BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an berbicara tentang perempuan dalam berbagai surat, dan pembicaraan tersebut menyangkut berbagai sisi kehidupan.1 Karena al-Qur’an sendiri merupakan sumber dan dalil pokok hukum Islam.2 Di antaranya, terdapat ayat yang berbicara tentang hak dan kewajiban perempuan, seperti ayat-ayat yang menjelaskan hak dan kewajiban istri dalam pernikahan. Ada pula ayat yang menguraikan keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah agama dan kemanusiaan,3 Seperti kisah ratu Bilqis. Terdapat pula ayat yang berbicara mengenai perempuan-perempuan ṣāliḥah yang menjadi wacana yang menarik untuk meneladani sifat-sifatnya, seperti ayat-ayat yang menjelaskan tentang kisah Siti Maryam, perempuan ṣāliḥah yang menjaga diri, aurat, dan senantiasa bertaqwa kepada Allah. Disamping itu terdapat juga ayat-ayat yang berbicara mengenai perempuan yang memiliki sifat-sifat yang mungkin harus dijadikan pelajaran agar terhindar atau meminimalisirnya, seperti yang terdapat dalam Q.S al-Lahab: 4-5 yang menceritakan istri Abu Lahab, paman Nabi SAW. Terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan, bukan hanya pada bentuk fisiknya, namun juga dari segi psikisnya. Dan pembagian-pembagian kerja
1
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat cet-10 (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 303 2 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih jilid-2 cet-2 (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 2 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbāh Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, loc.cit., hlm. 256
1
2
keduanya didasarkan oleh perbedaan-perbedaan tersebut.4 perbedaan itu tidak menjadikan salah satu jenis kelamin lebih unggul atau istimewa dari yang lain.5 Laki-laki lebih memiliki karakter yang dicirikan dengan dunia kerja, penaklukan, ekspansi, dan agresivitas. Sedang perempuan, mempunyai skema dasar dan struktur yang khas menampilkan diri sebagai dunia “yang memelihara”.6 Memelihara dari segala sesuatu yang ada disekitarnya. Perempuan sebagai person tak bisa berdiri sendiri tanpa dunianya. Tanpa komunikasi dan partisipasinya dalam dunia baru dalam kehidupan sehari-hari.7 Perempuan juga merupakan bentuk “Aku-yang mencari-Engkau”. Maka perempuan harus mencari subjek lain untuk berinteraksi. Karena eksisitensi perempuan sebagai manusia adalah hidup bersama dengan yang lain, yaitu mengalami hidup bersama sebagai antar subyektivitas, terutama dengan suami dan anak-anaknya.8 Menurut Murtadha Muthahhari, perempuan diciptakan dalam keadaan membutuhkan laki-laki dalam masalah material dan finansial. Sebaliknya, lakilaki membutuhkan perempuan dalam segi rohaninya. Tanpa bergantung pada lakilaki, perempuan tidak dapat menanggung pembelanjaan untuk memenuhi kebutuhan materialnya yang jauh lebih banyak daripada kebutuhan laki-laki.
