BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sangat berperan bagi setiap manusia baik pada masa kini bahkan pada masa yang akan datang, sebab sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang perkembangan suatu negara. Pendidikan yang diidamkan adalah pendidikan yang berkompeten atau sukses dalam menghasilkan tunas-tunas bangsa yang akhirnya dapat memimpin bangsa di dalam profesi yang digeluti dari setiap orang yang merupakan hasil dari pendidikan tersebut. Pendidikan dapat didefenisikan sebagai usaha untuk menghasilkan perubahanperubahan pada perilaku manusia. Untuk menguji apakah suatu kegiatan itu pendidikan atau bukan adalah dengan melihat apakah kegiatan itu menghasilkan perubahan perilaku pada diri orang-orang yang menjadi atau terkena sasaran kegiatan. Perubahan perilaku yang disebabkan oleh kegiatan pendidikan biasanya berupa : (1) perubahan dalam pengetahuan atau hal yang diketahui; (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan (3) perubahan dalam sikap mental atau segala sesuatu yang dirasakan (Yustina, 2003:20). Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dunia pendidikan di Indonesia berkembang pesat, ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah baru yang bermunculan. Sebagian dari sekolah-sekolah baru tersebut menggunakan kurikulum dari luar negeri sebagai nilai tambah yang ditawarkan bagi para calon siswa. Di era globalisasi pendidikan ini menuntut
sistem
pendidikan yang berkualitas, kehadiran sekolah plus memang sebagai salah satu pilihan. Dengan mengadopsi kurikulum berstandar intenasional, siswa sekolah plus akan memiliki nilai tambah sehingga mampu bersaing di tingkat global. Dengan bahasa inggris sebagai Universitas Sumatera Utara
bahasa pengantar, mau tidak mau siswa menjadi terlatih untuk menggunakan bahasa internasional tersebut (Tempo, Edisi 29 November 2009). Kualitas sumber daya manusia (SDM) guru di Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kendala yang dihadapi pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Secara bertahap, sejumlah guru PNS baik guru SD dan sekolah menengah diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan diberi bantuan biaya pendidikan. Saat ini 500 lebih guru sedang mengikuti pendidikan lanjutan di berbagai perguruan tinggi. Mereka mendapatkan bantuan dana pendidikan sekitar Rp 1,5 juta per guru setiap tahun. Dikjar Kabupaten Simalungun mengusulkan anggaran sekitar Rp1 miliar lebih untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Simalungun Tahun Anggaran (TA) 2009. Dikatakan bahwa dana peningkatan mutu tenaga pendidikan itu dialokasikan untuk pemberian bantuan dana pendidikan lanjutan bagi guru, sertifikasi, dan mengikuti pelatihan-pelatihan bagi guru-guru pegawai negeri sipil (PNS). Memperbaiki kualitas pendidikan memang tidak hanya dilakukan pada
sarana
fisik,
namun
kualitas
tenaga
pendidik
juga
harus
diperhatikan
(http://www.simalungun.net/?p=49). Kedua wacana di atas membuka penglihatan setiap sekolah khususnya sekolahsekolah yang berada di daerah untuk meningkatkan kualitas guru dan sekolah agar tidak ketinggalan jauh dari sekolah-sekolah kota besar yang telah dilengkapi dengan berbagai metode dan teknologi canggih termasuk komputer dan internet. Setiap hasil pendidikan yang dilakukan termasuk metode atau cara serta teknologi yang dipakai di sebuah sekolah bergantung pada upaya apa yang dilakukan. Sebab dengan metode yang tepat dapat diharapkan hasil dari sistem pendidikan yang baik dan tepat pula.
