1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah lantaran mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Demikian juga dunia pendidikan saat ini sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai macam persoalan lokal dan perubahan global yang terjadi sangat pesat. Perubahan dan permasalahan tersebut meliputi perubahan sosial, seperti pasar bebas (free trade), tenaga kerja bebas (free labour)1, perkembangan masyarakat informasi, serta perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, seni, dan budaya yang sangat dahsyat. Bersamaan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada fenomena yang sangat dramatis, yakni rendahnya daya saing sebagai indikator bahwa pendidikan belum mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP melaporkan bahwa Indonesia berada pada rangking 108 tahun 1998, rangking 109 pada tahun 1999, dan rangking 111 tahun 2004 dari 174 negara yang diteliti. Rendahnya peringkat daya saing Indonesia di pasar global juga digambarkan pada permasalahan produktivitas sektor industri dan perdagangan. 1
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), 3.
1
2
Di sisi lain, pembangunan Indonesia sedang terfokus pada otonomi, dengan menyerahkan sebagian wewenang pusat kepada daerah melalui mekanisme otonomi daerah. Pendidikan dalam konteks otonomi daerah diharapkan dapat merubah paradigma dari sentralisasi menjadi desentralisasi, dari budaya petunjuk menjadi penekanan prinsip demokrasi, prakarsa, dan aspirasi masyarakat daerah. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa sebagai seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Serbagai Persyaratan kualifikasi akademik guru adalah S1/D-IV yang dibuktikan dengan ijazah sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Persyaratan kompetensi guru mencakup penguasaan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi2. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan. Karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan 2
Masnur Muslich, Sertfikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007 ), 5
3
keberhasilan peserta didik terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang professional dan berkualitas. Dengan kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula. Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan professional.3 Banyak orang yang menilai, bahwa guru merupakan titik sentral dari peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses belajar mengajar, tetapi mengapa peningkatan professionalisme guru tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh? Padahal guru professional akan menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang berkualitas dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang cerdas dan kompetitif, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Dalam perwujudannya, tanggung jawab perlu ditekankan dan dikedepankan, dilihat dari fenomena yang terjadi saat ini banyak lulusan pendidikan yang cerdas dan terampil, tetapi tidak diimbangi dengan tanggung jawab dalam mengamalkan ilmu dan
3
Mulyasa, Standar Kompetensi, 5
4
keterampilan (skill) yang dimiliki, sehingga seringkali menimbulkan masalah bagi masyarakat. Dalam kerangka inilah diperlukan adanya standar kompetensi dan sertifikasi bagi guru, agar tercipta guru yang professional yang memenuhi standar dan lisesnsi sesuai dengan kebutuhan. Pemerintah Indonesia sebenarnya jauh hari telah mengisyaratkan akan memberlakukan sertifikasi bagi guru. Hal ini terdapat dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional yang berisi pembentukan badan akreditasi dan sertifikasi mengajar di daerah. Tujuan dikeluarkan Undang-undang tersebut sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan secara Nasional. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi bagi guru PAI dalam jabatan dilakukan oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan sertifikasi bagi guru dalam jabatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio.4 Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas, kompetensi professional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi
4
Muslich, Serifikasi Guru (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) , 21
5
akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik. B. Fokus Penelitian Dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam, Guru Pendidikan
Agama
Islam
(GPAI)
SMAN
2
Ponorogo
dapat
mengembangkan/menyusun portofolio materi PAI. Untuk itu fokus penelitian ini adalah tentang problematika guru PAI dalam proses penyusunan portofolio, kondisi objektif materi pembelajaran, kendala yang dialami dan upaya pengembangan materi pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. C. Rumusan Masalah Berkaitan dari uraian pada latar belakang masalah di atas, maka masalah yang berkaitan dengan upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam menyusun portofolio berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran yang sedang berjalan di SMAN 2 Ponorogo, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimana proses pelaksanaan penyusunan portofolio di SMAN 2 Ponorogo? 2) Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung dalam penyusunan portofolio guru Pendidikan Agama Islam SMAN 2 Ponorogo? 3) Bagaimana upaya yang dilakukan dalam penyusunan portofolio guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 2 Ponorogo?
6
D. Tujuan Penelitian Terkait dengan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang: 1. Kondisi objektif tentang proses pelaksanaan penyusunan portofolio guru PAI dalam menyusun portofolio guru PAI di SMAN 2 Ponorogo 2. Faktor pendukung dan penghambat dalam penyusunan portofolio guru PAI SMAN 2 Ponorogo. 3. Upaya guru PAI dalam mengatasi maslah menyusun portofolio pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran guru PAI SMAN 2 Ponorogo. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis a. Untuk menambah khazanah keilmuan dibidang pendidikan khususnya tentang problematika guru PAI dalam menyusun portofolio. b. Sebagai
sumbangan
pemikiran
bagi
guru
PAI
untuk
lebih
mengembangkan materi belajar dalam pembelajaran 2. Manfaat praktis a. Untuk meneliti permasalahan yang dihadapi oleh guru PAI dalam proses penyusunan portofolio. b. Sebagai masukan bagi guru PAI untuk lebih memaksimalkan isi portofolio dalam pembelajaran PAI.
7
F. Landasan Teori dan atau Telaah Pustaka 1. Landasan Teori Portofolio ialah berbagai kumpulan karya yang disusun secara sistematis dan terorganisir sebagai hasil dari usaha pembelajaran yang telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Melalui hasil karya tersebut dapat diketahui perkembangan kemampuan dalam berbagai aspek, baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai bahan penilaian. Melalui hasil karya itulah guru dapat mendemonstrasikan unjuk kerja kepada orang lain baik tentang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.5 2. Telaah Pustaka Dalam penelitian tentang problematika guru Pendidikan Agama Islam dalam menyusun portofolio ini tentu tidak jauh dari pembahasan dan pembelajaran dari pendidikan Agama Islam yang ada di SMA maupun Madrasah. Sejauh pengetahuan penulis, ada beberapa skripsi yang membahas tentang: a. Penerapan penilaian berbasis portofolio dalam bidang studi aqidah akhlak pada siswa kelas II di MTsN Madiun yang dilaksanakan oleh saudari Ana Rohiana mahasiswi jurusan tarbiyah skripsi tahun 2006 yang menjelaskan bahwa penelitiannya dikonsentrasikan pada penilaian berbasis portofolio.
5
Jabatan
Direktorat Pendidikan Madrasah Departemen Agama 2007 Sertifikasi Bagi Guru Dalam
8
b. Sejalan telaah pustaka melalui skripsi di atas maka ada kesamaan yang penulis teliti yaitu tentang sistem penilaian berbasis portofolio akan tetapi peneliti lebih menemukan pokok bahasan pada guru pendidikan agama Islam (PAI). G. Metode Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan ,metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metodologi. Jadi metodologi penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang teradapat dalam penelitian.6 1. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Maksudnya, pendekatan yang lebih menekankan analisisnya terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah, kemudian mengarahkan penelitian untuk memperoleh hasil penemuan. 2. Lokasi Penelitian Adapun yang menjadi lokasi dalam pelaksanaan penelitian ini adalah SMAN 2 Ponorogo. Karena pertimbangan dari penulis, SMAN 2 Ponorogo merupakan lembaga pendidikan yang bermutu dan banyak mendapatkan perhatian masyarakat. Apabila guru-guru yang mengajar sudah tentu profesional. Selain itu SMAN 2 Ponorogo disamping 6
. Husaini Usman dan Purnomo S.A. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), 42.
