BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini semakin maju dilihat dengan adanya pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan. Disamping itu, perkembangan zaman juga membawa dampak yang sangat signifikan terhadap bidang pendidikan sehingga dapat menunjang keberhasilan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada. Pendidikan yang semakin maju juga harus diiringi dengan pemerataan pendidikan. Namun, pendidikan saat ini masih dihadapkan pada kenyataan dimana belum meratanya pendidikan dan masih banyaknya masyarakat yang belum memperoleh pendidikan. Hal ini, disebabkan karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami kemiskinan, merupakan salah satu penyebab belum terpenuhinya kesejahteraan masyarakat. Dengan kebutuhan yang semakin kompleks, kebutuhan pendidikan pun semakin berkembang. Namun, walaupun pendidikan merupakan hak setiap warga Negara, tidak setiap orang dapat kesempatan untuk belajar. Adapun sistem pendidikan di Indonesia diselenggarakan pemerintah maupun swasta, dan jenis pendidikan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal. Pemerintah menetapkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan. Walaupun telah diusahakan agar semua masyarakat memperoleh pendidikan
formal
atau
pendidikan
sekolah,
namun
keterbatasan
dan
ketidakmampuan masyarakat masih menjadi penghalang keberhasilan tersebut. Pemerintah melalui pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah
bertugas dan bertanggungjawab untuk mengantar bangsa agar siap menghadapi perkembangan jaman dan mampu meningkatkan kualitas bangsa dimasa depan. Terutama bagi mereka yang belum pernah mengikuti pendidikan sekolah atau yang tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah. Pendidikan luar sekolah mempunyai bidang garapan yang sangat luas yang kesemuanya mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ruang lingkup pendidikan luar sekolah antara lain; Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
pendidikan kesetaraan,
pendidikan keaksaraan, dan kecakapan hidup (Life Skill). Dari berbagai ruang lingkup yang ditangani oleh pendidikan luar sekolah, terdapat program-program yang dijalankan salah satunya adalah
keaksaraan fungsional
yaitu
pemberantasan buta aksara. Keaksaraan fungsional sebagai salah satu program pendidikan luar sekolah, sekarang ini bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat apalagi bagi para penggerak pendidikan. Di masyarakat pendidikan keaksaraan fungsional lebih dikenal dengan program pendidikan buta aksara yang bukan hanya sekedar ketidakmampuan individu atau warga masyarakat dalam membaca dan menulis, tetapi secara luas terkait dengan ketidakmampuan masyarakat untuk memecahkan berbagi permasalahan dalam kehidupannya. Problem penduduk buta aksara tampaknya tak pernah kunjung sirna di negeri ini. Lebih dari 90% penduduk pada waktu itu menderita buta aksara. Hingga akhir tahun 2009 populasi buta aksara masih sekitar 8,7 juta atau 5,3% dari penduduk berusia diatas 15 tahun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar berusia diatas 45 tahun dan 64% diantaranya perempuan. Data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menunjukkan bahwa hingga akhir 2009
tercatat 2.671.907 penduduk usia 15 tahun keatas di Jawa Timur yang masih buta aksara. Di Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 1.655.258 dan 918.471 orang (http://www.google.com/x/client/pnfi.kemdiknas.go.id/2010 diakses 25 Desember 2011 : 20.00). Data di atas menunjukkan persoalan buta aksara tetap saja jadi persoalan serius yang harus ditangani penyelesaiannya secara terpadu dan komprehensif. Pendidikan keaksaraan merupakan salah satu prioritas program nasional dengan target menurunkan jumlah orang dewasa buta huruf sebesar 50 % pada tahun 2009. Tujuan utama pendidikan keaksaraan adalah membelajarkan peserta didik agar dapat memanfaatkan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, diskusi dan aksi (Calistungdasi) dan kemampuan fungsionalnya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
penuntasan buta aksara, perempuan perlu mendapat prioritas
karena jumlah perempuan buta aksara dua kali lipat dibanding laki-laki. Selain itu, peran ibu yang penting dalam keluarga dan masyarakat menjadikan dasar pentingnya bebas buta aksara bagi ibu. Sebagai pendidik anak, seorang ibu harus pandai baik dalam menulis, membaca, dan berhitung yang akan ditularkannya kepada anak. Sebagai anggota masyarakat, seorang ibu dituntut dapat membaca dan tanggap situasi dalam masyarakat. Kemampuan seorang ibu dalam menyiasati kehidupan sangat dibutuhkan. Peluang dan kesempatan belajar bagi ibu sepanjang hayatnya sangat diperlukan. Berbagai cara dan usaha telah pemerintah dan aktor pendidikan lakukan untuk mencapai target tersebut, pemikiran-pemikiran, model-model dan program inovatif dicanangkan agar masyarakat tergerak dan menyadari pentingnya