Universitas Sumatera Utara
Pengawas pendidikan bertanggung jawab atas pelaksanaan program pendidikan. Dikatakan demikian, karena tugas seorang pengawas sekolah adalah memberikan bantuan dan layanan kepada personil sekolah agar dapat melaksanakan tugasnya. Personil sekolah yang dimaksud adalah sumber daya yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran (Siahaan, 2006:47). Guru merupakan sasaran utama pemberian layanan bantuan pengawas. Namun demikian bukan berarti para pengawas mengabaikan personil lainnya, seperti kepala sekolah dan tenaga administrasi yang ada di lingkungan persekolahan. Peran guru di lembaga pendidikan, menjadi sentral karena guru merupakan personil sekolah yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Gurulah yang tahu bagaimana perilaku peserta didik, oleh karenanya gurulah yang biasanya akan mengalami tantangan, hambatan dan masalah ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas. Memang tidak sembarang orang dapat melaksanakan tugas profesional sebagai seorang guru. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan kurikulum, guru harus memiliki kemampuan berpartisipasi membuat suatu keputusan dalam perencanaan pembelajaran dan kurikulum belajar. Guru kerap dihadapkan dengan masalah kemampuan atau kompetensi profesional yang belum sepenuhnya dapat mengaplikasikan berbagai metode pembelajaran dan efektivitas dalam mengajar, maksudnya masih ada guru yang menggunakan metode yang terkesan membosankan merupakan persoalan umum yang dihadapi oleh beberapa sekolah. Pendidikan dan latihan (diklat) ke sekolah-sekolah oleh pengawas sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Simalungun dilakukan dengan tujuan mengatasi kelemahan atau hambatan guruguru dengan tujuan dapat meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun hambatan umum yang dihadapi oleh guru-guru SMP di Kabupaten Simalungun seperti kurangnya penguasaan teknologi sehingga dalam memperlengkapi diri melalui bahan atau teknologi sangat jarang dan hal ini bisa saja dikaitkan dengan faktor ekonomi dari guru, kemauan pribadi guru untuk mempelajari hal-hal Universitas Sumatera Utara
baru masih rendah dan guru jarang diikutsertakan dalam perlombaan tingkat kabupaten atau provinsi. SMP Negeri 1 Raya adalah salah satu sekolah menengah pertama negeri yang berada di pusat kabupaten dan merupakan SMP tertua dengan jumlah guru dan kelas yang paling banyak dari SMP lainnya di Kecamatan Raya. Dibanding dengan tiga SMP negeri lainnya, SMP Negeri 1 merupakan SMP terfavorit di Kecamatan Raya dilihat dari jumlah siswa dan nilai-nilai siswanya yang lebih unggul. Melalui standar nasional sekolah, SMP Negeri 1 Raya dinyatakan sebagai sekolah rintisan standar nasional. Pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun melakukan penyuluhan setelah mengadakan supervisi ke sekolah dan supervisi yang dilakukan hampir sekali dalam sebulan selama tahun 2009, didapati bahwa perlunya penyuluhan pendidikan dan latihan akan metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) demi tercapainya guru yang profesional. Proses penyuluhan dapat berhasil jika pesan atau metode pembelajaran tersebut disampaikan dengan proses komunikasi jelas sehingga bagi kedua pihak yaitu komunikator dan komunikan memiliki pemahaman yang sama. Cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penyuluhan umumnya memerlukan persiapan yang matang dalam menggunakan berbagai metode dan teknik berkomunikasi. Pengawas sekolah sendiri pun memiliki metode penyuluhan yang dianggap mampu atau efektif untuk membantu guru dalam hal penerapan pembelajaran yang kompeten selain monitoring dan supervisi ke kelas-kelas, seperti mengumpulkan guru SMP Negeri 1 Raya di aula sekolah dan diberikan penyuluhan akan halhal yang dirasa kurang dalam meningkatkan kompetensi profesional guru kemudian diberikan latihan atau praktek secara berkelompok sesuai dengan bidang studi masing-masing guru. Penyuluhan yang dilakukan sebanyak empat kali dalam tahun pelajaran 2009/2010. Pertama, pada Agustus 2009 penyuluhan telah dilakukan berupa pendidikan dan latihan bagi guru SMP Negeri 1 Raya dengan materi yang dibukakan adalah penyusunan perangkat Universitas Sumatera Utara
pembelajaran seperti program tahunan, program semester dan silabus. Kedua, materi tentang pemaparan model-model pembelajaran dalam rangka proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan diberikan pada bulan September 2009. Ketiga, pada bulan Januari 2010 dilakukan penyuluhan tentang pelaksanaan alat bantu belajar atau media pembelajaran. Media pembelajaran dapat digunakan untuk menyampaikan informasi ke sumber peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti program pembelajaran. Oleh karena itu emdia, selain digunakan untuk mengantarkan pembelajran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi. Penyuluhan yang keempat sekaligus terakhir dalam tahun pelajaran ini akan dilaksanakan pada Maret atau April 2010 dengan materi penyuluhan mengenai pelaksanaan penialian (penilaian, analisis ulangan, remedial&pengayaan serta analisis butir soal). Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengaruh komunikasi penyuluhan pengawas sekolah Dinas Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional Guru SMP Negeri 1 di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: “Sejauhmana pengaruh komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.”
