1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran diciptakan dengan sengaja dan sistematik untuk mencapai tujuan
tertentu
yang
diinginkan.
Tujuan
pembelajaran
merupakan
penerjemahan dari tujuan pendidikan nasional. Sedangkan tujuan pendidikan nasional merupakan penerjemahan dari tujuan bernegara: mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 telah tertuang tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pemerintah telah menetapkan beban belajar pada setiap satuan pendidikan melalui Permendiknas nomor 22 tahun 2006 dan telah menetapkan standar isi dan muatan kurikulum pembelajaran mata pelajaran kimia di SMA. Jumlah pertemuan tatap muka perminggu untuk mata pelajaran kimia di kelas X sesuai permen tersebut adalah 2 jam. Sejauh ini guru masih merasakan kekurangan waktu dalam menyampaikan beban kurikulum yang ada. 1
2
Kekurangan waktu yang dialami guru dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: a. mata pelajaran kimia termasuk mata pelajaran baru sehingga siswa kelas X khususnya masih dalam proses adaptasi, b. beberapa kompetensi dasar seharusnya sudah dikuasai di jenjang SLTP, tetapi belum dikuasai karena sebagian besar SLTP belum melaksanakan pembelajaran pada materi yang bermuatan mata pembelajaran kimia secara memadai, c. siswa belum mampu melakukan pembelajaran secara mandiri sehingga masih mengandalkan pembelajaran tatap muka di depan kelas dengan guru karena terbatasnya bahan ajar yang dapat digunakan siswa untuk belajar secara mandiri. Dengan memperhatikan ketiga penyebab di atas, penyebab ketiga dapat diatasi dengan meningkatkan kegiatan pembelajaran yang bersifat mandiri. Jika belajar mandiri (terutama di rumah) dapat dilakukan, maka materi pembelajaran di kelas akan lebih berhasil. Pembelajaran mandiri yang dilakukan siswa akan berjalan dengan baik jika guru mempunyai rencana yang baik dan menyediakan bahan ajar/sumber belajar yang cocok sehingga dapat dipelajari oleh siswa secara
3
mandiri. Salah satu bahan ajar yang mudah digunakan secara mandiri adalah sumber belajar berbentuk video tutorial.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang penelitian, dapat diidentifikasi beberapa masalah: 1. Sumber belajar apa yang tepat untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran? 2. Apakah
video
tutorial
pembelajaran
dapat
meningkatkan
hasil
pembelajaran? 3. Bagaimana cara membuat sumber belajar tersebut sehingga setiap pendidik dapat membuatnya?
C. PEMBATASAN MASALAH Dari indentifikasi yang dilakukan, cukup banyak permasalahan yang muncul. Akan tetapi penelitian ini akan fokus dan membatasi pada permasalahan ketiga yakni apakah video tutorial pembelajaran dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui hasil
4
pembelajaran pada mata pelajaran kimia jika digunakan media video tutorial pembelajaran.
D. PERUMUSAN MASALAH Dengan memperhatikan identifikasi masalah dan pembatasannya, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh penggunaan sumber belajar dan kompetensi awal siswa terhadap hasil belajar kimia kelas X? Selanjutnya rumusan permasalahan yang ada dapat dirinci menjadi 7 (tujuh) sub permasalahan yaitu: 1. Apakah ada perbedaan hasil pembelajaan kimia kelas X antara menggunakan sumber belajar video tutorial dengan menggunakan sumber belajar buku teks. 2. Apakah ada perbedaan hasil pembelajaran kimia kelas X antara kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah. 3. Apakah ada perbedaan hasil belajar kimia kelas X pada kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi antara yang menggunakan sumber belajar video tutorial dengan menggunakan sumber belajar buku teks. 4. Apakah ada perbedaan hasil belajar kimia kelas X pada kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah antara yang menggunakan
5
sumber belajar video tutorial dengan menggunakan sumber belajar buku teks. 5. Apakah ada perbedaan hasil belajar kimia kelas X yang belajar menggunakan sumber belajar video tutorial antara kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah. 6. Apakah ada perbedaan hasil belajar kimia kelas X yang belajar menggunakan sumber belajar buku teks antara kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah. 7. Apakah ada interaksi antara sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dengan perbedaan kompetensi awal siswa terhadap hasil belajar kimia kelas X.
E. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. 1. Mengetahui perbedaan hasil pembelajaan kimia kelas X antara menggunakan media belajar video tutorial dengan menggunakan buku teks.
6
2. Mengetahui perbedaan hasil pembelajaran kimia kelas X antara kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah. 3. Mengetahui perbedaan hasil belajar kimia kelas X pada kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi antara yang menggunakan sumber belajar video tutorial dengan yang menggunakan sumber belajar buku teks. 4. Mengetahui perbedaan hasil belajar kimia kelas X pada kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah antara yang menggunakan sumber belajar video tutorial dengan yang menggunakan sumber belajar buku teks. 5. Mengetahui perbedaan hasil belajar kimia kelas X yang belajar menggunakan sumber belajar video tutorial antara kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah. 6. Mengetahui perbedaan hasil belajar kimia kelas X yang belajar menggunakan sumber belajar buku teks antara kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah. 7. Mengetahui ada dan tidaknya interaksi antara sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran dengan perbedaan kompetensi awal siswa terhadap hasil belajar kimia kelas X.
7
F.
MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini akan sangat berguna dalam bidang pembelajaran. Diantara
kegunaanya adalah: 1. meningkatkan hasil pembelajaran kimia, 2. menyediakan bahan ajar/sumber belajar kimia untuk pembelajaran pada saat guru tidak dapat hadir di kelas, 3. membantu siswa dalam memanfaatkan waktu untuk belajar kimia dimana saja dan kapan saja terutama di rumah sehingga banyak materi ajar yang dapat dipelajari siswa sebelum pertemuan tatap muka dengan guru di kelas, 5. mendorong kepada setiap pendidik untuk mengembangkan sumber belajar dalam bentuk video tutorial, 6. mengisi koleksi perpustakaan dan pusat-pusat sumber belajar lain, 7. mengembangkan model pembelajaran bergerak (mobile school).
8
BAB II KERANGKA TEORITIK
A. DESKRIPSI TEORITIK 1.
Pembelajaran dan Media Pembelajaran a.
Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan merupakan kegiatan sehari-hari. Belajar terjadi sebagai akibat interaksi dengan pengalaman atau suatu sumber belajar yang ada di sekitarnya. Proses belajar pada hakekatnya terjadi dalam diri peserta didik yang bersangkutan, walaupun prosesnya terjadi dalam kelompok bersama orang lain (Warsita, 2008: 62-63). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003). Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran
dan
tabiat,
serta
pembentukan
sikap
dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (http://www.id.wikipedia.org). Berangkat dari pemikiran di atas, sesungguhnya ruang kelas tidak seharusnya membatasi seorang peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran. Mungutip pendapat Miarso (2004), Warsita 8
9
menyebutkan bahwa belajar dapat dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja (Warsita, 2008: 1).
b.
