BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, ataupun pesan kepada orang lain. Melalui bahasa terungkap sesuatu yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar, penulis kepada pembaca, dan penyapa kepada pesapa. Dalam masyarakat yang bilingual maupun multilingual sering terjadi peristiwa alih kode dan campur kode. Alih kode, yaitu beralihnya penggunaan suatu kode (bahasa ataupun ragam bahasa tertentu) ke dalam kode lain (bahasa atau ragam bahasa lain) (Chaer, 1994:67), sedangkan campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsurunsur bahasa satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten (Kachru dalam Umar dan Delvi, 1994:14). Alih kode dan campur kode sering sekali ditemui baik dalam bahasa lisan maupun tulis di kalangan remaja, misalnya dalam bahasa tulis dapat dilihat dari banyaknya majalah-majalah remaja yang menggunakan campur kode atau alih kode dengan kode-kode bahasa asing maupun bahasa daerah.
1
Remaja
sekarang
memilih
menggunakan
bahasa
gauldalam
berkomunikasi. Bahasa gaultidak hanya digunakan secara lisan tetapi berkembang pada media tulis. Kita akan menemukan ragam bahasa gaul ini pada media elektronik atau media cetak yang sasaran pasarnya adalah para remaja. Sebut saja majalah GoGirl!yang termasuk dalam salah satu majalah remaja yang menggunakan bahasa gaul. Ada beberapa rubrik seputar dunia remaja di dalam majalah ini.Rubrik-rubrik tersebut meliputi feature, fashion, health and beauty, lifestyle, monthly, routine, dan celebrity. Dari penamaan bagian-bagian rubriknya saja sudah terlihat bahwa GoGirl!lebih dominan menggunakan bahasa-bahasa pergaulan dan menggunakan bahasa dalam tataran bahasa asing yang bisa diartikan. Dari beberapa rubrik dalam majalah GoGirl! tersebut akan difokuskan pada rubrik feature karena dalam rubrik featuremenggunakan bahasa nonformal, santai, dan biasanya menggunakan bahasa asing di beberapa kalimatnya, selain itu rubrik feature merupakan rubrik yang ringan sehingga banyak terdapat campur kode di dalamnya dan rubrik yang lebih banyak menggunakan tulisan daripada gambar. Pada
rubrik
feature
majalah
GoGirl!ditemukan
munculnya
penggunaan bahasa asing yakni bahasa Inggris, Perancis, Jepang, dan Arab, selain itu muncul juga penggunaan bahasa daerah yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa-bahasa tersebut pada kalimat-kalimat di rubrik feature majalah GoGirl!memunculkan campur kode yang sesuai dengan penelitian ini. Campur kode yang dipilih dalam penelitian ini difokuskan pada bentuk 2
kata dan frase dalam tataran kalimat. Berdasarkan temuan data pada rubrik feature majalah GoGirl!,campur kode menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk mengetahui faktor dan bentuk campur kode di dalam rubrik feature majalah GoGirl!.
1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini pertama mengenai sosiolinguistik. Sosiolinguistik tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan. Kedua dari aspek campur kode yaitu ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode. Data penelitian ini diambil dari media massa yang memiliki segmen pasar remaja yaitu majalah GoGirl!yang difokuskan pada campur kode dalam rubrik feature majalah GoGirl!karena pada rubrik tersebut menggunakan banyak tulisan, bahasa yang santai, dan banyak menggunakan bahasa asing.
1.3 Rumusan Masalah Berkaitan dengan uraian di dalam latar belakang yang telah dijelaskan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan adanya campur kode dalam rubrik feature majalah GoGirl!? 2. Bagaimana bentuk campur kode dipakai dalam rubrik feature majalah GoGirl!?
1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan adanya campur kode dalam rubrik feature majalah GoGirl!. 2. Menguraikan bentuk campur kode yang dipakai dalam rubrik feature majalah GoGirl!.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, dalam penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan teori Dell Hymes yang digunakan pada faktor yang menyebabkan adanya campur kode dan bentuk campur kode yang dipakai dalam rubrik feature majalah GoGirl!. Sementara itu, manfaat praktisnya adalah memberi informasi mengenai penggunaan bahasa khusus seperti bahasa asing yakni bahasa Inggris, Perancis, Jepang, dan Arab serta bahasa daerah yaitu bahasa 4
Jawa.Selain itu, penilitian ini ditujukan untuk remaja sesuai dengan target pasar majalah GoGirl!.