Universitas Sumatera Utara
I.3. PEMBATASAN MASALAH Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan pembatasan masalah yang lebih spesifik agar menjadi lebih jelas. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Yang dimaksud dengan komunikasi penyuluhan terbatas pada metode penyuluhan, media penyuluhan, materi penyuluhan, waktu dan tempat penyuluhan. b. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional terbatas pada menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu,
mengembangkan
materi
pembelajaran
yang
mampu
secara
kreatif,
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri. c.
Penelitian dilakukan bulan April 2010.
I.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peranan komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun. 2. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi penyuluhan yang dilakukan pengawas sekolah Dinas Pendidikan dalam meningkatkan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi penyuluhan oleh pengawas sekolah Dinas Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun.
I.4.2. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaaan di lingkungan FISIP USU, khususnya di bidang ilmu komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya penelitian dan dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti serta mahasiswa FISIP USU mengenai komunikasi penyuluhan. 3.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan positif bagi para pelaku pendidikan dalam hal komunikasi penyuluhan pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun dan guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun pada khususnya serta di dunia pendidikan secara umum.
I.5. KERANGKA TEORI Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok fikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. (Nawawi, 2005:39-40). Kerlinger (Black, 2001:48) menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk (konsep), defenisi dan dalil yang saling terkait yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomea dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena. Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, teori-teori yang akan dikembangkan adalah: I.5.1. Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005:41). Menurut Carl I. Hovland (Effendy, 2005:10), komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Sedangkan menurut Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesa oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan (Effendy, 2005:11). Wilbur Schramm (Effendy, 1992:32-33) dalam karyanya “How Communication Works” mengatakan the condition of success in communication diringkaskan sebagai berikut : a.
Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud.
b.
Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti.
c.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
d.
Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
I.5.2. Komunikasi Penyuluhan Penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti ‘obor’, dalam arti kita mampu memberi penerangan dari keadaan gelap menjadi terang. Samsuddin menyebut penyuluhan sebagai usaha pendidikan non formal untuk mengajak orang mau melaksanakan ide-ide baru (Mulyana, 2007:11). Penyuluhan juga merupakan kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat,
memberi
mereka
pengetahuan,
informasi-informasi,
dan
kemampuan-
kemampuan baru, agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya (Nasution, 1990:7). Claar et al., (Nasution, 1990:11) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyuluhan dimaksudkan sebagai kegiatan memberi penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu. Mardikanto (Yustina, 2003:191) mencatat bahwa penyuluhan dapat diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti : (1) penyebarluasan (informasi), (2) penerangan/penjelasan, (3) pendidikan
non - formal (luar sekolah), (4) perubahan perilaku, (5)
rekayasa
sosial, (6) pemasaran inovasi (teknis dan sosial), (7)perubahan social (perilaku individu, nilainilai, hubungan antar individu, kelembagaan,dll), dan 8)pemberdayaan
masyarakat
(community empowerment), penguatan komunitas (community strengthening). Karena itu Universitas Sumatera Utara
penyuluhan diartikan sebagai proses perubahan social, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan. Pada hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata, adalah suatu proses komunikasi. Dengan demikian kelihatanlah bagaimana pentingnya memenuhi persyaratan komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (baca : pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu disain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini : (a) Masalah yang dihadapi (b) Siapa yang akan disuluh (c) Apa tujuan (objectives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan (d) Pendekatan yang dipakai (e) Pengembangan pesan (f) Metoda/saluran yang digunakan (g) Sistem evaluasi yang “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990:11). Komunikasi penyuluhan lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok definisi secara paradigmatis, karena pada proses komunikasi dalam penyuluhan selalu dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
tujuan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, pengetahuan dan keterampilan sasaran komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga sasaran komunikasi akan berubah menuju ke arah lebih baik dengan cara mengikuti saran, gagasan atau inovasi yang diajarkan (Setiana, 2005:18). Berikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (Setiana, 2005:48-56) : a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran: (1) Pendekatan perorangan (personal approach). Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini dinilai sangat efektif karena dapat secara langsung memecahkan masalah atas bimbingan penyuluh, tetapi dari segi jumlah sasaran yang dicapai metode ini kurang efektif. Metode ini biasanya dilakukan dengan berdialog langsung, surat-menyurat, hubungan telepon. Dalam pendekatan perorangan ini (Nasution, 1990:22-24) juga menyatakan seorang penyuluh dituntut untuk memiliki: kemampuan empati, menciptakan situasi homophily dengan khalayak, dan menegakkan keserasian program. (2) Pendekatan kelompok (group approach). Dalam manfaat yang dapat diambil, disamping dari
pendekatan
kelompok
banyak
transfer teknologi informasi juga
terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik, yang termasuk dalam metode pendekatan kelompok ini diantaranya diskusi kelompok, demonstrasi cara dan hasil, karyawisata, kursus, dan lain-lain. b. Media Penyuluhan adalah alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sampel, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, Universitas Sumatera Utara
photo, leaflet,sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambang grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta). c.
