BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan seumur hidup (PSH) adalah sebuah sistem konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.1 Pendidikan seumur hidup merupakan konsep suatu ide dasar pokok yang menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung
dilembaga-lembaga pendidikan formal
ditekankan pula dalam konsep tersebut. Bahwa pendidikan dalam arti sebenarnya adalah berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Pendidikan seumur hidup digunakan untuk menjelaskan suatu kenyataan, kesadaran, asas dan harapan baru bahwa proses dan kebutuhan pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia. Slogan pendidikan seumur hidup adalah tidak ada kata "terlambat", "terlalu tua", atau "terlalu dini" untuk belajar. Ini berarti bahwa manusia dalam hidupnya perlu selalu mencari pengetahuan, pengalaman, pemikiran baru apapun, kapanpun dan dimanapun. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan tidak mengenal usia dan dapat diperoleh dimana saja. Oleh karena itu kita harus selalu memotivasi warga masyarakat yang masih mempunyai pola pikir tradisional, baik yang tinggal
1
Redja Mudyo Hardja, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2001), 169.
1
2
diperkotaan
maupun
dipedesaan
untuk
selalu
belajar dan
mengikuti
perkembangan zaman. Demikian juga bagi remaja, pemuda atau orang dewasa yang putus sekolah kita anjurkan untuk melanjutkan pendidikannya hingga lulus pada ujian persamaan.2 Dalam rangka memajukan kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakat rasa-rasanya belum cukup hanya dengan usaha memajukan pendidikan formal atau sekolah-sekolah. Pertumbuhan pendidikan melaju dengan pesatnya. Jumlah anak-anak usia sekolah makin hari makin meningkat pula, sedangkan usaha peningkatan
daya
tampung
sekolah
ternyata
belum
mampu
untuk
mengimbanginya. dikalangan orang-orang dewasa masih banyak pula dijumpai kekurangan-kekurangan yang bertalian dengan kelambatan kemajuan-kemajuan peradapan. disana-sini masih kita dapati masyarakat buta huruf banyak orang yang belum memiliki cukup pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang memajukan kesejahteraan lahir batin serta mempertinggi tarap kehidupan mereka. Banyak anggota masyarakat yang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta kebutuhan-kebutuhan yang tersebut terakhir ini belum dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat kita. Mereka yang menderita buta huruf pada umumnya masyarakat kecil yang hidup didaerah pedesaan mereka berasal dari golongan petani, buruh, pedagang dan pengrajin yang tingkat penghasilannya rendah dan masih sangat membutuhkan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Untuk mengatasi hal tersebut 2
Suprijanto, Pendidikan Orang dewasa (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), 4-5.
3
pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal memegang peranan penting. Sebab keterbatasan kemampuan pendidikan sekolah ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat terlihat antara lain: banyak lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia kerja yang antara lain karena mutunya yang rendah. Daya serap rata-rata lulusan sekolah yang masih rendah karena pelajar tidak dapat belajar optimal, pelaksanaan pendidikan sekolah tidak efisien sehingga terjadi penghamburan pendidikan (Educational mistage) yang terlihat adanya putus sekolah (drop out) dan siswa yang mengulang (repaters). Untuk mengatasi masalah ini pemerintah dengan dukungan masyarakat pendidikan luar sekolah dalam pelita III ini menyediakan kesempatan kepada delapan juta warga masyarakat yang masih menderita keterbelakangan itu serta kepada para warga putus sekolah dasar untuk mengikuti program kejar (kelompok belajar) paket A, kejar PKK (pendidikan kesejahteraan keluarga), kejar PKM (pendidikan kesejahteraan masyarakat) dan sekarang masih digalakkan pelaksanaannya adalah kejar usaha.3 Keadaan buta huruf kadang-kadang
dianggap sebagai racun yang
berbahaya dan juga sebagai sebuah penyakit sehingga masyarakat menyebut pemberantasan buta huruf sebagai pembasmian atas wabah kaum tertindas dan mereka yang secara umum dikebiri dalam konteks kelas sosial merupakan objek yang harus dientaskan namun tetap diperlukan sebagai objek yang belajar membaca dan menulis padahal seharusnya mereka diajak masuk kedalam 3
Wasty soemanto, Pendidikan wiraswasta (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2002), 32-33
4
sebuah proses belajar sehingga mereka mengetahui lebih banyak hal, bukan sebagai orang yang diajak mempelajari pengetahuan tentang masa lalu sehingga mengetahui keterbatasan-keterbatasannya, anehnya yang terjadi justru peserta didik dipaksa menerima secara pasif pengetahuannya yang sudah dipaket.4 Dengan adanya pelaksanaan wajib belajar yang sudah diprogramkan pemerintah sejak pelita I pada hakikatnya bertujuan meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Dasar hukum pelaksanaan wajib belajar tersebut cukup jelas yaitu pasal 31 ayat I UUD I945, ketetapan MPR Nomer II/MPR/I983, UndangUndang pokok pendidikan serta tujuan pelita IV seperti dimaksud GBHN yaitu meningkatkan taraf hidup kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil.5 Untuk memberi makna pada amanat UUD 1945 bab 13 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.6 Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan pada tahap manapun dalam perjalanan hidupnya pendidikan seumur hidup, meskipun sebagai anggota masyarakat ia tidak diharapkan untuk terus menerus belajar tentang mengabdikan kemampuan yang diperoleh untuk kepentingan masyarakat.
4
Paulo Fraire, Pendidikan Sebagai Proses (Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2000), 30. Ary Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1986), 87. 6 Penjelasan Atas Undang Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 26 5
5
Pendidikan dapat diperoleh, baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Sistem pendidikan nasional memberi kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada setiap warga negara, oleh karena itu dalam penerimaan seseorang sebagai peserta didik tidak dibenarkan adanya perbedaan atas dasar jenis kelamin, agama, ras, suku, latar belakang sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, kecuali apabila ada satuan atau kegiatan pendidikan yang memiliki kekhususan yang harus diindahkan.7 Dijelaskan dari petunjuk pelaksanaan buta aksara dinas pendidikan dan kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah: "Metode pendekatan pembelajaran keaksaraan fungsional ini dikembangkan karena karakter atau otoritas belajar orang dewasa lebih bersifat praktis dan fungsional serta sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajar mereka". Oleh karena itu program penyelenggaraan program keaksaraan fungsional tidak semata-mata memberikan kemampuan baca, tulis, hitung serta kemampuan berbahasa indonesia dan berpengetahuan. Akan tetapi lebih jauh memberi ketrampilan-ketrampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupan warga belajar sehari-hari sehingga mereka mampu meningkatkan mutu kehidupannya.8 Pendidikan merupakan seluruh aktivitas atau upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek
7 8
Ibid,. 26.
Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah, 2003, I.
6
perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani secara formal, informal maupun non formal.9 Akan tetapi tidak semua manusia dapat memperoleh pendidikan yang seharusnya karena beberapa faktor, diantaranya karena ekonominya yang lemah, dorongan masuk sekolah meskipun ada pada kelompok usia sekolah dan sebagian besar mereka ada pada kelompok diatas usia sekolah, seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi sehingga banyak ditemukan anak putus sekolah. Mereka rata-rata hanya mampu menamatkan sekolah dasar.10 Anak yang putus sekolah dan anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi yang mengakibatkan kurangnya pendidikan atau pengalaman intelektual dapat menjadi pengganggu masyarakat.11 Melihat kondisi masyarakat yang memprihatinkan dalam hal membaca, menulis dan menghitung maka Dinas Pendidikan bekerjasama dengan Pendidikan Luar Sekolah memberikan wewenang kepada Yayasan Aisyah Assalam untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Keaksaraan Fungsional.12 Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti model
pembelajaran
dengan
pendekatan
keaksaraan
fungsional
untuk
menumbuhkan kemajuan pengetahuan masyarakat yang minim dalam bentuk 9
Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Yogyakarta : Mikraj, 2005), 54 Hasil wawancara pra lapangan dengan Ibu Kunti pada tanggal 18 Januari 2007. 11 Aryh. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 2000, 73) 12 Hasil wawancara pra lapangan dengan Ibu Kunti pada tanggal 18 januari 2007. 10
7
Skripsi dengan judul "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI DESA WONOKERTO KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI.
B.
Fokus Penelitian Lembaga Pendidikan Keaksaraan Fungsional didirikan atas dasar banyaknya penduduk yang buta huruf dan putus sekolah, sehingga dalam pelaksanaannya tidak lepas dari peran warga masyarakat. Untuk itu fokus penelitian ini tentang perencanaan pembelajaran keaksaraan fungsional, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran keaksaraan fungsional.
C.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian tersebut, maka peneliti menentukan Rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Perencanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi ? 2. Bagaimana Pelaksanaan pembelajaran
keaksaraan fungsional
di Desa
Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi ? 3. Bagaimana
Evaluasi
pembelajaran
keaksaraan
fungsional
Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi ?
di
Desa
8
D.
Tujuan Penelitian Terkait dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang: 1.
Perencanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
2.
Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi
3.
Evaluasi pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
E.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diambil dari penelitian tersebut adalah: 1. Dari segi teoritis a. Sebagai wahana pengetahuan ilmiah bagi peneliti yang nantinya dapat diterapkan ditengah-tengah masyarakat lain yang belum mendapat dan mengadakan program seperti ini. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meemberi sumbangan untuk pengembangan
ilmu
pengetahuan,
khususnya
mengenai
Model
Pembelajaran Keaksaraan Fungsional di desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
9
2. Dari segi praktis a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi masyarakat khususnya yang berpengetahuan sangat minim dalam mnguasai dan menggunakan ketrampilan membaca, menulis dan menghitung (calistung). b. Berguna
sebagai
Penyelenggara
masukan
dalam
kebijakan
lebih
lanjut
bagi
Pendidikan Keaksaraan Fungsional Didesa Wonokerto
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
F.
Metodologi Penelitian 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi ini, metode penelitian yang digunakan adalah dengan melalui pendekatan kualitatif yang memiliki karakteristik alami (Natural Setting) sebagai sumber data langsung dan bersifat deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.13 Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarangg yang dipermasalahkan.14
13
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data Deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt. Remaja Rusda Karya, 2000), 3 14
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), 9.
10
Yang dalam hal ini berkaitan dengan pembelajaran "KEAKSARAAN FUNGSIONAL" di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. 2.
Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif
tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan sekenarionya.15 Untuk itu dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpulan data, Sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3.
Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitiannya adalah di desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Yang mana kondisi masyarakat usia 30 tahun keatas masih banyak yang buta huruf. Sedang untuk usia di bawah 30 masih banyak yang putus sekolah meskipun sudah bisa membaca dan menulis.
4.
Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. 15
Pengamatan Berperanserta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi-sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek. Dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan catatan tersebut berlaku tanpa gangguan. Lihat dalam lexy moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117
11
Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, Sedangkan sumber data tertulis, foto dan statistic adalah sebagai sunber data tambahan.16 Adapun informan dalam penelitian ini adalah : a. Sumber data primer yaitu person atau orang meliputi : 1. Pimpinan yayasan Aisyah Untuk
memperoleh
informasi
tentang
sejarah
berdirinya
keaksaraan fungsional. 2. Tutor Untuk memperoleh informasi tentang Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi pembelajaran keaksaraan fungsional 3. Warga Belajar Untuk memperoleh informasi tentang komentar warga belajar selama mengikuti pembelajaran keaksaraan fungsional. b. Sumber data sekunder meliputi sumber data tertulis yaitu paper atau dokumen dan foto yang berkaitan dengan masalah penelitian di desa Wonokerto kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi. 5.
Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif 16
Lofland, Analizing social Setting, A Guide to Qualitative Observation nd Analysis, (Belmont, Cal : Wadsworth Publishing Company, 1984). Moleong, Metodologi Penelitian kuaitatif, 112.
12
fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). a.
Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu.17 Sedangkan dalam teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan
beberapa
pertanyaan
secara
mendalam
berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga
yang dengan
wawancara mendalam ini data – data bisa terkumpulkan semaksimal mungkin.18 Dalam penelitian ini orang-orang yang diwawancarai adalah pimpinan yayasan Aisyah, para tutor dan warga belajar yang bersangkutan guna mengungkap data tentang:
17
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 180. 18 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : PT. Alfabeta, 2006), 318.
13
4.
Perencanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di desa Wonokerto kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi.
5.
Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di desa Wonokerto kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi.
6.
Evaluasi
pembelajaran
keaksaraan
fungsional
di
desa
Wonokerto kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara. Tulisan lengkap dari wawancara ini Dinamakan transkip wawancara. b.
Teknik Observasi Dalam penelitian kualitatif di desa Wonokerto kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi ini, obsrvasi dilakukan dengan cara pengamat bertindak sebagai partisipan.19 Yang dalam prakteknya tehnik ini akan diarahkan untuk melihat dengan jelas mengenai model pembelajaran keaksaraan fungsional desa Wonokerto kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi. Dalam penelitian ini tingkat partisipasi dalam observasi yang akan dilaksanakan adalah keterlibatan tinggi (high informen), yaitu partisipasi aktif (Actife Participation). Yaitu peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber tetapi belum sepenuhnya lengkap.20
19 20
Ibid., 310. Ibid., 312.
14
Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam Catatan Lapangan (CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti
mengandalkan
pengamatan
dan
wawancara
dalam
pengumpulan data di lapangan. Pada waktu dilapangan dia membuat catatan setelah pulang kerumah atau tempat tinggal barulah menyusun catatan lapangan.21 Dapat
dikatakan
bahwa
dalam
penelitian
kualitatif,
jantungnya adalah catatan lapangan. Catatan lapangan pada penelitian ini bersifat deskriptif. Artinya bahwa catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dan bagian deskriptif tersebut berisi beberapa hal, diantaranya adalah gambaran dari fisik, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat.22 Format rekaman hasil observasi (pengamatan) catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. c.
Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen rekaman. Rekaman sebagai pernyataan yang dipersiapkan oleh atau
21 22
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian, 153-156. Ibid., 156.
15
untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan dokumen yang digunakan untuk mengacu dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, fotofoto dan sebagainya.23
6. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Teknik ini mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu : a. Data Reduction (Reduksi Data), yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting.24 Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang masih kompleks tentang kegiatan pembelajaran dan kegiatan keseharian para peserta didik, kemudian direduksi dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang pokok, yaitu yang berkaitan langsung dengan model pembelajaran keaksaraan fungsional. 23 24
Ibid., 161. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidika (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2006), 338.
16
b. Data Display (Penyajian Data) yaitu mendisplaykan data atau menyajikan data kedalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada akhir penelitian.25 c. Conclusion (Verification) yaitu analisis data yang terus menerus baik selama maupun sesudah pengumpulan data, untuk penarikan kesimpulan yang data menggambarkan pola yang terjadi.26
7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
kasahihan
(validitas)
dan
keandalan
(reabilitas).27
Derajat
kepercayaan keabsahan data (kredibilitas Data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dalam persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilakukan peneliti dengan
25
Ibid., 341-342. Ibid., 345. 27 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian, 171 26
17
cara:
(a)
mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
secara
berkesinambungan terhadap "MODEL PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
DESA
WONOKERTO
KECAMATAN
KEDUNGGALAR
KABUPATEN NGAWI" dalam menghadapi arus globalisasi dan perdagangan
bebas abad ke-21, kemudian (b) menelaah secara rinci sampai ada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara biasa.28 Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.29 Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai peneliti dengan jalan (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingan apa yang dikatakan orang didepan umum dan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif 28 29
Ibid., 177 Ibid., 178
seseorang
dengan berbagai
18
pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.30
8. Tahap-tahap dan Rancangan Jadwal Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah : a. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Tahap perkerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan
diri,
memasuki
lapangan
dan
berperan
serta
sambil
mengumpulkan data. c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data.31
30 31
Ibid., 178 Lexy Moleong, Metodologi penelitian, 171
19
G. Sistematika pembahasan Sebagai gambaran pola pikir dalam karya ilmiah ini, maka penulis dapat menyusun sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab yaitu : Bab I
: Pendahuluan, dalam bab ini berfungsi memberikan gambaran tentang penelitian yang akan dilakukan berisi: Latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian kegunaan penelitian kerangka teoritik, metodologi penelitian, sistematika pembahasan.
Bab II
: Kerangka teoritik pembelajaran keaksaraan fungsional.yang berfungsi untuk membaca fenomena yang disajikan dalam Bab III berisi tentang pembelajaran keaksaraan fungsional
Bab III : Penyajian data, bab ini mengemukakan secara rinci data-data umum, antara lain sejarah berdirinya program keaksaraan fungsional di desa Wonokerto, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Letak geografis,
struktur
organisasi
kejar
Keaksaraan
Fungsional,
mekanisme pelaporan penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional, Fasilitas Kegiatan belajar mengajar, keadaan Tutor dan keadaan warga belajar sedangkan data khusus meliputi Perencanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi, Pelaksanaan keaksaraan fungsional, dan Evaluasi keaksaraan fungsional dalam menumbuh kembangkan potensi
20
pengetahuan masyarakat yang sangat minim dalam menguasai dan menggunakan ketrampilan membaca, menulis dan menghitung dalam pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Bab IV : Analisa data tentang Implementasi pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi berfungsi menafsirkan dan menjelaskan data hasil temuan berisi analisa perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Bab V
: Merupakan
Bab penutup bab ini berfungsi mempermudah para
pembaca dalam mengambil intisari dari skripsi ini berisi kesimpulan dan saran.
21
BAB II PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
A.
Keaksaraan Fungsional 1. Pengertian keaksaraan fungsional Keaksaraan Fungsional adalah program pengembangan kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan
ketrampilan membaca,
menulis dan berhitung kemampuan mengamati dan menganalisa yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi yang ada dilingkungan sekitarnya.32 Keaksaraan fungsional merupakan suatu metode pendekatan pembelajaran berdesain lokal yang dikembangkan dari bawah keatas menggunakan suatu proses partisipatif untuk menciptakan model pembelajaran berdesain lokal.33 2. Fungsi Keaksaraan Fungsional Fungsi keaksaraan fungsional adalah mengajar orang-orang dewasa membaca dan menulis.34 Sedangkan fungsi pendidikan dilingkungan masyarakat adalah :
32
Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2003, 4. 33 Ibid., 1. 34 Surjadi, Pembangunan Masyarakat Desa (Bandung : Penerbit Mandar Maju, 1989), 123
22
a.
Melengkapi
dan
menyempurnakan
pendidikan formal, maksudnya
pendidikan
yang diberikan
menambah pengetahuan dan
ketrampilan tertentu. b.
mengembangkan sikap-sikap tertentu kearah yang sesuai
dengan
tujuan pendidikan atau sikap yang tepat didalam hubungan
antar
manusia. c.
Menanamkan kepribadian, sesuai dengan kepribadian bangsanya.
d.
Mengembangkan
kesadaran
sosial,
seperti
membantu
sesama,
bekerjasama dengan orang lain.35 3. Dasar Pelaksanaan Keaksaraan Fungsional a. Dasar pendidikan agama Islam Dasar pendidikana agama Islam adalah fundamen yang menjadi landasar atau azas agar pendidikan Islam dapat tegak dan tidak mudah roboh. Dengan adanya dasar ini maka pendidikan Islam akan tegak berdiri dan tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengaruh luar yang merobohkan atau mempengaruhinya. Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada tiga yaitu : AlQur’an, As-Sunnah dan perundang-undangan yang berlaku dinegara kita.36
35 36
24.
Sulaiman Joesoef, Pendidikan generasi muda, (Surabaya: Penerbit Sic, 1996), 78 Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia, 1997),
23
1) Al-Qur’an Islam adalah gama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan disamping masalah keimanan juga pendidikan. Dalam Al-Qur’an surat al-Alaq ayat 1-5 :
y7š/u‘uρ ù&tø%$# ∩⊄∪ @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ ∩⊇∪ t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ &tø%$# ∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ‾=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ‾=tæ “Ï%©!$# ∩⊂∪ ãΠtø.F{$# Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”37
Dari ayat tersebut diatas dapatlah diambil pemahaman bahwa seolah-olah Tuhan berkata hendaklah manusia menyakini akan adanya Tuhan pencipta manusia (dari segumpal dasara), selanjutnya untuk memperkokoh keyakinannya dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Bahkan tidak hanya itu Tuhan juga memberikan bahan (materi/ pendidikan agar manusia hidup sempurna didunia ini). Dalam surat Al-Baqarah ayat 31 Alloh berfirman :
37
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemah, 1079.
24
’ÎΤθä↔Î6/Ρr& tΑ$s)sù Ïπs3Í×‾≈n=yϑø9$# ’n?tã öΝåκyÎz÷tä §ΝèO $yγ‾=ä. u!$oÿôœF{$# tΠyŠ#u zΝ‾=tæuρ
(٣١ : ةLMNO )اtÏ%ω≈|¹ öΝçFΖä. βÎ) ÏIωàσ‾≈yδ Ï!$yϑó™r'Î/ Artinya : “Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”38
Ayat ini menjelaskan bahwa untuk memahami segala sesuatu belum cukup kalau hanya memahami apa, bagaimana serta manfaat benda itu tetapi harus memahami sampai kehakikat dari benda itu. Dengan penjelasan ini dapat diambil pemahaman bahwa Islam menegaskan bahwa supaya manusia itu menemukan jati dirinya sebagai insan yang bermartabat maka tidak boleh harus menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. 2) As-Sunnah (Hadist) Rasululloh SAW mengatakan bahwa beliau adalah guru didik sebagaimana beliau bersabda sebagai berikut :
ل َ UVَW : ل َ UVَW وLٍ Vْ[\ َ ^ ِ Vْ_ ` ِ اaِ VْN\ َ ْ^Vَ\ c b VِO ْdfُg b VْO اhِ g َ VْN َآcVِ_\^ْ َا َ ،ًhV Vَsْ َاdV VَOْ َوcV Vّuِ \ َ ْdV Vُvfِّ_َ : jَ fbV Vَk َوlِ V Vْmfَ\ َ ` ِ اnbfV Vَo ` ِ لا ُ ْdV Vُkَر ًاLVّ[ِ wَ xَ yُ c b Vَf\ َ ب َ {َ Vَ^ْ آVَyج َو ُ Lَ Vَ} ~ َ َو َ Vْmِ َاLk ْ ِإnِu_َ ْ^\ َ اdُab وَآ ({يyLxO ِر )روا اUbuO^ ا َ yِ ُ Lَ wَ Mْ yَ اءbdNَ xَ mَ fْ َ Artinya : “Dari Abi Kabsyah As Saluli dari Abdullaah bin Amr berkata : Rasulullah SAW bersabda : sampaikanlah dariku walaupun satu ayat dan ceritakanlah apa yang datang dari Bani Isra’il dan tidak ada dosa, dan barang siapa berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaklah ia menyaipkan tempat duduknya, didalam Neraka”39 38 39
Ibid., 14. Tarmidzi, Sunan At-Tirmidzi Juz IV (Beirut : Darul Fikri, 1994), 305.