4
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat cet-10 (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 310 5 M. Quraish Shihab, Dia di mana-mana cet-7 (Ciputat: Lentera Hati, 2009), hlm. 157 6 Kartini Kartono, Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja & Perempuan Dewasa cet-6 jilid-I (Bandung: Mandar Maju, 2006), hlm. 3 7 Ibid. hlm. 7 8 Ibid. hlm. 9
3
Sehubungan dengan ini, Islam telah menetapkan pasangan yang sah dari perempuan sebagai satu-satunya pusat ketergantungannya, yakni suaminya.9 Selain itu—masih menurut Murtadha Mutahhari—perempuan memerlukan uang dan harta yang lebih banyak daripada laki-laki. Barang-barang mewah dan perhiasan merupakan kebutuhan primer perempuan. Jumlah uang yang dibelanjakan perempuan untuk barang-barang mewah, alat kecantikan dan perhiasan, besarnya menyamai belanja beberapa laki-laki. Kecenderungan terhadap barang perhiasan ini dengan sendirinya menciptakan variasi dan kesenangan bergaya pada perempuan.10 Namun, Energi dan upaya perempuan dalam mencari uang lebih kecil dari pada laki-laki.11 Karena di antara hal pokok yang menjadi daya tarik terhadap perempuan adalah sesutau yang ditambahkan pada tempat-tempat tertentu pada badan perempuan. Seperti harta benda perhiaasan, misalnya gelang, cincin, kalung dan semacamnya merupakan jenis alat-alat yang digunakan sebagai hiasan dalam rangka menampilkan menampilkan keindahan dan kecantikan.12 Penelitian tentang perempuan dari berbagai aspeknya dalam al-Qur’an menjadi penelitian yang banyak dilakukan dari berbagai disiplin ilmu. Seperti yang telah dipaparkan di atas, perempuan mempunyai kaitan erat dengan harta yang sering kali hal itu menjadi stereotype yang sudah seringkali dianggap sebagai sesuatu yang sudah pasti melekat pada perempuan, yakni materialis.
9
Murtadha Muthahhari, Hak-hak Wanita dalam Islam edisi terjemahan oleh M. hashem cet-4 (Bandung: Lentera, 1997), hlm. 148 10 Ibid. hlm. 146 11 Murtadha Muthahhari, Hak-hak Wanita dalam Islam, Op.cit., hlm.146 12 M. Quraish Shihab, Perempuan dari Cinta sampai Seks dari Nikah Mut‟ah sampai Nikah Sunnah dari Bias Lama sampai Bias Baru cet-4 (Jakarta: Lentera Hati, 2007)., hlm. 58
4
Penulis mengkhususkan penelitian ini pada hubungan perempuan terhadap harta yang sering dijadikan stereotype seperti yang dijelasakan di atas. Alasan penulis melakukan penelitian tentang perempuan dan harta adalah penelitianpenelitian tentang hak-hak dan kewajiban perempuan mengenai harta sudah banyak dibahas dalam ilmu fiqih yang sudah secara khusus membahas mengenai fiqih perempuan ataupun yang lainnya. Penelitian mengenai keistimewaan perempuan dalam al-Qur’an sudah terdapat banyak wacana yang menjadi rujukan agar
perilaku
manusia—khususnya
perempuan—dapat
mengambil
setiap
pelajaran yang terkandung di dalamnya. Dengan mengetahui hubungan perempuan dan harta agar lebih mengetahui hak dan kewajiban perempuan sebagai kodratnya. Selain itu, sifat kecenderungan perempuan terhadap harta merupakan sikap yang sering kali menjadi stereotype terhadap perempuan dan sering kali menjadi sesuatu hal yang sudah pasti melekat terhadap perempuan. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an antara lain dijelaskan dalam Q.S al-Ahzāb [33]: 28:
ْ يَا أَيُّ َها الىَّبِ ُّي قُ ْل َّس ِّر ْح ُكه َ ُاجكَ إِنْ ُك ْىتُهَّ تُ ِردْنَ ا ْل َحيَاةَ ال ُّد ْويَا َو ِزيىَتَ َها فَتَ َعالَيْهَ أُ َمتِّ ْع ُكهَّ َوأ ِ ألز َو احا َج ِميال ً س َر َ Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu menginginkan kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar ku berikan padamu „mut‟ah‟ dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik (28).” (Q.S al-Ahzab [33]: 28-29).13 Dalam sabab nuzul ayat tersebut dijelaskan bahwa istri-istri Nabi SAW menuntut nafkah dan perhiasan yang lebih kepada Nabi SAW. Namun Nabi SAW
