BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ditengah-tengah pergelutan perekonomian dan semakin maraknya krisis moneter pada tahun 1997 yang masih menyisakan begitu banyak kenangan dan pengalaman kelam bagi dunia usaha kita. Banyak perusahan-perusahaan swasta baik yang bergerak dalam skala usaha besar, menengah, dan kecil sekalipun mengalami kemerosotan dan akhirnya gulung tikar, tetapi tidak dengan usaha jaringan langsung atau direct selling. Sebuah bisnis yang berdasarkan jaringan atau yang biasa kita kenal dengan nama MLM (Multi Level Marketing) saat ini banyak sekali ditemukan di Indonesia. MLM adalah sistem penjualan yang memanfaatkan konsumen sebagai tenaga penyalur. Menurut data APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia) sampai tahun 2013 ada lebih dari 58 perusahaan MLM yang tergabung menjadi anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Tidak hanya sampai disitu saja, hampir di setiap bulannya ada saja perusahaan MLM baru yang membuka usahanya di Indonesia 1, baik perusahaan lokal dalam negeri maupun perusahaan luar negeri. Peter J. Clathier (1996) mendefenisikan atau mengartikan MLM merupakan suatu cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggannya melalui 1
Tiap tahunnya banyak perusahaan yang menggunakan system pemasaran jaringan bermunculan khususnya di Indonesia. Mulai dari perusahaan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Saat ini tercatat sekital 58 perusahaan MLM (Multi Level Marketing) yang ikut terdaftar dalam APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Sumber: http://suksesbisnisrumahan.com/tips/daftar-mlm-indonesia-anggota-apli-2.
Universitas Sumatera Utara
jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distributor berikutnya. 2 Untuk memperkenalkan produk MLM biasanya dilakukan tanpa harus beriklan baik di media cetak maupun media elektronik dan tanpa harus mengeluarkan anggaran yang besar, tetapi hanya dengan menggunakan keahlian distributor untuk memperkenalkan secara langsung produk tersebut dan merekrut anggota baru. Multi Level Marketing (MLM) pertama sekali ditemukan oleh dua orang professor pemasaran dari Universitas Chicago pada tahun 1940-an 3. Produk pertama yang dijual adalah vitamin dan makanan tambahan Nutrilite 4. Saat itu, Nutrilite Products Inc merupakan salah satu perusahaan Amerika yang dikenal telah menggunakan metode penjualan secara bertingkat. Wuryando (2010: 15-16) mengatakan bahwa dalam perkembangan selanjutnya perusahaan MLM Amway mendapat pengakuan dari pemerintah Amerika Serikat dan mengesahkan kelegalannya sebagai perusahaan MLM, kemudian disusul dengan didirikannya perusahaan MLM yang bergerak di bidang kesehatan oleh DR. Forrest Shaklee sejitar tahun 1970-an. 2
Istilah distributor lepas dan distributor berikutnya dalam bisnis MLM dikenal dengan sebutan upline dan downline. Upline adalah orang yang mengajak dan mendaftarkan seorang sesorang menjadi anggota atau distributor sebuah perusahaan MLM, sedangkan downline orang yang direkrut untuk bergabung serta memasarkan produk. Downline akan bergerak naik menjadi upline bila dia memiliki jaringan dibawahnya. Sumber: http://www.lepamk.com/2012/08/pengertian -multi-levelmarketing_25.html?m=1 3 Sumber: www.APLI.com 4 Artikel tentang sejarah Multi Level Marketing (MLM) oleh Dwiarko seorang konsultan dan trainer di BrandKita yang begerak di bidang Smart Barnding (Personal Brand, company Crand dan Online Branding) dan juga seorang pemilik usaha di bidang konsultan IT. Sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/01/09/sejarah-mlm-dan-jenis-direct-selling-lain/
Universitas Sumatera Utara
Di era globalisasi seperti sekarang ini, ribuan perusahaan MLM bermunculan dan menjelma menjadi sebuah industri besar yang menguntungkan. Dimana produk-produk di berbagai belahan dunia, mulai dari kebutuhan yang berupa produk elektronik serta produk rumah tangga semua dipasarkan dengan cara pemasaran bertingkat diantaranya, perusahaan yang terkenal seperti Neolife serta Herbalife. Masing-masing perusahaan tersebut memiliki lebih dari 50.000 distributor (Trecy 2007:5), sampai akhirnya bisnis MLM ini mengalami perkembangan yang pesat. WFDSA (World Federation of Direct Sellling Association) atau yang lebih dikenal dengan Federasi Dunia Asosiasi Penjualan Langsung, DSA (Direct Selling Association) atau Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia serta FEDSA (Federation of European Direct Selling Association) pernah menyebutkan bahwa setidaknya ada 1300 perusahaan MLM diseluruh dunia, namun belum semua perusahaan yang menggunakan MLM tersebut terdaftar sebagai anggota APLI, FEDSA, maupun WDFSA (Harefa,2000:25). Di Indonesia, MLM berdiri pada tahun 1986 (www.APLI.com), tepatnya di kota Bandung. Perusahaan MLM pertama tersebut ialah PT. Nusantara Sun Chlorella Tama dan berganti nama dengan CNI (Wuryando, 2010). Setelah itu diikuti dengan masuknya Amway, Sophie Martin, Herbalife dan lain-lainnya. Tercatat kurang lebih ada 176 perusahaan yang akan masuk untuk meramaikan industry MLM di Indonesia 5. Hal ini tidak terlepas dengan jumlah penduduk Indonesia yang banyaknya
5
Sumber: http://www.apli.or.id/list_anggota.php?page=1)
Universitas Sumatera Utara
lebih dari 237 juta jiwa 6 . Berikut ini adalah daftar dari sebagian besar MLM yang terangkum. Tabel 1.1 Beberapa Perusahaan MLM yang berkembang di Indonesia NO
NAMA
MEREK
NAMA
JUMLAH
PERUSAHAAN
PRODUK
PRODUK
ANGGOTA AKTIF
1
PT. Orindo Alam Oriflame
Cosmetic
70.000-80.000
Ayu 2
PT.