25
Dari penjelasan hadist tersebut diatas dapat diambil pemahaman kepada kita bahwa dalam ajaran Islam memang ada perintah mendidik agama baik dalam keluarga maupun kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya (walaupun sedikit). Dan Rasululloh menjunjung tinggi kepada pendidikan dan pengajaran. b. Dasar perundang-undangan yang berlaku di Indonesia 1) Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang isinya yaitu bahwa pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945.40 2) Peraturan Pemerintah
nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan
Luar Sekolah, yang isinya yaitu mencakup pendidikan umum, pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan pendidikan umum merupakan pendidikan
yang
mengutamakan
perluasan
pengetahuan,
peningkatan ketrampilan, dan sikap warga belajar dalam bidang 40
Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional (semarang: PT Aneka Ilmu, 1989), 1
26
tertentu. Jenis pendidikan ini dilakukan pada program kelompok belajar paket A, B, dan C, kursus bahasa, bimbingan belajar, dan sebagainya. pendidikan keagamaan mempersiapkan warga belajar untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan. Jenis pendidikan ini dilakukan di majelis taklim, pesantren salafiah, taman pendidikan Al-Quran dan sebagainya. Pendidikan jabatan kerja merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan sikap warga belajar untuk memenuhi persyaratan pekerjaan tertentu pada satuan kerja yang bersangkutan. Jenis pendidikan ini dilaksanakan oleh pelatihan kerja, magang, sanggar, padepokan dan sebagainya. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinas untuk pegawai atau calon pegawai suatu departemen atau lembaga non departemen. Jenis ini pada umumnya dilakukan melalui program pelatihan (pra jabatan dan dalam jabatan). Pendidikan kejuruan mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Jenis ini dilaksanakan melalui program kursuskursus, pelatihan, kelompok belajar, magang dan sebagainya.41
41
Djudju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Bandung: PT Remaja Rusda Karya, 2006), 5.
27
3) Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangaan Pemerintah dan Propinsi sebagai daerah otonom. yang isinya yaitu kewenangan-kewenangan
provinsi
sebagai
daerah
otonom
berdasarkan teori residu/sisa yang dianut maka menjadi jelas kewenangan-kewenangan sisanya menjadi kewenangan daerah kabupaten/ kota.42 4) Peraturan
Pemerintah nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, yang isinya yaitu bahwa sistem pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia menurut undang-undang dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.43 5) Renstra Propinsi Jawa Timur 2001-2005 yang isinya yaitu terdapat sembilan pokok program prioritas diantaranya adalah pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan peningkatan kualitas produk pendidikan.44
42
Widjaja, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
2004), 29.
43
Undang-Undang otonomi Daerah 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Jakarta : PT Sinar Grafika, 1999), 1. 44 Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2003, 1.
28
4. Tujuan Pelaksanaan Keaksaraan Fungsional Dari Warga belajar, Pengelola dan Pemerintah Daerah. a. Warga belajar Memperoleh ketrampilan dasar untuk baca, tulis, hitung serta mampu
berbahasa Indonesia. Memperoleh ketrampilan-ketrampilan
fungsional yang bermakna sehingga
warga
belajar
bagi kehidupan warga belajar sehari-hari, mampu
untuk
meningkatkan
kualitas
kehidupannya.. b. Pengelola Sebagai acuan PKBM dan tutor
bagi petugas Pendidikan Luar Sekolah (PLS), dalam menyelenggarakan
program Keaksaraan
Fungsional. c. Pemerintah daerah 1. Sebagai umpan balik untuk menyusun perencanaan program Keaksaraan Fungsional dimasa datang. 2. Sebagai acuan bagi penyelenggara, penilik dan TLD dalam menyelenggarakan
program
Keaksaraan
Fungsional
menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan.45
45
Ibid., 3.
untuk
29
5. Aspek-Aspek Dasar Keaksaraan Fungsional a. Ketrampilan dasar Adalah
ketrampilan
yang
berkaitan
dengan
kemampuan
berhitung warga belajar untuk mengenal huruf, merangkai kata, merangkai kalimat, membaca dengan lancar tanpa bantuan orang lain, ketrampilan menulis, menulis informasi berdasarkan buah pikirannya sendiri tanpa bantuan orang lain, ketrampilan berhitung dengan menggunakan symbol (+, -, x, : ), menjumlah, menambahkan, mengurangi, mengali, membagi dan menulis. b. Ketrampilan Fungsional Adalah
kemampuan
Warga
belajar
dalam
menggunakan
Ketrampilan membaca, menulis, berhitung dalam kegiatan sehari-hari seperti menulis kwitansi, mengisi formulir, membaca petunjuk, menulis surat.46 B. Perencanaan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Perencanaan Program Keaksaraan Fungsional merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk memperhitungkan tentang kelayakan sasaran yang harus
46
Ibid., 4.
30
dilayani serta dukungan-dukungan lain yang diperlukan guna mencapai tujuan program.47 Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan program keaksaraan fungsional mencakup kegiatan awal sebelum dimulainya proses belajar mengajar, Aspek Komponen Program meliputi: Warga belajar, Tutor, Nara Sumber Teknis (NST), Ketenagaan dan Pembiayaan. Kegiatan Perencanaan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional tersebut meliputi: 1. Perencanaan Awal
atau sebelum dimulainya pembelajaran Keaksaraan
Fungsional meliputi: a. Bersama Warga belajar menentukan waktu dan jadwal belajar b. Menyiapkan bahan dan sarana belajar (papan tulis, kapur, penghapus dan ruang belajar) c. Mempelajari topik (pokok bahasan) yang akan diajarkan d. Menyiapkan buku administrasi kelompok (buku absensi, buku catatan, buku kemajuan belajar, buku catatan sarana atau prasarana belajar) e.
Mengelompokkan warga belajar maksimal sepuluh orang dalam satu kelompok.48
47 48
Petunjuk teknis pelaksanaan program pemberantasan buta huruf,1994/1995,4 Petunjuk teknis penyelenggaraan pemberantasan buta aksara, 1996, 14.
31
2. Aspek Komponen Program Aspek komponen program meliputi: a. Warga Belajar Buta Huruf Murni 1. Putus SD kelas 1, 2 dan 3 2. Prioritas Usia 10-44 th 3. Prioritas perempuan b. Tutor Persyaratan tenaga tutor: 1) Berpendidikan minimal SLTP 2) Mampu dan bersedia menjadi tutor 3) Diutamakan dari daerah setempat 4) Minimal 1 Tutor untuk perkelompok belajar 5) Dapat mengikuti pelatihan Tutor dan Master Trainer Keaksaraan Fungsional yang diadakan ditingkat kabupaten/kota c. Nara Sumber Teknis (NST) Narasumber teknis minimal harus: 1. Berpendidikan minimal SLTP 2. Mampu dan bersedia menjadi NST 3. Memiliki ketrampilan yang dapat dikembangkan 4. Diutamakan dari daerah setempat
32
d. Ketenagaan 1. Pengelola/ Penyelenggara Untuk
menjadi
pengelola/
penyelenggara
program
keaksaraan fungsional adalah organisasi/perorangan yang mampu dan memiliki tanggung jawab untuk mengelola sendiri kegiatan di kelompok belajar. Persyaratan Tenaga Pengelola : (a)
Berpendidikan minimal SLTP
(b)
Mampu mengelola kelompok belajar
(c)
Mampu melaksanakan administrasi
(d)
Menguasai program Keaksaraan Fungsional
(e)
Berkedudukan dari daerah setempat
(f)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
(g)
Organisasi
kemasyarakatan
yang
bergerak
pendidikan 2. Bentuk kepengurusan kelompok belajar meliputi : (a)
Ketua
(b)
Sekretaris
(c)
Bendahara dan anggota
(d)
Pembiayaan
di
bidang
33
3. Sumber Dana Penyelenggaraan : (a) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tingkat. 1 (b) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tingkat 11 (c) Proyek Pendidikan Luar Sekolah (PLS) (d) Sumber Dana lain yang tidak mengikat (e) Dukungan LSM/Perusahaan (f)
Bersumber dari warga belajar/warga masyarakat dan lain-lain
4. Komponen Pembiayaan (a) Pengadaan Sarana dan Prasarana (b) Pengadaan Bahan Belajar (c) Pengadaan Dana Belajar (d) Honorarium Tenaga Tutor (e) Pengadaan Kurikulum tematik dan soal evaluasi (f) Honorarium tenaga pengelola (g) Pelaksanaan evaluasi dan supervisi dan lain-lain.49 C. Pelaksanaan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Pelaksanaan atau proses belajar mengajar pada keaksaraan fungsional adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh
49
Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2003, 1
34
pelajar atau peserta didik dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing.50 Dalam Penyelenggaraan program proses kegiatan belajar mengajar semua unsur-unsur dalam sistem penyelenggaraan program belajar mengajar harus berjalan sesuai dengan Komponen-Komponen Program belajar meliputi: Tujuan, Materi, Metode, Proses kegiatan belajar mengajar, strategi, kurikulum, pendekatan, standar kompetensi pembelajaran keaksaraan fungsional, bahan belajar, kalender akademik dan jumlah jam belajar efektif. 1. Tujuan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Tujuan pembelajaran keaksaraan fungsional adalah membelajarkan warga masyarakat usia 10-44 tahun yang masih buta huruf supaya mereka mampu membaca, menulis dan menghitung serta memiliki kemampuan dasar untuk bekal hidupnya.51 2. Materi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Materi yang diajarkan bersifat fungsional yaitu Muatan lokal yang sesuai dengan minat dan kebutuhan belajar warga belajar atau Modul Keaksaraan Fungsional yang merupakan kurikulum nasional untuk program Keaksaraan Fungsional yang meliputi tahap pemberantasan, pembinaan dan pelestarian seperti yang tertera dibawah ini:52
50
Suprijanto, pendidikan orang dewasa (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), 39. Petunjuk teknis penyelanggaraan pemberantasan buta aksara tahun 1996, 5. 52 Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2003, 9-10 51
35
Tahap Pemberantasan
Ket Membaca Mengenal huruf vocal (a,I,u,e,o) 4. Mengenal beberapa huruf konsonan (a,b,c,d,e,dll) 5. Membedakan vocal dan konsonan 6. Merangkai huruf menjadi kata (2-3 suku kata),dan masih dibantu orang lain 7. Membaca kata dengan dieja 8. Membaca kalimat tanpa memperhatikan tanda baca 9. Membaca kalimat dengan benar 10. Mengetahui istilah berdasarkan tempat susunan kata (dengan kata-kata yang familiar) 3.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
Menulis Menulis nama sendiri Menulis beberapa kata tapi masih perlu bantuan orang lain Mencontoh/menyalin tulisan orang lain Menulis kata/kalimat yang sudah dikenal Menulis satu kalimat dengan bantuan orang lain Menulis kalimat dengan menggunakan tanda baca (?, .) Menulis kalimat dengan menggunakan huruf besar dan kecil (belum beraturan ) Menulis beberapa kalimat repetisi (+/-3 baris dengan 3-5 kata).
1.
2. 3.
4. 5. 6.
berhitung Mengenal angka satuan ,puluhan ,ratusan,ribuan dengan melihat uang Mengenal symbol operasional (+,-) Menghitung bilangan dengan menggunakan satu symbol (+,-,x,:) Mengenal ukuran panjang Mengenal ukuran berat Mengenal ukuran takaran
Tahap Pembinaan
Masih perlu bantuan tutor & warga belajar lainnya
Ket 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Membaca Biodata KTP Kartu keluarga Formulir Kalender Jadwal Menu masakan Resep masakan Pengumuman Tulisan orang lain Surat yang ditulis orang lain Daftar Keluarga Kuitansi/faktur Iklan Membaca pada label Petunjuk kegiatan Rambu-rambu lalu lintas sederhana
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Menulis Nama anggota keluarga Biodata/KTP Kartu keluarga Formulir Menulis benda-benda yang kecil Menulis surat sederhana Kegiatan sehari-hari Resep masakan Pembukaan sederhana Karangan/artikel sederhana Petunjuk kegiatan ketrampilan tertentu Daftar kebutuhan sehari-hari Menulis rencana kegiatan
berhitung 1. Mengisi kwitansi bilangan 2. Membuat daftar belanja 3. Membuat kalkulasi harga 4. Membuat kalkulasi keuntungan 5. Membuat pembukuan sederhana 6. Mengukur panjang kayu ,luas tanah,membuat pola bju 7. Menimbang barang dagangan 8. Mengukur takaran minyak,beras dan
Perlu sedikit bantuan dari tutor
36
17. Buku agama
lain-lain 9. Mengambil uang dibank,dan lembaga keuangan lainnya 10. Meminjam uang dari bank atau lembaga keuangan lainnya 11. Membuat arisan yang sederhana dikoperasi
Tahap Pelestarian
Ket 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Membaca Membaca suratsurat pribadi Membaca surat kabar (bagian tertentu) Membaca majalah tertentu Membacakan suatu bahan bacaan kepada anak-anak Membaca catatan/surat dari dan untuk sekolah Membaca buku hiburan (jenis:petualangan,mi steri,roman,sejarah, dan buku-buku Membaca buku-buku untuk mendapatkan informasi (kisah nyata,pekerjaan,anak anak,kesehatan,agam a,hobby & hiburan dll.