Materi Penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan/atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana, 2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan.
d.
Waktu dan Tempat Penyuluhan. Dalam penyuluhan pengaturan waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan.
Kapan dan dimana dilaksanakan
penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.
I.5.3. Guru Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon (Uno, 2008:15) dalam bukunya This is Teaching : Teacher is professional person who conducts classes.” (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of Teaching, An Introduction to Modern Education, guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu hingga dapat terjadi pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah RI No.74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 1 di Bab 1, guru adalah Universitas Sumatera Utara
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang organisatoris, guru harus menciptakan proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan sebagai seorang administrator, guru
sebaiknya
mengadministrasikan setiap kegiatan sesuai kebutuhan sekolah. Misalnya membuat rencana pembelajaran secara tertulis, penataan administrasi kelas, kegiatan serta proses administrasi lainnya (Majalah FORWAS, Nomor 26/XII/2007). Posisi dan peran guru: a. Pemimpin belajar b. Fasilitator belajar c. Moderator belajar d. Motivator belajar e. Evaluator belajar Oleh karena itu, syarat-syarat guru yang baik dan berhasil adalah : a. Guru harus berijazah b. Guru harus sehat jasmani dan rohani c. Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional (Uno, 2008:27-29).
I.5.4. Kompetensi Profesional Menurut Spencer (Uno, 2008:61-62), kompetensi sebagai penampilan kinerja atau situasi. Pengertian Spencer lebih menekankan pada wujud dari kompetensi yaitu sebagai daya untuk melakukan sesuatu yang mewujud dalam bentuk unjuk kerja atau hasil kerja. Dalam Universitas Sumatera Utara
teminologi yang berlaku umum, istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence sama dengan being competent dan competent sama dengan having ability, power, authority, skill, knowledge, attitude, etc. Pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Seseorang yang dinyatakan kompeten di bidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan. Cooper (Uno, 2008:67), mengemukakan
empat
kompetensi
guru,
yakni
(a) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, serta (d) mempunyai ketrampilan teknik mengajar. Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain (Uno, 2008:64): a. Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran b. Bahan ajar yang diajarkan c. Pengetahuan tentang karakteristik siswa d. Pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan e. Pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar f. Penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran g. Pengetahuan terhadap penilaian Sedangkan dalam (Peraturan Pemerintah RI No.74 tahun 2008 tentang Guru) Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 Tanggal 4 Mei 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, menyebutkan bahwa Kompetensi Profesional Guru mencakup : 1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Universitas Sumatera Utara
a. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran mata pelajaran guru tersebut. b. Menganalisis materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan mata pelajaran guru tersebut. 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. a. Memahami standar kompetensi yang diampu. b. Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Memahami tujuan pembelajaran yang diampu. 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif. a. Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. b. Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. a. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. b. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. c. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan. d. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri. a. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi. b. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Universitas Sumatera Utara
I.6. KERANGKA KONSEP Bungin (Kriyantono, 2006:17) mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama, sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai, dapat menuntun penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2005:40). Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan menjadi: a. Variabel Bebas atau Independence Variable (X) Variabel bebas adalah gejala-gejala atau faktor-faktor atau sifat-sifat yang menjadi alasan