Amindoway Amway
Indonesia
Cosmetic,
skin 50.000
care, Supplement,dll
3
4
PT. Sinergiplasindo Sinergiplasindo
Cosmetic,
Dinamika
supplement
food 40.000
PT. Nadja Sukses Sophie Martin/ Fashion, Utama
Paris
accesorris,
50.000 and
cosmetic 5
6
PT. SolarajaPersada Prime & New Skin
care, 500-1000
Jaya
food
First World
cosmetic,
.Sumber:http://www.bps.go.id/65tahun/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf
Universitas Sumatera Utara
supplement, body line 6
7
PT.Kangsen Kenko Kangsen Kenko
Cosmetic, health 40.000
Indonesia
food
PT. Dura Estetika Duraskin
Cosmetic
20.000
PT. Nusa Selaras Nu Skin
Cosmetic,
food 40.000
Utama
supplement
Utama 8
9
PT. Avin Indonesia
10
PT. Aloeverindo
Avon
Cosmetic
55.000
Nugra Forever Living
Cosmetic,
skin 40.000
care, health care
Sumber: www.apli.or.id/DetilAnggota.asp Dalam proses perkembangannya, MLM memang memberikan kesempatan bagi setiap orang, yang semula tidak diperhitungkan di dunia perdagangan. Bisnis ini menawarkan kemudahan bagi setiap orang, tanpa terkecuali dengan cara yang sederhana, untuk menambah penghasilan mereka. MLM memperbolehkan orang berbisnis dengan produk atau jasa yang unik dan inovatif, 7 membawa mereka ke pasar tanpa mengeluarkan biaya iklan di media massa yang sangat besar, tanpa harus bersaing di toko-toko pengecer lainnya. Suatu metode distribusi eceran dengan
7
Inovatif menurut etimologi, berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan’, atau ‘penemuan’. Sumber: http://erzaramdan.blogspot.com/2012/06/pengertian-kreativitas-daninovasi.html?m=1.
Universitas Sumatera Utara
sentuhan pribadi yang sudah menyebar ke seluruh pelosok dunia. Industri ini akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat untuk memperoleh kebebasan financial tanpa harus terikat oleh waktu, yang tidak dijumpai di pasar kerja dalam industry tradisional. Saat ini, bisnis MLM (Multi Level Marketing) sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kehadiran MLM ini di Indonesia memungkinkan bisnis ini menjadi jembatan untuk memperbaiki perekenomian masyarakat ditengahtengah himpitan ekonomi yang semakin keras
dan banyak menimbulkan
pengangguran dimana-mana. Di Indonesia, mendengar kata “pengangguran” 8 bukanlah hal yang baru lagi, tetapi itu merupakan masalah yang masih belum bisa diselesaikan. Faktor ekonomis dari sebuah MLM bagi masyarakat luas adalah banyak tersedianya lapangan pekerjaan yang berarti mengurangi jumlah pengangguran, anggotakan penghasilan tambahan bagi masyarakat, serta peluang belajar untuk berbisnis yang gratis. Pada masa krisis, Multi Level Marketing (MLM) dapat menjadi substitusi pekerjaan bagi para karyawan yang terimbas korban pemutusan hubungan kerja atau PHK di perusahaan tempatnya bekerja. Banyak sekali orang yang tidak memperhatikan fakta, bahwa di Amerika Serikat industri (Multi Level Marketeing) atau MLM yang dikenal sejak tahun 19408
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari pekerjaan, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Universitas Sumatera Utara
an ini terus mengalami perkembangan yang pesat setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, pertumbuhan penduduk dan pengangguran yang terus menerus meningkat tajam dikarenakan berbagai krisis dan teknologisasi alat-alat produksi tidak sebanding dengan jumlah orang yang mendaftarkan diri sebagai distributor MLM setiap hari, sehingga perkembangan industry bertingkat jaringan/MLM ini cukup menjanjikan. Akan tetapi, seiring dengan dengan fakta yang berkembang dilapangan, bisnis MLM atau
Multi Level Marketing ini tidak berjalan mulus. Hal ini
dikarenakan adanya penyalahgunaan kepentingan oleh pihak-pihak atau orang-orang tertentu untuk memperoleh untung sebesar mungkin dengan tempo waktu yang singkat. Sebagai contoh kasus yang mengatasnamakan MLM di Indonesia yang telah melakukan penipuan yakni yang biasa kita sebut dengan money game 9, seperti MLM yang bertindak melipat gandakan uang dan sudah menyimpang dari aturan. Di Indonesia sendiri, kasus praktek money game yang berlatarbelakang MLM ini telah banyak dijumpai, ada beberapa perusahaan yang melakukan prakter money game itu, seperti: •
Kasus Money Game Berkedok Arisan Berantai dan Koperasi yaitu tanpa komoditi sama sekali,contohnya: Yayasan Keluarga
Adil Makmur
9