1.6 Tinjauan Pustaka Dewasa ini penggunaan ragam bahasa informal sejenis bahasa gaul. Bahasa gaul yang digunakan remaja sekarang semakin lama semakin berkembang dan menimbulkan bermacam-macam jenis bahasa gaul hingga menimbulkan komunitas tertentu. Dalam kurun waktu yang singkat bentukbentuk bahasa gaul bertambah dari segi jumlah maupun variasi. Contohnya dalam majalah GoGirl!yang hampir keseluruhan isinya menggunakan bahasa gaul dan sering juga menggunakan bahasa asing dalam kalimat-kalimat yang dihadirkan. Dalam kajian sosiolinguistik, hal tersebut termasuk dalam campur kode.Kajian tentang penggunaan campur kode pernah dibahas dalam buku sebagai berikut. Tulisan yang berjudul “Campur Kode dalam Rubrik “Life & Entertainment” Majalah Kawanku” membahas mengenai wujud dan tipe campur kode dan faktor yang menyebabkan campur kode. Menurut tulisan ini macam-macam campur kode dalam rubrik life & entertainment majalah Kawankumencakup: (1) wujud kata, terdiri atas : kata benda dan kata sifat; (2)wujud baster (kata berimbuhan), yaitu terdiri atas prefiks dan sufiks; (3) wujud frasa, yaitu terdiri dari frasa nominal, frasa verbal, dan frasa adjektival. Dan faktor utama penyebab terjadinya campur kode dalam tulisan ini adalah 5
untuk lebih populer, lebih ringkas, lebih bergengsi, dan lebih santai (The language, 2011). Skripsi yang berjudul “Campur Kode dalam Majalah Aneka Yess” membahas bentuk-bentuk campur kode dan pengaruh campur kode terhadap bahasa Indonesia.Menurut skripsi ini campur kode banyak dilakukan masyarakat penutur bahasa Indonesia sehubungan dengan sikap gengsi masyarakat penutur bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dalam majalah Aneka Yess! yang lebih sering menggunakan kata-kata bahasa Inggris tanpa lebih dahulu mencari padanan kata yang sesuai dalam bahasa Indonesia (Mayerni, 2007). Tulisan yang berjudul “Campur Kode dan Istilah Pada Majalah Gadis dan Teen” mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode dan pengaruh campur kode pada bidang kosakata yang menyisip kedalam bahasa Indonesia.Menurut penulis hanya terdapat kode bahasa Inggris yang memunculkan campur kode dalam penelitian tersebut (Erina, 2013). Skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Campur Kode dalam Majalah Seventeen: Satu Kajian Sosiolinguistik” membahas tipe pembentukan campur kode dan faktor penyebab dari penggunaan campur kode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam penulisan majalah Seventeen melibatkan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Penggunaan campur kode dilakukan dengan pembentukan dengan tipe berwujud
kata,
frasa
serta
struktur
yang
lebih
lengkap
berupa 6
klausa.Penggunaan campur kode tersebut dilakukan dengan beberapa faktor penyebabnya seperti mengenai topik yang sedang dibahas, simbol modernisasi, bentuk penegasan, memperjelas dan memperhalus suatu makna, mempersingkat maksud, bentuk keakraban, tidak terdapatnya padanan kata, dan untuk menarik perhatian pembaca (Milah, 2010). Penelitian yang berjudul “Alih Kode dan Campur Kode dalam Buletin Salam” membahas tentang bahasa yang di alih kode dan di campur kodekan serta mendeskripsika faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode.Penelitian ini menyimpulkan bahwa di dalam buletin Salam, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode.Faktor tersebut berasal dari tiga hal, yaitu berdasarkan penutur, lawan tutur, dan topik pembicaraan.Berdasarkan penutur, alih kode terjadi karena penutur ingin membahas dan atau menerjemahkan ayat di dalam Alquran. Berdasarkan lawan tuturnya, alih kode terjadi disebabkan oleh latar belakang kebahasaan yang sama dengan penutur atau yang berkenaan dengan latar belakang kebahasaan yang tidak sama dengan penuturnya. Berdasarkan topik pembicaraannya, alih kode terjadi karena sifat pembicaraan yang formal dan tidak formal.Di dalam buletin Salam terdapat pula campur kode yang berupa penyisipan kata dan frasa asing (Irmayani, Musfeptial, dan Hari Purwiarti, 2013). Skripsi yang berjudul “Analisis Campur Kode dalam Surat Kabar Batam Pos Rubrik Opini Edisi 11 Januari – 11 Maret 2013” mendeskripsikan 7
bentuk dan jenis campur kode. Ditemukan bentuk campur kode tersebut antara lain berupa penyisipan unsur-unsur berbentuk kata, penyisipan unsur-unsur yang berbentuk frasa, penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata ulang, penyisipan unsur-unsur yang berbentuk ungkapan atau idiom, dan penyisipan unsur-unsur yang berbentuk klausa.Jenis campur kode yang terdapat dalam surat kabar Batam Pos rubrik opini edisi 11 Januari--11 Maret 2013 adalah campur kode ke luar (outer code mixing) (Yuli, 2013).