9
mengutamakan pendidikan umum juga mengedepankan pendidikan agama. 3. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah benda, hal tau orang tempat data penelitian melekat dan dipermasalahkan.7 Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah problematika GPAI dalam menyusun portofolio dan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di SMAN 2 Ponorogo. Khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 4. Data dan Sumber Data a. Data Data yang diperlukan dalam penelitian adalah: 1). Data mengenai proses pelaksanaan guru dalam menyusun portofolio dalam bidang studi pendidikan agama Islam di SMAN 2 Ponorogo 2). Data mengenai faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendorong dalam penyusunan portofolio guru PAI di SMAN 2 Ponorogo 3). Data
mengenai
bagaimana
upaya
yang
dilakukan
dalam
penyusunan portofolio guru PAI di SMAN 2 Ponorogo. b. Sumber Data 1) Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan dari sumber informan atau subjek penelitian di SMAN 2 7
. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), 117.
10
Ponorogo dengan segala fasilitasnya di antaranya kepala sekolah beserta stafnya guru PAI SMAN 2 Ponorogo. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi di antaranya sumber data tertulis, inventaris serta lainnya yang diperlukan. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain: a.
Observasi Observasi
adalah
pengamatan
dan
pencatatan
dengan
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.8 Metode ini merupakan suatu cara untuk mengadakan suatu penelitian dengan ilmiah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dimana letak geografis SMAN 2 Ponorogo dan kegiatan penyusunan portofolio guru PAI SMAN 2 Ponorogo. Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. b.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip termasuk juga buku-buku
8
. Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 158.
11
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.9 Metode ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai sejarah dan perkembangan SMAN 2 Ponorogo Struktur organisasi SMAN 2 Ponorogo. Jumlah siswa dan guru SMAN 2 Ponorogo serta keadaan sarana dan prasarana SMAN 2. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini dicatat dalam format transkip dokumentasi. c.
Interview Interview merupakan bentuk komunikasi antara dua orang yang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
lainnya
dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan tujuan tertentu.10 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang upaya guru dalam menyun portofolio SMAN 2 Ponorogo. Metode ini penulis tujukan kepada: 1) Kepala sekolah untuk memperoleh data tentang dimensi guru PAI dalam menyusun portofolio. 2) Guru pendidikan agama Islam yang mengajar siswa di SMAN 2 Ponorogo. 3) Kepala tata usaha sebagai informan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya SMAN 2 Ponorogo. 9
Ibid., 181. Dedy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), 180. 10
12
Hasil wawancara dari informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode
dalam
transkrip
wawancra.
Tulisan
lengkap
dari
wawancara tersebut dinamakan transkip wawancara. 6. Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif,11 mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sehingga sampai tuntas sehingga
datanya sampai jenuh. Adapun langkah-langkah
analisisnya sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan
a. Reduksi data (data reduction), proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang mentah yang muncul di lapangan. Dalam hal ini data-data yang diperoleh 11
Analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, field note and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to other. (Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang akan diceritakan kepada orang lain) lihat dalam Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, 88.
13
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang masih kompleks tentang materi belajar dalam pembelajaran pendidikan agama Islam kemudian direduksi dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal pokok. b. Penyajian Data (data display), yaitu proses penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis agar lebih sederhana dan dapat dipahami maknanya. Setelah makna direduksi, kemudian disajikan sesuai dengan pola dalam bentuk uraian naratif. Dalam penelitian ini adalah penyajian data secra sistematis mengenai dimensi guru PAI dalam menyusun portofolio. c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing) yaitu analisis data terus menerus baik selama maupun sesudah pengumpulan data. Untuk penarikan kesimpulan yang dapat menggambarkan pola yang terjadi. 7. Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realiabilitas)12 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan penelitian dengan cara:
12
Moleong, Metodologi Penelitian, 171.
14
a. Mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan dimensi guru pendidikan agama Islam SMAN 2 Ponorogo. b. Menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahapan-tahapan penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: (1) Tahap pra lapangan yang meliputi: Menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan,
memilih
dan
memanfaatkan
informan,
menyiapkan
perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian; (2) Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data; (3) Tahap analisis data yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
15
H. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab. Adapun untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka penelitian menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I
: Gambaran umum untuk memberi pola pemikiran bagi keseluruhan skripsi yang meliputi: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II
: Landasan teoritik atau telaah pustaka mengenai problematika guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam menyusun portofolio, yang meliputi pengertian portofolio, fungsi portofolio,
prinsip
umum
pengembangan
portofolio.
Penjelasan mengenai problematika guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam menyusun portofolio, upaya guru PAI dalam
menyusun
portofolio,
dasar-dasar
pelaksanaan
portofolio, serta tujuan portofolio. Bab III
: Problematika guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam menyusun portofolio berdasarkan SISKO 2006 SMAN 2 Ponorogo yang berfungsi mendeskripsikan data hasil temuan berisi gambaran umum dan deskripsi data tentang kondisi objektif portofolio pada guru SMAN 2 Ponorogo, data tentang dimensi GPAI dalam menyusun portofolio di SMAN 2
16
Ponorogo, data tentang kendala-kendala yang dialami guru PAI SMAN 2 Ponorogo dalam proses penyusunan Portofolio. Bab IV
: Analisis tentang problematika guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam menyusun portofolio SMAN 2 Ponorogo. Berfungsi menafsirkan dan menjelaskan data hasil temuan berisi analisa kondisi objektif portofolio guru, analisa tentang upaya pengembangan portofolio dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) guru pendidikan agama Islam SMAN 2 Ponorogo, analisa tentang kendala-kendala yang dialami guru PAI SMAN 2 Ponorogo dalam pengembangan portofolio.
Bab V
: Merupakan bab penutup. Dalam bab ini berisi tentang inti dari seluruh pembahasan dalam skripsi ini yang berfungsi untuk mempermudah para pembaca dalam mengambil intisari dalam skripsi ini berisi kesimpulan dan saran.
17
BAB II PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENYUSUN PORTOFOLIO
A. Konsep Portofolio 1. Pengertian Portofolio Portofolio berasal dari bahasa inggris “Portofolio” yang artinya dokumen atau surat-surat.13 dapat juga diartikan sebagai kumpulan kertaskertas berharga dari suatu pekerjaan tertentu. Dalam pengertian yang lain, yang
dimaksud
menggambarkan
portofolio pengalaman
adalah
bukti
fisik
berkarya/prestasi
(dokumen)
yang
dicapai
yang dalam
menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (PERMENDINAS) Nomor 18 tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Uji kompetensi tersebut dalam bentuk penilaian portofolio, yang merupakan pangakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mencerminkan kompetensi guru.