1. 2. 3. 4.
5. 6.
7.
8.
Menulis Menulis atau mengisi formulir Menulis suratsurat pribadi Meningkatkan kemampuan tulisan tangan Menuliskan surat untuk keperluan sekolah anak Menulis keperluan diri sendiri (seperti:jurnal atau catatan harian, pengalaman diri,nasehat pendapat,lapora n yang pernah dibacanya,riway at hidup,ceritacerita sajak &syair lagu) Menulis catatan-catatan atau surat dari dan atau kerelasi kerja Menulis laporan pekerjaan dan pengumuman
1. 2. 3. 4.
berhitung Menghitung kebutuhan rumah tangga Menghitung kebutuhan kesehatan Menghitung kebutuhan sekolah Menghitung kebutuhan modal usaha (membuat proposal)
Warga belajar tidak memerl ukan bantuan tutor
37
3. Metode Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Metode Pembelajaran yang digunakan pada program Keaksaraan Fungsional
adalah metode partisipatif,53 Pendidikan partisipatif dapat
diartikan sebagai proses pendidikan yang melibatkan semua komponen pendidikan. Khususnya peserta didik. Model pendidikan seperti ini bertumpu terutama pada nilai-nilai demokrasi, pluralisme, dan kemerdekaan manusia (peserta didik).Dengan landasan nilai-nilai tersebut, fungsi guru (pendidik) lebih sebagai fasilitator yang memberikan ruangan seluasnya bagi peserta didik untuk berekspresi, berdialog, dan berdiskusi,54 dimana tutor harus mampu melibatkan warga belajar untuk berpartisipasi secara aktif dalam mengumpulkan, menganalisa, menyimpulkan dan memformulasikan ide atau informasi yang telah dimiliki warga belajar. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk merangsang
warga belajar
untuk dapat berdiskusi tentang
kebutuhan, keinginan, dan minat warga belajar55 Metode Pembelajaran Partisipatif diantaranya adalah : a. Melibatkan warga belajar dalam pembuatan bahan-bahan belajar b. Menciptakan suatu rencana belajar yang didasarkan pada topik-topik yang diminati warga belajar.
53
Ibid, 4. Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif (yogyakarta: safiria insania press, 2004, 4. 55 Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2003, 15 54
38
c. Mempereoleh dan menggunakan bahan-bahan belajar (yang berasal dari
kehidupan sehari-hari) dalam kegiatan
membaca,menulis dan
berhitung. d. Membantu warga belajar membuat sendiri rencana dan proposal warga belajar untuk kegiatan belajar dan kegiatan pengembangan e. Membantu warga belajar untuk menganalisa, memecahkan masalah.56 4. Proses atau pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar a. Awal Kegiatan belajar 1) Mengabsen warga belajar dan mencari informasi tentang warga belajar yang tidak masuk 2) Menjelaskan intisari pelajaran dari pertemuan sebelumnya 3) Menjelaskan topik dan isi pelajaran yang lalu yang belum dipahami warga belajar 4) Membahas pekerjaan rumah, kalau ada 5) Menjelaskan topik dan isi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan ini b. Proses Kegiatan Belajar 1) Mengusahakan bahan belajar dan sarana belajar untuk : a) Warga belajar : Modul Pembelajaran Keaksaraan Fungsional, buku pelengkap seperti buku paket A dan pelengkap lainnya, buku tulis, pensil 56
Ibid., 15.
39
b) Tutor: Pedoman Tutor,buku tulis,pensil dan pulpen c) Kelopok belajar: Tempat, papan tulis, lampu d) Sarana belajar: Alat bahan untuk ketrampilan e) Sarana administrasi: Buku induk warga belajar, buku tamu, buku administrasi keuangan 2) Menetapkan alat peraga seperti kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat, permainan simulasi 3) Menetapkan metode atau cara untuk mengajar suatu topik tertentu. Misalnya : a) Tutor membaca-warga belajar menirukan b) Tutor menulis-warga belajar menyalin c) Tutor
menugaskan
seorang
warga
belajar,
yang
lain
memperhatikan kemudian menirukan d) Mengulang-ulang metode tersebut dengan beberapa selingan pertanyaan
atau
penjelasan
kepada
warga
belajar
untuk
mempermudah pemahaman e) Sambil mengajar tutor memperhatikan siapa saja diantara warga belajar yang nampaknya masih mengalami kesukaran, dan siapa yang sudah lancar. Warga belajar yang mengalami kesulitan perlu dibimbing dengan cara yang simpatik (menyenangkan) bimbingan tersebut dapat dilakukan oleh warga belajar lain yang sudah mengerti
40
f) Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan warga belajar (diselingi dengan humor, memberikan pujian bagi yang berhasil dan memberikan teguran dengan simpatik bagi yang kurang disiplin. g) Setelah selesai belajar mengulang isi pokok pelajaran hari itu, mengadakan penilaian formatif dalam bentuk lisan maupun tulisan dan memberikan tugas warga belajar dengan pekerjaan rumah untuk membaca, menulis dan menghitung serta menganjurkan agar warga belajar giat belajar dirumah dengan anak, kakak, suami atau saudara lainnya.57 c. Pelaksanaan Administrasi Kelompok Belajar Selain melaksanakan kegiatan belajar mengajar tutor juga melaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : 1) Mengisi buku absensi warga belajar datang dan pulang 2) Mengisi buku absensi tutor 3) Menyiapkan buku tamu apabila ada kunjungan dari tim unit pelaksana atau tamu lainnya 4) Mencatat alat, bahan, sarana atau prasarana belajar yang dimiliki kelompok pada buku inventaris kejar 5) Mencatat dan mengisi buku induk warga belajar pada buku kemajua belajar warga belajar 57
Petunjuk teknis penyelenggaraan pemberantasan buta aksara 1996, 16.
41
6) Mencatat kegiatan belajar mengajar setiap pertemuan pada buku kegiatan belajar. Hal yang dicatat meliputi :Topik yang dibahas dan Masalah yang dihadapi.58 5. Strategi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.59 Adapun strategi yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional meliputi: a. Memberikan pembekalan kepada warga belajar b. Memberikan dorongan kepada warga belajar c. Memberikan ketrampilan membaca, menulis dan menghitung d. Memberikan semangat kepada warga belajar dengan cara memberikan selingan pada waktu pembelajaran. e. Memberikan alat tulis kepada warga belajar dan memberikan penilaian yang bisa menyelesaikan dengan benar.60 6. Kurikulum Kurikulum adalah segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi didalam maupun diliuar 58
Ibid., 17. Djuju Sudjana, strategi pembelajaran (Bandung: falah production,2000), 5 60 Hasil wawancara dengan bapak Djumali, tanggal 12 Februari 2007. 59
42
sekolah atau pengalaman yang potensial yang diberikan oleh sekolah dengan tujuan agar anak dan pemuda dibiasakan berfikir dan berbuat menurut tempat atau kelompok masyarakat.61 Adapun kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional meliputi : a. Pengenalan huruf vokal
(a,i,u,e,o), mengenalkan huruf konsonan
(a,b,c,d,e),merangkai huruf menjadi kata dan membaca kalimatdengan memperhatikan
tanda
baca.selanjutnya
diteruskan
dengan
memperkenalkan tanda baca dengan bunyi yang tepat b. Melatih dan membiasakan warga belajar dalam menulis kata dan kalimat menggunakan huruf besar dan kecil kemudian menulis kalimat tanpa bantuan orang lain c. Pengenalan angka misalnya: mengenal angka satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan selanjutnya diteruskan dengan memperkenalkan ketrampilan dimana warga belajar akan dilatih berbagai ketrampilan membuat makanan yang nantinya akan membantu ekonomi mereka.62
61
117
62
Imansjah Alipandi, Didaktik, Metodik Pendidikan Umum(Surabaya: usaha nasional, 1984),
Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2003, Form. 8.
43
7. Bahan Belajar a. Bahan Belajar Bahan belajar untuk warga belajar yang berupa: 1) Pedoman Tutor/Penyelenggara 2) Modul keaksaraan . 3) Bahan/Alat Ketrampilan 4) Semua bahan belajar yang ada disekitar warga belajar seperti: buku cerita puisi, lagu, majalah, Koran, TV, radio, surat, kalender, riwayat hidup, silsilah keluarga, dan lain-lain. b. Bahan Belajar Muatan Lokal 1) Bahan belajar lokal yang dibuat instansi sekitar maupun yang dibuat oleh warga belajar sendiri 2) Penggunaan bahan belajar disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar.63 8. Pendekatan Keaksaraan Fungsional Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendekatan adalah 1) proses cara, perbuatan mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah pendidikan.64
63
Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2003, 8 64 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamu Besa Bahasa Indonesia, 246.
44
Pendekatan
yang
digunakan
dalam
pembelajaran
keaksaraan
fungsional menggunakan pendekatan partisipatif. Dengan asumsi bahwa masyarakat setempat sebagai kelompok sasaran pendidikan ini terlibat dalam pelaksanaan
fungsi-fungsi
manajemen
program,
yaitu
perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan, penelitian dan pengembangan program yang dapat memenuhi kebutuhan belajar mereka.65 9. Kalender Akademik dan Jumlah Jam Belajar Efektif a. Penentuan kalender akademik disusun berdasarkan rancana belajar yang telah disepakati antara warga belajar dan tutor yang disesuaikan dengan dari masing-masing warga belajar dan tutor, format disediakan b. Kalender Akademik program Keaksaraan Fungsional dibuat berdasarkan tahun anggaran baru per 1 Januari sd. Desember (selama 1 tahun) yang disusun oleh tutor, penyelenggara
dibawah
pengawasan
peniilik
PLS, Pendidikan Masyarakat dan diketahui Kasubdin Pendidikan Luar Sekolah Kabupaten / Kota. c. Proses Pembelajaran diselenggarakan selama 6 (enam} bulan. d. Evaluasi akhir dilaksanakan pada akhir bulan ke 6 (enam) setelah pelaksanaan pembelajaran.
65
Pokja Pendidikan berbasis masyarakay, sebuah usulah program “Dalam Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah”, 2000-2001.