Wuryando memberikan sebuah contoh untuk memberikan kita pemahaman dari cara kerja money game yang berkedok MLM. seorang mengeluarkan uang Rp 100.000,- dan mendapat produk senilai Rp 10.00,- atau tidak mendapatkan produk sama sekali tetapi hanya mendapatkan kartu anggota saja. Seseorang akan mendapatkan produk setelah mencapai jumlah downline tertentu misalnya 200:200. Uang pendaftaran tidak realistis sebab uang pendaftaran itu yang digunakan untuk membayar bonusbonus (Wuryando 2010:72)
Universitas Sumatera Utara
Ongkowijoya (YKAMO) pada tahun 1987, PT. Sapta Mitra Ekakarya ( Arisan Danasonic) 1995, dan kasus CV. Sukma di Semarang dan CV. Jamina di Tegal tahun 2008 dimana kedua perusahaan tersebut samasama menjanjikan pelunasan kendaraan bermotor. •
Kasus Money Game dan Skema Piramid adalah produk yang dijual setinggi langit namun yang menjadi nilai jual adalah pengembalian modal hingga minimal 1,5-2 kali lipat dari modal awal bergabung, contohnya: PT. Banyumas Mulia Abadi (BMA) terjadi pada tahun 19961999, kasus, Higam Net pada tahun 1999, kasus Yayasan Amal Muslim Indonesia (YAMI) dari Surabaya dalam program naik haji murah dan system
Piramida
pada
tahun
2000,
kasus
PT.
Cita
Hidayat
Komunikaputra (CHK) yang didirikan pada tahun 1998 di Bandung oleh Dedi Hanurawan yang berkedok MLM melalui produk BBM, Oli, dan SPBU dengan dalih penanaman modal, kasus Bisnis Voucher Pulsa Handphone, yang berlangsung pada tahun 2004 dengan berkedok MLM karena produk voucher hanya fiktif belaka, kasus PT.Gee Cosmos Indonesia (GCI) yang dipimpin Amran Madanatja dengan system money game yang berkedok MLM (Multi Level Marketing) tahun 2002 dan beberapa kasus money game lainnya (Wuryando 2010:81-83). Berbagai praktek money game itu sempat beroperasi di kalangan masyarakat Indonesia. Praktek tersebut memakai sistem dan cara kerja MLM, ditambah dengan
Universitas Sumatera Utara
iming-iming mendapatkan keuntungan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat, sehingga membuat, masyarakat tertarik untu mencoba dan mengikutinya. Tuti Nonka mengatakan bahwa iming-iming yang selalu diberikan oleh perekrut anggota jaringan Multi Level Marketing adalah bahwa orang yang menjalankan bisnis MLM dan sudah menduduki jajaran top management (upline) akan bisa pension dalam usia muda, dan tinggal ongkang-ongkang menikmati uang yang terus mengalir masuk dari para downline. 10 Money Game sendiri berasal dari Kota New York yakni pada tahun 1919 yang didirikan oleh Charles K. Ponzi ( Wuryando 2010: 69). Perusahaan yang didirikan oleh Charles K. Ponzi ini bernama The Security and Exchange. Lebih lanjut Wuyando (2010) mengatakan bahwa perusahaan Charles K. Ponzi ini menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan sebesar 50% dalam waktu hanya 3 bulan. Ditambah lagi dengan komisi sebesar 10% bila member berhasil membawa investor baru. Dalam waktu singkat Charles K.Ponzi dengan mudah berhasil mendapatkan keuntungan sebesar 15 juta dollar. Kasus-kasus yang telah disebutkan diatas pada akhirnya membuat nama baik MLM (Multi Level Marketing) menjadi buruk di masyarakat. Sebahagian dari masyarakat kehilangan rasa kepercayaannya terhadap perusahaan MLM bahkan masyarakat sudah memandang apriori terhadap perusahaan MLM tersebut. Masyarakat melihat bahwa MLM itu merupakan perusahaan yang bergerak dalam 10
Sumber: http://tutunonka.wordpress.com/2011/05/05/bisnis-mlm/
Universitas Sumatera Utara
bisnis ajang penipuan dan kebohongan yang kerjanya hanya membohongi orangorang agar mau bergabung dan masuk dalam perusahaan MLM. Fitzpatrick (dalam Santoso, 2003:126-133) menambahkan beberapa poin mengenai kebohongan yang selalu dilakukan dan ditawarkan oleh para pelaku bisnis MLM ( Multi Level Marketing). 1. MLM adalah bisnis yang menawarkan kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan banyak uang dibandingkan dengan bisnis lain maupun pekerjaan lainnya. 2. Network marketing adalah cara baru yang paling populer dan efektif untuk membawa produk ke pasar. Konsumen menyukai membeli produk dengan cara door-to-door. 3. Di suatu saat kelak, semua produk akan dijual dengan model MLM. Para pengecer, mall, katalog, dan sebagian besar pengiklanan akan mati karena MLM. 4. MLM adalah gaya hidup yang menawarkan kebahagian dan kepuasan. MLM merupakan cara untuk mendapatkan segala kebaikan dalam hidup. 5. Sukses dalam MLM itu mudah. Teman dan saudara adalah prospek. Mereka yang mencintai dan mendukung anda akan menjadi konsumen anda seumur hidup. 6. Anda dapat melakukan MLM di waktu luang. Sebagai sebuah bisnis, MLM menawarkan fleksibilitas dan kebebasan mengatru waktu.
