BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pembangunan senantiasa memiliki makna yang berwayuh wajah. Dalam arti luas,
pembangunan adalah segenap usaha perubahan yang diinginkan dan direncanakan (intended and planned changes) untuk mencapai kemakmuran material (standard of life) dan sosial (quality of life) yang lebih baik, lebih maju, dan lebih diharapkan dari kondisi sebelumnya. (Suharto, 1997;1) Tujuan utama dari suatu proses pembangunan adalah untuk secara bertahap meningkatkan produktifitas dan kemakmuran penduduk secara menyeluruh. Usaha-usaha tersebut dapat mengalami hambatan-hambatan, antara lain oleh karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat karena tingginya angka kelahiran. Tujuan lain adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran, sehingga pertumbuhan penduduk tidak melebihi kapasitas produksi. (Soekanto, 1995;431) Malthus berpendapat bahwa penduduk bertambah menurut deret ukur sementara persediaan bahan pangan bertambah menurut deret hitung, sehingga pertumbuhan penduduk akan selalu melewati pertumbuhan persediaan bahan pangan. (Soelaiman, 1996; 124) Penduduk suatu negara pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat penting bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan. Yang dimaksud dengan manusia merupakan subjek dari pembangunan adalah bahwasanya manusia sebagai pelaksana pembangunan, sedangkan pengertian bahwa manusia merupakan objek dari pembangunan adalah manusia sebagai penerima pembangunan. Salah satu tanggung jawab
utama negara adalah meningkatkan kesejahteraan penduduk serta mengambil langkahlangkah pencegahan terhadap masalah kesejahteraan. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk
Indonesia
tahun
2010
berjumlah
sekitar
235.355.196
jiwa.
(nasional.kompas.com/read/2010/06/23). Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah merupakan beban bagi negara. Apabila tidak diambil langkah-langkah pencegahan, akan terjadi berbagai masalah kesejahteraan penduduk oleh adanya perubahan demografis yang seringkali tidak dirasakan. Masalah-masalah kesejahteraan tersebut menimbulkan berbagai keadaan, antara lain; bagaimana menyebarkan penduduk sehingga tercipta penduduk yang serasi untuk seluruh Indonesia, selanjutnya adalah bagaimana mengusahakan penurunan angka kelahiran sehingga perkembangan kependudukan dapat diawasi dengan seksama. Masalah tingginya angka kelahiran akan dapat diatasi dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan suatu program pemerintah untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB ini mengubah paradigma masyarakat selama ini bahwa dalam sebuah keluarga harus ada anak laki-laki dan perempuan. Hal ini berarti sejalan dengan slogan KB bahwa dalam satu keluarga dua anak lebih baik, laki-laki maupun perempuan sama saja. Program KB yang dikenal seperti sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan tokoh-tokoh atau pelopor di bidang itu, baik di dalam maupun di luar negeri. Di luar negeri upaya KB mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Hal tersebut sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan
secara tradisional dan mulai digunakannya alat-alat
kontrasepsi yang memenuhi syarat medis, maka dimulailah usaha-usaha KB dengan tujuan dan sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan/ kelahiran saja.
Di Indonesia, KB diperkenalkan oleh Persatuan Keluarga Besar Indonesia (PKBI), sebuah lembaga sosial masyarakat pada tahun 1950-an dimana Indonesia berada di bawah kepemimpinan Soekarno. Beliau dikenal sebagai seorang nasionalis yang pro-natalis. Dengan sikapnya yang menunjukkan ketidaktergantungannya terhadap berbagai tekanan kebijakan negara asing, ia banyak bertentangan dengan kekuatan-kekuatan Barat yang mendukung ide pengendalian kehamilan. Pengaruhnya terlihat pada tidak adanya dukungan terhadap upayaupaya yang dilakukan oleh PKBI. Pendekatan yang dilakukan oleh PKBI pada masa itu lebih ke pendekatan yang berorientasi pada kesehatan ibu, dan pelayanan terutama diberikan pada para ibu yang memiliki resiko tinggi bila melahirkan. Menghadapi kondisi seperti ini, badan-badan dana asing mengambil sikap dengan mengirimkan para intelektual setempat ke negara-negara Barat untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan masalah KB dengan harapan bahwa pada suatu waktu mereka akan mewarisi kekuasaan di negeri ini. Investasi ini memberi hasil ketika Indonesia mulai berada di bawah pimpinan Soeharto. (Adrina, 1998;16) Pada tahun 1970 KB diresmikan menjadi program Nasional dan dibentuklah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yaitu badan yang bertanggung jawab langsung kepada presiden dalam mengkoordinasikan segala upaya untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk, baik dari sisi finansial maupun organisasionalnya. Sejak saat itulah orientasi program tidak lagi ditekankan pada kesehatan perempuan, akan tetapi diorientasikan pada penekanan laju pertumbuhan penduduk yang sebesar-besarnya dan secepat-cepatnya demi lajunya pertumbuhan ekonomi yang direncanakan. Selama hampir 30 tahun program KB berjalan, dari tahun 1970 sampai tahun 2000, masyarakat Indonesia baru dapat menerima bahwa KB adalah kebutuhan. Angka tercatat terdapat penurunan TFR dari tahun 1970 sampai tahun 2000. TFR adalah singkatan dari Total
Fertility
Rate,
yaitu
rata-rata
kemampuan
seorang
perempuan
melahirkan
bayi.
(tentangkb.wordpress.com/2010/04) Pada tahun 1970 TFR tercatat 5,6. Ini artinya pada tahun tersebut rata-rata perempuan Indonesia melahirkan bayi antara 5 hingga 6 bayi selama masa suburnya. Sedangkan pada tahun 2000 TFR turun menjadi 2,3. Artinya pada tahun ini rata-rata perempuan Indonesia melahirkan
bayi
antara
2
hinggga
3
bayi
selama
masa
suburnya.
