BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan tuntutan Kurikulum KTSP yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah mengharapkan agar penguasaan materi pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan. Semua mata pelajaran persetiap satuan pendidikan sudah barang tentu menerapkan kurikulum KTSP ini. Karena itu sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang dapat membantu siswa dalam belajar dan mampu melahirkan generasi muda yang berbakat dalam mengoptimalkan sistem pembelajarannya di sekolah tersebut. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang mengutamakan keaktifan dan keterlibatan siswa itu sendiri agar siswa bisa meningkatkan
pemahaman
konsep,
penalaran
dan
komunikasi,
serta
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Dalam implementasinya, guru bisa menerapkan suatu strategi pembelajaran yang bisa meningkatkan beberapa aspek tersebut. Guru merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran (Sanjaya, 2006:52). Karena itu, guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi/ metode pembelajaran. Guru diibaratkan sebagai sutradara dan siswa sebagai pemain, jadi guru
memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga siswa diharapkan akan memiliki kecakapan hidup. Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru seharusnya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai bagaimana cara “membelajarkan siswa”. Namun pada kenyataannya, walaupun pelaksanaan pembelajaran di sekolah sudah menggunakan KTSP namun masih kurang memperhatikan tercapainya kompetensi siswa atau dalam arti yang sederhana adalah hasil belajar belum
maksimal
sesuai
dengan
rencana
dan
tujuan
yang
hendak
dicapai/ditetapkan. Sebagai bukti, hal ini tampak pada hasil belajar setiap semesternya. Sebagai contoh pada hasil belajar Fiqih di SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan. Banyak hal yang bisa mempengaruhinya seperti cara guru dalam menggunakan strategi mengajar di kelas yang masih tetap menggunakan cara lama, yaitu guru masih dominan dengan menggunakan satrategi pembelajaran konvensional yang salah satunya adalah strategi pembelajaran deduktif, sehingga siswa cenderung pasif dan hanya sebagai penonton, hal ini karena paradigma lama masih melekat dan kebiasaan yang susah dirubah. Oleh karena itu, yang terlihat pada hasil belajar fiqih di SMA Swasta Perguruan AlAzhar Medan siswa masih dalam kategori rendah dan belum memuaskan.
Oleh karena itu, kalau kita ambil sebuah sekolah sebagai tempat penelitiannya, maka tampaklah rendahnya hasil belajar siswa tersebut. Rendahnya mutu pendidikan ini tercermin pada hasil belajar siswa yang salah satu tolak ukurnya adalah Ujian Semester. Hal ini terjadi di SMA Swasta Perguruan AlAzhar Medan, bahwa hasil belajar siswa masih rendah, termasuk pada mata pelajaran Fiqih. Data yang diperoleh dari hasil ujian murni SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Ujian Semester siswa untuk mata pelajaran Fiqih masih rendah, seperti terlihat pada Tabel berikut : Tabel 1. Hasil Ujian Fiqih siswa kelas XI Semester II SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan Tahun Pelajaran 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011
Nilai Terendah 6.50 5.90 5.75 4.75 6.22
Nilai Rata-rata 7.55 7.25 7.15 6.18 7.41
Nilai Tertinggi 8.50 8.20 8.25 7.25 8.67
Sumber Data : Hasil Ujian Murni SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan
Data di atas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar Fiqih masih cenderung kurang memuaskan karena rata-ratanya belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 8.00, sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh guru bidang studi tersebut di SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan. Oleh karena itu, diduga banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar tersebut seperti penggunaan strategi pembelajaran yang belum tepat, latar belakang pendidikan yang berbeda, profesionalisme gurunya, penggunaan media pembelajaran, motivasi dan minat siswa, dan lain-lain.