45
e. Jumlah jam belajar efektif. Kegiatan tutorial dilaksanakan minimal 3 kali seminggu @ 3 jam.Diluar tutorial warga belajar harus belajar mandiri dengan bantuan dari keluarga atau orang lain.66 10. Standar kompetensi Keaksaraan Fungsional Standar Kompetensi disusun sesuai dengan tiga tahap Keaksaraan Fungsional : a. Tahap Pemberantasan adalah Tahap Keaksaraan Dasar, dimana warga belajar
yang belum memiliki
pengetahuan
dasar tentang menulis,
membaca dan berhitung tetapi telah memiliki pengalaman yang dapat dijadikan kegiatan Pembelajaran. b. Tahap Pembinaan Kemampuan Fungsional adalah tahap lanjutan, dimana warga belajar yang telah dapat membaca, menulis dengan lancer serta memiliki pengalaman, tetapi perlu meningkatkan kemampuan fungsional dalam kehidupannya sehari-hari. c. Tahap Pelestarian adalah tahap mandiri, warga belajar telah memiliki pengetahuan dan pengalaman serta ketrampilan fungsional untuk dapat memecahkan
masalah
sendiri. Warga belajar
dan mencari tahap ini
informasi
isi serta narasumber
dapat menghimpun
Kelompok Belajar Usaha (KBU), Ketrampilan dan lain-lain.67
66 67
Ibid., 10. Ibid., 20.
diri dalam
46
Adapun mengenai ketiga tahap itu adalah : Tahap pemberantasan
pembinaan
Pelestarian
Percaya Diri Tergant ung
Saling bantu
Metode
Membaca
Menulis
Penerapan
- perlu bantuan dari tutor dan warga belajar lain untuk melakukan semua kegiatan
- Belajar membaca melalui PPB (kalimat yang diucapkan sendiri)
- Belajar menggamb ar & menulis tentang kehidupan sehari-hari
Perlu bantuan dalam proses membuat rencana dan mencari sumber lokal
- Mengembangkan kemampuan fungsional melalui praktek menggunkan membaca,menulis,men ghitung dalam kehidupan sehari-hari
- Dapat membaca bahan sederhana tanpa bantuan
- Dapat menulis satu paragraph tentang pengalama n seharihari tanpa bantuan belajar jenis tulisan dari kehidupan
Dapat memberi ide & gagasan untuk membu-at rencana – belajar
- Mengembangkan kemampuan dan pengetahuan melalui membaca bahan bacaan yang diminati
Ikut kegiatan Kejar secara aktif
Mandiri - Mampu mendapatkan informasi dari instansi
- Dapat membaca secara biasa
- Dapat menganalisa pengalaman
-
- Dapat belajar secara mandiri - Dapat membantu orang lain belajar
Dapat mencari informasi yang ditulis dilingkungan sekitar
- Membaca dirumah dan mendorong anak-anak membaca
- Dapat mengisi semua jenis formulir,m enulis catatan keluarga, surat proposal,pe tunjuk dll
Dapat memikirkan ide dan membuat rencana sendiri melakukan kegiatan membaca,m enulis, dan menghitung yang terkait
47
D. Evaluasi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi 1. Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah suatu cara mengukur hasil dari kegiatan pendidikan.68 Sedangkan Penilaian atau evaluasi meliputi : a. Keaktifan warga belajar b. Kemajuan warga belajar c. Tes mingguan diambil dari materi yang telah dipelajari d. Menyelenggarakan tes setelah selesai pelaksanaan program keaksaraan fungsional untuk mendapatkan STSB e. Mengadministrasikan setiap hasil tes.69 2. Penilaian awal, penilaian selama proses pembelajaran dan penilaian akhir pembelajaran. a. Penilaian awal bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan warga belajar yang sudah ada,serta mencari informasi tentang minat dan kebutuhan
belajar
agar
kegiatan
pembelajaran
sesuai
dengan
kemampuan dan kebutuhan warga belajar.penilaian sebelum proses pembelajaran dilakukan dengan format penilaian awal dilakukan melalui wawancara dan observasi untuk menilai kemampuan awal membaca, menulis, dan berhitung
68 69
Suprijanto,Pendidikan Orang Dewasa,(Jakarta: PT Bumi Aksara,2007 ),209 Petunjuk teknis pelaksanaan program pemberantasan buta huruf tahun 1994/1995, 17.
48
Proses penilaian awal : 1. Wawancara dilakukan oleh tutor dengan menyiapkan daftar pertanyaan untuk warga belajar tentang biodata dan informasi ketrampilan yang telah dimiliki oleh warga belajar tersebut 2. Menilai kemampuan menulis 3. Menilai kemampuan membaca 4. Menilai kemampuan berhitung b. Penilaian selama proses pembelajaran Penilaian
selama
proses
pembelajaran
mengetahui kemajuan belajar warga belajar serta
berfungsi
untuk
membantu tutor
membuat rencana proses pembelajaran selanjutnya yang sesuai dengan kemampuan warga belajar. c. Penilaian akhir pembelajaran Penilaian akhir program dilaksanakan untuk menentukan keberhasilan yang dicapai warga belajar.penilaian ini berupa ujian tertulis yang berhubungan dengan membaca, menulis, dan berhitung.70
70
Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur, Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun,2003,16
49
BAB III IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DESA WONOKERTO KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI
A.
Data Umum Tentang
Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Desa
Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi 1.Sejarah berdirinya. Sejarah berdirinya pembelajaran keaksaraan fungsional yang berlokasi di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Jawa Timur dilatar belakangi oleh keadaan buta aksara usia 10- 44 tahun yang melanda masyarakat Indonesia khususnya di Desa Wonokerto ini adalah lumbungnya buta aksara dan
sekarang ini banyak sekali
masyarakat yang tidak bisa membaca, menulis, dan menghitung terutama kelompok miskin yang tidak hanya buta huruf saja tetapi juga ada yang sekolah tapi putus ditengah jalan atau drop aut. Semuanya disebabkan karena adanya a. Sumber daya manusia / SDM yang terlalu rendah b. Pemahaman tentang pendidikan kurang c. Tidak punya dana untuk sekolah/ekonomi yang tidak mampu
50
d. Masyarakat banyak yang menganggap baca tulis sedikit–sedikit sudah cukup apalagi wanita sekolah tinggi-tinggi tidak perlu karena yang namanya wanita pasti akan menjadi ibu rumah tangga sehingga banyak sekali wanita yang buta huruf atau tidak bisa membaca, menulis dan menghitung. Sumber daya manusia/ SDM yang terlalu rendah menjadi awal sumber bentuk kemiskinan, orang yang buta huruf sulit berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan dan orang yang tidak tahu pendidikan baik membaca dan menulis akan sulit mencari pekerjaan. Untuk mengangkat SDM yang terlalu rendah maka pemerintah mencanangkan
program pemberantasan buta aksara yang berdiri atas
perintah dari Dinas pendidikan lewat pendidikan luar sekolah (PLS) yang ditangani oleh penyelenggara daerah (PD) Aisyah Ngawi yang bekerjasama
dengan
pendidikan
luar
kedunggalar selanjutnya memberikan
sekolah
wewenang
(PLS)
kecamatan
kepada organisasi
Aisyah Assalam yang diawali ± tahun 2003-2008 yang dibagi menjadi beberapa kelompok secara merata dengan maksud tujuannya agar bisa membaca, menulis, dan menghitung.71
71
ini.
Lihat Transkrip Wawancara 01/1-W/F-1/7-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
51
2.
Letak geografis Pelaksanaan
pembelajaran
keaksaraan
fungsional
di
Desa
Wonokerto dengan jarak rata- rata 4 km sebelah timur dari Kecamatan Kedunggalar atau kurang lebih 15 km sebelah barat dari Kota Ngawi yang tersebar menjadi beberapa kelompok tepatnya di Dusun Sumber Agung, Pudak , Sendang Rejo, Sendang Embes dan Wonorejo.
3.
-
Sebelah timur dibatasi :Desa Gemarang
-
Sebelah selatan dibatasi : Desa Pelang Kidul
-
Sebelah barat dibatasi : Desa Jenggrik
-
Sebelah Utara dibatasi : Desa Gemarang.72
Struktur Organisasi Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam bentuk program kerja pembelajaran keaksaraan fungsional Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi maka disusunlah struktur organisasi dengan harapan tugas yang telah dibebankan sesuai dengan jabatan dan tanggung jawabnya masing–masing dapat dilaksanakan dengan baik adanya koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaannya sehingga tidak tumpang tindih untuk mewujudkan hal tersebut disusunlah stuktur organisasi yang dapat dilihat ditabel berikut ini : 73
ini ini
72
Lihat Transkrip Dokumentasi 01/D/F-2/7.II/2007 Dalam lampiran laporan hasil penelitian
73
Lihat Transkrip Dokumentasi 02/D/F-2/7.II/2007 Dalam lampiran laporan hasil penelitian
52
STRUKTUR ORGANISASI KEJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL
PENILIK PLS / DIKMAS
PENYELENGGARA
PENGELOLA
TUTOR
KEJAR
Keterangan : : Koordinasi : Laporan : Pembinaan
KEJAR
KEJAR
53
4. Mekanisme Penyelenggara Program Keaksaraan Fungsional Penyelenggaraan program Keaksaraan Fungsional diatur sebagai berikut : a. Tingkat Propinsi Kabupaten/Kota Berdasarkan kewenangan propinsi. Kabupaten /Kota dalam penyelenggaraan program Keaksaraan fungsional, terkait dukungan dana yang bersumber dari Anggaraan Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaraan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) I dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah II, Maka pemerintah propinsi, kabupaten/ kota membantu mempersiapkan hal–hal sebagai berikut : 1) Menyiapkan bahan belajar 2) Menyiapkan kurikulum/ materi program Keaksaraan Fungsional 3) Menyiapkan dana belajar 4) Menyiapkan honor, tutor dan penyelenggara program 5) Mengadakan pelatihan tutor 6) Mengadakan pemantauan dan evaluasi akhir untuk setiap tahap pemberantasan, pembinaan dan pelestarian 7) Pengadaan dan pengiriman STSB bagi seluruh warga belajar kejar keaksaraan fungsional (KF) melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau P dan K kecamatan
54
8) Membuat dan menyampaikan laporan sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan dan lamanya sesuai dengan kewenangannya. b. Tingkat Kecamatan Penilik PLS/ Dikmas berkewajiban : 1) Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan camat, Kepala cabang dinas
kecamatan
dan
organisasi
kemasyarakatan
yang
ada
dikecamatan sebagai mitra kerja dalam membantu pemberantasan buta aksara 2) Mengadakan rapat koordinasi dan konsultasi tersebut pada point satu (1) untuk menyusun rencana program dan sasaran keaksaraan fungsional diwilayah kecamatan 3) Mengadakan pendataan calon penyelenggara, pengelola program keaksaraan
fungsional
dari
masing–masing
organisasi
kemasyarakatan, pondok pesantren, dan LSM 4) Mengadakan
identifikasi
dan
seleksi
bersama-sama
calon
penyelenggara (organisasi, pondok pesantren dan LSM) untuk memperoleh data calon warga belajar, tutor dan tempat belajar secara pasti untuk masing-masing Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional
55
5) Merakapitulasi
hasil
identifikasi/ seleksi program Keaksaraan
Fungsional yang selanjutnya mengusulkan ke Kabupaten /Kota. Kasubdin atau Kepala Subsi Dinas Pendidikan Luar Sekolah 6) Bersama- sama calon penyelenggra/ pengelola : a) Mempersiapkan pembentukan Kejar Keaksaraan Fungsional, sesuai dengan lokasi/ sasaran masing-masing (sasaran yang telah ditetapkan bersama) b) Melaksanakan proses pembelajaran Keaksaraan Fungsional secara serentak atau giliran dimasing-masing desa diwilayah kerjanya c) Mendistribusikan sarana prasarana dari propinsi ke Kabupaten/ Kota untuk kebutuhan warga belajar dimasing-masing kelompok d) Melakukan
monitoring
kegiatan
pembelajaran
Keaksaraan
Fungsional secara berkesinambungan bertahap dan bergilir e) Menyusun dan mengirimkan laporan keatasan langsung sesuai dengan mekanisme pelaporan sebagai berikut :744
74
ini
Lihat Transkrip Dokumentasi 03/D/F-2/8.II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
56
MEKANISME PELAPORAN PENYELENGGARAAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL
DEPDIKNAS DIRJEN PLS/PLSP ORGANISASI/LEMBAGA TK. PUSAT
GUBERNUR
ORGANISASI/LEMBAGA TK. PROPINSI
DINAS P DAN K PROPINSI SUBDIN PLS
ORGANISASI/LEMBAGA TK. KAB./KOTA
DINAS P DAN K KAB/KOTA SUBDIN PLS
ORGANISASI/LEMBAGA TK. KECAMATAN
CABDIN P DAN K KEC. PENILIK PLS/DIKMAS
PENYELENGGARA (ORG/LEMB. MASY DLL)
PENGELOLA Keterangan : : Kunsultasi : Koordinasi : Laporan : Pembinaan
KEJAR
57
5. Fasilitas Kegiatan Belajar Mengajar Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama penelitian, fasilitas yang dimiliki dalam pembelajaran keaksaraan fungsional desa wonokerto kecamatan kedunggalar kabupaten Ngawi. Dalam rangka penunjang proses belajar mengajar didukung dengan sarana dan prasarana yaitu adanya sarana belajar yang diperlakukan untuk proses pembelajaran ditentukan oleh kemampuan dan minat warga belajar sendiri,sarana administrasi untuk kelancaran pelaksanaan program pembelajaran keaksaraan fungsional, tempat belajar bagi warga belajar dan bahan belajar yang ada disekitar warga belajar untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :75 Sarana Belajar Sarana Administrasi 5) meja kursi 11) Daftar hadir 6) buku dan alat warga belajar tulis 12) Daftar hadir 7) buku bacaan tutor 8) buku hitung 13) Buku tamu 9) tape recorder 14) Buku 10) peralatan administrasi untuk praktek kelompok belajar 15) Rencana kegiatan keaksaraan fungsional 16) Jadwal belajar/pertemuan 17) Buku induk warga belajar 75
ini.
