BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Arsitek pada jaman ini memiliki lebih banyak tantangan daripada arsitekarsitek di era sebelumnya. Populasi dunia semakin bertambah dan krisis lingkungan semakin menjadi. Hal ini menyebabkan bumi semakin padat sehingga tidak lagi menyisakan banyak lahan kosong dan krisis lingkungan mulai membatasi pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap tingkatannya karena bangunan mengkonsumsi separuh energi yang digunakan dalam perkembangan dunia dan seperempat energi lainnya digunakan dalam transportasi. Seorang arsitek tidak dapat menyelesaikan seluruh masalah lingkungan yang muncul sekarang ini. Akan tetapi, seorang arsitek dapat mengusahakannya melalui rancangan bangunan yang dapat mempengaruhi pola transportasi melalui perancangannya. Jakarta sebagai kota besar dan pusat pemerintahan memiliki jumlah penduduk terbanyak dibanding kota-kota besar lainnya di seluruh Indonesia, yaitu 8.509.170 jiwa (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Desember 2008). Penyebaran penduduk yang tidak merata ini menyebabkan keterbatasan lahan untuk memfasilitasi para penduduk Jakarta. Semua lahan yang ada dibangun untuk pemukiman mulai dari yang legal sampai yang liar dan tidak semuanya terencana dengan baik.
1
Kemacetan lalu lintas adalah salah satu akibat yang ditimbulkan oleh penyebaran penduduk yang tidak merata tersebut. Hal ini berdampak pada pemborosan energi karena energi yang dikeluarkan bertambah banyak pada saat terjadi kemacetan. Salah satu upaya untuk menanggulangi permasalahanpermasalahan tersebut di atas adalah dengan konsep mixed use building, dimana pemenuhan kebutuhan sehari-hari berada pada bangunan yang sama dengan pemukiman yang vertikal ke atas, sehingga dengan lahan yang seadanya dapat menampung jumlah penghuni yang besar serta dapat mengurangi laju lalu lintas. Konsep mixed use building yang muncul sebagai upaya perbaikan sistem perkotaan digunakan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya jalur transportasi yang saling silang. Pada bagian-bagian kota yang memiliki ruang lingkupnya masing-masing akan menimbulkan penumpukan kepadatan yang tidak merata di waktu yang sama. Sebagai contohnya adalah kepadatan penduduk di siang hari berada pada pusat perkotaan tempat orang-orang bekerja, sedangkan pada sore hari menjelang malam hari kepadatannya berpindah menjauhi pusat kota.
Tingginya minat masyarakat akan sebuah fasilitas yang bisa mengakomodir kebutuhan akan ruang memacu pertumbuhan properti belakangan ini. Kebutuhan kaum urban dalam melakukan aktivitas seperti bekerja, belanja, dan berekreasi dalam satu lingkungan yang relatif dekat sudah menjadi trend saat ini. Hal ini mendorong berkembangnya suatu tipologi arsitektur kota yang baru dan bersifat multi fungsi, atau lebih akrab disebut mixed use center. Gabungan dari beberapa fungsi ruang aktivitas menjadi penggerak mutasi baru dalam kehidupan urban modern di kota-kota besar (Donny LesmanaIndonesia Design, 2009).
2
Sasaran pengguna proyek ini adalah masyarakat menengah yang cenderung sudah memiliki gaya hidup yang efisien dan praktis. Kebutuhan masyarakat modern ini tidak lagi memerlukan ruang yang besar karena kesibukan yang dimilikinya membuat huniannya sebagai tempat istirahat semata, terlebih dengan kehadiran peralatan-peralatan digital yang umumnya berukuran kecil. Ruang yang multifungsi dapat menjadi pilihan masyarakat yang serba praktis dan efisien. Apartemen yang memiliki ruang-ruang yang optimal dapat menjadi pilihan hunian masyarakat golongan menengah tersebut. Kehadiran fasilitas-fasilitas penunjang juga dapat membuat kehidupan mereka semakin praktis. Gaya-gaya hidup urban yang muncul sekarang ini lebih mengarah kepada pelarian masyarakat karena ruang-ruang publik yang ada dianggap tidak nyaman dan tidak bersahabat. Hal ini menyebabkan ruang-ruang publik tersebut berpindah ke mal-mal yang sifatnya lebih tertutup dan nyaman. Akan tetapi keberadaan pusat perbelanjaan yang sifatnya lebih terbuka diperlukan untuk mengatasi kesenjangan sosial karena mal yang tertutup lebih terkesan eksklusif. Konsep mixed use building pada akhirnya tidak hanya memecahkan masalah krisis yang ada melainkan dapat memecahkan persoalan dari gaya hidup masyarakat modern itu sendiri.
I.2.
