BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang RI No 36 tahun 2009 tentang kesehatan menggariskan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan anak bawah lima tahun (BALITA) menjadi 2/3 dari AKB pada tahun 1990 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (BPPN,2010). Kondisi di Indonesia, saat ini AKB masih belum mencapai target. Berdasarkan Riskesdas tahun 2010 didapatkan AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Neonatal (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup (BPPN, 2010). Data Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2010 menunjukkan AKB Provinsi Bali 6,77 per 1000 kelahiran hidup.
.
Kelahiran bayi BBLR merupakan salah satu penyebab kematian bayi. Penyebab lain yaitu sepsis neonatorum, gagal nafas, aspirasi, kelainan kongenital, gagal jantung dan pneumonia. Hasil studi dokumentasi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar khususnya di Ruang Cempaka Barat selama tahun 2012 merawat 961 orang bayi, dan 349 orang diantaranya adalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR), dengan angka kematian bayi BBLR sebanyak 52 bayi.
1
2
Bayi BBLR memiliki pengertian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan (WHO, 1961 dalam Surasmi dkk, 2003). Bayi BBLR seringkali mengalami beberapa masalah pada periode segera setelah lahir sebagai akibat karakteristik organ yang belum matang. Ketidakmatangan sistem organ mengakibatkan bayi BBLR membutuhkan perawatan secara intensif, cermat dan tepat. Oleh karena itu perawatan yang diberikan dilengkapi dengan berbagai fasilitas peralatan dan prosedur tindakan yang dirancang untuk mendukung kelangsungan hidup
bayi BBLR. Disisi lain fasilitas dan prosedur tindakan
perawatan yang diberikan sekaligus menjadi sumber stress karena memberikan stimulasi yang berlebihan. Stress pada bayi BBLR dapat bersumber dari kebisingan yang ditimbulkan oleh suara peralatan medis dan keperawatan, percakapan para staf ruang perawatan, prosedur invasif dan non infasif serta pencahayaan ruang perawatan (Lissauer & Fanaroff,2009; Bowen, 2009). Manifestasi stress pada bayi BBLR dapat berupa stress autonomic, perubahan keadaan umum dan perubahan tingkah laku. Stress autonomic dapat dilihat dari perubahan warna kulit (pucat, berbercak, sianosis), tremor, terkejut, denyut jantung cepat tidak teratur, terdapat jeda respirasi, gasping dan takipneu (Hockenberry & Wilson, 2007). Stress pada bayi prematur mengakibatkan peningkatan metabolisme sehingga tubuh memerlukan konsumsi oksigen lebih banyak untuk mempertahankan kondisi fisiologis tubuh. Konsumsi oksigen yang meningkat akan meningkatkan resiko terjadi distres nafas, asidosis, dan hipoksia.
3
Pengelolaan lingkungan perawatan untuk meminimalkan pengaruh lingkungan perawatan yang memberi stimulasi berlebihan sangat dibutuhkan. Strategi tersebut salah satunya dapat dicapai melalui developmental care. Developmental care adalah praktek profesional edukasi dan penelitian dimana perawat perlu mengeksplorasi, mengevaluasi dan menemukan secara terus menerus perubahan teknologi lingkungan di unit perawatan neonatus (Coughlin et al, 2009). Strategi pengelolaan lingkungan dalam developmental care tersebut diantaranya meliputi minimal handling, fasilitas ikatan atau interaksi orang tua-anak, nesting, pemasangan tutup telinga, dan menempatkan bayi kembar dalam satu tempat tidur (Hockenberry & Wilson, 2007; Lissauer & Fanaroff, 2009). Penelitian terkait developmental care telah bayak dilakukan. Deswita (2012) meneliti pengaruh perawatan metode kangguru terhadap suhu tubuh, saturasi oksigen dan denyut jantung dimana didapatkan pengaruh bermakna perawatan metode kangguru terhadap perubahan fisiologis bayi BBLR. Indriansari (2011) meneliti pengaruh developmental care terhadap fungsi fisiologis bayi BBLR dengan hasil terdapat pengaruh bermakna developmental care terhadap perilaku tidur terjaga bayi BBLR. Herliana (2011) meliti tentang pengaruh developmental care terhadap respon nyeri pada bayi yang mendapatkan prosedur invasif, dimana hasilnya adalah bahwa terdapat perbedaan respon nyeri akut sebelum dan sesudah developmental care. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayan Bali dan Indonesia bagian timur. RSUP Sanglah mempunyai tiga ruang perawatan perinatologi, dimana
perawatan perinatologi
level I
dilaksanakan di ruang Bakung Timur, untuk level II di ruang Cempaka Barat, dan
4
untuk level III di Neonatal Intensif Care Unit. Intervensi
developmental care
sesungguhnya telah diaplikasikan dalam perawatan bayi BBLR di RSUP Sanglah Denpasar. Strategi developmental care yang telah dilakukan meliputi pemakaian nesting (gulungan kain yang diletakkan melingkari tubuh bayi sehingga menyerupai sarang), pemakaian penutup inkubator, pelaksanaan jam tenang, perawatan metode kangguru dan memfasilitasi keterlibatan ibu dalam perawatan bayi. Studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober 2013 menunjukkan perbedaan denyut nadi, suhu dan saturasi oksigen Bayi BBLR sebelum dan sesudah diberikan perawatan metode kangguru. Evaluasi efektifitas pemberian jam tenang, nesting dan penutup inkubator terhadap tanda-tanda vital bayi BBLR belum pernah dilakukan Oleh karena itu peneliti ingin meneliti pengaruh strategi developmental care berupa pemberian jam tenang, nesting dan penutup incubator terhadap saturasi oksigen dan denyut nadi bayi BBLR di Ruang Cempaka Barat RSUP Sanglah Denpasar.