13
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Jakarta: PT Cahaya Intan Cemerlang, 2006), hlm. 421
5
mengajukan pilihan kepada mereka untuk memilih dunia atau akhirat, sehingga istri-istri Nabi SAW lebih memilih akhirat.14 Dalam ayat tersebut adanya indikasi karakter manusia yaitu istri-istri nabi yang
menginginkan kehidupan dunia dan perhiasan yang disebutkan dengan
turidna al-hayat ad-dunya. Dalam tafsir al-Mishbāh dijelaskan bahwa “menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya” adalah menjadikannya sebagai pokok dalam ketergantungan dan kecenderungan hati padanya, baik kehidupan yang dialami benar-benar menjadi lapang dan nyaman, maupun tidak.15 Selain itu , terdapat hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari , Muslim ̣ dan Tirmidzi dari sahabat Abi Hurairah yang mengatakan bahwa perempuan dari tulang rusuk yang bengkok,16 namun hal itu harus dipahami dalam makna kiasan, dalam arti bahwa hadis tersebut memperingatkan laki-laki dalam menghadapi perempuan dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan laki-laki, karena jika hal itu tidak disadari akan dapat mengatar kaum laki-laki untuk bersikap tidak wajar. Laki-laki tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawan perempuan. Kalaupun seorang laki-
14
Al Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaban-Nuqul fi asbab an-Nuzul edisi terjemahan M. Abdul Mujib Cet-1 (Surabaya: Darul Ihya, 1986), hlm. 456-457 15 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbāh Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, juz-11 cet-5 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm. 256 16 Lihat: Imam Abu al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj al-Qusyairi an-Nasaiburi, Ṣahih Muslim, juz-2, cet-1 (Mesir: Dar al-Kutub al-Arabiyyah) hlm. 1090. Lihat Juga: Muhammad bin Isma’iln al-Bukhori, Ṣahih Al-Bukhari cet-2 (Beirut: Dar al-Ulum al-Insaniyah, 1993), hlm. 1861 قَا َا س ْيَانُ َهْ أَاِي ال ِّسوَا ِد َهْ ْاألَ ْ َر ِ َهْ أَاِي ُ َر ْي َرةَ قَا َا ُ َح َّد َىَا َ ْم ٌررو الىَّاقِ ُد َوااْهُ أَاِي ُ َم َر َواللَّ ْ ُ ِ ْا ِه أَاِي ُ َم َر قَا َ َح َّد َىَا َّ صلَّى َّ سى ُا ْ ستَ ْمتَعْتَ اِ َها ا ْ ستَقِي َم لَ َك َ لَى طَ ِريقَ ٍت فَإِنْ ا ْ َضلَ ٍع لَهْ ت ستَ ْمتَعْتَ اِ َها َواِ َها ِ َى ٌر ُ َر َ َّللاُ َ لَ ْي ِه َو َ َِّللا ِ ْسلَّ َم إِنَّ ا ْل َم ْرأَةَ ُخلِقَتْ ِمه س ُر َا طَ َالقُ َها ْ س ْرتَ َها َو َك َ َوإِنْ َذ َبْتَ تُقِي ُم َها َك
6
laki berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok.17 M. Quraish Shihab merupakan tokoh yang sangat memperhatikan posisi perempuan. Jika melihat dari asal-usul kejadian perempuan maka laki-laki dan perempuan merupakan makhluk yang sama dalam segi penciptaanya.18 Keduanya berasal dari jenis yang sama dan bahwa dari keduanya secara bersama-sama Allah mengembangbiakkan keturunan baik yang laki-laki maupun perempuan.19 Karya-karya M. Quraish Shihab juga tidak sedikit yang berbicara mengenai persolan perempuan. Selain itu, M. Quraish Shihab juga sebagai mufasir Indonesia kontemporer yang mempunyai karya penafsiran al-Qur’an secara utuh, dalam artian menafsirkan al-Qur’an dari awal hingga akhir. Hal itu M. Quraish Shihab tuangkan dalam karya tafsirnya, yakni al-Mishbāh. Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang dijelaskan di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “PEREMPUAN DAN HARTA DALAM AL-QUR’AN (STUDI TERHADAP PENAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-MISHBĀH). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang digunakan adalah Bagaimana penafsiran M. Quraish shihab dalam tafsir alMishbāh tentang Perempuan dan Harta?