(tentangkb.wordpress.com/2010/04) Berdasarkan data yang dicatat BKKBN, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1970 tercatat lebih kurang 110 juta jiwa. Setelah dilaksanakan program KB, pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah sekitar 203 juta jiwa. Jika program KB tidak dilaksanakan, BKKBN memprediksikan jumlah penduduk Indonesia akan meledak hingga 282 juta jiwa pada tahun 2000. (tentangkb.wordpress.com/2010/04) BKKBN seiring dengan perubahan paradigma di masyarakat dalam pengelolaan KB Nasional, ingin menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Pembangunan di Indonesia sejak awal reformasi, hingga era desentralisasi dan globalisasi, serta good government, akan banyak mewarnai perjalanan program KB ke depan. Rencana dan strategi BKKBN adalah merumuskan kembali visi dan misi, yaitu “Seluruh keluarga ikut KB dan mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera”. BKKBN sukses melaksanakan programnya pada tahun 1980-1990. dengan adanya bukti bahwa Indonesia sempat menjadi kiblat dunia internasional dalam pengelolaan KB. Pada saat itu tidak kurang dari 4.000 peserta dari sekitar 97 negara telah belajar KB di Indonesia. Namun sayang akhir-akhir ini terjadi penurunan citra dan BKKBN nyaris tidak terdengar lagi kiprahnya. Hal ini disebabkan adanya demokrasi dan kebebasan menentukan jumlah anak. Oleh karena itu BKKBN sedang berupaya meningkatkan citra dari BKKBN yang menurun dengan melakukan Rebranding. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat menilai BKKBN kembali seperti semula di tahun 1980-1990. (Meilani, 2010; 31)
Selain itu BKKBN juga membangun citra baru dengan program-program yang inovatif, seperti yang kita ketahui di beberapa daerah telah diadakan program KB gratis. Program KB gratis mungkin masih kalah pamor dengan program sekolah gratis dan kesehatan gratis. KB gratis merupakan pelayanan KB yang diberikan oleh pemerintah khusunya untuk keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, namun tidak tertutup untuk umum, yaitu Keluarga Sejahtera II dan Keluarga Sejahtera III. Pelayanan KB gratis juga merupakan salah satu komitmen BKKBN dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat, dimana saat ini masih ada masyarakat yang belum paham akan tujuan mengikuti program KB. (suaramerdeka.com/2010/01/06) Program KB gratis akan mendorong masyarakat usia subur (terutama penduduk miskin) dengan sukarela datang ke bidan atau puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu faktor keengganan masyarakat untuk ikutserta dalam program KB adalah karena mahalnya biaya program ini. Jadi, dengan diadakannya pelayanan KB gratis diharapkan ke depannya dapat lebih menekan laju pertumbuhan penduduk sehingga terwujud kehidupan masyarakat yang berkualitas, sebagaimana sesuai dengan visi dan misi BKKBN yaitu mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (koransuroboyo.com/2009/04/29) Program pelayanan KB gratis telah digalakkan di beberapa kecamatan maupun kelurahan. Salah satunya adalah Kelurahan Paluh Kemiri yang merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data dari kelurahan, pada tahun 2009 di kelurahan ini terdapat 488 Pasangan Usia Subur (PUS). Jumlah peserta KB aktif di kelurahan Paluh Kemiri pada tahun 2009 tercatat sebesar 72% dari jumlah PUS yang ada di kelurahan tersebut. (sumber: Kantor Kelurahan Paluh Kemiri) Berdasarkan pengamatan oleh PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) Kelurahan Paluh Kemiri, selama ini penduduk khususnya PUS Kelurahan Paluh Kemiri memberikan respon yang positif terhadap program KB. Terbukti bahwa beberapa tahun
terakhir selalu terjadi peningkatan jumlah peserta program KB, khususnya KB gratis. Namun di samping itu juga terdapat beberapa PUS yang enggan mengikuti program KB ini. Dengan melihat kenyataan yang ada di Kelurahan Paluh Kemiri, di mana masih ada beberapa PUS yang enggan mengikuti program KB, khususnya program KB yang diberikan secara gratis oleh pemerintah, penulis tertarik meneliti bagaimana respon masyarakat khususnya para PUS terhadap pelayanan program KB gratis yang diberikan oleh pemerintah di Kelurahan Paluh Kemiri. Maka penulis menyusun penelitian ini dengan judul “Respon Pasangan Usia Subur terhadap Program Keluarga Berencana Gratis di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang”.
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah bagaimana respon pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana gratis di Kelurahan Paluh Kemiri Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
C.2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu dan aspek guna laksana: 1. Pengembangan ilmu: 1.1. Sebagai salah satu informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, khususnya mengenai program KB. 1.2.
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melaksanakan penelitian ilmiah.
2. Aspek guna laksana: 2.1. Bagi dinas dan instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pembuatan program untuk mencari solusi dalam upaya penekanan jumlah penduduk, dan upaya pembentukan keluarga sejahtera dan berkualitas. 2.2. Bagi masyarakat khususnya Pasangan Usia Subur di Kelurahan Paluh Kemiri, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan respon positif masyarakat terhadap program KB.
D.
Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah pemahaman isi
penelitian ini, maka penulis menyusun skripsi ini ke dalam enam bab. Adapun urutan penulisan disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang konsep-konsep penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional.
BAB III
: METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menggambarkan lokasi penelitian.
BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasannya. BAB VI
: PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan serta masukan berupa saran-saran yang bermanfaat dan bersifat mambangun.