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang
diatas
maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “Apakah ada pengaruh developmental care terhadap saturasi oksigen dan denyut nadi bayi BBLR di Ruang Cempaka Barat RSUP Sanglah Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan umum
Mengetahui pengaruh developmental care terhadap saturasi oksigen dan denyut nadi bayi BBLR di Ruang Cempaka Barat RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014.
5
1.3.2
Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden b. Mengidentifikasi saturasi oksigen dan denyut nadi bayi BBLR di Ruang Cempaka Barat RSUP Sanglah Denpasar sebelum developmental care. c. Mengidentifikasi saturasi oksigen dan denyut nadi bayi BBLR di Ruang Cempaka Barat RSUP Sanglah Denpasar sesudah developmental care. d. Menganalisa perbedaan saturasi oksigen dan denyut nadi sebelum dan sesudah developmental care.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 a.
Praktis
Sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan berbasis developmental
care bagi petugas kesehatan dalam perawatan bayi yang menjalani perawatan diruang perinatologi. b.
Memberi informasi tentang saturasi oksigen dan denyut nadi bayi BBLR yang
diberikan developmental care.
1.4.2 a.
Teoritis
Sebagai tambahan literatur tentang pengaruh developmental care terhadap
saturasi oksigen dan denyut nadi bayi BBLR. b.
Sebagai salah satu sumber data bagi peneliti berikutnya.
6
1.5 Keaslian Penelitian Berdasakan telaah literatur, penelitian yang terkait dengan judul dari penelitian ini adalah ; 1.
Indriansari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Developmental
care terhadap respon fisiologis dan perilaku tidur terjaga bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta”.
Variabel bebas dari
penelitian tersebut adalah developmental care dimana intervensi yang diberikan meliputi penutup incubator, meredupkan lampu ruang rawat, pemberian nesting, posisi fleksi dan penutup telinga. Variabel terikat dalam penelitian tersebut adalah fungsi fisiologis saturasi oksigen , denyut jantung dan perilaku tidur terjaga bayi BBLR. Rancangan penelitian tersebut adalah quasi experimental dengan self – controlled study design dengan sampel sebanyak 15 orang bayi BBLR. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebas yaitu pada
intervensi
developmental care dimana intervensi yang diberikan yaitu jam tenang, nesting dan penutup inkubator dan pada variabel terikat dimana yang diteliti adalah saturasi oksigen dan denyut nadi. Perbedaan lain adalah pada rancangan penelitian dan jumlah sampel. 2.
Herliana (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Developmental
Care terhadap respon nyeri akut pada bayi prematur yang dilakukan prosedur invasif
di RSU Tasikmalaya dan RSU Ciamis”. Variabel
bebas pada
penelitian tersebut adalah Developmental Care yang meliputi pemakain penutup inkubator, meredupkan cahaya ruang perawatan dan memakai bedong sebelum
7
prosedur invasif. Sedangkan untuk variabel terikat dalam penelitian tersebut adalah respon nyeri akut pada bayi prematur. Rancangan penelitian tersebut adalah quasi experimental non equivalent control group, before and after design dengan jumlah sampel 42 orang bayi prematur, terdiri dari 21 orang kelompok kontrol dan 21 orang kelompok intervensi. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti dan pada rancangan penelitian.
8