1.7 Landasan Teori 1.7.1 Sosiolingustik Sosiolinguistik adalah kajian interdisipliner yang mempelajari pengaruh budaya terhadap cara suatu bahasa digunakan. Dalam hal ini bahasa berhubungan erat dengan masyarakat suatu wilayah sebagai subyek atau pelaku berbahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara kelompok yang satu dengan yang lain. Sosiologi itu adalah kajian yang objektif mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat, sedangkan pengertian linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Abdul Chaer, 2004:2). 8
1.7.2 Campur Kode Teori yang dipakai untuk mengamati gejala campur kode pada majalah GoGirl!dalam kajian ini adalah teori sosiolinguistik. Campur kode merupakan peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang bilingual atau berdwibahasa, bahkan yang multilingual. Di dalam masyarakat yang memiliki kecenderungan kedwibahasaan sering sekali terjadi peristiwa alih kode dan campur kode. Perbedaan antara alih kode dan campur kode adalah dalam peristiwa alih kode, perubahan kode yang terjadi ialah pada tataran kalimat, sedangkan pada peristiwa campur kode, perubahan kode yang terjadi hanya sebatas pada kata, frase, klausa, idiom, dan lain-lain yang bukan pada tataran kalimat (Suwito,1985:67). Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa lain bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian hanya kesantaian penutur dan atau kebiasaan yang dituruti.Tindak bahasa yang demikian disebut campur kode (Nababan, 1993:32). Di Indonesia, campur kode ini sering sekali terdapat dalam keadaan orang berbincang-bincang, yang dicampur ialah bahasa Indoensia dan bahasa daerah. Jika yang berbincang-bincang itu orang-orang yang “terpelajar”, kita dapat juga melihat campur kode antara bahasa Indonesia (atau bahasa daerah) dengan bahasa asing (Inggris).
9
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi informal.Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode.Jika terdapat campur kode dalam keadaan demikian, itu disebabkan oleh tidak ada ungkapan yang tepat dalam bahasa yang sedang dipakai, sehingga perlu memakai kata atau ungkapan dari bahasa asing.Dalam bahasa tulisan, hal ini dinyatakan dengan mencetak miring atau menggarisbawahi kata atau ungkapan bahasa asing yang bersangkutan.Kadang-kadang terdapat juga campur kode ini bila pembicara ingin memamerkan “keterpelajarannya” atau “kedudukannya”. Campur kode diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu, campur kode bersifat kedalam (intern) dan campur kode bersifat keluar (ekstern) (Suwito, 1985:76). Campur kode kedalam (intern) adalah apabila anatar bahasa sumber dengan bahasa sasaran masih mempunyai hubungan kekerabatan secara geografis maupun secara geanologis, bahasa yang satu dengan bahasa lain merupakan bagian-bagian sehingga hubungan antarbahasa ini bersifat vertikal. Campur kode keluar (ekstern) adalah apabila antara sumber dengan bahasa sasaran tidak mempunyai hubungan kekerabatan secara geografis geanologis ataupun secara politis.Penelitian ini menggunakan campur kode kedalam (intern) dan campur kode keluar (ekstern).