Universitas Sumatera Utara
beberapa jam seminggu dapat menghasilakan tambahan pendapatan yang besar dan dapat berkembang menjadi sangat besar sehingga kita tidak perlu lagi bekerja yang lain. 7. MLM merupakan pilihan terbaik untuk memiliki bisnis sendiri dan mendapatkan kemnadirian ekonomi yang nyata. Dari hal-hal yang dikemukakan diatas, maka dapat dilihat berbagai aspek miring mengenai bisnis jaringan ini. Sehingga lambat-laun semakin menurunkan minat masyarakat dalam menggeluti bisnis jaringan yaitu MLM atau Multi Level Marketing ini. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk menulis mengenai Berkurangnya Minat Masyarakat Terhadap Usaha Bisnis Jaringan MLM. 1.2 Tinjauan Pustaka Berkembangnya bisnis Multi Level Marketing di Indonesia, tidak terlepas dari pengaruh negara kapitalis seperti Amerika Serikat ( Dobs dalam Sanderson, 1993 : 203). Sejak kelahirannya pada abad XV, ekonomi dunia kapitalis mengalami ekspansi dan evolusi yang terus menerus. Ekspansi yaitu kapitalisme terus menerus memperluas jangkauan geografisnya di muka bumi hingga masuknya Amway ke Indonesia pada tahun 1986 sekaligus awal berkembangnya bisnis Multi Level Marketing di Indonesia. Kehadiran bisnis MLM ini tentu sangat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat di Indonesia karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai harapan dan cita-cita untuk mendapatkan kehidupan yang layak, sehingga secara
Universitas Sumatera Utara
normal dapat menjalani hidup, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa ada gangguan ekonomi (Sinaga, 2005:12). Perilaku ekonomi suatu masyarakat tidak terlepas dari bagaimana sikap dasar suatu masyarakat, struktur suatu masyarakat, cara berpikir, cara pandang, dan sebagainya. Oleh karena itu, hubungan ekonomis antara tindakan tersebut didasarkan atas tata nilai sebagai hasil dari proses kebudayaan. Dengan kata lain, nilai budaya suatu masyarakat akan berperan terhadap hubungan ekonomis (Wiranata 2002:22). Maggio dalam Nursyirwan (1997:289) mengatakan bahwa jika kebudayaan digunakan secara serius di dalam memahami fenomena ekonomi, nanti tidak hanya akan memperkaya pemahaman interpretatif tentang fenomena itu, tetapi juga akan membantu dalam menjelaskan fenomena tersebut dengan lebih baik. (Spredley 1997:5) Kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Dari defenisi ini dapat dikembangkanbahwa kebudayaan terdiri dari: 1. Kategori-kategori yang digunakan manusia untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan
pengalamannya,
aturan-aturan
yang
dipelajari
manusia untuk tindakan-tindakannya yang tepat selanjutnya. 2. Peta pengetahuan (kognitif) yang memungkinkan manusia untuk menginterpretasikan
tindakannya
dan
peristiwa-peristiwa
yang
dihadapinya selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Rencana-rencana manusia untuk mengatur tindakan untuk mencapai suatu tujuan (Thomasita, 1990:10) Seseorang yang memutuskan untuk bergabung dalam bisnis MLM mempunyai tujuan yang ingin diraihnya, Rich de VOs (Harefa,1999:1-2) mengatakan:
“kita percaya sukses hanya datang dari orang-orang yang menetapkan tujuan dan kemudian bekerja dengan giat untuk mencapainya”
Cita-cita, impian, tujuan, obsesi serta angan-angan ataupun yang lainnya adalah salah satu penggerak motivasi manusia. Oleh karena itu, dalam melakukan suatu tindakan setiap individu mempunyai motivasi tertentu untuk melakukannya. Motivasi adalah soal pribadi untuk melakukan suatu tindakan atas dasar keinginan dan harapan karena faktor pendorong setiap orang berbeda-beda. Clifford Geertz (1976) mengatakan bahwa motivasi kewiraswastaan dikalangan santri di Mojokuto tidak didasari oleh kepentingan bisnis,melainkan oleh kesadaran golongan santri untuk mendapatkan gengsi dalam kehidupan sosial di masyarakat. Begitu juga dengan golongan bnagsawan di Tabanan Bali yang memilih hidup sebagai wiraswastawan,. Para bangsawan di Tabanan Bali ini memilih pekerjaan tersebut sebagai alternatif untuk mempertahankan status quonya sebagai kelas terpandang dalam masyarakat (Sairin dkk, 2002:117).