Tempat Belajar 21) Menggunakan atau meminjam rumah penduduk 22) Bangunan desa atau pemerintah dan bangunan yayasan 23) Berada dipusat atau sekitar tempat tinggal warga belajar
Bahan Belajar 24) Buku cerita 25) Buku catatan 26) Buku tabanas 27) Kalender 28) Jam 29) Riwayat hidup 30) Kitab suci 31) Kwitansi 32) Perangko 33) Kartu pertumbuhan anak 34) Kartu tanda penduduk ( KTP ) 35) Kartu menuju sehat (KMS) dll.
Lihat Transkrip Dokumentasi 04/D/F-2/8.II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
58
18) Buku kas 19) Buku induk tutor 20) Buku harian untuk menulis laporan kemajuan warga belajar tiap bulan (buku perkembangan warga belajar) 6. Keadaan Tutor Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.Memiliki tutor berjumlah 5 semuanya adalah guru negeri, mereka diberi tugas untuk mengajar warga belajar yang ikut dalam program pembelajaran keaksaraan fungsional yang ada didesa wonokerto.untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :76 No
Nama Tutor
Status
Nama Kejar
Alamat
Dwi Astuti, Spd.
Guru NIP
Melon
Sendang Embes
Samidi, Spd
Guru NIP
Semangka
Sendang Rejo Lor
3
Esty Grib.k, Spd
Guru NIP
Apel
Sumber Agung
4
Djumali, A.ma.pd
Guru NIP
Durian
Wonorejo
5
Budiono, Spd
Guru NIP
Jeruk
Pudak
1 2
7. Keadaan warga belajar 76
ini
Lihat Transkrip Dokumentasi 05/D/F-2/10.II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
59
Keadaan warga belajar pada Pembelajaran Keaksaraan Fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2006/2007 yang terdaftar berjumlah 49 warga belajar dengan perincian lakilaki 26 dan perempuan 24. Untuk data nama warga belajar lihat lampiran. Tabel jumlah warga belajar pada masing-masing kelompok kejar sebagai berikut ini :77 No
Kelompok Kejar
Laki-Laki
Perempuan
Pekerjaan
Alamat
1
Melon
5
5
Tani
Sendagembes
2
Durian
4
6
Tani
Wonorejo
3
Semangka
6
4
Tani
Sendangrejo Lor
4
Apel
6
4
Tani
Sumberagung
5
Jeruk
5
5
Tani
Pudak
26
24
-
JUMLAH
-
B. Data Khusus Tentang Model Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi 1.
Perencanaan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Perencanaan adalah menyusun langkah yang akan di laksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan perencanaan dapat disusun 77
ini.
Lihat Transkrip Dokumentasi 06/D/F-2/9.II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
60
berdasarkan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan fungsional
pembuat
perencanaan.
merupakan
kegiatan
Perencanaan awal
yang
program
keaksaraan
dilakukan
untuk
memperhitungkan tentang kelayakan sasaran yang harus dilayani serta dukungan-dukungan lain yang diperlukan guna mencapai tujuan program. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan atau direncanakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Adapun perencanaan itu adalah sebagai berikut : a. Menentukan waktu dan jadwal belajar Proses perencanaan dilakukan jauh hari sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai antara tutor dan warga belajar menentukan waktu dan jadwal belajar yaitu dilaksanakan malam hari dimulai jam 18.0021.00 WIB dan pelaksanaannya 1 minggu 2 kali. Hal ini dijelaskan oleh ibu Kunti sebagai ketua Yayasan ‘Aisyah Assalam bahwa : Sebelum dimulainya proses belajar mengajar tutor bersama warga belajar menentukan waktu dan jadwal belajar yaitu dilaksanakan malam hari dimulai 78 jam 18.00-21.00 WIB dan pelaksanaanya dilaksanakan 1 minggu 2 kali.
Selain keterangan dari ibu Kunti ada informasi dari bapak Budiono tentang jadwal praktek ketrampilan, sebagai berikut : Jadwal pelaksanaan praktek ketrampilan dilaksanakan malam hari jam 18.0079 21.00 WIB dilaksanakan 1 minggu 1 kali.
78
ini.
Lihat Transkrip Wawancara 03/1-W/F-1/7.II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
61
b. Menyiapkan bahan dan sarana belajar Dalam pembelajaran keaksaraan fungsional antara tutor dan warga belajar menyiapkan bahan dan sarana belajar berupa papan tulis, kapur, penghapus dan ruang belajar. Hal ini dijelaskan oleh bapak Budiono sebagai tutor bahwa : Sebelum mengajar perlu menyiapkan bahan dan sarana belajar yang digunakan oleh tutor dan warga belajar yaitu papan tulis, kapur, penghapus, dan ruang belajar.80
Selain keterangan dari bapak Budiono ada informasi dari bapak Samidi tentang bahan dan sarana belajar pada pembelajaran keaksaraan fungsional, sebagai berikut : Bahan dan sarana belajar berupa papan tulis, kapur, penghapus dan ruang belajar juga berupa tape recoder untuk memberikan semangat kepada warga 81 belajar pada waktu pembelajaran.
Dari keterangan-keterangan diatas dapat diketahui bahwa tutor dan warga belajar sebelum belajar mengajar harus menyiapkan bahan
ini. ini. ini.
79
Lihat Transkrip Wawancara 07/1-W/F-1/9-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
80
Lihat Transkrip Wawancara 08/1-W/F-1/9-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
81
Lihat Transkrip Wawancara 10/1-W/F-1/10-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
62
dan sarana belajar berupa papan tulis, kapur, penghapus, ruang belajar dan tape recorder.
c. Merencanakan topik (pokok bahasan ) yang akan diajarkan Tutor dan warga belajar merencanakan topik (pokok bahasan) yang akan diajarkan yaitu memberikan ketrampilan membaca misalnya membaca kalimat dengan memperhatikan tanda baca, merangkai huruf menjadi kata, merangkai kata dengan cepat dan tanpa dieja, dan lainlain. Memberikan ketrampilan menulis misalnya : menulis kalimat dengan menggunakan huruf besar dan kecil, menulis kalimat tanpa bantuan orang lain, menulis kalimat dengan menggunakan tanda baca dan lai-lain. Memberikan ketrampilan menghitung misalnya menghitung bilangan dengan menggunakan perkalian, tambah dan bagi. Hal ini dijelaskan dengan bapak Budiono, bapak Djumali dan ibu Estik : Dalam pembelajaran keaksaraan fungsional tutor dan warga belajar merencanakan topik (pokok bahasan) yang akan diajarkan yaitu memberikan ketrampilan membaca, menulis, dan menghitung. 82 Tutor dan warga belajar merencanakan topik (pokok bahasan) yang akan diajarkan, misalnya membaca kalimat dengan memperhatikan tanda baca dan merangkai huruf menjadi kata , menulis kalimat dengan menggunakan huruf
82
ini.
Lihat Transkrip Wawancara 08/1-W/F-1/9-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
63
besar dan kecil. Menghitung bilangan dengan menggunakan perkalian, tambah dan bagi.83 Bersama tutor dan warga belajar merencanakan topik (pokok bahasan) yang akan diajarkan misalnya membaca kalimat dengan tepat, menulis kalimat menggunakan tanda baca, menulis kalimat tanpa bantuan orang lain, dan menghitung bilangan dengan menggunakan penambahan dan pengurangan.84
d. Menyiapkan buku administrasi kelompok Dalam pembelajaran keaksaraan fungsional tutor dan warga belajar menyiapkan buku administrasi kelompok berupa buku absensi, buku kemajuan belajar, buku catatan, dan buku sarana dan prasarana belajar. Hal ini dijelaskan oleh ibu Estik dan bapak Samidi, sebagai berikut : Dalam pembelajaran keaksaraan fungsional tutor dan warga belajar menyiapkan buku administrasi kelompok yaitu menyiapkan buku absensi, buku kemajuan belajar, buku catatan, dan buku sarana dan prasarana belajar.85 Tutor dan warga belajar menyiapkan buku administrasi kelompok yaitu menyiapkan buku absensi warga belajar, buku tentang kemajuan belajar warga belajar dalam mengikuti pembelajaran, buku catatan warga belajar dan menyiapkan buku dan alat tulis bagi warga belajar.86
Dari keterangan-keterangan diatas, terdapat kesamaan yang intinya tutor dan warga belajar menyiapkan buku administrasi kelompok yaitu buku absensi, buku kemajuan belajar, buku catatan dan buku sarana dan prasarana belajar.
ini. ini. ini ini
83
Lihat Transkrip Wawancara 14/1-W/F-1/12-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
84
Lihat Transkrip Wawancara 12/1-W/F-1/11-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
85
Lihat Transkrip Wawancara 13/1-W/F-1/12-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
86
Lihat Transkrip Wawancara 10/1-W/F-1/10-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
64
e. Mengelompokkan warga belajar maksimal 10 orang dalam 1 kelompok. Mengelompokkan warga belajar maksimal 10 orang dalam 1 kelompok
tujuannya
dalam
belajar
bisa
efektif.
Sebagaimana
diungkapkan oleh ibu Estik dan bapak Samidi, sebagai berikut : Tutor mengelompokkan warga belajar maksimal 10 orang dengan tujuan supaya dalam belajar bisa efektif.87 Dalam mengelompokkan warga belajar 1 kelompok maksimal 10 orang tidak boleh lebih karena sudah ditentukan oleh pusat dengan tujuan supaya dalam belajar bisa efektif.88
2.
Pelaksanaan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional
Desa Wonokerto
Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Proses belajar mengajar keaksaraan fungsional adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang di lakukan oleh pelajar atau peserta didik dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing.
Pelaksanaan
pembelajaran
keaksaraan
fungsional
ini
ditarjetkan dalam jangka waktu 6 bulan, sedangkan dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5 kelompok. Dari kelima kelompok tersebut yang dua kelompok dijadikan satu. Dan setiap kelompok dibatasi 10 orang. Nama dari kelompokitu dari nama buah-buahan yaitu: kejar melon, semangka, jeruk, apel dan durian.
ini. ini.