Peranan Sumber Belajar dalam Pembelajaran
Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya. Oleh karena itu sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual. Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi peserta didik. Oleh karena itu sumber belajar adalah semua komponen sistem instruksional baik secara khusus dirancang maupun yang menurut sifatnya dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan Sukaroni dalam Warsita (2008: 211) menulis bahwa sumber belajar dapat juga diartikan satu set bahan atau situasi yang sengaja diciptakan untuk menunjang peserta didik belajar.
10
Warsita (2008) mengutip Percival dan Ellington (1988) bahwa dalam pemilihan sumber belajar ada beberapa kriteria, yaitu: a) harus dapat tersedia dengan cepat; b) harus memungkinkan peserta didik untuk memacu diri sendiri; dan c) harus bersifat individual dan dapat memenuhi berbagai kebutuhan peserta didik dalam belajar mandiri. Dilihat dari asal-usulnya sumber belajar dibedakan atas: a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber belajar yang secara khusus atau sengaja dirancang dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Contohnya: buku pelajaran, modul, VCD pembelajaran, dan lainlain. b. Sumber belajar yang dimanfaatkan
(learning
resources
utilization) yaitu sumber belajar yang tidak secara dirancang
untuk
pembelajaran
tetapi
dapat
by
khusus
dipilih
dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: surat kabar, siaran televisi, pasar, sawah, kebun binatang, tenaga ahli, dan lain-lain. Belajar adalah sebuah proses komunikasi, tanpa komunikasi berarti tak ada proses pembelajaran (Pusdiklat BKKBN, 1998). Komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang berarti sama. Dalam bahasa Inggris komunikasi berasal dari kata to communicate yang berarti upaya untuk
11
membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami orang lain (Warsita, 2008: 96). Ada banyak teori komunikasi. Terlepas dari beberapa kelemahannya, teori komunikasi yang paling relevan melandasi penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Berlo (1960) yang telah mengembangkan model komunikasi S-M-C-R (Sources, Message, Channel, Receiver). Model komunikasi ini dianggap sebagai pembaruan dan membawa implikasi dalam teknologi pembelajaran. Model komunikasi S-M-C-R Berlo ini merupakan salah satu model yang paling bermanfaat dalam teknologi pembelajaran (Warsita, 2008: 104). Proses komunikasi Berlo digambarkan dalam model berikut:
Sumber (resources)
Pesan (message)
Saluran (Channel)
Penerima (Receiver)
Model komunikasi Berlo memperlihatkan suatu proses komunikasi yang bersifat linier. Pada kenyataannya komunikasi tidak berjalan sesederhana ini. Maka dalam berbagai penyempurnaan ditambahkan tiga komponen lagi yaitu akibat/dampak/hasil/interpretasi yang terjadi pada komunikan, umpan balik (feedback) dan gangguan (noise) sebagai faktor fisik dan psikologis yang dapat
mengganggu
atau
menghambat
komunikasi.
Hubungan
antarkomponen-komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
12
Gangguan (noise)
interpretsi
Pesan (Message)
Pengirim pesan (Sender)
Penerima pesan (Receiver)
Media
Umpan balik (feedback)
Sumber : Warsita (2008, 105) Dewasa ini proses komunikasi membuktikan kemampuannya menembus ruang dan waktu. Maksudnya bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximil, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi (Riswandi, 2006). Sebagai sebuah proses komunikasi, belajar memposisikan guru sebagai (salah satu) sumber pesan dan peserta didik sebagai penerima pesan sedangkan pesan yang dikirim adalah materi ajar (Sudirdjo, 2009). Sudirdsjo menambahkan dalam setiap kegiatan komunikasi terdapat dua macam kegiatan yaitu “encoding” dan “decoding”. Encoding adalah kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan lambang-lambang yang akan digunakan dalam kegiatan
komunikasi
oleh
komunikator
(oleh
guru
dalam
kegiatan
13
pembelajaran). Terdapat dua persyaratan yang harus diperhatikan untuk melakukan kegiatan “encoding” ini yaitu : (1) dapat mengungkapkan pesan yang akan disampaikan; dan (2) sesuai dengan medan pengalaman audience atau penerima, sehingga memudahkan
penerima
didalam
menerima
isi
pesan
yang
disampaikan. Salah satu kemampuan profesional seorang guru adalah kemampuan melakukan kegiatan “encoding” dengan tepat, sehingga murid-murid memperoleh kemudahan di dalam menerima dan mengerti materi/bahan pelajaran yang merupakan pesan pembelajaran yang disampaikan guru kepada murid. Sedang kegiatan “decoding” adalah kegiatan dalam komunikasi yang dilaksanakan oleh penerima (audience, murid), dimana penerima berusaha menangkap makna pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang oleh sumber melalui kegiatan encoding di atas. c. Media Belajar dan Sumber Belajar Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media (Majid, 2009: 170). Media belajar dalam batasbatas tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru (http://www.maswins.com). Jika sudah demikian, pembelajaran yang bersifat
14
individual dan mandiri sangat mungkin dilakukan. Sehingga media belajar telah berfungsi sebagai sumber belajar. d.
Media Belajar dan Manfaatnya dalam Pembelajaran
Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi (http://www.maswins.com). Media memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Media belajar merupakan satu kesatuan dengan proses pembelajaran (Pusdiklat BKKBN, 1998: 3). Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih mangkus dan sangkil. Sedangkan menurut Kemp dan Dayton dalam Febriani (2010) manfaat media adalah: (1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada. Pada kelas pembelajaran paralel, guru sering melakukan banyak perubahan pada isi materi pembelajaran yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi pada siswa. Hadirnya media dapat mengurangi terjadinya perbedaan-
15
perbedaan tersebut sehingga perbedaan persepsi pada siswa dapat dihindari. (2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan. (3) Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang. Khusus untuk media berupa video, jika dibutuhkan, materi dapat disajikan kembali cukup dengan menayangkan ulang (review). (4) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
16
(5) Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru. Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah. Di era teknologi informasi saat ini, sebagian besar siswa sudah sangat akrab menggunakan peralatan elektronik baik berupa TV, VCD, telepon genggam yang memiliki kemampuan menayangkan video, komputer, bahkan internet. Sumber belajar dalam format digital bahkan dapat dibuat dalam berbagai format yang memungkinkan untuk ditayangkan pada peralatan-peralatan tersebut. (6) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. (7) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif. Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya,
17
seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain. Selama ini sebagian potensi guru tercurahkan kepada penyajian materi belajar di depan kelas. Jika penyajian materi secaara konvensional di depan kelas dapat dikurangi, maka perhatian guru dapat lebih diarahkan kepada pengembangan dan pendalaman. Dilihat dari cakupan materinya, media dibedakan atas dua jenis yaitu: a. Media sebagai alat bantu pembelajaran (instructional aids) Dalam hal ini media berperan memperjelas pesan yang dianggap belum begitu jelas jika hanya dijelaskan menggunakan bahasa verbal. Contohnya untuk memperjelas tentang bentuk molekul metana (CH4) yang memiliki struktur geometri tetra hedron cukup sulit untuk menjelaskannya jika hanya mengandalkan kata-kata. Tetapi menjadi sangat mudah dipahami jika ditunjukkan dengan suatu model molekul yang mampu dengan jelas menunjukkan sudut-sudut ikatannya sebesar 109,5o. b. Media sebagai penyampai pesan (instructional medium) Dalam
hal
ini
media
berperan
membawa
hampir
seluruh
pesan/materi pembelajaran. Contohnya buku teks pelajaran, modul, bahan ajar interaktif, dan video pembelajaran yang dirancang khusus untuk pembelajaran.