Universitas Sumatera Utara
Drucker dalam Osborne (1999:9) meyakinkan bahwa hampir setiap orang bisa menjadi wirausahawan, asalkan organisasinya disusun untuk mendorong kewirausahaan. Clothier (1996:12) mengatakan
bahwa bisnis MLM tidak hanya
member keuntungan materi saja, melainkan juga masih banyak manfaat non materi yang diperoleh. Misalnya persahabatan yang terjalin, pengembangan pribadi dan peluang untuk membantu orang lain. Dengan meode penjuaan door to door dan face to face dari satu individu ke individu yang lainnya, penjualanya mempunyai peluang untuk mengembangkan hubungan bersahabat dengan para konsumennya. Dalam bisnis jaringan atau MLM, setiap member berusaha untuk mengembangkan jaringan bisnisnya masing-masing. Hal ini dilakukan karena membangun jaringan merupakan cara untuk memperoleh penghasilan besar dalam MLM (Clothier 1994;39). Kemudian Firth dalam Sairin (2002:94) melihat bahwa aktivitas ekonomi sangat tergantung pada peran individu-individu dalam jaringan ekonomi, dari hal inilah yang membuat para pelaku semakin memperbesar jaringan bisnisnya. Keberhasilan sebuah Multi Level Markeeting , tidak lepas dari peranan para anggota-anggotanya dalam membentuk jaringan yang aktif dan solid. Membangun jaringan penjualan merupakan cara untuk memperoleh penghasilan besar dalam bisnis MLM. Harefa (1999:114) mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan penghasilan, seseorang harus membangun jaringan atau network. Maka dengan demikian kesempatan untuk mendapatkan uang akan bertambah serta akan terjadi peningkatan kelompok jaringan yang dibangunnya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks bisnis, Orru (1996;272) melihat penyebab munculnya jaringan adalah dipengaruhi oleh faktor yang saling berkaitan, yaitu: •
Faktor kelembagaan yaitu mengacu pada interaksi rutin yang dibentuk secara sosial yang memudahkan pembentukan jaringan.
•
Faktor
teknis
yaitu
mengacu
pada
tekanan
linkungan
untuk
mempertahankan bisnis yang membentuk solusi dan bentuk jaringan. Suatu jaringan kerja dapat didefinisikan sebgai bentuk hubungn antar individu yang melampui batas-batas geografis desa atau garis keturunan. Seseorang dapat dianggap keluarga karena adanya kedekatan jarak geografis dan atau hubungan social, misalnya dengan sahabat. Sebaliknya seorang kerabat dekat bias saja dianggap jauh karena terpisah secara social maupun geografis untuk jangka waktu yang lama, atau karena adanya konflik dan sikap permusuhan di antara mereka. Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi ini adalah hubungan-hubungan tercipta untuk suatu tujuan tertentu (Sjahrir, 1995:14) Kou (1996:121) mengatakan setiap individu dalam jaringan mengetahui satu sama lain, maka persahabatan yang terjalin adalah dapat merubah hubungan yang sederhana seperti antara seorang pekerja dengan majikan kepada hubungan yang komplek, seperti hubungan antara anggota masyarakat, dalam jaringan juga terdapat saling ketergantungan dan dukungan timbal balik di antara individu-individu tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Setiap individu dalam suatu jaringan pada umumnya membangun sebuah hubungan atau relasi dengan sesamanya. Ahimsa-Putra (Sarmini 2003:358-361) membaginya relasi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu: •
Relasi biasa, yakni hubungan kenalan biasa antar individu dimana jika mereka bertemu mereka hanya akan tegur sapa seadanya dan tidak dilanjutkan dengan pembicaraan mengenai usaha mereka. Dalam hal ini, mereka saling mengetahui bahwa mereka menekuni usaha yang sama namun mereka tidak bekerjasama dalam usaha tersebut.
•
Relasi patron-klien, yakni hubungan antar dua orang yang berbeda status sosial-ekonominya dimana yanga satu bertindak sebagai patron dan yang satu sebagai klien.
•
Relasi
persahabatan,
yakni
relasi
yang
menyerupai
hubungan
kekeluargaan. Sesuai dengan kondisi Indonesia yang tingkat kekerabatannya relatif tinggi, maka dalam merekrut konsumen atau downline kekerabatan juga menjadi salah satu andalan utama. Hubungan kekerabatan dapat dijadikan cara untuk menarik simpati dari calon downline yang akan diprospek. Pada hakekatnya, hubungan kekerabatan merupakan aksioma kesetiakawanan atau the axiom of amity. Kesetiakawanan mengacu pada kebiasaan saling memberikan bantuan atau mutual support antara kerabat yang satu dengan kerbat yang lain, yang merupakan suatu ekspresi mengenai aturan yang memberikan petunjuk untuk mendahulukan kepentingan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian tentang multi level marketing dalam kaitannya dengan motivasi, hubungan-hubungan social, jaringan kerja, dan strategi penjualan pada dasarnya betitik tolak dari pemikiran Firth yang mengtakan bahwa system ekonomi dan aspek—aspeknya merupakan bagian dari keseluruhan system social budaya masyarkat yang bersangkutan seperti yang dikemukakan oleh Firth dalam Winarto (1980:283) bahwa : “economic relationship are part of an overall system of social relationship (however weakly system be structured and intergrated). The economis system (or sub-system) is therefore to be fully understood only in contex of social, political, ritual, moral and even aesthetic activities and values, and in turn affects these.” Dengan demikian, tindakan-tindakan individu yang dilakuakn dalam kegiatan ekonomi berkaitan erat dengan keseluruhan system social budaya masyarakat itu sendiri. Menurut Clothier (1996: 234), bahwa cara yang paling efektif untuk membina suatu bisnis MLM adalah jaringan keluarga, sahabat, saudara-saudara bahkan semua orang yang pernah menolak kita. Sehingga dapat dikatakan bahwa bisnis MLM merupakan
bisnis
keluarga
yang
mepersatukan
keluarga-keluarga,
bukan
memisahkan. Selain itu ada beberapa cara yang dapat dipakai oleh upline untuk menembus pasar potensialnya yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Cold Canvasing Berdasarkan cara ini seorang wiraniaga mengunjungi setiap orang atau perusahaan-perusahaan di daerah tertentu yang diharapkan bersedia membeli produk yang ditawarkannya. Cara ini akan berjalan efektif apabila produk yang ditawarkannya adalah barang yang diperlukan oleh kebanyakan orang. 2. Metode berantai yang tingdak berpangkal Cara ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa jalur menuju ke pembeli potensial adalah melalui pembeli yang puas. 3. Pembelian Rekomendasi Seorang wiraniaga dapat meminta bantuan para pembeli untuk member nama serta alamat dari teman atau kerabat mereka yang mungkin berminat membeli (Pasaribu, 2001:10) Kekuatan relasi tersebut pada akhirnya dipergunakan seseorang untuk menjalani kehidupannya ( Damsar 2009:163). Dalam konteks Multi Level Marketing, kekuatan relasi tersebut akan dimanfaatkan untuk memperluas dan mengambangkan bisnis jaringan. Beberapa MLM di Indonesia banyak juga yang mengalami jatuh bangun dalam mendirikan perusahaannya. Misalnya PT. Avon Indonesia yang sangat terkenal sejak tahun 1988 mengalami kebangkrutan sejak awal februari 2006 yang lalu. Padahal MLM ini sudah termasuk salah satu MLM yang cukup mapan di bidangnya.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini disebabkan oelah semakin kuatnya persaingan penjualan produk di pasaran. Adanya MLM baru di pasaran yang menjual produk yang serupa membuat Avon semakin kalah dalam bersaing, sehingga tidak menutup kemungkinan semua anggota yang bekerja di Avon menjadi anggota di perusahaan MLM baru yang serupa tersebut. Banyaknya anggota yang berpindah karena mereka melihat potensi atau peluang di mana kira-kira bisa mendapatkan untung dan bonus yang lebih besar. Mengenai bisnis jaringan yang menggunakan sistem Multi Level Marketing atau banyak bisnis-bisnis yang berkedok Multi Level Marketing yang masih meragukan ataupun yang sudah jelas ketahuan tidak sehatnya bisnis tersebut baik dari segi kehalalan produknya, sistem Marketing Fee, legalitas formal, pertanggung jawaban, tidak terbebasnya dari unsur-unsur permainan bunga ataupun penggandaan uang,merugikan nasabah dengan money game, perjudian, seperti kasus New Era 21, BMA, Solusi Centre 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan dari keadaan yang dijelaskan pada latar belakang di atas, maka masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini yaitu: 1. Penyebab anggota tersebut tidak aktif lagi dalam kegiatan MLM yang dulu digelutinya 2. Bagaimana pandangan anggota yang sudah keluar dari bisnis MLM tersebut sebelum keluar dan sesudah keluar?