87
Lihat Transkrip Wawancara 12/1-W/F-1/11-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
88
Lihat Transkrip Wawancara 11/1-W/F-1/10-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
65
Pelaksanaan
pembelajaran
keaksaraan
fungsional
di
Desa
Wonokerto Kecamatan Kedunggalan Kabupaten Ngawi mengandung beberapa komponen adapun beberapa komponen itu sebagai berikut :
a. Tujuan Tujuan dilaksanakan pembelajaran keaksaraan fungsional supaya warga belajar yang buta huruf mampu membaca, menulis, dan menghitung. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh bapak Samidi, sebagai berikut : Tujuan dilaksanakan pembelajaran keaksaraan fungsional supaya warga 89 belajar yang buta huruf mampu membaca, menulis, dan menghitung.
b. Materi Materi
yang
digunakan
dalam
pembelarajan
keaksaraan
fungsional menggunakan 3 tahap yaitu tahap pembinaan, tahap pemberantasan, dan tahap pelestarian yang isinya tentang ketrampilan membaca, menulis, dan menghitung. Hal ini dijelaskan oleh bapak Samidi, sebagai berikut : Materi pada pembelajaran keaksaraan fungsional menggunakan 3 tahap yaitu tahap pembinaan, pemberantasan dan tahap pelestarian yang isinya tentang 90 ketrampilan membaca, menulis dan menghitung.
c. Metode
ini. ini.
89
Lihat Transkrip Wawancara 11/1-W/F-1/10-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
90
Lihat Transkrip Wawancara 11/1-W/F-1/10-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
66
Metode yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional menggunakan metode partisipatif, dimana melibatkan semua komponen khususnya peserta didik yang sesuai dengan kemampuan warga belajar. Sebagaimana dijelaskan oleh bapak Djumali, sebagai berikut : Metode yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional menggunakan metode partisipatif, dimana melibatkan semua komponen khususnya peserta didik yang sesuai dengan kemampuan warga belajar misalnya dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan dialog.91
d. Proses belajar keaksaraan fungsional Proses belajar keaksaraan fungsional yaitu memberikan bahan pelajaran,
menetapkan
metode
dan
menetapkan
alat
peraga.
Sebagaimana dijelaskan oleh bapak Budiono, sebagai berikut : Proses belajar keaksaraan fungsional yaitu memberikan bahan pelajaran, menetapkan metode dan menetapkan alat peraga. Sedangkan bahan pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar yang ada disekitar warga belajar seperti : koran, surat, majalah, TV dan lain-lain.92
e. Strategi Strategi dalam pembelajaran keaksaraan fungsional adalah pembekalan kepada warga belajar, ketrampilam membaca, menulis, dan menghitung, memberikan bimbingan dan semangat pada warga belajar, memberikan dorongan kepada warga belajar dan memberikan penilaian pada warga belajar. Sebagaimana dijelaskan oleh bapak Djumali sebagai berikut :
ini ini
91
Lihat Transkrip Wawancara 14/1-W/F-1/12-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
92
Lihat Transkrip Wawancara 08/1-W/F-1/9-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
67
Strategi yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional adalah pembekalan kepada warga belajar, ketrampilam membaca, menulis, dan menghitung, memberikan bimbingan dan semangat pada warga belajar, memberikan dorongan kepada warga belajar dan memberikan penilaian pada warga belajar.93
f. Kurikulum Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional misalnya membaca, menulis dan pengenalan angka sebagaimana dijelaskan oleh ibu Estik, sebagai berikut : Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional adalah pengenalan huruf vokal dan konsonan, memperkenalkan tanda baca dengan bunyi yang tepat, melatih dan membiasakan warga belajar belajar dalam menulis kata dan kalimat dengan menggunakan huruf besar dan kecil, kemudian pengenalan angka mulai dari satuan, puluhan, ratusan dan ribuan.94
Dalam pelaksanaan pembelajaran ada biaya pelaksanaan sebagaimana dijelaskan oleh ibu Estik sebagai berikut : Biaya pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional semua ditanggung pemerintah dan uang tersebut sebesar Rp 3.200.000,00 dan setiap kelompoknya diberi Rp 300.000,00. 95
Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional ditargetkan dalam jangka waktu 6 bulan dengan kesepakatan pelaksanaanya secara fleksibel tutor sebagai fasilitator. Sebagaimana dijelaskan oleh ibu Kunti, sebagai berikut :
ini ini ini
93
Lihat Transkrip Wawancara 14/1-W/F-1/12-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
94
Lihat Transkrip Wawancara 12/1-W/F-1/11-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
95
Lihat Transkrip Wawancara 13/1-W/F-1/12-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
68
Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional ditargetkan dalam jangka waktu 6 bulan dengan kesepakatan pelaksanaanya secara fleksibel tutor sebagai fasilitator dan dilaksanakan bebas dan santai misalnya dibolehkan membawa anak, dibolehkan merokok, dan dibolehkan sambil lesehan. 96
Untuk lebih memperkuat pendapat dari hasil wawancara maka penulis observasi. Adapun observasi adalah sebagai berikut : a.
Ditempat bapak Samidi dengan kejar melon dan semangka sebagai berikut : Pembelajarannya dilaksanakan malam Rabu dan malam Sabtu jam 19.0021.00 WIB. Materi yang disampaikan adalah tentang pengenalan huruf abjad dari huruf a-z . Warga belajar disuruh untuk menghafalkan dan menulis huruf abjad tersebut.97
b.
Ditempat ibu Estik dengan kejar apel sebagai berikut : Pembelajaran dilaksanakan pada malam Jum’at dan malam Selasa jam 18.00-21.00 WIB. Materi yang disampaikan adalah membaca buku bacaan yaitu balonku ada lima. Untuk lebih mudahnya dilakukan dengan menyanyi. 98
c.
Ditempat bapak Djumali dengan kejar durian sebagai berikut : Pembelajarannya dilaksanakan pada malam Senin dan malam Kamis jam 18.00-20.00 WIB. Materi yang disampaikan adalah menyusun huruf menjadi kata misalnya d-p-e-a-s-e dibaca sepada. Warga belajar pertama merasa kesulitan tetapi setelah dijelaskan berulang-ulang oleh tutor akhirnya bisa.99
d.
Ditempat bapak Budiono dengan kejar jeruk sebagai berikut : Pembelajaran dilaksanakan pada malam senin dan malam selasa jam 18.3020.30 WIB. Materi yang disampaikan adalah membaca bilangan kurang dari 10.000. Misalnya 6251 dibaca enam ribu dua ratus lima puluh satu. Warga belajar disuruh membaca secara bergantian kemudian disuruh menulis.100
96
ini.
97
Lihat Transkrip Wawancara 04/1-W/F-1/7-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
Lihat Transkrip Observasi 02/O/F2/3-III/2007 dalam lapiran laporan hasil penelitian ini. Lihat Transkrip Observasi 04/O/F2/12-III/2007 dalam lapiran laporan hasil penelitian ini. 99 Lihat Transkrip Observasi 03/O/F2/8-III/2007 dalam lapiran laporan hasil penelitian ini. 100 Lihat Transkrip Observasi 05/O/F2/15-III/2007 dalam lapiran laporan hasil penelitian ini. 98
69
Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional tidak hanya materi saja tetapi ada praktek ketrampilan seperti ditempat ibu Estik, sebagaimana berikut ini : Praktek membuat kacang telur, warga belajar pertama menyiapkan bahan dan alatnya. Kedua warga belajar disuruh menghitung harga 1 Kg gula, tepung, telur, dan kacang. Kemudian dijumlahkan dan selanjutnya warga belajar disuruh menggoreng kacang telur tersebut.101
Selain
dari
hasil
observasi
diatas,
pada
saat
pelaksanaan
pembelajaran keaksaraan fungsional dapat dilihat pada hasil dokumentasi.
C. Evaluasi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Berhasil tidaknya dalam pembelajaran dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkan jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil tetapi jika sebaliknya maka ia dinilai gagal. Evaluasi pada pembelajaran keaksaraan fungsional ini setiap 1 minggu sekali ada evaluasi sederhana yang diadakan oleh tutor sebagaimana dijelaskan oleh bapak Samudi, sebagai berikut : Evaluasi pada pembelajaran keaksaraan fungsional ini setiap 1 minggu sekali diadakan evaluasi sederhana yang diadakan oleh tutor dari materi yang telah dipelajari. Soalnya sederhana tidak boleh memberatkan warga belajar. 102
Evaluasi akhir dilaksanakan setelah akhir pembelajaran selama enam bulan. Dalam ujian tersebut didatangi dari Diknas, Pendidikan Luar Sekolah 101 102
Lihat Transkrip Observasi 06/O/F2/20-III/2007 dalam lapiran laporan hasil penelitian ini Lihat Transkrip Dokumentasi 08/D/F-2/3.III/2007 dalam lampiran hasil penelitian ini.
70
(PLS) Ngawi, PLS Kedunggalar dan dari organisasi yayasan Aisyah As-Salam. Sebagaimana dijelaskan oleh bapak Budiono, sebagaimana berikut ini : “Evaluasi akhir dilaksanakan oleh diknas materinya 22 point. Pelaksanaan evaluasi dijadikan dua hari. Satu hari ujian tulis dan satu hari ujian praktek. Ujiannya dimulai 103 jam 14.00-16.00 di SD Wonokerto empat.” Target penilaian evaluasi sederhana ditentukan oleh tutor. Sebagaimana dijelaskan oleh bapak Budiono, sebagai berikut : “Target penilaian Kurang.”104
evaluasi sederhana adalah
8-10 : Baik,
5-7 : Cukup, 1-4 :
Tingkat keberhasilan warga belajar dalam membaca, menulis dan menghitung adalah 75% sebagaimana dijelaskan oleh ibu Kunti sebagai berikut : “Tingkat keberhasilan warga belajar dalam membaca, menulis dan menghitung adalah 75% minimal bisa membaca dan menulis namanya sendiri walaupun tidak selancar 105 kita.” Selain ungkapan dari tutor diatas, ada penjelasan dari beberapa warga belajar diantaranya bapak Sukiran, Samiran, dan Sutopo, sebagaimana berikut ini : “Sebelumnya saya tidak bisa membaca, menulis dan menghitung sekarang menjadi bisa, setelah mengikuti pembelajaran keaksaraan fungsional ini kayaknya saya terlahir kembali, saya senang sekali mengikuti pembelajaran keaksaraan fungsional ini, kemudian 106 sekolah macam begini kok adanya pas ketika saya sudah tua.”
103
Lihat Transkrip Wawancara 09/1-W/F-1/10-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 104 Lihat Transkrip Wawancara 06/1-W/F-1/9-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 105 Lihat Transkrip Wawancara 02/1-W/F-1/7-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 106 Lihat Transkrip Wawancara 15/1-W/F-1/13-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
71
Selain dari hasil wawancara diatas, pada saat evaluasi di SDN Wonokerto 4 dapat dilihat pada hasil dokumentasi.107
107
Lihat Transkrip Dokumentasi 10/D/F-2/16.V/2007 dalam lampiran hasil penelitian ini.
72
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DESA WONOKERTO KECAMATAN KEDUNGGALAR KABUPATEN NGAWI
A.
Analisa Data Tentang
Perencanaan
Pembelajaran Keaksaraan
Fungsional Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Sebelum dilaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran terlebih dahulu diadakan perencanaan atau persiapan. Perencanaan program keaksaraan fungsional merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk memperhitungkan tentang kelayakan sasaran yang harus dilayani serta dukungan-dukungan lain yang diperlukan guna mencapai program. Perencanaan pembelajaran keaksaraan fungsional dilaksanakan dikantor Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Hal ini sesuai dengan petunjuk teknis pemberantasan buta aksara yaitu : bersama warga belajar menentukan waktu dan jadwal belajar, menyiapkan bahan dan sarana belajar (papan tulis, kapur, penghapus dan ruang belajar), mempelajari topik (pokok bahasan) yang akan diajarkan,menyiapkan buku administrasi kelompok (buku absensi, buku catatan, buku kemajuan belajar, buku sarana atau prasarana belajar) dan mengelompokan warga belajar maksimal sepuluh orang dalam satu kelompok.108 108
Petunjuk teknis penyelenggaraan buta aksara, 1996, 14.