18
e.
Video Pembelajaran sebagai Sumber Belajar
Dalam pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari apa yang terdapat dalam Undang-Undang RI tentang Sisdiknas tersebut jelaslah bahwa sumber belajar di samping pendidik mutlak diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran hanya akan berlangsung apabila terdapat interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar dan pendidik. Dengan kata lain tanpa sumber belajar maka pembelajaran tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan optimal, karena tidaklah mencukupi untuk mewujudkan pembelajaran bila interaksi yang terjadi hanya antara peserta didik dengan pendidik saja. Yang sangat diperlukan dari pendidik terutama adalah perannya dalam memberikan motivasi, arahan, bimbingan, konseling, dan kemudahan (fasilitasi) bagi berlangsungnya proses belajar dan pembelajaran yang dialami oleh peserta didik dalam keseluruhan proses belajarnya. Sedang sumber belajar berperan dalam menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan pada bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Warsita (2008: 208) juga menulis bahwa belajar yang sesungguhnya (the real learning) perlu adanya sumber belajar.
19
Video pembelajaran adalah salah satu sumber atau media belajar yang sangat mangkus menyampaikan materi ajar karena mampu menyampaikan pesan audio dan video secara bersamaan. Bahkan video pembelajaran bukan saja berperan sebagai media tetapi dapat menjadi sumber belajar siswa (Febriani, 2010). Proses belajar adalah proses internal dalam diri manusia, maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, melainkan merupakan salah satu komponen dari sumber belajar. Warsita (2008: 73) mengutip bahwa dalam AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: (1) Pesan: adalah informasi pembelajaran dapar berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan data. Dalam sistem persekolahan, pesan ini berupa mata pelajaran yang disampaikan kepada pesera didik. (2) Orang: didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya. (3) Bahan: merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparancy), program slide, alat peraga dan sebagainya.
20
(4) Alat: yang dimaksud di sini adalah sarana untuk menyajikan bahan pada butir (3) di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film, tape recorder, dan sebagainya. (5) Teknik: yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (role play), dan sebagainya. (6) Latar atau lingkungan: termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya. Sebagai salah satu sumber belajar, video memiliki beberapa kelebihan dibandingkan media lain (Majid, 2009: 180). (1) Dengan video seseorang dapat belajar mandiri. (2) Mampu menyajikan situasi yang komunikatif dan dapat diulang-ulang. (3) Dapat menampilkan sesuatu dengan detail dari benda yang bergerak, kompleks yang sulit dilihat oleh mata. (4) Tayangan dapat dipercepat, diperambat, diperbesar, dan diperkecil. Pada umumnya siswa SMA sangat menyukai tontonan dalam bentuk video/film. Siswa juga sudah sangat akrab dengan tayangan-tayangan dalam bentuk video. Warsita (2008: 107) juga mengemukakan hasil riset Schramm, dkk., bahwa di Amerika Serikat sejak usia 3 tahun s.d. 16 tahun anak-anak menonton televisi lebih banyak dari waktu yang digunakan untuk belajar di
21
sekolah. Untuk mendapatkan perangkat keras pemutar filmpun sangat mudah. Selain menggunakan VCD player yang biasa digunakan, dapat juga menggunakan
komputer bahkan
perangkat
bergerak
seperti telepon
genggam. Dengan demikian, video yang sudah sangat akrab dengan dunia siswa SMA bisa dimanfaatkan untuk media pembelajaran. Video memiliki banyak fungsi diantaranya fungsi informasi, fungsi komunikasi, dan juga fungsi pendidikan dan pembelajaran (Hamalik, 2000). Sebagai fungsi pembelajaran video dapat digunakan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Rekaman-rekaman video dapat dipilih yang relevan dengan materi pelajaran. f.
Video Tutorial Pembelajaran
Video tutorial berasal dari kata video dan tutorial. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) video (vi.deo) berarti (1) bagian yg memancarkan gambar pada pesawat televisi; (2) rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan lewat pesawat televisi. Video juga dapat diartikan sebagai gambar bergerak yakni rangkaian dari banyak frame bingkai (frame) gambar yang diputar dengan cepat (ingat teknologi yang digunakan dalam sebuah pertunjukan layar tancap pada masa yang lalu). Masing-masing bingkai merupakan rekaman tahap-tahap (sekuen) suatu gerakan yang kemudian
ditangkap
oleh
otak
kita
sebagai
ilusi
gerakan
(http://pti08.wordpress.com/2008/12/21/video-editing-dengan-komputer/).
22
Sedangkan
kata tutorial (tu.to.ri.al) berarti: (1) pembimbingan kelas oleh
seorang pengajar (tutor) untuk seorang mahasiswa atau sekelompok kecil mahasiswa;
(2)
pengajaran
tambahan
melalui
tutor
(http://www.kamusbahasaindonesia.org). Jadi video tutorial dapat diartikan sebagai video yang sengaja dibuat dalam rangka membimbing pembelajaran kepada para siswa atau sekelompok siswa. Dilihat dari proses pembuatannya video ada tiga jenis: a. Video konvensional yang dibuat menggunakan kamera perekam (camcorder) dan dilakukan dengan cara merekam sejumlah adegan dimana para pemainnya dilakukan oleh manusia atau makhluk/benda lainnya. Video jenis ini memerlukan banyak sumber daya dalam pembuatannya. Diperlukan seorang sutradara, penulis skenario cerita, dan para pemain, dan memerlukan waktu yang lama dalam pembuatannya. Peralatan yang digunakan juga cukup mahal dan butuh keahlian khusus untuk menggunaknnya. b. Video yang dibuat menggunakan teknologi animasi. Peralatan yang digunakan adalah komputer yang dilengkapi perangkat lunak pembuat animasi. Misalnya MacromediaFlash (untuk 2 dimensi) dan 3DMax (untuk 3 dimensi). Video jenis ini – untuk cerita-cerita sederhana – cukup mudah untuk diciptakan. Seorang ahli animasi (animator) sudah cukup untuk menghasilkan sebuah video berkualitas.
23
c. Video yang dibuat dengan cara melakukan rekam (capture) terhadap tampilan layar komputer. Dengan kemajuan dibidang perangkat lunak komputer, apapun yang tampil di layar komputer dapat direkam dengan utuh. Dengan demikian, seorang guru/pelatih yang memiliki bahan ajar yang dapat tayangkan di layar komputer, maka seluruh tayangan
dapat
ditambahkan
direkam.
suara/narasi.