2. Komponen portofolio: 13
Martinis Yamin. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pengajaran, (Jakarta : 17 GP Press, 2007), 205
18
1) Kualifikasi akademik; 2) Pendidikan dan pelatihan; 3) Pengalaman mengajar; 4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; 5) Penilaian dari atasan dan pengawasan; 6) Prestasi akademik; 7) Karya pengembangan profesi; 8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah; 9) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan 10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.14 Adapun penjelasan mengenai komponen portofolio tersebut adalah: a. Kualifikasi akademik Kualifikasi akademik, yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3) maupun non gelar (D-4 atau post graduate diploma), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikat diploma. b. Pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan, yaitu pengalaman mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan peningkatan 14
kompetensi
dalam
melaksanakan
tugas
sebagai
Masnur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 21.
19
pendidik, bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara. c. Pengalaman mengajar Pengalaman mengajar, yaitu masa kerja guru dalamm melaksanakan tugas sebagai pendidik dari lembaga yang berwenang. Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa keputusan atau keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. d. Perencanaan pembelajaran Perencanaan pembelajaran, yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada kelas pada setiap tatap muka. Bukti fisik dari sub komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran yang diketahui oleh atasan. e. Pelaksanaan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan pembelajaran individual. Kegiatan ini tahapan prapembelajaran (pengecekan kesiapann kelas dan
apersepsi),
kegiatan
inti
(penguasaan
materi,
strategi
pembelajaran, pemanfaatan media atau sumber belajar, evaluasi, dan penggunaan bahasa) dan penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut). Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh
kepala
pembelajaran.
sekolah
atau
pengawas
tentang
pelaksanaan
20
f. Penilaian dari atasan dan pengawas Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaiann atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspekaspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas,
kemampuan
kritik
dan
saran,
kemampuan
berkomunikasi, dan kemampuan bekerja sama dengan menggunakan format penilaian atasan. g. Prestasi akademik Prestasi akademik, yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait dengan bidang keahlian yang mendapat pengakuan dari lembaga atau panitia penyelenggara, komponen ini meliputi lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya monumental dibidang pendidikan atau non kependidikan). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan,
atau
sertifikat
penyelenggara.
h. Karya pengembangan profesi
yang
dikeluarkan
oleh
lembaga
21
Karya pengembangan profesi, yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. i. Keikutsertaan dalam forum ilmiah Keikutsertaan dalam forum ilmiah, yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya. Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifikat atau piagam bagi narasumber, dan sertifikat atau piagam bagi peserta. j. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan Pengalaman
organisasi
dibidang
kependidikan,
yaitu
pengalaman guru menjadi pengurus kependidikan, organisasi kependidikan sosial, atau mendapat tugas tambahan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang. k. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan, yaitu penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria. Bukti fisik yang yang di lampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.15 3. Instrumen portofolio Instrumen portofolio meliputi :
15
Masnur Muslich, Sertitifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. 101-105.
22
a. Identitas guru peserta sertifikasi. Identitas guru peserta sertifikasi, meliputi: nama (lengkap dengan gelar akademik), nomor peserta, NIP/ NIK, pangkat/golongan, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir, akta mengajar, sekolah tempat tugas (nama, alamat, kecamatan, kabupaten/kota provinsi, nomor telepon, e-mail, nomor statistik sekolah), guru mata pelajaran/guru kelas, dan beban mengajar perminggu. Pangkat dan golongan bari guru non-PNS mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Halaman identitas ini ditandatangani oleh penyusun oleh penyusun dan disahkan oleh kepala sekolah dan pengawas pendidikan setelah portofolio selesai disusun. b. Daftar isi. Peserta sertifikasi perlu melengkapi dokumen portofolio dengan daftar isi agar memudahkan tim penilai (assesor) dalam melaksanakan tugasnya. Daftar isi ini menjelaskan tentang nama komponen dan di halaman berada komponen tersebut disusun. c. Dokumen
portofolio.
Dokumen
portofolio
ini
memuat
sepuluh
komponem portofolio yang di dalam instrumen ditampilkan dalam bentuk tabel. Peserta sertifikasi diminta untuk mengisi tabel tersebut sesuai dengan pengalaman dan hasil karya yang dimiliki secara jujur dan bertanggungjawab. Peserta juga diminta melampirkan bukti-bukti fisik berupa dokumen dan/atau hasil karya sesuai dengan yang dituliskan dalam tabel. Untuk dokumen-dokumen seperti sertifikat/piagam/surat keterangan dapat berupa foto kopi dokumen-dokumen tersebut yang telah dilegalisasi oleh atasan. Untuk dokumen foto kopi ijazah/akta mengajar
23
harus dilegalisasi oleh perguruan tinggi yang mengeluarkannya atau oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk ijazah luar negeri. d. Penutup. Komponen penutup ini berisi pernyataan dari penyusun dan pemilik dokumen yang memuat tentang jaminan keaslian dan tidak melanggar kode etik dalam membuat dan atau mendapatkannya. Disamping itu, pernyaataan juga berisi kesiapan menerima sanksi atas pelanggaran yang terkait dengan hak cipta, apabila ditemukan atau dikemudian hari ditemukan bukti terjadinya pelanggaran.16 e. Menyusun Portofolio Bukti fisik dan dokumen portofolio disusun dengan urutan sebagai berikut : 1) Halaman sampul 2) Daftar isi 3) Instrumen portofolio, yang meliputi: (a) Identitas peserta dan pengesahan, dan (b) Komponen portofolio yang telah diisi. 4) Bukti fisik atau dokumen portofolio, 4.
Fungsi penyusunan portofolio bagi guru pendidikan agama Islam Portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam jabatan) berfungsi untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi paedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, 16
Ibid., 3.
pengalaman
mengajar,
perencanaan
dan
pelaksanaan
24
pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik. Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) Wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi produktivitas, kwalitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung; (2) Informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; (3) Dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidikan atau belum); dan (4) Dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.17
17
http://www.dikmenum.go.id/dataapp/kurikulum/1.%20KUMPULAN%20PERMEN/04. PERMENDIKNAS%20NO.12,13,16,18%20Thn%202007/Sertifikasi%20Guru/PANDUAN%20P ENYUSUNAN%20PORTOFOLIO.pdf
25
BAB III KEGIATAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SMAN 2 PONOROGO DALAM MENYUSUN PORTOFOLIO
A. Data Umum 1. Sejarah singkat berdirinya dan perkembangan SMAN 2 Ponorogo Pada tahun 1979 di Ponorogo masih ada satu SMA Negeri yaitu SMA 1 Ponorogo dan ternyata animo masyarakat untuk melanjutkan sekolah ke SMA Negeri sangat banyak sehingga SMA 1 Ponorogo tidak dapat menampung siswa baru untuk itu berdirilah SMA 2 Ponorogo. Lembaga SMA 2 Ponorogo ini didirikan tanggal 16 Juli 1979 dengan SK menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, Nomor: 8188/0/1997 tanggal 7 Maret 1997 nama tersebut diubah menjadi SMU Negeri 2 Ponorogo, kemudian menyusul SK bupati Ponorogo SMU berubah nama menjadi SMA kembali. Sebagaimana yang terlampir. Pada saat berdiri, sebenarnya sekolah ini sudah memiliki gedung sendiri sebanyak 9 ruang yang dibangun sejak tahun 1978, tetapi gedung tersebut belum dapat dipakai karena belum dilengkapi dengan fasilitas kegiatan belajar mengajar seperti laboratorium dan perpustakaan. Oleh karena itu proses KBM sehari-hari dilaksanakan disiang hari di SMA Negeri 2 Ponorogo, yang pada saat itu menempati sebuah gedung swasta milik Yayasan Pembatik Bakti di jalan Batoro Katong Ponorogo, dan jumlah siswa kurang lebih 160 orang dengan jumlah 4 ruang.