Universitas Sumatera Utara
1.4 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di lingkungan tempat para informan yang hendak diteliti berada dan juga kampus. Untuk mencari informan ini, peneliti bertanya kepada salah satu anggota yang pernah bergabung dalam bisnis multi level marketing di PT.Sophie Martin yang kini berganti menjadi PT. Sophie Paris, dan dari anggota tersebut memberikan informasi terkait mengenai teman-teman dari informan pernah mengikuti bisnis ini. Begitu juga halnya dengan di kampus, peneliti juga menanyakan kepada salah satu teman, dan bergilir ke teman berikutnya, sehingga penelitian ini dapat berlangsung. Peneliti melakukan penelitian dikampus karena bisnis jaringan ini banyak menggarap para mahasiswa untuk bergabung menjadi anggotanya.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat serta mengetahui mengapa serta apa yang menyebabkan anggota MLM tersebut keluar dari bisnis MLM yang digelutinya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan terhadap masyarakat tentang aturan multi level marketing yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati (peraturan MLM itu sendiri), mengetahui seberapa besar pengetahuan anggota tentang MLM Sophie Martin yang pernah digelutinya.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat penelitian ini secara akademis yaitu untuk menambah literatur khususnya dalam Antropologi, tentang dunia bisnis Multi Level Marketing. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan ataupun sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang berkepentingan ataupun yang tertarik dalam bisnis jaringan, khususnya alasan penyebab para anggota MLM tersebut keluar dari bisnis MLM yang pernah digelutinya.
1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat life history. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic dan kuantitatif lainnya. Penelitian ini akan mengumpulkan data kualitatif untuk menjawab persoalan dari permasalahan peneliti. Dengan tahapan penelitian yaitu, pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data, dan diakhiri dengan penulisan laporan penelitian. Penelitian ini berusaha menjelaskan mengenai permasalahan yang menimbulkan mengapa para anggota banyak yang tidak mau lagi bergabung dalam bisnis jaringan ini, dan semakin sulitnya mendapatkan para anggota yang baru dalam membangun dan memajukan kembali usaha MLM ini.
Universitas Sumatera Utara
1.6.1
Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Dalam penelitian ini, untuk pertama kalinya peneliti melakukan observasi 11 lapangan atau biasa disebut dengan pengamatan. Dalam pengamatan ini, peneliti pertama sekali mengamati situasi di daerah lingkungan tempat peneliti tinggal. Tepat pukul 15.30 pada tanggal 26boktober 2013, para tetangga khususnya ibu-ibu serta anak gadisnya sibuk melihat-lihat katalog yang ditawarkan oleh ibu yang biasa disebut dengan “opung vena” atau ibu Lina, berumur 35 tahun dan memiliki seorang suami bernama bapak Hendra yang berumur 38 tahun, bekerja sebagai wartawan di SIB (Sinar Indonesia Baru). Ibu Rina ini sudah 3 tahun menjadi anggota bisnis MLM atau yang lebih tepatnya bisnis jaringan di PT.Oriflame dan baru 2 tahun terakhir ini menjadi anggota bisnis jaringan ifa. Pertama sekali menjadi anggota sekitar umur 32 tahun, dan dulunya ibu Lina ini bekerja sebagai penjaga toko baju di toko kepunyaan kakaknya, tepatnya di pasar central. Beliau tertarik mengikuti bisnis ini atas rekomendasi oleh temannya ( sama-sama penjaga toko). Ibu Lina ini termasuk seorang perempuan yang rajin berdandan, dan dari situ temannya yang sama-sama bekerja sebagai penjaga toko tersebut memberikan katalog kepada ibu Lina, dan dari situ ibu Lina ini suka
11
Observasi adalah suatu tindakan untuk meneliti suatu gejala (tingkah laku, peristiwa, artefak) dengan cara mengamati.