Selain
direkam
Hasilnya
bahan
adalah
ajar
dapat
sebuah
video
pembelajaran yang benar-benar berisi materi pembelajaran yang telah dilengkapi dengan narasi dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa dan tingkat keilmuan peserta didik. Jika pembuatan video berhasil, akan diperoleh sebuah video tutorial pembelajaran yang dapat mewakili kehadiran guru. Video yang dihasilkan selanjutnya dapat disimpan dalam berbagai format video yang dapat ditayangkan dengan berbagai perangkat pemutar video. Pada penelitian ini akan digunakan video jenis ketiga dengan alasan: a. Pembuatannya cukup murah dan mudah karena tidak membutuhkan banyak peralatan dan hanya membutuhkan keterampilan komputer dengan menguasai beberapa perangkat lunak. Perangkat lunak yang diperlukan adalah Microsoft PowerPoint 2007, ChemOffice, Camtasia 6, atau Screen Capture Profesional dan sejenisnya.
24
b. Pemanfaatannya juga sangat fleksibel. Video yang telah jadi dapat disimpan dalam berbagai format untuk bisa dimainkan dengan berbagai perangkat pemutar video. Pengertian video tutorial pembelajaran di literatur-literatur pendidikan belum dapat dijumpai. Tetapi Penulis dapat mendeskripsikan video tutorial yang akan digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi video tutorial pembelajaran yang akan digunakan dapat dituangan dalam tabel berikut: Ciri
Uraian/keterangan
Langkah pembuatan
1) 2) 3) 4)
Persiapan Penyiapan materi pembelajaran Pembuatan slide di PowerPoint SlideShow dan pengisian suara serta langsung disertai proses rekam layar (Capture Screen)
Jenis file yang dihasilkan
-
PowerPoint (ppt) dan dapat dikonversi ke MSWord (docx) AVI dan VideoMediaVideo (WMV)
-
Adanya bahan ajar Dapat dibuat dengan mencetak (print out) file ppt cetak atau docx. Bahan ajar cetak berupa hand out yang dihasilkan sekaligus menjadi pembeda antara video pada umumnya dengan video tutorial. Dengan memperhatikan deskripsinya, video tutorial pembelajaran dapat diartikan sebagai video yang sengaja diciptakan yang berisi materi pembelajaran lengkap dengan tujuan pembelajaran, uraian materi, soalsoal latihan dan evaluasi, serta kunci jawaban yang mana semua materi yang ditampilkan pada video dapat dicetak (print out) sebagai handout.
25
g.
Buku Teks sebagai Sumber Belajar
Buku teks adalah salah satu jenis sumber belajar cetak. Buku adalah bahan ajar tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis (Majid, 2009: 176). Menurut Susilana dan Riyana (2007: 14) buku teks adalah buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang penyusunannya disesuaikan dengan urutan (squence) dan ruang lingkup (scope) GBPP tiap bidang studi tertentu. Menurut Majid (2009: 176) buku teks memiliki beberapa kelebihan. 1) memiliki daftar isi sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan bagian mana yang sedang dipelajari, 2) cepat dan mudah dipindah-pindahkan, 3) menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas individu, 4) relatif ringan dan mudah dibawa dimana saja, 5) bahan ajar yang baik akan memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas seperti menandai, mencatat, membuat sketsa, dll., 6) dapat dinikmati sebagai dokumen yang sangat bernilai, 7) pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.
26
Cara membaca buku yang baik sebaiknya menempuh langkah-langkah berikut (sumiati & Asra, 2007: 158): 1) Impresif. Pada pase impresif bagian-bagian buku yang dipelajari dibaca dan dicerna oleh otak sehingga betul-betul dimengerti dan dikuasai isinya. 2) Expressive. Setelah menguasai isinya selanjutnya dilakukan upaya mengekspresikan apa yang dimengerti itu dengan berbagai cara, baik secara lisan (seperti diskusi atau tanya jawab dengan teman belajar) atau dengan cara tulisan. Selain itu Sumiati & Asra (2007: 158) juga memberikan beberapa saran tentang cara membaca: 1) Memperhatikan kesehatan mata ketika membaca. Jarak antara buku dengan mata adalah sekitar 30 cm. 2) Menyediakan dan menggunakan waktu untuk membaca. 3) Menyiapkan dan menggunakan alat tulis jika ada bahan bacaan yang perlu dicatat atau diberi tanda khusus. 4) Menelaah buku yang baku untuk setiap mata pelajaran secara mendalam sehingga betul-betul memahami dan menguasai isinya. 5) Memusatkan perhatian secara penuh sewaktu membaca.
27
Dari uraian di atas penulis dapat membandingkan kelebihan video tutorial pembelajaran dengan buku teks sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran.
Aspek
Video Tutorial
Indikator pembelajaran
Disampaikan
Tidak
Indra yang terlibat
Penglihatan, pendengaran
Penglihatan
Bahasa yang digunakan
Sudah disesuaikan dengan tingkat bahasa siswa
Mengikuti gaya bahasa buku
Urutan materi
Sudah disesuaikan
Mengikuti buku
Isi materi
Sudah disesuaikan dan Mengikuti buku ada pengayaan dari sumber lain
Umpan balik
Ada
Perhatian/konsentrasi Diperlukan saat belajar
2.
Buku Teks
Ada Sangat dituntut
Kompetensi atau Kemampuan Awal Siswa a.
Kemampuan/Kompetensi Awal (Entry Behavior)
Kompetensi berasal dari kata Competency yang berarti kemampuan. Sumiati dan Asra juga mengartikan kompetensi sebagai kemampuan (Sumiati & Asra, 2007: 241). Selanjutnya Sumiati dan Asra menulis kompetensi awal adalah kemampuan yang lebih rendah yang dimiliki dalam bidang yang sama
28
dengan bidang yang akan dipelajari. Kemampuan yang telah dimiliki sebelum mempelajari suatu kemampuan baru tersebut dinamakan entry behavior. Contoh: kemampuan membaca adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang siswa sebelum ia mulai membaca (Sumiati & Asra, 2007: 87). Kompetensi awal sangat erat kaitannya dengan kesiapan belajar. Ausuble (1975) dalam Sumiati & Asra. (2007: 34) mengartikan kesiapan belajar (readiness) sebagai “ …the adequency of the student existing capacity in relation to same instructional objective” yaitu keadaan kapasiti (kemampuan potensial) siswa secara memadai dalam hubungan dengan tujuan pembelajaran. Atas dasar penjelasan tersebut, Sumiati dan Asra menyimpulkan
bawa
readness
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi dan menentukan entry behavior (Sumiati & Asra, 2007: 87) Dalam model pembelajaran konstruktivistik kompetensi awal berperan sangat penting karena dari kompetensi awal inilah pengetahuan baru akan dibangun (construct). Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya di dalam otak manusia (Rahayu & Nuryata, 2010: 171). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa. Di bawah ini di kemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut: 1. Menurut Darsono (2000:27) faktor kesiapan meliputi:
29
a) Kondisi fisik yang tidak kondusif, misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar. b) Kondisi psikologis yang kurang baik, misalnya gelisah, tertekan, dan
sebagainya
merupakan
kondisi
awal
yang
tidak
menguntungkan bagi kelancaran belajar. 2. Wahyuni (2005) mengutip pendapat Slameto (2003:113) kondisi kesiapan mencakup 3 aspek, yaitu: a) Kondisi fisik, mental dan emosional b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari Jadi salah satu faktor yang sangat menpengaruhi kesiapan belajar adalah keterampilan atau pengetahuan lain yang telah dipelajari. Materi pelajaran yang telah dikuasai sebelumnya disebut kompetensi atau kemampuan awal.
b.