atau sebab muncul atau adanya varibel kedua sebagai akibat (Nawawi,
2005:49). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “komunikasi penyuluhan.” b. Variabel Terikat atau Dependence Variable (Y) Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. c. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “peningkatan kompetensi profesional” Variabel Antara (Z) Variabel
antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol. (Nawawi,
2005:58). Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden
Universitas Sumatera Utara
I.7. MODEL TEORITIS Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:
Variabel Bebas (X)
Variabel Terikat (Y)
Komunikasi Penyuluhan
Peningkatan Kompetensi Profesional
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
I.8. OPERASIONAL VARIABEL Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasionalisasi variabel yang berfungsi membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Variabel Operasional Variabel Teoritis
Variabel Operasional
a. Metode Penyuluhan - Pendekatan perorangan : dialog langsung, surat-menyurat, kemampuan empati, menciptakan situasi homophily, menegakkan keserasian program. Variabel Bebas - Pendekatan kelompok : diskusi kelompok, demonstrasi cara dan hasil, (X) pendidikan dan latihan (diklat). b. Media Penyuluhan Komunikasi model tiruan/format, gambar dan penjelasan yang diproyeksikan atau Penyuluhan slide, dokumen. c. Materi Penyuluhan - makna (gagasan atau ide) - simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) - bentuk pesan (verbal dan nonverbal) d. Waktu dan Tempat Penyuluhan - waktu - tempat a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu : - menginterpretasikan - menganalisis b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu : - memahami standar kompetensi Variabel Terikat - memahami kompetensi dasar (Y) - memahami tujuan pembelajaran. c. Mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif: : Peningkatan - memilih Kompetensi - mengolah. Profesional d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif : - melakukan refleksi - memanfaatkan hasil refleksi - melakukan penelitian tindakan kelas - belajar dari berbagai sumber. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.: - untuk berkomunikasi - untuk pengembangan diri Variabel Antara a. Jenis Kelamin (Z) b. Usia c. Pendidikan Karakteristik d. Lama bekerja Responden
Universitas Sumatera Utara
I.9. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL Dalam penelitian ini defenisi operasional berfungsi untuk memperjelas pengertian variabel-variabel. Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Komunikasi Penyuluhan), terdiri dari : a. Metode Penyuluhan terdiri dari: - Pendekatan Perorangan (personal approach) yaitu: (1) Dialog langsung adalah metode Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun dengan berdialog atau berkomunikasi secara tatap muka dengan guru SMP Negeri 1 Raya. (2) Surat-menyurat adalah metode Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun dengan mengirimkan surat yang berhubungan dengan penyuluhan kompetensi profesional kepada guru SMP Negeri 1 Raya. (3) Kemampuan empati adalah kemampuan empati Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun untuk menempatkan dirinya pada posisi guru SMP Negeri 1 Raya yang dibinanya. (4) Menciptakan suasana homophily adalah membangun suasana hubungan akrab, dimana Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun tidak lagi dirasakan berbeda dengan guru SMP Negeri 1 Raya. (5) Menegakkan keserasian program adalah program penyuluhan kompetensi profesional oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan dapat diterima, serasi atau sesuai dengan budaya guru SMP Negeri 1 Raya. - Pendekatan kelompok (group approach) (1) Diskusi kelompok adalah metode pendekatan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun kepada guru SMP Negeri 1 Raya dengan mengadakan
Universitas Sumatera Utara
forum diskusi pertukaran informasi, pendapat atau teknik-teknik mengenai kompetensi profesional. (2) Demonstrasi cara dan hasil adalah demonstrasi atau pertunjukan sebuah cara/metode dan hasil dari materi penyuluhan kompetensi profesional oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun kepada guru SMP Negeri 1 Raya. (3) Pendidikan dan latihan (diklat) adalah suatu metode penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan dengan memberi bimbingan pendidikan yang disertai latihan atau praktek secara langsung diperagakan oleh guru SMP Negeri 1 Raya. b.