17
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, op.cit., hlm. 271 18 Hal ini diisyaratkan dalam Q.S An-Nisā’ [4]: 1 19 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat cet-18 (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 270
7
C. Pembatasan Masalah Fokus kajian dalam penelitian ini hanya dibatas pada ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang perempuan yang berkaitan dengan harta yang menjadikan perempuan memiliki stereotype materialis. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memahami dan menjelaskan penafsiran M. Quraish shihab dalam tafsir al-Mishbāh tentang perempuan dan harta. E. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian yang dapat diambil adalah: 1. Kegunaan teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah wawasan keilmuan dalam ilmu tafsir tentang hubungan perempuan dan harta. 2. Kegunaan praktis Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu harapannya kegiatan penelitian al-Qur’an tentang perempuan dan harta mampu memberikan sumbangsih pemikiran untuk merespon persoalan jender. 3. Kegunaan sosial Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan dasar bagi argumen kesetaraan gender terutama pesoalan stereotype yang melekat dalam diri perempuan bahwa “perempuan materialis”.
8
F. Tinjaun Pustaka 1. Telaah Pustaka Dari beberapa penelusuran kajian terdahulu yang penulis lakukan, ada beberapa karya tulis yang berhubungan dengan peneletian yang penulis lakukan. Di antaranya adalah pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nurul Ain NIM 203109004: Pandangan Akademisi STAIN Pekalongan terhadap Penafsiran M. Quraish Shihab tentang Ayat-ayat Jilbab.20 Skripsi ini menjelaskan pendapat enam akademisi STAIN Pekalongan mengenai kezhanni-an akan dalil al-Qur’an tentang batasan aurat dan pemakaian jilbab, alQur’an tidak menyebut batas aurat secara jelas, hadis tentang jilbab dan batasan aurat perempuan adalah hadis ahad, batasan aurat perempuan dan pemakaian jilbab merupakan masalah khilafiyah fiqhiyah, rambut bukanlah aurat sehingga tidak wajib ditutup. Kedua, disertasi Dr H. Mahfudz Masduki, M.A yang berjudul Tafsir Al-Mishbāh M. Quraish Shihab: Kajian atas Amśal Al -Qur‟an.21 Disertasi ini berisi M. Quraish Shihab memberikan penekanan pada ayat amśal dengan melihat maśal-maśal yang diulang, setiap penafsiran atas ayat-ayat amśal selalu diuraikan tentang pesan-pesan serta pelajaran yang harus dipetik dari amśal-amśal al-Qur’an itu, setiap menafsirkan ayat-ayat amśal mengutip pendapat dan membandingkan yang bersumber dari al-Biqā’i, Ibnu Āsyur, Aṭṭabaṭaba’i, Asy-Sya’rawi, Sayyid Qutḅ . Dalam menafsirkan ayat amśal selalu 20
Nurul Ain, Pandangan Akademisi STAIN Pekalongan terhadap Penafsiran M. Quraish Shihab tentang Ayat-ayat Jilbab, Skripsi, Jurusan Ushuluddin dan Dakwah, STAIN Pekalongan, Pekalongan, 2014. 21 Mahfudz Masduki, Tafsir al -Mishbāh M . Quraish Shihab : Kajian atas Amśal Al Qur‟an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012).