Kompetensi Awal Pembelajaran Kimia Topik pokok bahasan yang akan menjadi subyek penelitian adalah
kimia hidrokrbon. Ada beberapa pengetahuan prasyarat yang sebaiknya dikuasai siswa. Diantaranya tentang struktur atom, konfigurasi elektron, sistem periodik unsur, dan ikatan kimia. Materi struktur atom penting karena ikatan dalam senyawa hidrokrbon adalah kovalen yang terjadi
30
karena tumpang tindih kulit atom hidrogen dan karbon. Konfigurasi elektron penting karena digunakan untuk mengetahui elektron valensi hidrogen
dan
karbon.
Sistem
periodik
penting
karena
untuk
mengidentifikasi sifat logam/nonlogam pada unsur hidrogen dan karbon. Dan yang paling penting adalah materi tentang ikatan kimia karena unsur hidrogen dan karbon bersenyawa melalui ikatan kimia khususnya ikatan kovalen.
3.
Pembelajaran dan Hasil Belajar Kimia a. Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi karena kegiatan belajar
(Djamarah, 2008: 175). Dalam laman http://www.beritague.com mengutip Sujana (2004) disebutkan bahwa hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Hamalik (2006: 30) sebagaimana dikutip pada laman http://indramunawar.blogspot.com, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada orang tersebut setelah seseorang telah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
31
Dalam pembelajaran mata pelajaran kimia SMA sesuai kurikulum KTSP, ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari susunaan, struktur, sifat, perubahan materi, dan energi yang menyertai perubahan itu (Purba, 2006: 3). Sedangkan menurut Rachmawati, dkk (2007: 4), ilmu kimia didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Pada penelitian ini, Penulis akan mengukur hasil belajar kimia dari aspek pengetahuan. Menurut
Slameto
(2003: 54)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 1. Faktor Intern Adalah faktor yang ada dalam diri siswa yang sedang belajar, dibagi menjadi tiga yaitu: a) Faktor Jasmani Faktor jasmani yang dimaksud adalah kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor Psikologi 1) Inteligensi
32
Inteligensi
besar
pengaruhnya
terhadap
kemajuan
belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. 2) Perhatian Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Salah satu tugas guru adalah menyampaikan pelajaran dengan cara yang dapat meningkatkan perhatian siswa. 3) Minat Tugas
penting
lain
dari
seorang
pendidik
membangkitkan minat siswa untuk belajar. Minat
adalah besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik. 4) Bakat Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang dan lebih giat.
33
5) Motif Motif adalah dorongan yang menyebabkan siswa mau belajar. Dalam
proses
belajar
dorongn yang terbaik adalah yang
berasal dari diri sendiri daripada dorongan yang disebabkan oleh faktor dari luar. 6) Kematangan Kematangan adalah suatu
tingakt/fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan
baru.
Belajarnya
akan
lebih
berhasil jika anak sudah matang (mature). 7) Kesiapan (readiness) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena
jika
siswa
belajar
dan
padanya
sudah
kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c) Faktor Kelelahan Kelelahan bisa karena kelelahan fisik maupun psikologis.
2. Faktor Ekstern
ada
34
a) Faktor Keluarga 1) Cara Orang Tua Mendidik 2) Relasi Antaranggota Keluarga 3) Suasana Rumah 4) Keadaan Ekonomi Keluarga 5) Pengertian Orang Tua 6) Latar Belakang Kebudayaan b) Faktor Sekolah 1) Metode Mengajar (guru) dan Belajar (siswa) 2) Kurikulum 3) Relasi Guru dengan Siswa 4) Relasi Siswa dengan Siswa 5) Disiplin Sekolah 6) Alat Pelajaran 7) Waktu Sekolah 8) Standar Pelajaran di Atas Ukuran 9) Keadaan Gedung a) Faktor Masyarakat
35
Yang dimaksud disini salah satunya kegiatan siswa dalam masyarakat Sudjana (1989:40) mengutip pendapat Carrol yang berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa di pengaruhi oleh lima faktor, yakni
(a)
bakat pelajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran, dan (e) kemampuan individu. Empat faktor yang tersebut di atas (a b c d) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (d) adalah faktor di luar individu (lingkungan). Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah
laku
individu
yang disadarinya.
Siswa
harus
merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha
mengerahkan
segala
daya
mencapainya. Sedangkan lingkungan
dan
upaya
belajar yang
untuk
dapat
paling dominan
mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kwalitas pengajaran. Ada tiga unsur dalam kwalitas
pengajaran
yang
berpengaruh
terhadap
hasil
belajar siswa yakni: 1. Kompetensi guru
yaitu penguasaan materi dan kemampuan guru
dalam mengajar. 2. Karakteristik kelas yang mecakup besarnya kelas (class size) dan suasana belajar, serta sumber belajar yang tersedia.
36
3. Karakteristik sekolah
berkaitan
dengan
disiplin
sekolah, letak
geografis sekolah, dan lingkungan fisik sekolah. Pada penelitian ini penulis akan fokus pada faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang bersifat intern berupa kesiapan (readiness) dan faktor ekstern yakni sumber belajar. b.
Pembelajaran Kimia di SMA
Dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 disebutkan bahwa kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. Mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan
37
sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk
memasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. c. Tujuan Pembelajaran Kimia Mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. 3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian
hipotesis
dengan
merancang
percobaan
melalui
pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. 4. Meningkatkan
kesadaran
tentang
terapan
kimia
yang
dapat
bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
38
5. Memahami konsep,prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
d. Ruang Lingkup Ilmu Kimia Mata pelajaran Kimia di SMA/MA merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia, stoikiometri, larutan non-elektrolit dan elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi, senyawa organik dan makromolekul. 2. Termokimia, laju reaksi dan kesetimbangan, larutan asam basa, stoikiometri larutan, kesetimbangan ion dalam larutan dan sistem koloid. 3. Sifat koligatif larutan, redoks dan elektrokimia, karakteristik unsur, kegunaan, dan bahayanya, senyawa organik dan reaksinya, benzena dan turunannya, serta Makromolekul. e. Hasil Belajar Kimia
39
Menujuk pada uraian sebelumnya dapat disimpulkan hasil belajar kimia adalah
perubahan
yang
terjadi
baik
pengetahuan,
sikap,
maupun
keterampilan yang terjadi setelah siswa melakukan pembelajaran kimia. Pada penelitian ini penulis hanya akan mengukur hasil belajar kimia dari aspek pengetahuannya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Wahyuni yang berjudul Pengaruh Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar Dan Pengulangan Materi Pelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas Ii Ma Al Asror
Gunung
Pati
Tahun
Pelajaran
2004/2005.
Hasil
penelitian
menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Kesiapan Belajar, Motivasi Belajar dan Pengulangan Materi Pelajaran terhadap Hasil Belajar Kelas II MA Al Asror Gunung Pati baik secara simultan maupun parsial. Besarnya pengaruh secara simultan yang diberikan oleh ketiga variabel adalah 11,4% untuk Kesiapan Belajar, 18,2% untuk Motivasi Belajar dan 10,89% untuk Pengulangan Materi Pelajaran.
40
C. Kerangka Berpikir 1.
Pengaruh Penggunaan Sumber Belajar Video Tutorial dan Buku Teks terhadap Hasil belajar Video tutorial pembelajaran telah dirancang dan dibuat oleh guru telah
mempertimbangkan banyak aspek yang dimiliki siswa. Dari segi isi (content) yang telah diracik dan dan diperkaya, dari segi bahasa yang telah disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan bahasa siswa. Selain itu juga isi yang ada dalam tayangan juga dicetak dalam bentuk handout akan sangat membantu menuntun siswa salama pembelajaran. Sedangkan buku teks telah ditulis oleh penulis buku diperuntukkan bagi siswa SMA secara umum di seluruh tanah air tanpa mempertimbangkan perbedaan kualitas siswa maupun kemampuan berbahasa siswa serta sangat menuntut kemampuan memahami teks dan isi buku. Pembelajaran menggunakan video
tutorial
melibatkan
indra
penglihatan
dan
juga
pendengaran.
Sedangkan pembelajaran menggunakan buku teks hanya melibatkan indra penglihatan. Dari alasan-alasan tersebut di atas, maka pembelajaran menggunakan video pembelajaran akan dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan selanjutnya mempengaruhi hasil belajar khususnya pada mata pelajaran kimia.
41
2.
Perbedaan Pengaruh Kompetensi Awal terhadap Hasil Belajar menggunakan Video Tutorial dan Buku Teks. Kompetensi awal sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi berarti lebih siap untuk melakukan pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki yang sudah tinggi tersebut akan semakin kuat setelah mendapatkan pengalaman baru yang sejenis dan lebih tinggi. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah memerlukan kondisi tertentu untuk dapat mengikuti pengalaman belajar yang baru jika ingin memperoleh hasil yang baik. Hadirnya video tutorial dalam pembelajaran yang telah didesain dengan mempertimbangan berbagai aspek yang ada ada siswa diduga dapat meningkatkan hasil belajar baik pada siswa yang memiliki mompetensi awal tinggi maupun rendah. Dengan memperhatikan uraian-uraian yang ada berupa perbedaan penggunaan
media
dan
perbedaan
kompetensi
awal
siswa,
dapat
dideskripsikan tujuh kerangka berfikir. 1. Video tutorial memiliki beberapa kelebihan dibandingkan buku teks karena
selain
bersisi teks,
video
berisi suara
narasi materi
pembelajaran yang telah didesain oleh guru dan disesuaikan dengan bahasa dan kemampuan siswa. Dengan demikian diduga siswa akan
42
memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi jika belajar menggunakan video tutorial. 2. Kompetensi awal sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi berarti lebih siap untuk melakukan pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki yang sudah tinggi tersebut akan semakin kuat setelah mendapatkan pengalaman baru yang sejenis dan lebih tinggi. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah memerlukan kondisi tertentu untuk dapat mengikuti pengalaman belajar yang baru jika ingin memperoleh hasil yang baik. Dengan demikian diduga bahwa siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi akan memiliki hasil belajar yang lebih tinggi baik menggunakan video tutorial maupun buku teks. 3. Merujuk pada beberapa kelebihan video tutorial dibandingkan buku teks, diduga siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi akan memperoleh hasil belajar lebih tinggi jika belajar menggunakan video tutorial dibandingkan belajar menggunakan buku teks. 4. Siswa yang memiliki kompetensi awal rendah akan memperoleh hasil belajar
lebih
tinggi
jika
belajar
menggunakan
video
tutorial
dibandingkan belajar menggunakan buku teks. 5. Siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi akan memperoleh hasil belajar lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kompetensi awal rendah jika belajar menggunakan video tutorial.
43
6. Siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi akan memperoleh hasil belajar lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kompetensi awal rendah jika belajar menggunakan buku teks. 7. Video tutorial pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan buku teks jika diterapkan pada pembelajaran pada siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi maupun yang memiliki kompetensi awal rendah, maka diduga akan ada interaksi antara perbedaan sumber belajar yang digunakan dengan kompetensi awal siswa..
D. Hipotesis Penelitian Penelitian ini menggunakan hipotesis alternatif (H1). Ada tujuh hipotesis yang dapat dirumuskan. 1. Ada
perbedaan
nyata
rata-rata
hasil
belajar
kimia
antara
menggunakan video tutorial dengan buku teks. 2. Ada perbedaan nyata rata-rata hasil belajar kimia antara siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dengan yang memiliki kompetensi awal rendah. 3. Terdapat perbedaan nyata rata-rata hasil belajar kimia antara menggunakan video tutorial dengan menggunakan buku teks pada kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi.
44
4. Terdapat perbedaan nyata rata-rata hasil belajar kimia antara menggunakan video tutorial dengan menggunakan buku teks pada kelompok siswa yang memiliki kompetensi awal rendah. 5. Terdapat perbedaan nyata rata-rata hasil belajar kimia antara siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi
dengan
yang memiliki
kompetensi awal rendah jika belajar menggunakan video tutorial. 6. Terdapat perbedaan nyata rata-rata hasil belajar kimia antara siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi
dengan
yang memiliki
kompetensi awal rendah jika belajar menggunakan buku teks. 7. Terdapat interaksi antara sumber belajar yang digunakan dengan kompetensi awal siswa terhadap rata-rata hasil belajar kimia.
45
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. TUJUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sumber belajar dan kompetensi awal siswa terhadap hasil belajar kimia kelas X. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 3 Mukomuko pada bulan April – Mei 2011.
C. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah eksperimen pada obyek yang berbeda. Dalam hal ini terdapat kelas eksperimen berjumlah 20 siswa yang terdiri atas 10 siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dan 10 siswa yang memiliki kompetensi awal rendah. Sedangkan kelas kontrol juga berjumlah 20 siswa yang terdiri atas 10 siswa yang memiliki kompetensi awal tinggi dan 10 siswa memiliki kompetensi awal rendah. Materi yang dipelajari sama . Pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan media video tutorial (A1) dengan cara menyaksikan bersama-sama dengan fasilitasi dan bimbingan dari guru 45
46
sedangkan kelas kontrol pembelajaran menggunakan media belajar berupa buku teks (A2) dengan fasilitasi dan bimbingan dari guru. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan variabel-variabel sebagai berikut: variabel perlakuan/variabel bebasnya adalah video tutorial dan buku teks;
variabel moderatornya adalah kelompok siswa memiliki
kompetensi awal tinggi dan kelompok siswa memiliki kompetensi awal rendah; dan variabel terikatnya adalah hasil belajar. Skematisasi penelitian dapat digambarkan sebagai berikut. 40 siswa sampel Kelas eksperimen
Kelas kontrol
20 siswa terdiri atas:
20 siswa terdiri atas:
10 siswa kompetensi awal tinggi 10 siswa kompetensi awal rendah
10 siswa kompetensi awal tinggi 10 siswa kompetensi awal rendah
Siswa belajar menggunakan sumber belajar video tutorial
Siswa belajar menggunakan sumber belajar buku teks
Diuji dengan menjawab soal tes
Diuji dengan menjawab soal tes
Data diolah dengan statistik Treatmen by Level
47
D. DESAIN PENELITIAN Dengan memperhatikan variabel-variabel yang ada, maka desain penelitiannya adalah faktorial 2 x 2 dengan matrik sebagai berikut: MEDIA BELAJAR
VIDEO TUTORIAL (A1)
BUKU TEKS (A2)
KOMPETENSI AWAL TINGGI (B1)
A1B1
A2B1
KOMPETENSI AWAL RENDAH (B2)
A1B2
A2B2
KELOMPOK SISWA
KETERANGAN: A1B1
: Siswa dengan kompetensi awal tinggi belajar kimia menggunakan sumber belajar video tutorial
A1B2
: Siswa dengan kompetensi awal rendah belajar kimia menggunakan sumber belajar video tutorial
A2B1
: Siswa dengan kompetensi awal tinggi belajar kimia menggunakan sumber belajar buku teks
A2B2
: Siswa dengan kompetensi awal rendah belajar kimia menggunakan sumber belajar buku teks.
48
E. POPULASI DAN SAMPEL 1.
Populasi
Sebagai sebuah penelitian eksperimen, polulasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X sebanyak 150 orang yang terdiri dari 5 rombel (kelas X1, X2, X3, X4, dan X5). 2.
Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan Purposive Random Sampling karena menurut Hadi (1981, 226) cocok untuk mengambil sampel dengan populasi bertingkat. Tahapan pengambilan sampel terdiri dari 3 tahapan: Tahap 1 Pada tahap awal pengambilan sampel, populasi (kelas X1, X2, X3, dan X4) dites menggunakan soal-soal untuk mengetahui kompetensi awalnya. Kelas X5 tidak akan disampling karena akan digunakan untuk melalukan kalibrasi instrumen (uji validitas dan realibilitas). Tahap 2 Dari hasil tes diperoleh skor yang kemudian diolah untuk mengetahui siswa yang memiliki kompetensi tinggi dan kompetensi rendah. Dalam laman http://file.upi.edu, untuk menentukan kelompok siswa kompetensi tinggi dan kompetensi rendah dapat menggunakan rumus-rumus:
49
kelompok siswa dengan kompetensi awal tinggi adalah yang mendapat skor pretes lebih dari ( X + )
kelompok siswa dengan kompetensi awal rendah adalah yang mendapat skor pretes kurang dari ( X )
kelompok siswa dengan kompetensi awal sedang adalah yang mendapat skor pretes antara ( X – ) s.d. ( X + )
X = mean, adalah rata-rata skor pretes yang ditentukan dengan rumus:
X
X n
Sedangkan simpangan baku atau standar deviasi () untuk populasi dirumuskan oleh (Riduwan, dkk., 2009: 55):
( f X ) 2 f 1 f 1
f X 2
atau
f x 2 f 1 Tahap 3 Setelah diperoleh siswa kelompok kompetensi tinggi dan kompetensi rendah, masing-masing kelompok dambil 20 siswa secara random
50
sehingga diperoleh 20 siswa dari kelompok yang memiliki kompetensi awal tinggi dan 20 siswa yang memiliki kompetensi rendah. F.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Definisi Konseptual a. Sumber belajar adalah satu set bahan atau situasi yang sengaja diciptakan untuk menunjang peserta didik belajar. b. Kompetensi awal adalah emampuan yang telah dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu kemampuan baru. c. Video tutorial pembelajaran adalah video yang sengaja diciptakan yang
berisi
materi
pembelajaran
lengkap
dengan
tujuan
pembelajaran, uraian materi, soal-soal latihan dan evaluasi, serta kunci jawaban yang mana semua materi yang ditampilkan pada video dapat dicetak (print out) sebagai handout. d. Buku teks adalah sumber belajar cetak yang menyajikan ilmu pengetahuan (materi pembelajaran) hasil analisis terhadap kurikulum. e. Hasil belajar kimia adalah perubahan pengetahuan yang terjadi setelah siswa melakukan pembelajaran kimia.
51
2. Definisi Operasional a.
Sumber
belajar
adalah
media
yang
digunakan
pada
pembelajaran kimia berupa video tutorial dan buku teks. b.
Video tutorial pembelajaran adalah video yang berisi materi pembelajaran lengkap dengan tujuan pembelajaran, uraian materi, soal-soal latihan dan evaluasi, serta kunci jawaban yang mana semua materi yang ditampilkan pada video dicetak (print out)
sebagai
handout
dan
digunakan
dalam
proses
pembelajaran. c. Buku teks adalah buku yang dicetak dan biasa digunakan sebagai
pegangan
guru/siswa
dalam
mempelajari
materi
pembelajaran. d. Siswa kompetensi awal tinggi adalah yang memperoleh skor pretes lebih dari ( X + ) d. Siswa kompetensi awal rendah adalah yang memperoleh skor pretes lebih dari ( X ) f.
Hasil belajar kimia adalah skor hasil ulangan/tes.
52
3. Kisi-kisi Instrumen tes Instrumen yang dimaksud adalah soal-soal tes kompetensi awal dan soal-soal tes hasil belajar (ulangan/tes). Soal berbentuk pilihan ganda. Perolehan skor siswa dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sadiman, dkk (1998: 265) yaitu:
S
Jb 100% Js
Keterangan: S
= skor
Jb
= jumlah jawaban benar
Js
= jumlah soal
Materi
yang
Hidrokarbon
diajarkan dengan
pada
penelitian
kompetensi
dasar:
ini (1)
adalah
Senyawa
Mendeskripsikan
kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa hidrokarbon; dan (2) Menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya dengan sifat senyawa. Semua materi akan dipelajari selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu satu pertemuan 3 x 45 menit (sesuai jadwal dan program pembelajaran).