25
26
Tenaga SMA Negeri 2 Ponorogo pada waktu itu yang tenaga tetap hanya satu orang yaitu kepala sekolah yaitu bapak Suparin, BA. Dari Madiun. Pada tahun 1980 SMA Negeri 2 Ponorogo pindah gedung baru dengan alamat jalan Pacar no. 24 Ponorogo. Dan dipimpin oleh kepala sekolah bapak Soepratijo, BA. Dari Kediri. Dan guru tetap yang lain masih pinjam guru SMA 1, STM, SMP 1 dan SMA 2 Ponorogo. Guru honorer terdiri dari Bapak Aris Mulyadi bidang kesenian, Parmo Romelan Aji bidang sejarah, Mulyadi bidang olah raga, Siti Ariani bidang Biologi, Nurul Harijati bidang BP merangkat ekonomi PPKN, Sri Utami Bahasa Inggris. Mulai berdiri sampai dengan sekarang SMA Negeri 2 Ponorogo sudah ganti kepala sekolah 9 orang. Yang pertama bapak Suparin, BA. Dari Madiun tahun 1979. tahun 2005 kepala sekolah Bapak Drs. Djamil Effendi dari Tulung Agung merangkap dengan kepala SMA Negeri 3 Ponorogo. Tahun 2007 kepala sekolah Bapak Drs. Sugeng Subagyo dari kabupaten Blitar.18 2. Visi dan Misi SMAN 2 Ponorogo SMAN 2 Ponorogo sebagai lembaga pendidikan mempunyai visi dan misi dalam menyelenggarakan aktifitasnya. Adapun visi dan misi SMAN 2 Ponorogo adalah sebagai berikut: a. Visi Mewujudkan sumber daya yang kompetitif, antisipatif dan bertaqwa. 18
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 01/D/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
27
b. Misi 1. Membudayakan rasa disiplin kepada semua warga sekolah. 2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap warga dapat berkembang secara optimal. 3. Mengutamakan semangat kebersamaan kepada seluruh warga sekolah. 4. Menerapkan manajemen terbuka dengan melibatkan seluruh warga sekolah. 5. Mendorong dan membantu siswa mengenali potensi dirinya untuk dapat hidup mandiri. 6. Mendorong
semua
warga
sekolah
(stake
holder)
untuk
berpartisipasi dalam rangka terciptanya 8 (delapan) standar nasional pendidikan.19 3. Letak Geografis Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Ponorogo merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Pendidikan Nasional yang berlokasi di jalan Pacar No. 24 Kelurahan Tonatan Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur.20 4. Struktur Organisasi SMAN 2 Ponorogo. Struktur organisasi dalam suatu perkumpulan atau lembaga sangat penting keberadaannya. Hal ini karena dengan adanya struktur organisasi
19 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 02/D/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 20 Lihat Transkrip Observasi nomor: 01/O/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
28
akan mempermudah pelaksanaan program yang telah direncanakan, juga untuk menghindari kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas antara personil sekolah, sehingga tugas yang dibebankan kepada masing-masing personil dapat berjalan dengan lancar serta mekanisme kerja dan dapat diketahui dengan mudah21.
21
Lihat Traskip Dokumentasi nomor: 03/D/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
29
STRUKTUR ORGANISASI SMAN SECARA OPERASIONAL
KEPALA SEKOLAH Drs. SUGENG SUBAGYO NIP. 131 406 087
KOMITE SEKOLAH
TATA USAHA
Drs. SOERJONO
RETNO SRI INDRATI
WAKIL KEPALA SEKOLAH URUSAN URUSAN KURIKULUM KESISWAAN
URUSAN SARANA Drs. DANAR D.S NIP 13900479
SISWOYO, S.Pd NIP 131783657
Drs. CUK HENDRARYTO NIP 131645711
URUSAN HUMAS Drs. SITI NURCHAYATI NIP 131406004
KOORDINATOR GURU WALI KELAS MGMP PPKN
MGMP AGAMA
MGMP BAHASA
MGMP MIPA
MGMP BP
MGMP LAIN NYA
GURU MATA PELAJA RAN
GURU PEMBIM BING
SISWA
TENAGA KEPEN DIDIKAN LAIN
~
30
5. Keadaan Guru SMAN 2 Ponorogo Dalam suatu lembaga pendidikan, guru memegang peranan penting. Guru menjadi pusat perhatian karena sangat besar peranannya dalam setiap usaha peningkatan mutu. Tenaga pendidik yang ada di SMAN 2 Ponorogo secara keseluruhan berjumlah 57 tenaga pendidik, yang terdiri dari 47 orang guru tetap dan 10 orang guru tidak tetap.22 Untuk mengetahui keadan guru di SMAN 2 Ponorogo disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 keadaan guru SMAN 2 Ponorogo Status Kepegawaian
Jabatan
Tetap
Kepala Sekolah Guru PNS Tidak Tetap Guru Bantu Daerah Guru Tidak Tetap Jumlah
Kepala Sekolah dan Guru Tetap Gol. II Gol. III Gol. IV L P L P L P L
-
1
Jumlah P Jml L+P
-
-
-
-
1
-
1
-
-
6
1
22 17 28 18
-
-
-
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
-
-
5
4
9
-
-
6
1
22 17 28 18
57
46
6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen yang ikut menentukan keberhasilan
proses
pendidikan
dan
pengajaran.
Penyelenggaraan
pendidikan dan pengajaran yang ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai dan lengkap maka proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai dengan maksimal
22
Lihat Traskip Dokumentasi nomor: 04/D/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
31
sebagaimana yang diharapkan. Untuk mengetahui data tentang sarana dan prasarana di SMAN 2 Ponorogo disajikan dalam tabel berikut: 23 Tabel 1.2 sarana dan prasarana SMA 2 Ponorogo. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
23
JENIS RUANG Ruang Teori/Kelas Laboratorium Kimia Laboratorium Fisika Laboratorium Biologi Laboratorium Bahasa Laboratorium Komputer Ruang Perpustakaan Ruang PMR Ruang Serba Guna/Aula Ruang UKS Ruang Kesenian Ruang Pramuka Ruang Pala Koperasi/Toko Ruang BP/BK Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru Ruang TU Ruang Osis Kamar Mandi/WC Guru Kamar Mandi/WC Murid Gudang Masjid Rumah Penjaga Sekolah Pos Jaga JUMLAH
JUMLAH 21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 1 1 1 1 50
LUAS 1512 96 96 96 150 90 130 36 390 24 150 54 54 90 46 36 175 66 48 178 96 21
3812
Lihat Traskip Dokumentasi nomor: 05/D/18-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
32
C. Data Khusus 1. Proses Pelaksanaan Penyusunan Portofolilo Guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 2 Ponorogo. a. Memahami Arti dan Fungsi Portofolio Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya dan prestasi selama guru yang bersangkutan
menjalankan
peran
sebagai
agen
pembelajaran
(kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial). Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam jabatan) adalah untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan
perannya
sebagai agen
pembelajaran.
Kompetensi
paedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan prestasi akademik. Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) Wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi
33
produktivitas, kualitas dan relevansi melalui karya-karta utama dan pendukung; (2) Informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; (3) Dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikasi pendidikan atau belum); dan (4) Dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.24 Dari hasil wawancara dengan bapak suwanto guru PAI di SMAN 2 ponorogo, dalam proses penyusunan portofolio, guru PAI SMAN 2 Ponorogo melaksanakan: 25 1. Mengumpulkan
sertifikat-sertifikat,
SK,
piagam-piagam
serta
penghargaan-penghargaan. Sertifikat-sertikat tersebut dihasilkan melalui proses yang sangat panjang diantaranya, melalui: a. Diklat Pendidikan selama 45 jam bertempat di Ponorogo, dengan penyelenggara Depdikbud Ponorogo. b. Diklat Kurikulum selama 45 bertempat di Ponorogo, dengan penyelenggara Depdikbud Ponorogo. c. Diklat Penyelenggaraan Guru selama 45 jam di Situbondo dengan penyelenggara Depdikbud Situbondo.
24
http://www.dikmenum.go.id/dataapp/kurikulum/1.%20KUMPULAN%20PERMEN/04. PERMENDIKNAS%20NO.12,13,16,18%20Thn%202007/Sertifikasi%20Guru/PANDUAN%20P ENYUSUNAN%20PORTOFOLIO.pdf. 25 Lihat Transkip Dokumentasi nomor : 06/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini.
34
d. Diklat Tartil Al-Qur’an selama 32 jam di Ponorogo dengan penyelenggara Depag Ponorogo. e. Diklat Kurikulum selama 32 jam di Ponorogo dengan penyelenggara Depag Ponorogo. f. Diklat KKG PAI selama 32 jam di Ponorogo dengan penyelenggara Depag Ponorogo. g. Diklat MGMP PAI selama 94 jam di Ponorogo dengan penyelenggara Depag Ponorogo. h. Diklat Pengembangan PAK selama 6 bulan di Ponorogo dengan penyelenggara Dinas Pendidikan Ponorogo. i. Diklat Profesionalis Guru selama 1 hari di Ponorogo dengan penyelenggara Depag Jawa Timur. j. Diklat MGMP selama 42 jam di Ponorogo dengan penyelenggara Depag Ponorogo. k. Diklat KBK Ponorogo selama 56 jam di Ponorogo dengan penyelenggara Dinas Pendidikan Ponorogo. l. Sertifikat guru pamong selama 45 hari di Ponorogo dengan penyelenggara STAIN Ponorogo. m. Karang Pamitran Pembina Pramuka selama 2 hari di Surabaya n. Diklat MGMP PAI 80 jam di Ponorogo dengan penyelenggara Dinas Pendidikan Ponorogo. o. Diklat MGMP PAI selama 92 jam di Ponorogo dengan penyelenggara dinas pendidikan Ponorogo
35
2. Menyusun sertifikat yang telah terkumpul menjadi sebuah dokumen. Dari kumpulan sertikat tersebut dinamakan dokumen portofolio yang didalamnya terdapat komponen portofolio yang mencakup: a. Kualifikasi Akademik Pada kualifikasi akademik guru SMAN 2 Ponorogo telah menempuh jenjang pendididikan S-1 di Perguruan Tinggi Insuri Ponorogo fakultas Tarbiyah jurusan pendidikan agama Islam tahun lulus 1995. Dengan hal itu, maka terlihat bahwa Ijazah S-1 kependidikan agama Islam adalah relevan dengan bidang studi yang diampu di sekolah tempat dinasnya yaitu pendidikan agama Islam.26 b. Pendidikan dan Pelatihan Pada pendidikan dan pelatihan guru SMAN 2 Ponorogo mengikuti diklat dan berbagai pelatihan27. c. Pengalaman Mengajar Pengalaman mengajar guru PAI SMAN 2 Ponorogo adalah: ditugaskan mengajar mulai tahun 1981 sampai dengan 1990 di SDN Peranti II Situbondo bidang studi PAI, tahun 1990 sampai 1992 di SDN Tambakbayan Ponorogo bidang studi PAI, tahun 1992 sampai 2002 di SDN Pakunden 1 Ponorogo bidang
26 Lihat Transkip Dokumentasi nomor : 06/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini. 27 Lihat Transkip Dokumentasi nomor : 07/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini
36
studi PAI dan tahun 2002 sampai sekarang di SMAN 2 Ponorogo bidang studi pendidikan agama Islam. 28 d. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru PAI SMAN 2 Ponorogo adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran PAI, menyusun materi kompetensi Al-Qur’an, Akidah, Akhlak, Fiqh, dan Tarikh semester 1 tahun 2006-2007.29 e. Penilaian dari Atasan dan Pengawas Penilaian oleh atasan langsung ini dilakukan secara obyektif
yaitu
penilaian
yang
sesuai
dengan
keadaan
sesungguhnya. Oleh karena itu, hasil penilaian ini diharapkan benar-benar dapat mengungkap dedikasi kerja peserta sertifikasi guru.30 f. Prestasi Akademik Prestasi akademik diraih pada kejuaraan Rohis atau ketaqwaan dan tata tertib upacara dalam lingkup SMAN 2 Ponorogo. 31
28
Lihat Transkip Hasil Penelitian ini 29 Lihat Transkip Hasil Penelitian ini. 30 Lihat Transkip Hasil Penelitian ini. 31 Lihat Transkip Hasil Penelitian ini
Dokumentasi nomor : 08/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Dokumentasi nomor : 09/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Dokumentasi nomor : 10/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Dokumentasi nomor : 11/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan
37
g. Karya Pengembangan Profesi Dalam karya pengembangan profesi guru PAI SMAN 2 Ponorogo membuat karya tulis dengan judul Relevansi Penerapan CBSA dengan keberhasilan pendidikan PAI di SMPN 1 Ponorogo terbit pada tahun 1995.32 h. Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah Keikutsertaan dalam forum ilmiah guru PAI SMAN 2 Ponorogo telah menjadi ketua Rohis di SMAN 2 Ponorogo. i. Pengalaman Menjadi Pengurus organisasi di bidang kependidikan dan Sosial. 1) Pengalaman Organisasi Pada pengalaman organisasi guru PAI SMAN 2 Ponorogo menjabat sie kependidikan pada organisasi LKK Tingkat Desa pada tahun 2002–2007 dan dibidang pramuka menjabat sekretaris kwaran Ponorogo tingkat Kecamatan Ponorogo pada tahun 1990–2004. 2) Pengalaman Mendapat Tugas Tambahan Pada pengalaman mendapat tugas tambahan guru PAI SMAN 2 Ponorogo adalah tugas menjadi khotib di masjid Baitul Taqwa Paju Kecamatan Ponorogo Dati II Ponorogo pada tahun
32
Lihat Transkip Dokumentasi nomor : 12/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini
38
2002-2007 dan tugas menjadi pembina Rohis di SMAN 2 Ponorogo pada tahun 2006- 2007.33 j. Penghargaan yang Relevan di Bidang Pendidikan Pada penghargaan yang relevan dibidang pendidikan guru PAI SMAN 2 Ponorogo memiliki beberpa penghargaan di antaranya:34 1) Penghargaan pembina kepemimpinan pada tingkat kecamatan Ponorogo yang memberi penghargaan Dinas Pendidikan tahun 1992. 2) Penghargaan seminar pada tingkat kabupaten Ponorogo yang memberi penghargaan Departemen Agama Ponorogo tahun 1992. 3) Penghargaan SKJ pada tingkat kabupaten Ponorogo yang memberi penghargaan Dinas Pendidikan tahun 1995. 4) Penghargaan pesta siaga pada tingkat kabupaten Ponorogo yang memberi pengharagaan kwarcab Ponorogo tahun 1995. 5) Penghargaan Orientasi P4 pada tingkat kabupaten Situbondo yang memberi penghargaan Bupati Situbondo tahun 1982. 6) Penghargaan Fasilitator P4 pada tingkat tingkat kabupaten Situbondo yang memberi penghargaan Bupati Situbondo tahun 1983.
33 Lihat Transkip Dokumentasi nomor : 14/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini 34 Lihat Transkip Dokumentasi nomor : 15/D/F-1/22-V/2009 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian ini
39
7) Penghargaan baca tulis Al-Qur’an pada tingkat kabupaten Ponorogo yang memberi penghargaan Depag Ponorogo tahun 1990. 8) Penghargaan KKN pada tingkat kabupaten Ponorogo yang memmberi penghargaan INSURI Ponorogo tahun 1992. 9) Penghargaan Pondok Ramadhan pada tingkat kabupaten Ponorogo yang memberi penghargaan Depag Ponorogo tahun 1993 – 1994. 10) Penghargaan pengelola Kwartir Ranting GP pada tingkat provinsi Jawa Timur yang memberi penghargaan Kwarda Jawa Timur tahun 1995. 11) Penghargaan Panitia KMD pramuka pada tingkat kabupaten Ponorogo yang memberi penghargaan kwarcab Ponorogo tahun 1995. 12) Penghargaan Pencawarsa Pramuka pada tingkat Bapensi Jawa Timur yang memberi penghargaan Kwarda Jawa Timur tahun 1999. 13) Penghargaan Tartil Qur’an pada tingkat kabupaten Ponorogo yang memberi penghargaan Depag Ponorogo tahun 2000.
40
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Pendidikan Agama Islam SMAN 2 Ponorogo dalam Penyusunan Portofolio Dalam melakukan segala perbuatan tidak selalu berjalan dengan mudah, Begitu juga dengan guru PAI SMAN 2 ponorogo dalam menyusun portofolio tidak terlepas dari hambatan-hambatan, meskipun didalamnya ada juga faktor yang mendukung. Dari hasil wawancara dengan bapak Suwanto mengatakan bahwa, Faktor pendukung guru SMAN 2 Ponorogo menyusun potofolio. “Faktor pendukung yaitu akan diadakannya sertifikasi, kalaupun tidak ada sertifikasi ya tidak menyusun adanya portofolio selain itu juga mendapatkan SK dari kepala sekolah dan semua sertifikat”.35 Begitu pula Ibu Na’mah yang mengatakan : “Faktor pendukungnya, sekolah memberikan kemudahan dalam mengadakan penelitian, rekomendasi dari kepala sekolah yang menghimabau agar Guru-guru sering mengadakan PTK. dan rekomendasi dari Depag”.36 Faktor pendukung yang lain adalah prestasi kerja. Dalam prestasi kerja ini guru dapat dilihat bagaimana kerjanya dan mempunyai prestasi kerja yang dapat dijadikan dokumen portofolio. Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa faktor pendukung dalam penyusunan portofolio guru PAI SMAN 2 ponorogo diantaranya : Pihak sekolah yang selalu mendukung dalam mengadakan penelitian untuk memnuhi persyaratan dalam menyusun portofolio, selain itu juga didukung dengan adanya rekomendasi dari pihak sekolah yang ingin melakukan 35 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 11/1-W/F-2/22-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 36 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 09/2-W/F-2/04-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
41
menyusun portofolio dalam sertifikasi, serta yang paling utama adalah untuk mengikuti akan diadakannya sertifikasi guru. Sedangkan faktor penghambat kegiatan guru pendidikan agama Islam SMAN 2 Ponorogo dalam menyusun portofolio yaitu waktu yang disediakan sangat singkat, seperti hasil wawancara berikut : “Bagi saya hanya masalah waktu saja karena waktu yang tersedia, yaitu empat hari terhitung mulai tanggal 06 sampai 09 September 2007” .37 “Yang menjadi penghambat bagi saya yaitu karena kecilnya kuota dari Depag untuk guru agama di sekolah umum dari NIP 13 (bagi guru-guru agama diknas disekolah umum) sehingga terhambat. Sedangkan bagi guru di diknas diluar guru PAI guru SMA kuotanya lebih besar”.38 3. Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Masalah Menyusun Portofolio. Keberadaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen ini merupakan keharusan sebagai dasar legitimasi tentang status guru yang selama ini dipandang sebelah mata bahkan terkadang tidak dipandang oleh satu mata pun sebagai pekerjaan yang inferior. Setidaknya terdapat empat jaminan kepastian kepada guru melalui undang-undang tersebut: Pertama, kepastian jaminan kesejahteraan, hal ini mengingat bahwa untuk membentuk tenaga yang profesional diperlukan jaminan kelayakan hidup yang memadai. Bagaimanapun juga guru adalah manusia
37 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 04/1-W/F-2/22-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 38 38 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 09/2-W/F-2/04-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
42
yang harus menghidupi keluarga dan dirinya sendiri. Kepastian dan kemapanan kehidupan keluarga secara finansial memiliki signifikansi dalam menumbuhkan ketenangan, konsentrasi, dan dedikasi dalam bekerja.39 Kedua, kepastian jaminan sosial, termasuk di dalamnya asuransi kesehatan bagi dirinya dan keluarganya, serta status sosial di masyarakat. Ketiga, kepastian jaminan keselamatan, terutama keselamatan jiwa dan raga bagi mereka yang bertugas di daerah konflik ataupun dalam perjalanan tugas dinas. Hal ini mengingat bahwa belum adanya jaminan hukum bagi mereka apabila jiwa dan raganya terenggut ketika melaksanakan tugas (kill in action). Ini tentunya berbeda bagi profesi seperti kepolisian dan tentara yang mendapat jaminan hukum bagi dirinya dan keluarga. Keempat, kepastian jaminan hak dan kewajiban. Sudah selayaknya bahwa sebagai profesi memperoleh jugdement dan legitimasi keprofesiannya, terutama akan hak dan kewajibannya. Kewajiban guru merujuk segala apa yang harus dilakukan oleh guru, di sini termasuk tugas pengetahuan dan kemampuan profesioanl, personal, dan sosial. Sedangkan hak, merujuk pada apa yang seharusnya didapatkan dari apa yang telah dilakukan (kewajiban). Sehingga antara hak dak kewajiban harus sinergis, seimbang dan konstruktif Dengan adanya jaminan tersebut Guru PAI di SMAN 2 Ponorogo merujuk pada Undang-udang tersebut tergugahlah hatinya untuk menyusun portofolio guna mengikuti sertifikasi. Dengan adanya 39. Sertifikasi guru tinjauan evaluatif atas penilaian portofolio sebagai alat uji kompetensi. (adityavatara widiadi.htm)
43
sertifikasi tersebut akan tercipta guru-guru yang professional yang tentunya akan membawa ataupun membentuk peserta didiknya menjadi lebih baik. Adapun usaha untuk mengatasi masalah-masalah mengenai hambatan tersebut adalah dengan cara memaksimalkan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya yang dibuktikan dengan mencari dan mengumpulkan keperluan-keperluan portofolio diantaranya mencari serta mengumpulkan
sertifikat-sertifikat,
piagam-piagam,
SK
maupun