Sekarang ini telah berkembang cukup banyak metode dan strategi pembelajaran yang bisa membangkitkan dan meningkatkan pemahaman siswa, salah satunya adalah dengan strategi pembelajaran Generatif (Generative Learning). Pembelajaran Generatif adalah pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif antara materi atau pengetahuan baru yang diperoleh dengan skemata (Baharuddin, 2009:128). Generatif Learning diperkenalkan pertama kali oleh Osborne dan Cosgrove (Wena, 2011 : 177). Strategi pembelajaran Generatif terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap explorasi, pemfokusan, tantangan atau tahap pengenalan konsep, dan tahap penerapan konsep (Wena, 2011 : 177). Dimana pada setiap tahap siswa dituntut untuk aktif dan saling bekerjasama dengan teman kelompoknya untuk menyusun materi yang akan dipelajari, sehingga setelah materi selesai disusun secara tertulis oleh siswa, maka siswa mempresentasekan materi secara bergantian sesuai dengan urutan masing-masing kelompok. Maka selanjutnya menurut Sutarman dalam Wena, (2009:180) pada tahap akhir (tahap penerapan konsep) guru bisa meminta siswa untuk mengerjakan tugas/PR dengan beberapa latihan soal-soal atau bisa dengan tugas proyek yang dilaksanakan di luar jam pertemuan. Selanjutnya Dahar (1986) juga mengemukakan, sebab-sebab lulusan kurang bermutu atau belum memenuhi harapan adalah : (1) input yang kurang baik kualitasnya, (2) guru dan personal yang kurang tepat, (3) materi yang tidak atau kurang cocok, (4) strategi mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai, (5) kurangnya sarana penunjang, (6) sistem administrasi yang kurang tepat. Hal ini menjadi tantangan bagi guru, terutama guru Fiqih dalam upaya
meningkatkan pemahaman dan wawasan siswa tentang mata pelajaran Fiqih. Selain itu era globalisasi merupakan tantangan yang tidak kalah pentingnya bagi guru Pendidikan Agama Islam pada umumnya, terkhusus guru Fiqih. Memang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu : Al-Qur’anHadis, Fiqih, Aqidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling keterkaitan, isi mengisi dan saling melengkapi. Fiqih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya. Dalam artian bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan manusia lainnya itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/ seni, iptek, olah raga/ kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Sehingga di SMA Swasta Perguruan Al-azhar Medan, mata pelajaran Fiqih ini dipelajari 4 jam pelajaran dalam seminggu setiap kelas yaitu 2 kali dalam seminggu dalam mengikuti pelajaran tersebut (2 jam pelajaran dijadikan sebagai pemberian materi (teori) dan 2 jam pelajaran sebagai praktek). Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Perguruan Al-Azhar Medan bernaung di bawah naungan Dinas Pendidikan Kota Medan yang mengembangkan penyelenggaraan sistem kurikulum two in one yaitu dua kurikulum sekaligus seperti pada kurikulum Madrasah yang di bawah naungan Kementerian Agama. Oleh sebab itulah, SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan selain mengajarkan
bidang studi umum juga mengajarkan bidang studi agama yang terdiri dari 4 mata pelajaran (Al-Qur’an-Hadis, Fiqih, Aqidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam). Seperti kebiasaannya pembelajaran Fiqih selama ini terlalu dipengaruhi oleh pandangan instan yaitu siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep, padahal materi Fiqih tingkat SMA terutama di Perguruan Al-Azhar Medan diantaranya melaksanakan ketentuan-ketentuan yang menuntut penyampaian tidak hanya didominasi melalui penyampaian konsep saja. Dengan
kata lain bahwa pembelajaran Fiqih terfokus kepada guru. Dalam
pembelajaran generatif dimulai dari masalah pengalaman keseharian siswa sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran bermakna. Peran guru terutama sebagai pembimbing dan juga sebagai fasilitator bagi siswa dalam proses rekonstruksi ide dan konsep Fiqih. Peran guru disini berubah dari seorang fasilitator menjadi pembimbing yang menghargai setiap pekerjaan dan jawaban siswa. Strategi pembelajaran yang digunakan guru-guru selama ini belum optimal sehingga menyebabkan timbulnya kebosanan siswa yang berakibat rendahnya hasil belajar. Untuk mengurangi atau bahkan menghindari strategi belajar yang terlalu monoton diupayakan berbagai strategi mengajar yang lebih efektif dalam menciptakan komunikasi yang multi arah, sehingga diharapkan juga menimbulkan dan meningkatkan interaksi yang proaktif dalam pembelajaran Fiqih. Untuk itu perbaikan proses pembelajaran di kelas dapat dititik beratkan pada aspek kegiatan pembelajaran. Aspek ini terkait langsung dengan tanggung
jawab guru dalam membina peserta didik menjadi lebih termotivasi untuk belajar sekalipun dengan dukungan yang minimal dari guru tanpa perlu diceramahi. Konsep ini berasal dari acuan bahwa tidak ada siswa yang bodoh, dan pengalaman membuktikan bahwa keterbelakangan dan kebodohan hanya terjadi jika subjek tersebut malas belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dengan
penerapan
strategi
pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan itu sendiri yang tidak terlepas dari peranan guru. Kemampuan guru menguasai teknologi pembelajaran untuk merencanakan, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi serta melakukan feedback menjadi faktor penting guna mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan guru menguasai materi pembelajaran, gaya mengajar, penggunaan media, penentuan strategi, dan pemilihan metode pembelajaran merupakan suatu usaha guna melancarkan proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan strategi pembelajaran yang tepat menjadi pilihan bila menginginkan
pembelajaran
menjadi
efektif
dan
efisien,
sebagaimana
diungkapkan Slameto (1995 : 65) agar siswa dapat belajar dengan baik maka strategi pembelajaran dilakukan secara efektif dan efisien. Dikatakan efektif apabila strategi pembelajaran tersebut menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan dengan kata lain tujuan tercapai. Dikatakan efisien apabila strategi pembelajaran yang diterapkan relatif menggunakan tenaga, usaha, biaya dan waktu yang dipergunakan seminimal mungkin.
Terdapat berbagai macam strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan guru di kelas, salah satu di antaranya adalah strategi pembelajaran generatif. Namun perlu disadari bahwa strategi tersebut tidak ada yang terbaik atau terburuk, karena strategi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam hal ini Sudjana (2002 : 76) menyatakan bahwa “masing-masing metode memiliki keunggulan serta kekurangan”. Pada pembelajaran generatif, guru lebih bersifat fasilitator bagaikan sebuah tim yang bekerjasama dengan siswa dalam menggali sumber-sumber informasi, dan guru bertugas mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang diinginkan siswa. Strategi pembelajaran generatif bertujuan untuk membina siswa dalam mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa secara komprehensif (menyeluruh) dan berinteraksi dengan lingkungannya. Strategi pembelajaran generatif menekankan pembelajaran dimana siswa menemukan sendiri apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui dari orang lain sebagaimana terjadi dalam pembelajaran deduktif. Sementara itu starategi pembelajaran deduktif merupakan pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered), siswa kurang
diberdayakan dan komunikasi yang terjadi umumnya bersifat satu arah. Dalam proses pembelajaran deduktif siswa hanya dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan cara yang ditunjukkan guru, hingga membuat siswa bersifat menunggu penjelasan dari guru atau guru mengajarkan materi tertuju pada hasil pembelajaran saja, dan siswa kurang berani bertanya atau memberikan tanggapannya terhadap masalah dalam pembelajaran Fiqih.
Di samping pemilihan strategi pembelajaran yang tepat, maka perolehan hasil belajar Fiqih siswa juga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu : kurangnya media pembelajaran Fiqih yang efektif dan menarik dalam proses pembelajaran, latar belakang pendidikan formal yang berbeda yang dilalui oleh siswa, rendahnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajara Fiqih, kurangnya minat belajar siswa dalam belajar Fiqih, kurangnya kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, latar belakang pendidikan keluarga siswa, dan lain-lain. Oleh karena penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak agar sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat dalam memahami isi pembelajaran), karena strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa. Selain dari strategi pembelajaran, ada hal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu latar belakang pendidikan siswa sebelum memasuki SMA Swasta Al-Azhar Medan yaitu yang berlatar belakang dari sekolah agama dan sekolah umum. Sekolah agama yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah setingkat SMP
yaitu Madrasah Tsanawiyah atau SMP Berlabel Islam yang dilalui siswa selama 3 tahun sebelum memasuki tingkat selanjutnya Sekolah Menengah Atas (SMA). Sedangkan Sekolah Umum adalah setingkat SMP yaitu SMP Nasional baik yang berstatus negeri maupun swasta yang didahului oleh siswa selama 3 tahun sebelum memasuki tingkat selanjutnya Sekolah Menengah Atas (SMA), yang mereka ini tidak secara khusus mempelajari mata pelajaran Fiqih. Karena itu diduga siswa dengan latar belakang pendidikan yang berbeda akan mengalami perbedaan pemahaman terhadap materi Fiqih yang berbeda pula. Memperhatikan hal ini guru dapat menyesuaikan, menyusun dan membuat materi ajar yang relevan untuk membantu dan mengarahkan kesiapan siswa untuk menerima materi pelajaran dalam proses pembelajaran Fiqih. Berdasarkan fenomena dan kenyataan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian eksperimen tentang penerapan strategi pembelajaran generatif yang diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih siswa. Sebagai pembanding dari akibat aplikasi strategi tersebut akan dilihat pengaruh strategi deduktif (strategi pembelajaran yang sering digunakan guru di kelas) yang akan dilakukan secara bersama pada siswa kelas XI (sebelas), dan selain itu juga dilihat latar belakang pendidikan yang dilaluinya sebelum memasuki SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan semester II Tahun Pelajaran 20011/2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah-masalah yang esensial dalam pembelajaran Fiqih. Karena hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar Fiqih di SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan. Hal ini dapat terlihat