Universitas Sumatera Utara
membeli alat-alat kosmetik dari temannya, karena melihat peluang ini, temannya tersebut menawarkan untuk bergabung menjadi member , dan memberikan pengetahuan tentang hal-hal yang akan di peroleh setelah menjadi member. Setelah menjadi member, ibu Lina ini lantas tidak hanya memakai sendiri kosmetiknya, tetapi dia juga menawarkan produk-produk itu kepada keluarga, teman kerja, bahkan tetangga-tetangga yang berada di kisaran rumahnya. Banyak ibu-ibu rumah tangga yang juga membeli produk yang ditawarkannya, dengan cara menyicil 3 kali angsuran pembayaran produk tersebut. Tidak hanya itu, beliau juga mengatakan banyak juga mahasiswa dan anak-anak sekolah khususnya SMA yang membeli ataupun memesan kosmetik tersebut darinya. Berbicara mengenai anggota bawahan ataupun downline ibu Lina tidak tertarik untuk merekrut anggota, karena beliau hanya penikmat saja dan tidak ingin terobsesi sebagai leader ataupun top leader sebagaimana yang sering di buming-bumingkan dalam bisnis jaringan biasanya. Dari hasil pengamatan ini, penulis mendapat kesimpulan untuk meneliti bisnis jaringan lain yang lebih lama berdirinya dibandingkan bisnis oriflame yang digeluti oleh ibu Lina tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti bisnis jaringan di PT. Sophie Martin, atau yang berubah nama menjadi Sophie Paris, dikarenakan bisnis ini tidak hanya menawarkan
Universitas Sumatera Utara
produk-produk kosmetik saja, tetapi juga menawarkan produk fashion, berpa tas, pakaian, sepatu, dompet, bagi pria maupun wanita serta anakanak.
b. Wawancara Tidak hanya menggunakan teknik observasi, peneliti juga melakukan teknis pengumpulan data dengan menggunakan wawancara. Dimana wawancara itu sendiri adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan antara dua orang atau pihak yaitu pewawancara yang
memberikan
pertanyaan
dengan
informan
yang
menjawab
pertanyaan dari si pewawancara. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara terbuka agar informan bebas bercerita tentang
pengalamannya
dan
segala
informasi
yang
dimilikinya.
Wawancara yang diilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam ( depth interview). Wawancara mendalam (depth interview ) merupakan metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.
Universitas Sumatera Utara
Wawancara dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara (interview guide). Sesuai dengan pendapat (Spradley, 1997) yang mengatakan bahwa, metode wawancara mendalam (in–depth interview) jenis ini tentunya berpijak pada prinsip bahwa peneliti melakukan learning from people (belajar pada masyarakat), dan bukannya study of people (mengkaji masyarakat). Wawancara dilakukan dengan para anggota yang memang sudah menjadi anggota dari bisnis MLM atau Multi Level Marketing PT. Sophie Martin atau PT Sophie Paris dengan lama bekerja tidak terlalu diperhitungkan. Dalam melakukan wawancara, peneliti menyesuaikan waktu dengan keadaan dan kegiatan para informan. Selain melakukan wawancara mendalam, peneliti juga melakukan wawancara sambil lalu. Wawancara sambil lalu ini berupa percakapan-percakapan sehari-hari yang dilakukan secara bebas tetapi masih tetap berhubungan dengan masalah yang hendak dipecahkan. Pada saat melakukan wawancara peneliti menggunakan alat-alat eletronik yang sangat berguna ketika peneliti berada dilapangan, yaitu berupa alat perekam (voice notes recorder), kamera handphone (telepon genggam), serta buku catatan kecil. Peneliti menyadari bahwa peneliti juga punya keterbatasan sehingga alat perekam, kamera dan buku catatan
Universitas Sumatera Utara
ini nantinya membantu peneliti untuk mendapatkan dan mengerti segala informasi saat wawancara berlangsung. Semua hasil wawancara mendalam dengan informan dapat terhimpun tanpa ada yang tertinggal.
c. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari berbagai literatur data yang ada hubungan dengan penelitian ini. Studi pustaka ataupun literatur penelitian tersebut yaitu mengenai bisnis multi level marketing PT.Sophie Paris, keanggotan, sejarah muncul dan lahirnya Sophie Martin. Jenis kepustakaan dapat berupa buku-buku teori, laporan penelitian; skripsi, tesis, disertasi, artikel, opini dari surat kabar atau majalah. Perkembangan teknologi yang begitu pesat juga membantu dalam pencarian informasi melalui media online 12 seperti internet.
1.7 Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif, sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain data yang diperoleh dari observasi maupun wawancara sambil lalu ataupun mendalam dilapangan, analisis data juga meliputi pengumpulan hasil pemberitaan yang berasal dari media massa, buku-buku yang berkaitan dengan Multi Level Marketing. 12
Lihat Bungin (2007:115)
Universitas Sumatera Utara
Keseluruhan data yang diperoleh dari lapangan kemudian disusun secara sistematis, sehingga lebih mudah untuk dilihat dan dipahami. Data yang telah disusun tersebut akan memberikan gambaran yang lebih tegas tentang hasil pengamatan dan peneliti akhirnya menemukan tema-tema yang saling berkaitan. Sehingga dapat memudahkan peneliti untuk menyajikan data berupa informasi yang terpaparkan secara terperinci dan mendalam. Dengan melakukan cara di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan kesimpulan dari hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara