BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan –kegiatan yang berkesinambungan dan berlanjut menuju keadaan yang lebih baik. Peran pemerintah sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa. Disisi lain masyarakat juga ikut andil dalam pembangunan nasional agar mencapai tujuan yang lebih baik. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan masyarakat. Pembangunan suatu bangsa dikatakan cepat dan merata apabila pembangunan suatu daerah tidak selalu dikendalikan oleh pemerintah pusat melainkan daerah tersebut harus memiliki kemandirian yang inovatif dan inisiatif bagi pembangunan daerahnya. Sesungguhnya masyarakat daerahlah yang tau persis apa kepentingannya dan kebutuhannya, maka idealnya mereka jugalah yang mengatur dan mengurus kepentingannya. Pihak pemerintah hanya
membantu
memberikan
dorongan,
arahan,dan
bantuan
yang
diperlukan. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang 1
2
perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2002:108). Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan
pada
kekhasan
daerah
yang
bersangkutan
(endogenous
development) dengan menggunakan potensi sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Dengan perencanaan yang baik dan kebijakan yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan ekonomi daerah tersebut. Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, meningkatkan rasa harga diri, dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memilih. Namun begitu harus diperhatikan bahwa pembangunan ekonomi tanpa pembangunan moral masyarakatnya dari sisi agama akan menjadi salah satu penyebab tidak berkembangnya pembangunan tersebut. Arsyad (2002) mengatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Jika dilihat dari kemakmuran suatu daerah, maka daerah satu tidak akan sama dengan daerah yang lainnya walaupun dalam satu provinsi. Kaum klasik berpandangan bahwa daerah yang memiliki atau kaya SDA akan
3
lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan daerah yang miskin SDA (Emilia, 2006). Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber–sumber daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai-nilai sumberdaya swasta secara bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan diatas maka diperlukan perencanaan yang teliti dan evaluasi terhadap hasil–hasil pembangunan yang telah dicapai. Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi secara makro adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan pendapatan regional merupakan salah satu indikator yang menggambarkan makin meningkatnya kegiatan ekonomi yang terjadi pada daerah tersebut. Sektor-sektor ekonomi yang masuk dalam produk domestik regional bruto adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik gas, pengadaan
air,
pengelolaan
sampah,
limbah,
Daur
ulang
,
bangunan/kontruksi, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan jasa lainnya. Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting
4
untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pembangunan daerah yang telah dilaksanakan. Menurut (BPS,2014), Di kabupaten Boyolali banyak sektor-sektor yang mendukung dalam pembangunan daerah, seperti sektor industri pengolahan, pertanian, kehutanan, dan perikanan, dan perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor. Sektor- sektor tersebut berperan besar terhadap pembangunan daerah karena memiliki nilai yang cukup tinggi. Kategori Industri Pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti produk dari kegiatan industri pengolahan lainnya Perubahan, pembaharuan atau rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum diperlakukan sebagai industri pengolahan Untuk Kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam dan merupakan benda benda atau barang-barang biologis (hidup) yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau untuk dijual kepada pihak lain. Pengusahaan ini termasuk kegiatan yang tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) seperti pada kegiatan usaha tanaman pangan. Sedangkan kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari
5
berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan barang-barang tersebut. Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Boyolali Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010-1014 ( jutaan rupiah ) Uraian 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik dan Gas 5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya PDRB
2010 3.476.669,30
2011 3.697.278,40
2012 3.771.708,90
2013 3.846.251,50
2014 3.777.647,00
569.112,00
593.361,80
622.123,70
656.805,70
696.721,80
3.485.306,80 3.049,00
3.721.942,20 3.294,00
4.065.227,70 3.644,60
4.482.517,40 3.955,10
4.857.151,00 4.002,50
11.066,80
11.271,40
10.992,80
10.942,50
11.221,40
943.374,80 2.101.415,70
952.579,30 2.252.745,10
1.012.227,50 2.286.535,00
1.049.622,20 2.384.567,30
1.098.593,80 2.478.005,10
570.249,70
609.916,40
651.088,10
710.113,50
778.495,30
400.654,70
417.418,90
433.997,40
442.776,10
477.495,10
340.156,50
371.547,60
407.819,80
443.148,40
511.962,30
324.868,40
334.649,90
344.283,30
358.417,70
371.893,00
163.671,80 39.662,60 445.541,40
173.838,40 43.600,90 452.902,40
181.833,10 46.627,20 453.012,30
193.860,90 53.038,40 461.497,00
209.725,60 57.387,00 460.751,40
482.634,90 103.960,60
576.342,90 114.347,20
689.655,20 125.359,00
747.431,70 133.403,80
833.670,80 150.298,10
260.306,20 13.721.701,50
264.989,30 14.592.026,30
263.838,80 15.369.974,40
287.399,40 16.265.748,70
310.640,30 17.085.661,60
Sumber: PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2014
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa sektor industri pengolahan, pertanian, kehutanan, dan perikanan, dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor memiliki kontribusi tinggi dalam PDRB
6
dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Pada tahun 2014, ketiga sektor tersebut memiliki jumlah yang tinggi yaitu 4.857.151,0 juta rupiah, 3.777.647,0 juta rupiah dan 2.478.005,1 juta rupiah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. PDRB Kabupaten Boyolali tahun 2014 atas dasar harga konstan sebesar 17.085.661,6 juta rupiah. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perlu diadakan studi untuk menganalisis potensi ekonomi di Kabupaten Boyolali tahun 2010-2014. Agar secara dini dapat diketahui seberapa besar keberhasilan pembangunannya dilihat dari sektor basis dan prospek di masa yang akan datang. B. Perumasan masalah 1. Bagaimana perkembangan PDRB selama 5 tahun (2010-2014) pada masing-masing sektor di kabupaten Boyolali? 2. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten Boyolali? 3. Sektor-sektor ekonomi mana yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang ekonomi di kabupaten Boyolali
7
C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan PDRB selama 5 tahun (2010-2014) 2. Untuk mengetahui sektor perekonomian yang menjadi sektor potensial yang mempunyai kontribusi tinggi dalam perekonomian kabupaten Boyolali 3. Untuk mengetahui sektor mana yang menjadi sektor basis di kabupaten Boyolali dengan menggunakan hasil perhitungan analisis Location Question (LQ). D. Manfaat Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan PDRB selama 5 tahun (2010-2014) di Kabupaten Boyolali. 2. Untuk mengetahui sektor mana yang menjadi sektor basis di kabupaten Boyolali dengan menggunakan hasil perhitungan analisis Location Question (LQ). 3. Untuk mengetahui sektor perekonomian yang menjadi sektor potensial yang mempunyai kontribusi tinggi dalam perekonomian kabupaten Boyolali.