73
Dari deskripsi data pada bab III dapat diketahui perencanaan pembelajaran
keaksaraan
fungsional
di
Desa
Wonokerto
Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Dari segi waktu dan jadwal mengajar dilaksanakan
malam
hari
dimulai
jam
18.00-21.00
WIB.
Materinya
dilaksanakan 1 minggu 2 kali sedangkan prakteknya 1 minggu sekali. Jadwal pelaksanaan belajar sebagaimana tersebut diatas sebenarnya dilaksanakan pagi hari tetapi tutor dan warga belajar sama-sama tidak bisa sehingga dilaksanakan malam hari. Adapun ddari materinya sebenarnya juga dilaksanakan seminggu 3 kali tetapi warga belajar juga tidak bisa karena sebagian warga belajar yang masih mencari ekonomi, sehingga materinya dilaksanakan seminggu 2 kali dan prakteknya seminggu sekali. Dari deskripsi data diatas, menunjukkan bahwa antara tutor dan warga belajar sudah memiliki kesepakatan yang menghasilkan perencanaan atau persiapan sebelum dilaksanakan proses belajar, mengajar. Hal ini berarti bahwa tutor dan warga belajar berperan aktif dalam perencanaan atau persiapan yang diadakan di Kantor Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi
karena perencanaan
sangat penting sekali tanpa perencanaan
pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional tidak akan berjalan.
74
B.
Analisa Data Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Pelaksanaan atau proses belajar mengajar keaksaraan fungsional adalah suatu proses berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh pelajar atau peserta didik dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau pembimbing.pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional ini ditargetkan dalam jangka waktu enam bulan.dalam penyelenggaraan program proses kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa komponen yaitu tujuan, materi, metode, proses kegiatan belajar, strategi, kurikulum dan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional Dari dekskripsi data Bab II dan Bab III dapat diketahui bahwa Tujuan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional adalah membelajarkan warga masyarakat usia 10-44 tahun yang masih buta huruf supaya bisa membaca, menulis dan menghitung.109 Materi yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional memiliki tiga tahap yaitu tahap pemberantasan, pembinaan dan tahap pelestarian sedangkan metode dalam pembelajaran keaksaraan fungsional 109
Petunjuk teknis penyelenggaraan pemberantasan Buta Aksara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah Tahun 2003, 9-10.
75
menggunakan metode partisipatif dimana melibatkan semua komponen khususnya peserta didik yang sesuai kemampuan warga belajar. Misalnya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dialog dan penugasan Proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran keaksaraan fungsional seperti yang ditulis dalam petunjuk teknis pemberantasan buta aksara terdapat awal kegiatan belajar dan proses kegiatan belajar. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional adalah adanya pembekalan kepada warga belajar, memberikan dorongan kepada warga belajar, memberikan ketrampilan membaca, menulis dan menghitung, memberikan semangat kepada warga belajar dengan cara memberikan nyanyian pada waktu pembelajaran serta memberikan penilaian kepada warga belajar. Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran keaksaraan fungsional adalah pengenalan huruf vokal dan konsonan, memperkenalkan tanda baca dengan bunyi yang tepat, melatih dan membiasakan warga belajar dalam menulis kata dan kalimat menggunakan huruf besar dan kecil, pengenalan angka yaitu mulai dari satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan kemudian memperkenalkan adanya ketrampilan dimana warga belajar akan dilatih berbagai ketrampilan Dalam komponen tersebut diatas, sudah baik dan sudah melengkapi pembelajaran keaksaraan fungsional dimana warga belajar akan didik supaya
76
bisa membaca, menulis dan menghitung. Sesuai dengan komponen-komponen yang ada yang telah disepakati antara tutor dan warga belajar. Adapun Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional pelaksanakan selama 6 bulan dilaksanakan dengan bebas, santai dan tempatnya tidak harus memenuhi syarat. Misalnya bisa membawa anak dalam belajar, dibolehkan merokok, dan bisa sambil lesehan. Pelaksanaan pembelajaraan keaksaraan fungsional dilaksanakan dengan bebas dan santai itu karena pembelajarannya dilaksanakan secara non formal baik dari pakaian yang dikenakan antara tutor dan warga belajar dengan menggunakan pakaian yang bebas dan tempatnya pun tidak harus memenuhi syarat. Sedangkan pelaksanaannya dilaksanakan 6 bulan walaupun waktu 6 bulan itu banyak yang ditinggalkan sebab warga belajar apabila tiba musim panen dan ada yang mempunyai hajad minta libur. Tetapi ada kesepakatan diganti hari berikutnya sesuai dengan materi yang ditinggalkan. Dari deskripsi data diatas, menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran
keaksaraan
fungsional
di
Desa
Wonokerto
Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Ngawi berjalan baik terbukti sudah banyak menghasilkan lulusan. Sehingga warga belajar yang tadinya buta huruf sekarang sudah bisa membaca,menulis dan menghitung walaupun tidak selancar kita. Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional ini juga diberikan ketrampilan
77
mulai dari pengelolaan sampai hasilnya diberikan kepada warga belajar. Tutor hanya sebagai fasilitator. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi sudah mengikuti ketentuan-ketentuan
yang
ada
dipetunjuk
teknis
penyelenggaraan
pemberantasan buta aksara yaitu pelaksanaanya tepat 6 bulan walaupun mengganti materi yang ditinggalkan.
C.
Analisa Data Tentang Evaluasi Pembelajaran Keaksaraan Fungsional Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi Berhasil tidaknya pembelajaran dalam mencapai tujuan dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap output yang dihasilkan. Jika hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil tetapi jika sebaliknya maka ia dinilai gagal. Penilaian atau evaluasi pada pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Hal ini sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan program pemberantasan buta aksara yaitu : keaktifan warga belajar, kemajuan warga belajar, tes mingguan diambil dari materi yang telah dipelajari, menyelenggarakan tes setelah selesai pelaksanaan
78
program pemberantasan untuk mendapatkan surat tanda serta belajar (STSB) serta mengadministrasikan setiap hasil tes.110 Penilaian pada pembelajaran keaksaraan fungsional ini ada penilaian awal, penilaian selama proses pembelajaran dan penilaian akhir hal ini sesuai dengan petunjuk pelaksanaan buta aksara yaitu penilaian sebelum proses pembelajaran melalui
wawancara
membaca,menulis
dan
dan
observasi
menghitung,
untuk
menilai
penilaian
kemampuan
selama
selama
awal proses
pembelajaran yaitu untuk mengetahui kemajuan belajar warga belajar dan penilaian akhir yaitu untuk menentukan keberhasilan yang dicapai warga belajar.111 Evaluasi dilaksanakan 2 kali yaitu evaluasi sederhana yang dilaksanakan oleh tutor seminggu sekali dengan target penilaian 8-10 : Baik, 5-7 : Cukup, 14 : Kurang dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Diknas selama 6 bulan yang bertempat di SDN Wonokerto 4 mulai jam 14.00-16.00. Semua soal diberikan dari Dinas Pendidikan (Diknas) dengan jumlah
materi 22 poin. Evaluasi
berjalan dengan baik walaupun ada salah satu warga belajar yang tidak bisa ujian tetapi pelaksanaan ujian berjalan lancar. Dari deskripsi data diatas, menunjukkan bahwa evaluasi dilaksanakan dengan lancar. Warga belajar dapat menyelesaikan soal dengan baik. Dengan jumlah materi 22 poin dengan didampingi para tutor masing-masing warga
110 111
Petunjuk teknis pelaksanaan program pemberantasan buta aksara, 1994/ 1995, 17. Petunjuk pelaksanaan buta aksara, 2003, 16.
79
belajar mengerjakan soal sambil bertanya apabila dalam mengerjakan soal tersebut tidak bisa. Tingkat keberhasilan warga belajar dalam hal membaca, menulis, dan menghitung adalah 75% walaupun tidak selancar kita minimal bisa membaca dan menulis namanya sendiri. Dengan demikian evaluasi pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi sudah bagus dengan bukti ada kemajuan warga belajar dalam hal membaca, menulis dan menghitung walaupun tidak selancar orang yang sudah bisa membaca, menulis, dan menghitung minimal warga belajar sudah ada kemajuan belajar. Evaluasi pembelajaran keaksaraan fungsional ini dilaksanakan 1 minggu sekali dari materi yang telah diajarkan dan dilaksanakan evaluasi setelah akhir pembelajaran.
80
BAB V PENUTUP
A.
KESIMPULAN 1.
Perencanaan pembelajaran keaksaraan Fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi adalah merencanakan atau mempersiapkan
sebelum
dimulainya
proses
pembelajaran
yang
dilaksanakan dikantor desa. Dalam perencanaan tersebut terdapat kesepakatan antara tutor dan warga belajar dalam hal menentukan waktu dan jadwal belajar, menyiapkan bahan dan sarana atau prasarana belajar,mempelajari topik (pokok bahasan) yang akan diajarkan, menyiapkan buku administrasi kelompok dan mengelompokan warga belajar maksimal sepuluh orang tiap kelompoknya. 2.
Pelaksanaan pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi adalah dilaksanakan selama enam bulan walaupun mengganti materi yang ditinggalkan.
3.
Evaluasi pembelajaran keaksaraan fungsional di Desa Wonokerto Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi terdapat evaluasi sederhana yang dilaksanakan oleh tutor dan evaluasi akhir yang dilaksanakan oleh Diknas yang bertempat di SDN Wonokerto 4.
81
B.
SARAN 1. Untuk Warga Belajar a. Dengan adanya program pembelajaran keaksaraan fungsional ini warga belajar yang dulu tidak bisa membaca,menulis dan menghitung sekarang sedikit–dikit menjadi bisa untuk itu warga belajar harus giat belajar terus walaupun sudah selesai pembelajaran b. Ketrampilan yang diberikan oleh tutor supaya benar–benar dipelajari dengan sebaik–baiknya agar memiliki ketrampilan yang pasti dan dapat diusahakan secara mandiri untuk meningkatkan kualitas hidupnya 2.
Untuk Pemerintah Daerah a. Supaya benar-benar menuntaskan program pemberantasan buta aksara atau keaksaraan fungsional ini agar masyarakat yang buta huruf ini semakin sedikit. b. Supaya pemerintah daerah itu memberikan fasilitas tempat belajar bagi masyarakat agar masyarakat semakin ada kemauan untuk belajar.
82
DAFTAR PUSTAKA
Alipandi Imansyah, Didaktik Metodologi Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984). Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1079. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang : Ummu Dasmoro, 1994) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamu Besar Bahasa Indonesia, 246. Freire Paulo, Pendidikan Sebagai Proses, (Yogyakarta: PUstaka Pelajar Offset, 2000). Gunawan Ary H, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1986). Iman Sad Muis, Pendidikan Partisipatif, (Jogyakarta: Safiria Insania Press, 2004). Joesoef Soelaiman. Pendidikan Generasi Muda, (Surabaya: Penerbit SIC, 1996). Mulyana Dedy, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004) Margono, metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997) Moloeng, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000). Penjelasan Atas UUD RI Nomor 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Petunjuk Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Aksara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur Sub. Dinas Pendidikan Luar Sekolah 2003. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pemberantasan Buta Huruf, 1994-1995. Pokja, Pendidikan berbasis masyarakat sebuah usulan program “Dalam Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah 2000-2001”. Redja Mudyaharja, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000).
83
Soemanto Wasty, Pendidikan Wiraswasta, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002). Sudjana, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Falah Production, 2000). Sudjana Djuju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006). Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2006) Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007). Surjadi, Pembangunan Masyarakat Desa (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1989). Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Yogyakarta : Mikraj, 2005) Tarmidzi, Sunan At-Tirmidzi Juz IV (Beirut : Darul Fikri, 1994) Uhbiyati Nur dan Ahmadi Abu, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : Pustaka Setia, 1997) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 2 tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Semarang: PT. Aneka Ilmu, 1989). Undang-undang Otonomi Daerah 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 1999). Widjaya, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, (Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2004.
84