentang perbuatan manusia yang berkaiatan tentang kebebasannya, sehingga semakin jelas kedudukan arti dan posisi peran manusia dalam perbuatannya serta sejauh mana peran Tuhan dalam menyikapi manusia. Dalam bab IV ini perbuatan manusia di soroti dari tinjauan tafsir yang dikemukakan para pakar tafsir sehingga diperoleh informasi yang akurat seputar perbuatan manusia yang dalam Al-Quran masih bersifat ambigu dimana Al-Qur’an tidak secara tegas menjelaskan tentang posisi sesungguhnya dari perbuatan manusia apakah bebas ataukah tidak. Lain lagi dengan Al-Kitab yang cenderung pasif dalam melihat perbuatan manusia yang pada intinya manusia tidak punya kemampuan, karena yang punya kemampuan itu hanyalah Allah. Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh Alah semua berada dalam keontrol dan kendalinya termasuk ketika Alah menjelma ke dalam diri Yesus. Pada akhirnya dalam bab V yaitu penutup, dikemukakan kesimpulankesimpulan yang berisi penegasan terhadap analisis dari permasalahan yang diajukan. Selain itu juga, dikemukakan pula implikasi penelitian sebagai bahan pemikiran lebih lanjut.
14