Media Penyuluhan (1) Model tiruan/format adalah suatu bentuk, pola atau contoh materi pembelajaran yang dipakai oleh Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun untuk melakukan penyuluhan kepada guru SMP Negeri 1 Raya. (2) Gambar dan penjelasan yang diproyeksikan atau slide adalah suatu bentuk tampilan yang diproyeksikan dan mengandung pesan-pesan penyuluhan dari Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun kepada guru SMP Negeri 1 Raya berupa gambar atau penjelasan. (3) Dokumen adalah keterangan atau bukti penjelasan tercetak berupa dokumen tentang penyuluhan dari Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan untuk dapat digunakan guru SMP Negeri 1 Raya sebagai bahan informasi.
c. Materi Penyuluhan (1) Makna (gagasan atau ide) adalah gagasan atau ide dalam penyuluhan yang disampaikan pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun kepada guru SMP Negeri 1 Raya. Universitas Sumatera Utara
(2) Simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) adalah gaya bahasa yang disampaikan oleh pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun kepada guru SMP Negeri 1 Raya. (3) Bentuk pesan (verbal dan nonverbal) adalah bentuk informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada guru SMP Negeri 1 Raya melalui artikel, esai, poster, tulisan dan melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh dari pengawas sekolah Dinas Pendidikan Simalungun. d. Waktu dan Tempat Penyuluhan (1) Waktu adalah waktu yang dipilih dan ditentukan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun untuk melakukan penyuluhan kepada guru SMP Negeri 1 Raya. (2)
Tempat adalah lokasi atau ruangan yang dipilih dan dipersiapkan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Simalungun untuk melakukan penyuluhan kepada guru SMP Negeri 1 Raya.
2. Variabel Terikat (Peningkatan Kompetensi Profesional ) terdiri dari: a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu dari masing-masing guru SMP N 1 Raya. (1) Menginterpretasikan adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu menginterpretasikan materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran mata pelajaran guru tersebut. (2) Menganalisis adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu menganalisis materi, struktur, konsep dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan mata pelajaran guru tersebut.
Universitas Sumatera Utara
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu dari masing-masing guru SMP Negeri 1 Raya. (1) Memahami standar kompetensi adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memahami standar kompetensi yang diampu. (2) Memahami kompetensi dasar adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. (3) Memahami tujuan pembelajaran adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memahami tujuan pembelajaran yang diampu. c. Guru SMP Negeri 1 Raya mampu mengembangkan materi pembelajaran yang mampu secara kreatif di kelas. (1) Memilih adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. (2) Mengolah adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. d. Guru SMP Negeri 1 Raya mampu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. (1) Melakukan refleksi adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. (2) Memanfaatkan hasil refeksi adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. (3) Melakukan penelitian tindakan kelas adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan. (4) Belajar dari berbagai sumber adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. Universitas Sumatera Utara
e. Guru SMP Negeri 1 Raya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri. (1) Untuk berkomunikasi adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam mengkomunikasikan pelajaran di kelas. (2) Untuk pengembangan diri adalah setiap guru SMP Negeri 1 Raya mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri. 3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) yaitu: a. Jenis Kelamin adalah penggolongan seks guru SMP Negeri 1 Raya, yang terbagi atas laki-laki atau perempuan. b. Usia adalah umur dari responden atau guru SMP Negeri 1 Raya c. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir guru SMP Negeri 1 Raya (Tamat SMU/Sederajat, Diploma atau Sarjana) d. Lama bekerja maksudnya sudah berapa lama bekerja sebagai guru di SMP Negeri 1 Raya tersebut.
I.10 Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara yang diharapkan terjadi dalam penelitian. Hipotesis memfokuskan kita untuk berpikir lebih dalam tentang kemungkinan sebagai hipotesis membimbing peneliti ke arah pemahaman yang lebih luas tentang implikasi pertanyaan dan variabel yang terlibat. Dengan menggunakan hipotesis, peneliti harus berpikir untuk lebih hati-hati. Hipotesis adalah teori, proposisi yang belum terbukti, diterima secara tentatif untuk menjelaskan fakta-fakta atau menyediakan dasar untuk melakukan investigasi dan menyatakan argumen (Kriyantono, 2006:28). Universitas Sumatera Utara
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun
Ha :
Terdapat hubungan antara komunikasi penyuluhan Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan terhadap peningkatan kompetensi profesional guru SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun
Universitas Sumatera Utara