9
diikuti munasabah. M.Quraish Shihab seringkali menghindarkan diri terlibat dalam masalah yang diperselisihkan. M. Quraish Shihab juga mengkritisi penyimpangan manusia modern dalam penafsiannya terhadap ayat-ayat amśal. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Mizanul Hasan NIM 03350073: Perempuan sebagai Isteri Telaah terhadap Pemikiran M. Quraish Shihab.22 Skripsi ini menjelaskan tentang perempuan sebagai istri memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga, tidak hanya sebagai pendamping suami yang bertugas melayani dan membantu suaminya dan mengolah keluarga, tetapi juga berperan sebagai seorang pendidik yang menentukan masa depan keluarga. Namun, istri sebagai makhluk yang bermasyarakat juga memiliki hak untuk melakukan aktifitas dan bekerja diluar rumah sepanjang tidak melalaikan tugasnya dalam keluarga. Selain itu dalam karya-karya M. Quraish Shihab, tampak terlihat saat menafsirkan al-Qur’an, M. Quraish Shihab mengguakan
metode
tematik
dan
tahlili,
dan
secara
hermeneutik
menggunakan metode interteks pemikiran dalam setiap pembahasan dalam menetapkan hukum terhadap peran perempuan sebagai istri M. Quraish Shihab menggunakan istishab.23 Keempat, disertasi Anshori yang berjudul Penafsiran Ayat-ayat Jender dalam Tafsir al -Mishbāh, yang menjelaskan bahwa pandangan M. Quraish Shihab tentang jender adalah jenis kelamin. Dengan demikian, bias jender berarti penyimpangan yang dilakukan oleh setiap orang. Pandangan M. Quraish Shihab mengenai hak-hak perempuan dalam tafsirnya sama dengan 22
Mizanul Hasan, Perempuan sebagai Isteri Telaah terhadap Pemikiran M. Quraish Shihab. Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2009. 23 Ibid. hlm. 73
10
mufasir klasik, yaitu kembali pada teks. Namun, demikian M. Quraish Shihab juga memperhatikan konteks sekarang, itulah sebabnya ia terlihat skripturalis moderat karena sangat menekankan usaha untuk mengembalikan masalahmasalah yang dihadapi masyarakat muslim kepada al-Qur’an dengan memperhatikan konteksnya. Bagi M. Quraish Shihab secara kemanusiaan lakilaki dan perempuan tidak ada perbedaan. Namun ia tidak setuju laki-laki dan perempuan disamakan secara mutlak.24 Dari semua penelitian di atas, mempunyai terdapat kesamaan dalam obyek kajian yakni mengkaji pemikiran M. Quraish Shihab baik melalui tafsir al-Mishbāh maupun karya-karyanya yang lain, pada penelitian pertama lebih memfokuskan kepada aurat perempuan, penelitian kedua memfokuskan kepada kajian maṡal/perumpamaan yang terdapat dalam tafsir al-Mishbāh, penelitian ketiga memfokuskan pada kajian perempuan sebagai istri dari segi hukum, sedang penelitian yang keempat mengkaji tentang persamaan derajat perempuan dengan laki-laki. Penelitian yang penulis lakukan mempunyai kesamaan baik dari segi tema maupun objek kajian yang telah dilakukan oeh peneliti lain sebelumnya. Namun penelitian tentang perempuan yang berhubungan langsung dengan harta masih belum dilakukan, dan masih menyisakan ruang yang cukup luas untuk di kaji.
24
Anshori, Penafsiran Ayat -ayat Jender dalam Tafsir al -Mishbāh, Disertasi, Fakultas Ushuluddin Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006.