dari hasil ujian murni setiap semester yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas XI di SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan. Oleh karena itu, adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam pembelajaran fiqih adalah sebagai berikut : (1) Apakah ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar Fiqih? (2) Strategi apa yang biasa digunakan dalam pembelajaran Fiqih selama ini? (3) Apakah strategi pembelajaran Fiqih yang diterapkan selama ini kurang menarik perhatian siswa? (3) Apakah guru dalam menyampaikan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran yang menyenangkan? (4) Apakah strategi pembelajaran generatif dapat mempengaruhi hasil belajar Fiqih di SMA Swasta Perguruan Al-Azhar? (5) Apakah motivasi dan minat siswa mempengaruhi hasil belajar Fiqih? (6) Apakah guru memperhatikan karakteristik siswa dalam menyampaikan pembelajaran Fiqih? (7) Apakah latar belakang pendidikan yang berasal dari sekolah agama mempengaruhi hasil belajar Fiqih? (8) Apakah profesionalisme guru mempengaruhi hasil belajar Fiqih? (9) Apakah sarana dan prasarana pendukung mempengaruhi hasil belajar Fiqih? (10) Apakah media pembelajaran mempengaruhi hasil belajar Fiqih?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dilihat bahwa banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan, sehingga perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini. Dengan demikian, adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini hanya dibatasi pada : Strategi pembelajaran generatif dan strategi pembelajaran deduktif yang diterapkan dalam pembelajaran Fiqih di kelas XI SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan. Latar belakang pendidikan siswa yang berasal dari sekolah agama dan sekolah umum sebelum memasuki SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan. Hasil belajar Fiqih siswa kelas XI semester II SMA Swasta Perguruan Al-Azhar Medan. Adapun yang menjadi variabel bebas aktifnya adalah strategi pembelajaran yang dalam hal ini adalah strategi pembelajaran generatif dan deduktif. Variabel bebas sekunder (moderator) adalah latar belakang pendidikan siswa yang dilaluinya yaitu sekolah agama dan sekolah umum. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih. Dalam penelitian ini hasil belajar Fiqih hanya dibatasi pada ranah kognitif dengan menggunakan taksonomi Bloom.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah
yang
dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah hasil belajar Fiqih siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran generatif
lebih tinggi dari pada hasil belajar Fiqih yang
dibelajarkan dengan strategi pembelajaran deduktif ? 2. Apakah hasil belajar Fiqih siswa dengan latar belakang pendidikan sekolah agama
lebih tinggi dari pada hasil belajar Fiqih dengan latar belakang
pendidikan sekolah umum? 3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan latar belakang pendidikan yang berbeda terhadap hasil belajar Fiqih?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hasil belajar Fiqih siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran generatif dan hasil belajar Fiqih siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran deduktif ? 2. Untuk mengetahui hasil belajar Fiqih antara siswa dengan latar belakang belakang pendidikan sekolah agama dengan siswa dengan latar belakang pendidikan sekolah umum? 3. Untuk mengetahui interaksi antara strategi pembelajaran dan latar belakang pendidikan siswa terhadap hasil belajar Fiqih?
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran Fiqih.
2.
Sumbangan pemikiran bagi guru khususnya guru Fiqih dalam memahami dinamika dan karakteristik siswa.
3.
Bahan masukan bagi lembaga pendidikan sebagai aplikasi teoretis dan teknologi pembelajaran.
4.
Bahan perbandingan bagi peneliti lain, yang membahas dan meneliti permasalahan yang sama atau yang hampir sama.
Manfaaat praktis dari penelitian ini adalah : 1.
Sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru tentang strategi pembelajaran pada pembelajaran Fiqih yang dapat diterapkan guru bagi kemajuan dan peningkatan keberhasilan belajar siswa.
2.
Sebagai bahan pertimbangan bagi siswa dalam melaksanakan pembelajaran aktif khususnya dalam pembelajaran Fiqih.
3.
Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam hal-hal yang berhubungan dengan aplikasi teknologi pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Fiqih.