10
1.7.3 Bentuk-Bentuk Campur Kode Menurut Suwito (1985:78) selain tipe-tipe, campur kode juga memiliki wujud yang ditentukan oleh wujud bahasa tercampur yaitu seberapa besar unsur bahasa tercampur menyusup ke dalam bahasa utama. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, campur kode dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain ialah bentuk campur kode berupa unsur kata, unsur frasa, unsur perulangan kata, unsur idiom atau ungkapan, dan unsur bahasa lain. (1) Situs ini mirip dengan BuyBlogReviews, dimana tugas kamu adalah member postingan berupa review tentang produk dan jasa dari sebuah perusahaan. (G, 58/2009) Dari contoh di atasreview merupakah salah satu bentuk campur kode berupa unsur kata yang memiliki arti ulasan. (2) Pas belajar di sekolah dia suka nyolong-nyolong menggambar sketsa rancangannya. (G,62/2010) Contoh di atas menunjukkan bentuk campur kode berupa pengulangan kata.Kata nyolong-nyolong memilik arti diam-diam atau sembunyi-sembunyi. Kata tersebut merupaka bahasa Indonesia dialek Jakarta. (3) Jobs merekrut penggemar komputer lokal yang kebanyakan musik sekolah buat merakit papan sirkuit dan mendesain software. (G,79/2011) Idiom atau disebut juga dengan ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru dimana tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya.Data diatas merupakan salah satu idiom atau ungkapan yaitu
11
software yang merupakan ungkapan untuk seperangkat alat lunak yang berada dalam komputer. Jika diartikan sebenarnya software yang dibagi menjadi soft yang berarti lunak dan ware yang berarti barang dagangan (karya-karya). Namun software yang dimaksud disini bukanlah barang dagangan yang lembut melainkan seperangkat alat lunak yang terdapat dalam komputer. Banyak pendapat mengenai perbedaan keduanya. Namun, yang jelas jika dalam alih kode setiap bahasa atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonom masing-masing, dilakukan dengan sadar dan sengaja dengan sebab-sebab tertentu, sedangkan di dalam campur kode ada sebuah kode atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode (Chaer dan Agustina, 1995: 151). Menurut Appel (via Suwito, 1985:4), Sosiolinguistik adalah studi tentang bahasa dalam hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan, sedangkan menurut Chaer (1995:3) Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya atau mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa di dalam masyarakat. Sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan12
perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktorfaktor kemasyarakatan (sosial) (Nababan, 1991:2). Campur kode merupakan konvergensi kebahasaan (linguistic convergence) yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masingmasing telah meninggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya.Unsur-unsur demikian dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu (a) yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi-variasinya dan (b) bersumber dari bahasa asing.Dalam campur kode, situasi informal merupakan ciri paling menonjol karena dalam situasi formal jarang terdapat adanya campur kode.Campur kode ada dua macam, yaitu campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode ke luar (outer code mixing) (Suwito, 1985:75-76). Campur kode ke dalam adalah campur kode yang terjadi karena penyisipan unsur-unsur yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya.Adapun campur kode ke luar adalah campur kode yang terjadi karena penyisipan unsur-unsur yang bersumber dari bahasa asing.Ada tiga hal yang melatarbelakangi terjadinya campur kode, yaitu (1) identifikasi peranan, (2) identifikasi ragam, (3) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan (Suwito, 1985:77). Selain teori-teori di atas, digunakan juga buku-buku yang dapat digunakan sebagai teori acuan, bahan pertimbangan, dan bahan pembanding sehingga diharapkan penelitian ini akan melengkapi pembicaraan tentang 13
campur kode. Buku-buku yang membicarakan kode bahasa antara lain adalah Sosiolinguistik
Kajian
Teori
dan
Analisis
karya
Wijana
(2006),
Sosiolinguistik:Suatu Pengantar karangan Chaer (1995), dan Sosiolingustik: Pengantar Awal karangan Suwito (1985). Dari buku-buku tersebut diharapkan dapat diketahui dengan jelas penggunaan kode dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.7.4 Faktor-Faktor Terjadinya Campur Kode Dell Hymes (via Chaer, 1995:62) menyebutkan delapan faktor-faktor nonlinguistik yang memperngaruhi pemakaian bahasa oleh seseorang itu dengan sebutan akronim SPEAKING.Delapan komponen tutur itu adalah setting and scene, setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada waktu dan situasi psikologis pertuturan.Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa tutur, baik penutur, lawan tutur maupun pendengar. Ends, berhubungan dengan maksud dan tujuan apa yang ingin dicapai dalam perututuran itu. Act sequence, berkaitan urutan bentuk ujaran dan isi ujaran yang berkenaan dengan peristiwa ketika seseorang sedang mempergunakan kesempatan berbicaranya. Key, mengacu pada manner, nada, cara, dan ragam bahasa yang digunakan.
Instrumentalities,
berkaitan
dengan
jalur
bahasa
yang
dipergunakan, seperti lisan, tulis, telepon, dan sebagainya.Normof Interaction and Interpretation, yakni norma atau aturan dalam berinteraksi. Genre, 14
menyangkut jenis bentuk penyampaian, seperti puisi, pepatah, pidato, dan sebagainya. Kajian faktor sosial dan faktor situasional dengan kerangka teori SPEAKING ini dapat membantu mendeskripsikan penggunaan bahasa dalam majalah GoGirl!. Ada beberapa contoh faktor terjadinya campur kode dalam majalah GoGirl!yaitu, (4) Street culture (budaya jalanan) memang identik dengan anak muda. (G,59/2009) Adanya campur kode untuk penjelas ditandai dengan pemakaian kata asing dan kata dalam bahasa Indonesia secara bersamaan. Tujuannya adalah untuk menjelaskan makna yang ingin disampaikan. (5) Walau harus menyediakan budget khusus, tapi ini cara yang efektif agar clothing line-mu bisa cepat dikenal orang. (G,59/2009) Adanya anggapan bahwa seseorang akan kelihatan lebih tinggi kedudukan sosialnya apabila menggunakan leksikon bahasa asing adalah salah satu alasan pemakaian campur kode. Penggunaan leksikon bahasa asing akan terasa lebih bergaya dibandingkan dengan menggunakan leksikon bahasa Indonesia. Seperti terlihat dari contoh di atas yaitu budgetdan clothing line.