penghargaan-penghargaan yang telah diraihnya kemudian mengonsep semuanya menjadi sebuah dokumen portofolio. Hal tersebut sesuia dengan hasil wawancara dengan bapak Suwanto guru PAI di SMAN 2 Ponorogo sebagai berikut: “Untuk mengatasi masalah penghambat tersebut saya menggunakan waktu yang disediakan dengan sebaik mungkin agar tepat waktu” .40 “Saya berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Departemen Agama dan mencari sertifikat, piagam, SK, dan mengumpulkan dokumen serta mengonsep berkas-berkas yang diperlukan”.41 Sebagaimana Pendapat Ibu Na’imah “Berusaha, Berdo’a dan sabar menanti dan tidak putus asa dan menggunakan waktu sambil mengumpulkan berkas-berkas yang akan dijadikan sebagai dokumen portofolio yang diwajibkan untuk diajukan ke Depag”.42 40
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 06/1-W/F-3/22-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 41 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 10/-W/F-3/22-V/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini 42 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 11/2-W/F-3/04-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
44
BAB IV ANALISA PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENYUSUNAN PORTOFOLIO
1) Analisa Proses Pelaksanaan Penyusunan Portofolio Guru Pendidikan Agama Islam SMAN 2 Ponorogo Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial). Dalam sebuah dokumen portofolio sesuai dengan peraturan menteri Pendidikan Nasional RI No 18 tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru harus memenuhi komponen-komponen portofolio diantaranya: kualifikasi akademik yang intinya guru tersebut harus mempunyai ijazah S1, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar dalam hal ini guru SMAN 2 Ponorogo telah mengajar selama 25 tahun, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran ini dapat dibuktikan dengan adanya guru tersebut dalam membuat RPP, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi ini dapat dibuktikan dengan adanya guru PAI SMAN 2 Ponorogo dalam membuat karya tulis dengan judul “Relevansi penerapan CBSA dengan keberhasilan pendidikan PAI di SMPN 1 Ponorogo” yang terbit pada tahun
44
45
1995, keikutsertaan dalam forum ilmiah ini guru PAI pernah menjadi ketua ROHIS SMAN 2 Ponorogo. Berdasarkan data-data yang penulis dapatkan, dapat diketahui bahwa guru PAI di SMAN 2 Ponorogo dalam proses penyusunan portofolio telah bekerja dengan semaksimal mungkin yang dibiktikan dengan cara: mencari dan mengumpulkan berkas-berkas keperluan yang dibutuhkan dalam proses menyusun portofolio. Adapun usaha yang dilakukan guru SMAN 2 Ponorogo dalam menyusun portofolio adalah: dengan cara mencari serta mengumpulkan keperluan portofolio seperti sertifikat, SK, piagam, penghargaan yang telah diperolehnya selama masa jabatan disekolah maupun dalam bidang yang lain seperti seminar, pelatihan-pelatihan, maupun melalui program yang diselenggarakan oleh pemerintah, kemudian dari semua sertifikat maupun piagam yang dimilikinya dikumpulkan menjadi satu setelah semua selesai, kemudian dilegalisirkan kepada pihak sekolah. Dari keterangan diatas penulis dapat menganalisis bahwa proses guru PAI di SMAN 2 Ponorogo dalam menyusun portofolio melaui proses yang panjang diantaranya dengan mencari kemudian mengumupulkan berkasberkas yang telah didapatkannya yang kemudian dikumpulkan menjadi sebuah dokumen portofolio yang intinya untuk mengikuti program sertifikasi guru dalam jabatan. Dengan usaha tersebut di atas telah membuahkan hasil dan mendapatkan sertifikat dengan mendapatkan nilai yang memuskan, yakni diatas batas minimum yang telah ditentukan oleh Assesor.
46
2) Analisa Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Pendidikan Agama Islam SMAN 2 Ponorogo dalam Menyusun Portofolio Dalam mengerjakan segala perbuatan tidak akan terlepas dari faktorfaktor yang mempengaruhuinya diantaranya faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses penyusunan portofolio. Faktor Pendukung guru Pendidikan Agama Islam SMAN 2 Ponorogo dalam menyusun portofolio adalah diantaranya: dengan adanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, maka guru PAI menyusun portofolio, dengan adanya sertifikasi tersebut akan tercipta guru yang profesional dan mumpuni dalam mengatasi persoalan yang dihadapi peserta didik dan dengan adanya sertifikasi diharapkan kehidupan guru akan menjadi lebih sejahtera seperti yang telah dijanjikan perintah sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang, serta adanya pihak sekolah yang memberikan kemudahan dalam mengadakan penelitian, rekomendasi dari kepala sekolah yang menghimbau agar guru-guru sering mengadakan PTK dan rekomendasi dari Depag. Dari deskripsi data mengenai faktor penghambat Guru PAI SMAN 2 Ponorogo dalam menyusun portofolio dapat diketahui bahwa faktor penghambat dalam penyusunan portofolio guru PAI SMAN 2 Ponorogo adalah: Masalah waktu yang disediakan kurang karena waktu yang begitu sangat singkat sehingga membuat guru Pendidikan Agama Islam SMAN 2 Ponorogo harus bekerja ekstra keras dan semaksimal mungkin dalam menggunakan waktu tersebut dalam mencari dan mengumpulkan sertifikat-
47
sertifikat, SK, piagam-piagam, dan berbagai persyaratan guna untuk mengejar waktu dan menyelesaikan dokumen portofolio dan kuota bagi guru PAI Diknas yang bekerja di sekolah umum sangat sedikit dibandingkan dengan guru-guru pada bidang lain. Dari semua keterangan yang ada penulis dapat menganalisis bahwa yang menjadi kendala dalam menyusun portofolio adalah kesediaan waktu yang disediakan oleh Depag kepada guru PAI SMAN 2 Ponorogo sangat singkat sehingga harus bisa memanfaatkan waktu yang tersedia dengan bekerja dengan maksimal serta seefisien mungkin guna memenuhi serta menyelesaikan persyaratan yang ditetapkan oleh Depag. Dan kurangnya kuota bagi guru pada guru agama Islam disekolah umum dari Diknas. 3) Analisa Upaya yang Dilakukan Guru PAI dalam Mengatasi Masalah dalam Menyusun Portofolio. Sesuai dengan deskripsi data pada bab 3, bahwa tidak ada pekerjaan yang selalu berjalan dengan lancar begitu juga guru PAI SMAN 2 Ponorogo dalam menyusun portofolio yang mendapatkan masalah berupa waktu yang disediakan sangat singkat. Serta peluang terhadap Guru PAI Diknas yang bekerja di sekolah umum yang sangat sedikit kuotanya dibanding guru-guru dibidang yang lain. Namun dengan usaha yang maksimal serta managemen waktu yang baik ahirnya dokumen tersebut dapat terselesaikan dengan lancar dan sukses. Dari deskripsi data mengenai Program sertifikasi guru pada dasarnya memberikan harapan yang tinggi, bahwa para guru yang benar-benar