Maksud dan Tujuan Maksud dari perancangan mixed use building yang terdiri dari pusat perbelanjaan dan apartemen yang bertemakan arsitektur hemat energi ini adalah:
3
•
Menyediakan suatu pemukiman beserta fasilitasnya dalam satu kawasan untuk menghindari kepadatan lalu lintas.
•
Meningkatkan efisiensi pergerakan dari pengguna bangunan tersebut.
•
Meningkatkan pertumbuhan kawasan sekitarnya sebagai respon terhadap kebutuhan layanan bagi para pengguna bangunan tersebut.
•
Meminimalkan perluasan kota secara horisontal.
•
Menjadikan konsep mixed use building sebagai bagian dari kecenderungan masyarakat perkotaan dalam cara bermukim di masa depan.
I.3.
Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan pada perancangan pusat perbelanjaan dan apartemen di Jakarta Barat ini meliputi: •
Pengimplementasian arsitektur hemat energi ke dalam bangunan untuk mewujudkan bangunan yang tanggap terhadap krisis energi.
•
Penyusunan program ruang di atas lahan yang terbatas tanpa mengurangi kualitas kebutuhan manusia di dalamnya.
•
Pengolahan lahan yang optimal, orientasi massa bangunan, dan gubahan massa bangunan yang sesuai dengan arsitektur hemat energi.
•
Penggabungan fungsi apartemen dengan pusat perbelanjaan secara terintegrasi melalui ruang-ruang di dalamnya.
4
I.4.
Sistematika Pembahasan Penulisan karya tugas akhir ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu: BAB I: PENDAHULUAN Berisi tentang gambaran umum mengenai latar belakang proyek, topik dan tema, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, sistematika pembahasan, dan kerangka berpikir dari tugas akhir ini. BAB II: TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI Berisi tentang tinjauan umum dan khusus, tinjauan terhadap tapak, dan studi banding. Tinjauan umum membahas tentang pengertian, sejarah, perkembangan,
dan
klasifikasi
bangunan
fungsi
campur,
pusat
perbelanjaan, dan apartemen. Tinjauan khusus membahas tentang pengertian dan pengantar arsitektur hemat energi. Tinjauan terhadap tapak menjelaskan mengenai lokasi yang diambil untuk proyek tugas akhir ini, dan studi banding berisi tentang hasil analisa dari studi literatur dan survei lapangan proyek sejenis. BAB III: PERMASALAHAN Berisi tentang identifikasi permasalahan fisik dan non fisik yang ditinjau dari tiga aspek yaitu manusia, lingkungan, dan bangunan. BAB IV: ANALISIS Berisi tentang pembahasan permasalahan pada bab sebelumnya melalui pendekatan arsitektural yang diuraikan dari beberapa aspek terkait, yaitu:
5
•
Analisis terhadap aspek manusia yang berhubungan dengan pelaku kegiatan dengan urutan jenis kegiatan serta pelaku kegiatan terhadap hubungan ruang.
•
Analisis terhadap lingkungan yang berkaitan dengan perkotaan dan lingkungan sekitar tapak.
•
Analisis terhadap bangunan yang ditinjau dari aspek fisik bangunan yang direncanakan.
BAB V: KONSEP PERANCANGAN Berisi tentang konsep-konsep dasar perancangan dan merupakan kesimpulan dari seluruh pokok pembahasan yang akan diterjemahkan dalam perancangan.
6
I.5.
Kerangka Berpikir
LATAR BELAKANG - Keterbatasan lahan untuk aktivitas manusia dan kemacetan lalu lintas - Konsep mixed use building sebagai solusi pemecahan masalah - Pendekatan arsitektur hemat energi
PUSAT PERBELANJAAN DAN APARTEMEN Arsitektur Hemat Energi
MAKSUD DAN TUJUAN - Pemukiman dan fasilitas yang ada dalam satu kawasan - Efisiensi pergerakan penghuni bangunan - Pertumbuhan kawasan di sekitarnya - Perluasan kota secara vertikal - Konsep mixed use building sebagai kecenderungan masyarakat perkotaan
PERMASALAHAN ASPEK MANUSIA Pengguna Kegiatan dan aktivitas ASPEK BANGUNAN Material Struktur ASPEK LINGKUNGAN Sosial budaya Sistem bangunan dan lingkungan
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI Studi proyek pusat perbelanjaan, apartemen, dan mixed use building (pengertian, sejarah, klasifikasi). Studi arsitektur hemat energi sebagai pendekatan dalam perancangan proyek. Tinjauan tapak, studi literatur dan survei lapangan.
ANALISIS ASPEK MANUSIA ASPEK BANGUNAN ASPEK LINGKUNGAN
KONSEP PERANCANGAN SKEMATIK DESAIN
DESAIN
7