1.8 Data dan Metode Dalam penelitian ini digunakan metode-metode yang menurut tahapan strategisnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap penyediaan data, tahap
15
analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Jati Kesuma, 2007:3940.
1.8.1 Penyediaan Data Data yang ditemukan dalam penilitian sebanyak 340 data dengan sampel yang muncul 79 data. Data diambil dari rubrik feature majalah GoGirl!periode tahun 2009--2011. GoGirl!yang terbit pada tahun 2009--2011 berjumlah 36 majalah karena GoGirl! terbit setiap satu bulan sekali. Dalam penelitian ini digunakan 8 majalah yang dipilih paling banyak menggunakan campur kode berupa bahasa asing seperti bahasa Inggris, Arab, Jepang, Perancis, dan Jawa, dan penggunaan bahasa nonformal. Waktu yang dibutuhkan untuk memilih data pada rubrik feature majalah GoGirl!selama satu bulan dari 7 Juli 2011 sampai 7 Agustus 2011. Majalah GoGirl!memiliki target pasar remaja yang berusia 15--23 tahun, oleh karena itu dalam penelitian ini yang menggunakan kuesioner didistribusikan kepada remaja. Partisipan yang didapatkan dari kuesioner yang didistribusikan adalah 7 lakilaki dan 25 perempuan.Jumlah responden di dapatkan secara acak dengan mendistribusikan
kuesioner
sebanyak
50
lembar
kepada
50
responden.Kuesioner yang berhasil diterima kembali hanya 31 lembar dengan jumlah responden laki-laki adalah 7 dan responden perempuan berjumlah 25.Penelitian ini menggunakan majalah yang merupakan media tulis dengan metode sadap untuk mendapatkan data dari rubrik feature majalah GoGirl!. 16
1.8.2 Analisis Data Data yang telah dipilah dan diklasifikasikan lalu dianalisis dengan menggunakan tiga metode.Pertama metode komparasi, yaitu membandingkan data.Kedua, dalam tahap analisis juga digunakan metode introspeksi, yaitu memanfaatkan sepenuh-penuhnya secara optimal peran peneliti sebagai penutur bahasa tanpa melebur-lenyapkan peranan kepenelitian itu sendiri. Kadar kepenuturan peneliti itu merupakan “penyedia fasilitas data sahih” dan “pengontrol kesahihan data” yang bersangkutan, yang berupa bahasa yang sedang diaktualisasikan demi fungsi hakiki yang diemabannya (Sudaryanto, 1993:118). Ketiga menggunakan metode padan translasional, yaitu metode padan yang alat penentunya bahasa lain. Bahasa lai yang dimaksud adalah bahasa di luar bahasa yang diteliti (Kesuma, 2007:49).Untuk menganalisis data digunakan teknik transkripsi klasifikasi dengan studi pustaka dan mendistribusikan kuesioner.
1.8.3 Penyajian Hasil Tahap penyajial hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Metode formal dipakai untuk memaparkan hasil analisis dengan menggunakan diagram batang. Sementara metode informal diapakai untuk memaparkan hasil analisis data dengan kata-kata biasa.
17
1.9 Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian analisis campur kode dalam rubrik feature majalah GoGirl!ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I, pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, tinjauan pustaka, landasan teori, data dan metode, dan sistematika penyajian. Bab II berisi analisis tentang faktor-faktor yang menyebabkan adanya campur kode di rubrik feature dalam majalah GoGirl!. Bab III berisi analisis tentang bentuk campur kode di rubrik feature dalam majalah GoGirl!.Bab IV merupakan kesimpulan dan hasil analisis yang telah dilakukan. Penomoran dalam penelitian ini disajikan secara urut dari kecil ke besar dengan
simbol
kurung
yang
mengapit
angka.Dalam
penelitian
ini
dimungkinkan adanya pengulangan data dengan penomoran semula.Unsur data yang terdapat dalam penelitian ini menggunakan cetak miring tetapi untuk unsur data bahasa asing diberi penekanan dengan garis bawah.Dalam contoh data muncul tanda “…” karena dimungkinkan data terlalu panjang dan tidak diamati.
18