kemampuan aksara. Namun kenyataan dilapangan adalah pelaksanaan berbagai inovasi tersebut belum sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan warga belajar. Model pembelajaran yang kerap terjadi adalah sebuah model pembelajaran yang kaku, formal, dan kurang memperhatikan konteks lokal, desaign lokal, proses partisipatif dan fungsional hasil belajar, sehingga kemungkinan besar yang terjadi adalah munculnya buta huruf kembali dari aksarawan baru. Koran ibu merupakan suatu media yang sangat membantu warga belajar dalam meningkatkan kemampuan menulis. Kegiatan menulis perlu didahulukan daripada kegiatan membaca, karena melalui kegiatan belajar menulis, WB sedikit demi sedikit langsung belajar membaca. Namun, pada kenyataannya kemampuan untuk membaca tidak diimbangi dengan kemampuan menulis, karena pada pembelajaran
warga belajar lebih sering belajar membaca daripada menulis.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan Kemendiknas membuat program budaya tulis melalui koran ibu. Tujuan dari program ini adalah sebagai pelatihan jurnalisme warga belajar keaksaraan khususnya perempuan dan sebagai media komunikasi, informasi serta pembelajaran. Sasaran program koran ibu adalah perempuan usia 15 tahun ke atas yang telah memiliki keaksaraan dasar dengan prioritas yaitu perempuan yang sedang mengikuti program keaksaraan lanjutan dan kelompok perempuan yang mebutuhkan pelayanan khusus. Berdasarkan data NILEM PKBM
( Nomor Induk Lembaga PKBM)
mulai tahun 2011 terdapat 5536 lembaga yang terdaftar (sumber:nilempkbm.dikmas.net diakses pada tgl 18 Desember 2011). Yogyakarta yang juga merupakan salah satu penyumbang jumlah PKBM terdapat 189 lembaga yang
terdaftar (sumber:http//nilem-pkbm.dikmas.net diakses pada tgl 18 Desember 2011). Desa Bleberan yang terletak di Kecamatan Playen, Gunungkidul, merupakan salah satu daerah yang juga memilki PKBM sebagai lembaga alternatif untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat khususnya di daerah Bleberan. Melalui PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) SEMBADA warga masyarakat di Desa Bleberan mengikuti berbagai program yang diselenggarakan PKBM tersebut. Salah satu program yang ada di PKBM Sembada adalah program penuntasan buta aksara melalui pendidikan Keaksaraan Fungsional. Pada tahun 2009 terdapat
20 warga belajar keaksaraan lanjutan yang aktif mengikuti
pembelajaran tersebut (sumber data primer PKBM Sembada, 2010). Dalam pelaksanaanya PKBM Sembada selalu mencoba memberikan program-program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah dengan menyediakan taman bacaan masyarakat untuk warga sekitar PKBM dan khususnya warga belajar PKBM Sembada. TBM ini diharapakan dapat meningkatkan minat baca dimasyarakat dan juga dapat meningkatkan kemampuan aksarawan didaerah tersebut agar nantinya tidak kembali buta aksara. Kemudian persoalannya adalah apakah program keaksaraan fungsional yang juga didukung taman bacaan masyarakat ini sudah berjalan sebagaimana yang diharapkan? Warga belajar keaksaraan fungsional, masih belum memiliki minat membaca dan belum membiasakan diri dengan membaca, sehingga TBM pun akhirnya belum bisa berjalan secara optimal bahkan dampak jangka penjangnya adalah para aksarawan akan kembali buta aksara. Berangkat dari permasalahan
yang muncul
pengelola PKBM
berusaha
memberikan
alternatif
untuk
meningkatkan minat membaca masyarakat dengan aktif membuat Koran Ibu. Koran Ibu merupakan salah satu program pendukung pendidikan keaksaraan dan juga pemberantasan buta aksara. Koran Ibu berusaha menampilkan hasil karya dan tulisan para warga. Dengan hasil yang ditampilkan diharpakan dapat tumbuh minat untuk membaca dari para aksarawan maupun masyarakat. Koran ibu diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan budaya baca khususnya bagi warga belajar keaksaraan fungsional. Namun, apakah Koran Ibu yang ada sudah cukup memberi ruang untuk setiap warga belajar atau aksarawan mengaktualisasikan diri?. Hal yang terpenting juga harus dilihat kemampuan aksarawan untuk terlibat dalam penyusunan Koran Ibu tersebut. Masalah yang terlihat adalah kemampuan para aksarawan yang masih rendah dalam menulis dan membuat sebuah tulisan. Dalam hal ini tulisan yang dapat disampaikan pada orang banyak. Oleh karena itu pada pembelajaran tahun 2011 PKBM Sembada mengadakan program budaya tulis koran ibu. Hal ini dikarenakan bagian penting dari peningkatan kemampuan melek aksara salah satunya ditandai dengan kemampuan menulis. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menuliskan ide/gagasan ke dalam tulisan yang bisa dibaca dan dipahami oleh orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi agar penduduk perempuan yang sudah berkeaksaraan dasar memiliki kemampuan dalam menulis yang natinya akan dituangkan dalam bentuk koran ibu dan meningkatkan minat warga belajar untuk dapat berperan dalam pembuatan koran