48
memenuhi persyaratan akan dapat lulus sertifikasi. Mereka yang lulus adalah mereka yang benar-benar dikategorikan sebagai pendidik profesional. Sehingga diharapkan mutu pendidikan di Indonesia meningkat karena memiliki tenaga pendidik yang baik dan professional yang nantinya akan membawa anak didik menjadi lebih baik. Serta dengan adanya UndangUndang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen, yang menyebutkan bahwa, Setidaknya terdapat empat jaminan kepastian kepada guru melalui undang-undang tersebut diantaranya: Pertama, kepastian jaminan kesejahteraan, hal ini mengingat bahwa untuk
membentuk tenaga yang profesional diperlukan jaminan kelayakan hidup yang memadai. Bagaimanapun juga guru adalah manusia yang harus menghidupi keluarga dan dirinya sendiri. Kepastian dan kemapanan kehidupan
keluarga
secara
finansial
memiliki
signifikansi
dalam
menumbuhkan ketenangan, konsentrasi, dan dedikasi dalam bekerja. Kedua, kepastian jaminan sosial, termasuk di dalamnya asuransi kesehatan
bagi dirinya dan keluarganya, serta status sosial di masyarakat. Ketiga, kepastian jaminan keselamatan, terutama keselamatan jiwa dan raga
bagi mereka yang bertugas di daerah konflik ataupun dalam perjalanan tugas dinas. Hal ini mengingat bahwa belum adanya jaminan hukum bagi mereka apabila jiwa dan raganya terenggut ketika melaksanakan tugas (kill in action). Ini tentunya berbeda bagi profesi seperti kepolisian dan tentara yang mendapat jaminan hukum bagi dirinya dan keluarga.
49
Keempat, kepastian jaminan hak dan kewajiban. Sudah selayaknya bahwa
sebagai profesi memperoleh jugdement dan legitimasi keprofesiannya, terutama akan hak dan kewajibannya. Kewajiban guru merujuk segala apa yang harus dilakukan oleh guru, di sini termasuk tugas pengetahuan dan kemampuan profesioanl, personal, dan sosial. Sedangkan hak, merujuk pada apa yang seharusnya didapatkan dari apa yang telah dilakukan (kewajiban) seperti mendapatkan hak untuk mengikuti sertifikasi. Sehingga antara hak dan kewajiban harus sinergis, seimbang dan konstruktif. Dengan adanya undang-undang tersebut tergugahlah semangat guru PAI SMAN 2 Ponorogo untuk menyusun portofolio meskipun hanya mempunyai waktu yang sangat singkat. Dan upaya yang dilakukan guru PAI SMAN 2 Ponorogo dalam mengatsi maslah tersebut adalah dengan bekerja semaksimal mungkin dalam mencari maupun mengumpulkan persyartanpersyaratan yang harus dipenuhi dalam menyusun portofoilio. Dari penjelasan di atas penulis dapat menganalisis bahwa upaya yang dilakukan Guru PAI SMAN 2 Ponorogo dalam mengatasi masalah penyusunan portofolio adalah dengan berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan serta memenuhi persyaratan penyusunan portofolio, seperti mencari
sertifikat-sertifikat,
SK,
Piagam-piagam
yang
kemudian
dikumpulkan menjadi sebuah dukumen yang disebut portofolio. Dan mengenai kuota yang disediakan sedikit jika bisa memanagemen waktu dengan baik, maka selama itu guru PAI tersebut memanfaatkan waktu yang disediakan dengan mengumpulkan serta mencari hasil PTK yang paling tepat
50
yang akhirnya disesuaikan dengan portofolio, dengan usaha tersebut diharapkan guru tersebut berhak mendapatkan atau dapat mengikuti sertifikasi.
51
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses Pelaksanaan Penyusunan Portofolio Guru PAI SMAN 2 Ponorogo yaitu melalui berbagai kegiatan diantaranya dengan cara mencari dan mengumpulkan
berkas-berkas
serta
keperluan
untuk
melengkapi
komponen yang harus dikumpulkan dalam penyusunan portofolio berjalan dengan sukses dan berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan, itu semua tidak terlepas dari usaha dengan keras dan tidak ada alasan untuk mengeluh, karena semua persyaratan merupakan sebagai tugas sebagai guru yang akan mendapat sertifakat dalam ujian sertifikasi. 2. Dalam mengerjakan dokumen portofolio guru PAI SMAN 2 Ponorogo mendapati dua faktor yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukungnya adalah pihak sekolah yang mendukung guru PAI untuk menyusun portofolio dan tersedianya berkas-berkas/data-data yang dibutuhkan untuk menyusun portofolio, serta pihak kepala sekolah yang selalu siap dalam segala hal yang diperlukan guru dalam menyusun portofolio. Sedangkan faktor penghambatnya adalah mengenai waktu yang disediakan penyelenggara yang sangat singkat. 3. Upaya yang dilakukan guru PAI di SMAN 2 Ponorogo dalam menghadapi masalahnya adalah dengan berusaha menggunakan waktu yang tersedia dengan berbagai kegiatan dan menggunakannya dengan semaksimal mungkin. Diantara kegiatan tersebut adalah mengumpulkan serta
51
52
mengonsep data-data, berkas-berkas yang akan digunakan sebagai dokumen portofolio. B. Saran 1.
Bagi sekolah yang ingin mendapatkan/mempunyai guru yang profesional hendaknya
mempersiapkan
guru-gurunya
untuk
sering-sering
mengadakan PTK, Menyusun RPP guna untuk meningkatkan kreatifitas guru
dan
mempersiapkan
untuk
menyusun
portofolio
serta
mempermudah jalan bagi guru yang akan menyusun portofolio. 2.
Bagi seorang guru yang ingin menyusun portofolio hendaknya mempersipkan segala persyaratan-persyaratan sedini mungkin. Karena dengan hal itu dalam mengerjakan atau mengonsep akan sangat membantu dan dapat mempermudah dalam menyusun karena sudah tersedia semuanya.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arief Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta Ciputat Press, 2005. Arikunto Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003 Depag Ri Al-qur’an dan Terjmahan Direktorat Pendidikan Madrsah Departemen Agama 2007 Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003 Mulyana Dedy. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004 Mulyasa, Standar Kompetensi Dan sertifikasi guru Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007 Muslich, Masnur, Serifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 2005 Soetjipto dan Kosasi Raflis, Profesi Keguruan, Jakarta: Rinekacipta 2004 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993 Undang-undang No 20 tahun 2005 Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Umbara 2005 Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990
54
Usman Husaini dan S.A Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2003 Yamin Martinis, Desaian Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pengajaran, Jakarta: Gp Press 2007