53
Instrumen tes kompetensi awal terdiri atas soal pilihan ganda berisi 10 soal tentang materi struktur atom, konfigurasi elektron, sistem periodik unsur, dan ikatan kimia. Materi
Jumlah soal
Struktur atom
2
Konfigursi elektron
2
Sistem periodik unsur
2
Ikatan kimia
4
Sedangkan instrumen untuk tes hasil belajar berjumlah 20 soal pilihan ganda. Untuk jawaban benar diberi skor 1 sedangkan untuk jawaban salah diberi skor 0. Indikator Membedakan senyawa organik dan anorganik
Jumlah soal 1
Menyebutkan keunikan atom karbon
1
Mendeskripsikan ikatan pada senyawa hidrokarbon Menuliskan R. Lewis, R bangun, R. bolapasak, R. mampat, dan R. molekul Menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan bentuk rantai dan jenis ikatan Mengidentifikasi atom karbon primer, skunder, tersier, dan kuarterner
1
Mengidentifikasi deret homolog alkana
2
Memberi nama alkana
3
Memberi nama alkena
2
Memberi nama alkuna
1
Keisomeran struktur
2
Keisomeran geometri
2
Jumlah
1 2 2
20
54
1. Uji Coba (Kalibrasi) Instrumen yang akan digunakan untuk tes kompetensi awal dan tes hasil belajar akan diuji kalibrasi terlebih dahulu terhadap kelas X5. Hanya soal yang memiliki validitas dan realibilitas yang baik yang akan digunakan dalam tahapan penelitian selanjutnya. a. Uji validitas Uji yang digunakan adalah validitas isi (Content Validity). Menurut Rasyid dan Mansur (2007: 119) validitas isi adalah suatu instrumen tes yang harus mampu menjawab pertanyaan “sejauh mana butir-butir tes itu mencakup keseluruhan kawasan yang ingin diukur oleh tes tersebut”. Maka soal dibuat dengan mengacu kompetensi
dasar
dan
indikator
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan. b. Uji reliabilitas Salah satu cara menentukan reliabilitas dapat menggunakan rumus Rulon (1993) dalam Rasyid & Mansur (2007: 143), yaitu: xx'
sd2 sx2
xx’ = koefisien reliabilitas tes X
sd2 = varian distribusi perbedaan skor kedua belahan sx2 = varian distribusi skor total
55
c. Daya beda Daya beda soal merupakan ukuran kemampuan soal untuk membedakan
siswa
yang
berkemampuan
tinggi
dan
berkemampuan rendah. Menurut Supranata (2004) dalam Rasyid dan Mansur (2007: 234) untuk menentukan daya beda dapat menggunakan rumus.
D
A B n A nB
Dimana: D = indeks daya pembeda butir soal A = jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok atas B = jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok bawah nA = jumlah peserta pada kelompok atas nB = jumlah peserta pada kelompok bawah
Klasifikasi daya pembeda: 0,00 – 0,20
= jelek
0,20 – 0,40
= cukup
0,40 – 0,70
= baik
0,70 – 1,00
= baik sekali
56
G. TEKNIK ANALISIS DATA 1. PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis 1, 2 dan 7 diuji dengan tabel analisis varian (anava) treatment by level 2 x 2 dengan rumus-rumus (Hadi, 1988: 369):
JKTOT X2Tot
( XTot )2 N
JK(A)
( XA1)2 ( XA2 )2 ( XTot )2 nA1 nA2 NTot
JK (B)
( XB1 ) 2 ( XB2 ) 2 ( X Tot ) 2 n AB nB2 NTot
JK(A B)
( XA1.B1)2 ( XA1.B2)2 ( XA2.B1)2 ( XA2.B2)2 ( XTot )2 (JKA JKB ) nA1.B1 nA1.B2 nA2.B1 nA2.B2 NTot
JKDAL JKTOT JK A JKB JK AB Sedangkan untuk menguji hipotesis 3, 4, 5 dan 6 berupa efek sederhana (simple effect) digunakan uji t dengan rumus (Hadi, 2000: 455): MD
t
D N
MD d2 N(N 1)
57
DAFTAR PUSTAKA Buku _____. 1998. Media Belajar, Modul Pembinaan Jarak Jauh bagi Widyaiswara. Jakarta. Kantor Menteri Kependudukan BKKBN _____.Permendiknas nomor 23 tahun 2006 Arikunto, Suharsini. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara Darsono dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta. PT Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno. 1981. Statistik Jilid II. Yogyakarta. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Hadi, Sutrisno. 1988. Statistik Jilid III. Yogyakarta. Penerbit Andi Offset. Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta. Andi Offset Hamalik, Oemar. 2000. Teknologi dalam Pendidikan. Bandung. Yayasan Partisipasi Pembangunan Indonesia Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta. Bumi Aksara 57
58
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga. Rachmwati, dkk. 2007. Kimia 1 SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta. Esis. Rahayu, Endang Shahbudy, Nuryata, I Made. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta Timur. Sekarmita. Rasyid, Harun dan Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung. CV Wacana Prima. Riduan, dkk. 2009. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung. Alfabeta. Sadiman, Arif Sukdi, dkk. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta. Madyatama Sarana Perkasa. Sumiati & Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung. CV Wacana Prima. Susilana & Riyana. 2007. Media Pembelajaran; Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung. Wacana Prima. Wahyuni,
Dwi.
Pengaruh
Kesiapan
Belajar,
Motivasi
Belajar
dan
Pengulangan Materi Pelajaran Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran
59
Ekonomi Pada Siswa Kelas II MA Al Asror Gunung Pati Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi Tidak diterbitkan. Semarang. Unnes. Warsita, Bambang. 2008. Jurnal Teknodik Vol 12 No 1. Jakarta. Depdiknas. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
Internet http://www.essayclub.blogspot.com http://www.id.wikipedia.org http://www.KamusBahasaIndonesia.org. Diakses 3 Desember 2010 http://www.kuliahkomunikasi.blogspot.com http://pti08.wordpress.com/2008/12/21/video-editing-dengan-komputer/. Diakses 3 Desember 2010 Rakim.http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/06/mengukur-validitas-dan reliabilitas.html Riswandi.
http://www.meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-
komunikasi-dan-tingkatan-proses-komunikasi.
Definisi
dan Tingkatan Proses Komunikasi. Diakses 10 Juni 2010
Komunikasi
60
Sudarsono Sudirdjo. http://www.wijayalabs.wordpress.com. Proses BelajarPembelajaran: Suatu Proses Komunikasi. Diakses Desember 2010. Eka
Wita
Febriani.
http://www.blog.unsri.ac.id.
Video
sebagai
media
pembelajaran. Diakses Maret 2010. http://file.upi.edu/Direktori/A%20%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20SEKOLAH/19600926198503 1%20%20UYU%20WAHYUDIN/Kedudukan%20Siswa%20dalam%20Kelo mpok.pdf, diakses 22 Maret 2010 http://www.maswins.com, 2010 Astuti, Puji. 2011. Analisis tentang Membangun Pengetahuan Awal Atau Apersepsi
Siswa
Dalam
Kegiatan
Pembelajaran.
http://poojetz.wordpress.com/2011/01/13/analisis-tentangmembangun-pengetahuan-awal-atau-apersepsi-siswa-dalam-kegiatanpembelajaran/membangun-pengetahuan-awal-atau-apersepsi-siswadalam-kegiatan-pembelajaran/ (diakses: 17 April 2011) http://www.beritague.com http://indramunawar.blogspot.com