ibu, sehingga diharapkan nantinya
dengan
kemampuan
menulis
yang
dimiliki
warga
belajar
dapat
mengaktualisasikan kemampuan diri melalui koran ibu dan akan menumbuhkan minat membaca yang natinya membantu aksarawan meningkatkan kemampuan dan tidak kembali buta aksara. Tercapainya tujuan program budaya tulis koran ibu ini tidak lepas dari peran warga belajar itu sendiri. Apabila warga telah memiliki kemampuan menulis, namun tidak dimbangi dengan selalu melatih dan mencoba juga tidak akan terwujud. Warga belajar harus selalu belajar dan mencoba, namun apakah program budaya tulis koran ibu ini akan menjamin peningkatan kualitas belajar peserta didik pula? Sehingga nantinya program yang diberikan akan lebih efektif dan dapat terlaksana sesuai harapan. Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui implementasi program peningkatan budaya tulis koran ibu sebagai upaya untuk meningkatkan Kualitas Belajar Warga belajar keaksaraan fungsional di PKBM Sembada, Bleberan Playen Gunungkidul.
B. Identifikasi Masalah 1.
Penyandang buta aksara terbanyak adalah perempuan dan masih belum meluasnya program penguatan pemberdayaan untuk perempuan, Dari sekitar 8,7 juta penyandang buta aksara, sebanyak 64 % adalah perempuan berusia di atas 15 tahun
2.
Masih rendahnya budaya baca tulis di masyarakat dilihat dari masih belum optimalnya penyelenggaraan TBM (Taman Bacaan Masyarakat) sebagai upaya program pendidikan keaksaraan
3. Kurangnya kemampuan warga belajar dalam bidang menulis dan kurangnya peran warga belajar dalam pembuatan Koran Ibu, 4. Adanya program budaya tulis koran ibu yang sedang berjalan di PKBM Sembada. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh, masalah penelitian ini dibatasi pada implementasi program budaya tulis koran ibu sebagai upaya meningkatkan kualitas belajar warga belajar keaksaraan fungsional di PKBM Sembada, Bleberan Playen Gunungkidul. Diharapkan dengan adanya pembatasan masalah tersebut, peneliti dapat menyusun sebuah penelitian yang sesuai dengan tujuan yang direncanakan. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan program koran ibu yang berlangsung di PKBM Sembada ? 2. Bagaimana hasil belajar warga belajar program koran ibu terhadap peningkatan kualitas belajar warga belajar? 3. Faktor-faktor apakah yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program koran ibu sebagai upaya meningkatkan kualitas warga belajar keaksaraan di PKBM Sembada Gunungkidul? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui efektifitas
program budaya tulis koran ibu sebagai upaya peningkatan kualitas belajar warga belajar keaksaraan fungsional di PKBM Sembada, Bleberan Playen Gunungkidul. Selanjutnya secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. pelaksanaan program koran ibu yang berlangsung dari persiapan, proses serta evaluasi. 2. hasil program koran ibu yang dilaksanakan terhadap peningkatan kualitas belajar warga belajar. 3. faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program koran ibu sebagai upaya peningkatan kualitas belajar warga belajar keaksaraan di PKBM Sembada, Gunungkidul. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : 1. Bagi Lembaga Digunakan sebagai rekomendasi dalam pelaksanaan program budaya tulis koran ibu terkait upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan program yang lebih efektif.
2. Bagi Pengelola Dapat
digunakan
sebagai
acuan
bagi
pengelola lembaga guna
pengembangan program berikutnya yang sesuai kebutuhan warga belajar keaksaraan fungsional. 3. Bagi Pemerhati Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagi masukan untuk merancang program keaksaraan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 4. Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah a.
Memperkaya penelitian di bidang pendidikan luar sekolah
b.
Sebagai bahan serta masukan dalam menyiapkan perencanaan suatu program, baik itu mengelola, merancang dan mengembangkan program pembelajaran luar sekolah terkait pendidikan keaksaraan yang berkualitas.