11
2. Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir maudhū‟i/tematik. Tafsir maudhū‟i/tematik adalah suatu metode yang mengarahkan pandangan kepada satu tema tertentu, lalu mencari pandangan al-Qur’an tentang tema tersebut dengan jalan menghimpun semua ayat yang membicarakan, menganalisis dan memahami ayat demi ayat yang berkaitan dengan tema yang ingin di kaji.25 Ada dua cara dalam tata kerja metode tafsir maudhū‟i/tematik, (1) dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah (maudhū‟i/tematik) tertentu serta mengarah kepada satu tujuan yang sama, sekalipun turunnya berbeda dan tersebar dalam berbagai surah alQur’an. (2) penafsiran yang dilakukan berdasarkan surat al-Qur’an.26 Aplikasi dalam metode maudhū‟i/tematik dalam penelitian ini yakni dengan
mengumpulkan
ayat-ayat
tentang
perempuan
kemudian
mengklasifikasikannya pada tema yang ada kaitannya langsung dengan harta, menerjemahkan sebagai bahan untuk mengetahui arti dari ayat tersebut, kemudian ditafsirkan dengan cara tekstual maupun kontekstual. G. Metode Penelitian a. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi pustaka (library research) . Penelitian kualitatif merupakan prosedur
25
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-ayat AL-Qur‟an cet-2 (Ciputat: Lentera Hati, 2013), hlm. 385 26 Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir cet-3 (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm 47
12
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis.27 Cara kerja studi pustaka adalah dengan cara menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara intensif agar peneliti dapat mengungkapkan buah pikiran dari pendapat orang lain secara lebih sistematis, kritis, dan analitis.28 Studi ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan-bantuan material seperti buku, majalah, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen, dan lain-lain.29 Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir dengan metode maudhu‟i dari penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbāh. b. Tekhnik Pengumpulan Data Penelitian ini bersifat documentary research. maka dari itu, metode yang digunakan adalah membaca, menelaah semua hal yang berhubungan yang berkaitan dengan tema penelitian. Peneliti akan memprioritaskan pada sumber primer sebagai data yang akan digunakan dalam penelitian, kemudian didukung dengan sumber sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua sumber: 1. Data Primer Sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab tafsir al-Mishbāh karya M. Quraish shihab. 2. Data Sekunder Adapun sumber skundernya adalah dari berbagai kitab, buku-buku yang berhubungan dengan tema penelitian, baik dari pemikiran M. 27
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif cet-31 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 4 28 Moh.Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 68. 29 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal cet-12 (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 28
13
Quraish shihab maupun karya-karya lain yang berkaitan dengan tema penelitian. c. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan urain besar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.30 1. Metode Deskriptif Dalam menjelaskan pemahaman tafsir M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbāh, penulis menggunakan analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran M. Qurais Shihab dalam tafsir al-Mishbāh sehingga diperoleh gambaran tentang perempuan dan harta sebagaimana fokus kajian dalam penelitian ini. 2. Metode Content Analysis Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan analisis isi/konten analisi (Content Analysis). Dengan metode ini bertujuan untuk mencari kecenderungan-kecenderungan kata-kata dan pola-pola yang sering muncul dalam penafsiran M. Quraish Shihab tentang perempuan dan harta dalam tafsir al-Mishbāh baik pada penafsiran yang satu maupun penafsiran yang lain. Metode ini mencoba membandingkan, dan mempertimbangkan penekanan penafsiran.31
30 31
Ibid. hlm. 280 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , Op.cit., hlm. 233
14
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah merupakan hal yang penting karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab. Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dan sistematis mengenai perempuan materialis dalam perspektif al-Qur’an serta mudah untuk difahami, maka pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yang mana tiap babnya akan dibagi dalam beberapa sub bab agar mudah untuk difahami. Untuk lebih jelasnya penulis menguraikannya sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Melalui bab ini, diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang seluruh rangkaian
penulisan skripsi
sebagai dasar pijakan bagi pembahasan berikutnya, serta sebagai arah bagaimana penelitian akan dilakukan. BAB II Pada bab ini membahas mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan langsung dengan perempuan dan harta, kemudian memahaminya melalui penafsiran beberapa ulama. BAB III Dalam bab ini membahas tentang kajian tafsir al-Mishbāh dan penafsirannya tentang perempuan dan harta meliputi dua sub, pertama yaitu kajian tafsir al-Mishbāh yang meliputi biografi M. Quraish Shihab, karya-karya M. Quraish Shihab, latar belakang penulisan, metode penafsiran; kedua yaitu penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbāh tentang perempuan dan harta.
15
BAB IV Pada bab ini berisi analisis terhadap penafsiran M. Quraish Shihab mengenai hubungan perempuan dan harta. BAB V Merupakan bab terakhir dari keseluruhan pembahasan yang berisi kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup. Dan juga sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah.