BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis). Pada pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 dijelaskan bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Pasal 39 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menentukan bahwa, praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan. Yang dimaksud dengan praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan upaya kesehatan. Adanya kesepakatan antara dokter dengan pasien menunjukan kesediaan pasien dalam proses upaya kesehatan yang dilakukan oleh pasien tersebut. Perjanjian antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dikenal dengan nama perjanjian terapeutik sedangkan persetujuan pasien dikenal dengan informed consent. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008 dan UU Nomor 29 th 2004 Pasal 45 serta Manual Persetujuan Tindakan
1
Kedokteran Konsil Kedokteran Indonesia 2006) Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Dahulu hubungan dokter dengan pasiennya lebih bersifat paternalistic. Pasien umumnya hanya dapat menerima segala sesuatu yang dikatakan tanpa bertanya apapun. Dengan kata lain, semua keputusan sepenuhnya berada di tangan dokter. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hak-haknya maka pola hubungan demikian ini juga mengalami perubahan yang sangat berarti. Menurut UU Nomor 29 tahun 2004 Pasal 52 dalam menerima pelayanan
pada
praktik
kedokteran
pasien
mempunyai
hak
:
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis; meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain; mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis; menolak tindakan medis; dan mendapatkan isi rekam medis. Menurut UU Nomor 29 tahun 2004 pasal 45 penjelasan yang diberikan dokter kepada pasien sekurang-kurangnya mencakup : diagnosis dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan medis yang dilakukan; alternatif tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Risiko yang harus disampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.
2
Informed
consent
memuat
elemen
informasi
yang
berarti
pengungkapan dan pemahaman, ada komunikasi dua arah antara pihak dokter dan pasien. Bertemunya pemikiran antara dokter dengan pasien sangat diperlukan dalam pelaksanaan informed consent. Komunikasi antara dokter dengan pasien seharusnya terjalin dengan baik namun pada kenyataanya komunikasi antara dokter dengan pasien sering diabaikan karena sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya saja. Akibatnya dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Sedangkan pada umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superiorinferior), sehingga takut bertanya atau bercerita dan hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Guwandi (2006), seorang pakar hukum kedokteran, mengingatkan tentang perbedaan antara pemberian informasi oleh dokter dengan penerimaan oleh pasien. Sangat mungkin terjadi informasi yang diberikan oleh dokter belum dimengerti atau dipahami oleh pasien. Dalam keadaan seperti ini pasien belum informed dan informed consent dalam arti yang sebenarnya belum terwujud. Dijelaskan juga dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran pada pasal 9 bahwa penjelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harus diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman. Oleh sebab itu
3
seharusnya konsep pemahaman di dalam informed consent lebih diperhatikan, karena ketika pemahaman itu telah terjadi, baik dokter maupun pasien tidak akan ada yang merasa dirugikan. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 14 Oktober 2013 melalui wawancara dengan Kepala Bidang Rekam Medis Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Temanggung diperoleh hasil
bahwa
pemberian
informasi
dalam
informed
consent
didokumentasikan dalam lembar Edukasi Pasien. Menurut wawancara dengan petugas rekam medis, seringkali penjelasan dalam lembar edukasi pasien tidak dijelaskan dan pasien hanya dimintai tanda tangan saja.
Menurut
hasil
analisis
kuantitatif
mengenai
ketidakterisian
autentikasi lembar edukasi pasien di kolom poliklinik adalah 20% sedangkan di kolom bangsal adalah 50%. Hasil dari analisis kuantitatif tentang ketidakterisian autentikasi lembar edukasi pasien diperoleh dengan cara melakukan analisis kuantitatif terhadap 30 berkas rekam medis pasien yang terdapat di pos perawat di bangsal Shofa. Lembar edukasi pasien merupakan bagian dari dokumen atau berkas rekam medis. Lembar edukasi pasien berisi informasi yang harusnya disampaikan oleh dokter kepada pasien dan persetujuan terhadap informasi yang diberikan disahkan dengan tanda tangan pemberi dan penerima informasi. Edukasi pasien ini memiliki banyak manfaat antara lain agar pasien dan keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan proses perawatan. Sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih cepat. Penyampaian edukasi pasien yang baik harus melalui komunikasi
4
efektif antara dokter dan pasien. Komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien adalah pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif
yang
berlangsung
secara
efisien,
dengan
tujuan
utama
penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien (KKI,2006). Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya. Selain itu edukasi pasien juga masuk dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit 2012 Pokja Pendidikan Pasien dan Keluarga Terbaru. Penilaian akreditasi yang memuat edukasi pasien, menunjukkan bahwa edukasi pasien adalah salah satu materi penting untuk mendukung pelayanan dan pasien safety. Oleh karena itu edukasi pasien sebaiknya lebih diperhatikan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengambil permasalahan tersebut menjadi tugas akhir dengan judul “Komunikasi Efektif Edukasi Pasien Bedah di RS PKU Muhammadiyah Temanggung”
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : Bagaimana komunikasi antara dokter dengan pasien dalam penyampaian informasi pada edukasi pasien bedah di RS PKU Muhammadiyah Temanggung?
5
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui
komunikasi
antara
dokter
dengan
pasien
dalam
pelaksanaan pemberian informasi edukasi pasien bedah . 2.
Tujuan Khusus a. Mengetahui pemberian informasi pada edukasi pasien bedah. b. Mengetahui penerimaan informasi pada edukasi pasien bedah. c. Mengetahui kesenjangan antara pemberian informasi oleh dokter dengan penerimaan oleh pasien pada edukasi pasien bedah.
D.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Subjek Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dokter dalam pemberian edukasi pasien sebelum pasien mendapatkan informed consent, bagi pasien hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan acuan tentang pemahaman pasien terhadap penerimaan edukasi pasien sebelum mendapatkan informed consent. b. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh rumah sakit sebagai bahan dalam peningkatan mutu pelayanan dan juga sebagai bahan untuk evaluasi dokter dan tenaga kesehatan mengenai pemberian informasi dalam pelayanannya kepada pasien.
6
c. Bagi Peneliti Penulis dapat memperoleh wawasan serta pengalaman nyata yang terdapat di lapangan secara langsung, dan dapat menerapkan teori yang penulis peroleh dari institusi pendidikan khususnya teori tentang edukasi pasien dan informed consent. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau dasar dalam pendalaman materi dan dapat digunakan sebagai acuan dalam kelanjutan penelitian yang akan datang khususnya penelitian tentang edukasi pasien dan informed consent.
E.
Keaslian Penelitian 1. Marsyanto (2003) Pemberian Informasi Informed Consent Kepada Pasien / Keluarga Pasien Bedah di Rumah Sakit Islam Klaten Tujuan penelitian ini ialah mengetahui informasi yang diberikan dokter. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan fakta bahwa sebagian besar dokter
sebelum
memberikan
tindakan
medis
memberikan
info
mengenai resiko jika tidak dilakukan tindakan operasi jarang diberikan dan juga melihat kasus bedahnya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah jenis penelitiannya deskriptif kualitiatif rancangan yang dipakai adalah cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan
7
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah tujuan penelitian dan lokasi penelitian. 2. Ricawati (2011) Persepsi Dokter di Klinik Bedah Umum terhadap Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) di Rumah Sakit TK. III 04.06.03 Dr. Soetarto Yogyakarta. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui gambaran persepsi dokter di klinik bedah umum mengenai pemberian informasi informed consent kepada pasien/keluarga pasien dan pengisian formulir informed consent di rumah sakit TK III 04.06.03 dr. Soetarto Yogyakarta, Hasil penelitian ini ialah persepsi dokter terhadap pemberian informasi medis dapat dketahui bahwa dokter telah paham terhadap prosedur persetujuan tindakan medis, wajib pemberian informasi oleh dokter yang menangani pasien, siapa yang berhak mendapatkan informasi informed consent dan fungsi informasi tersebut. Akan tetapi, masih terdapat perbedaan persepsi dokter mengenai informasi yang harus disampaikan kepada pasien dan keluarganya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah jenis penelitiannya deskriptif kualitiatif rancangan yang dipakai adalah cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ialah tujuan penelitian dan lokasi penelitian. 3. Ilmi (2008) Pemahaman Informed Consent Oleh Keluarga Pasien Bedah Rawat Inap Anak RS Bethesda Yogyakarta. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pemahaman informed consent oleh keluarga pasien rawat inap bedah anak RS Bethesda
8
Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan pengumpulan datanya secara cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga pasien masih belum paham tentang pengertian tindakan kedokteran, pemberian persetujuan tindakan kedokteran, cara pemberian persetujuan tindakan kedokteran,
pemberian
penjelasan
tentang
perlunya
tindakan
kedokteran, penolakan atas tindakan kedokteran, tanggung gugat hukum atas tindakan kedokteran serta tanggung jawab atas tindakan kedokteran. Kurangnya penjelasan dari dokter maupun perawat tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindakan kedokteran. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti ialah rancangan penelitian yang dipakai cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah pada tujuan penelitian dan lokasi penelitian. 4. Saputri (2013) Tinjauan Pelaksanaan Pemberian Informasi Tindakan Kedokteran Terkait Hak-Hak Pasien Kasus Bedah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2013. Tujuan penelitian mengetahui pelaksanaan alur pemberian informasi tindakan kedokteran terkait hak-hak pasien, mengetahui persentase kelengkapan pengisian lembar pemberian informasi dengan lembar persetujuan tindakan kedokteran, dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi
kelengkapan
informasi tindakan kedokteran.
9
pengisian
lembar
pemberian
Hasil penelitian
menunjukan pelaksanaan alur pemberian
informasi tindakan kedokteran selama ini masih belum optimal dalam penyampaian informasi. Rata-rata pasien hanya terfokus pada keselamatan saja dibandingkan dengan penjelasan akan tindakan yang dilakukan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti
adalah
menggunakan
metode
deskriptif
dengan
pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian menggunakan cross sectional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada tujuan penelitian dan lokasi penelitian.
F.
Gambaran Umum RS PKU Muhammadiyah Temanggung 1. Sejarah RS PKU Muhammadiyah Temanggung RS
PKU
Muhammadiyah
Temanggung
diresmikan
operasionalisasinya sebagai Balai Kesehatan Masyarakat pada tanggal 12 Robi’ul awwal 1409 H bertepatan dengan 12 Oktober 1989 dengan SK Pendirian sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. YM. 02.04.2.2.4099. Ijin penyelenggaran rumah sakit berdasar pada Perpanjangan III Kepmenkes RI No. HK.7.06/III/4028/08. Pada tahun 2012 RS PKU Muhammadiyah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Swasta Madya atau setara Tipe C yang berjenis usaha di Bidang Pelayanan Kesehatan Kelompok Non Profit atau Institusi Pelayanan Sosial Masyarakat (IPSM).
10
RS ini melaksanakan akreditasi 5 pelayanan pada tahun 2010 dan sedang dalam proses untuk akreditasi versi KARS 2012. Pada saat ini status akreditasi rumah sakiit adalah Penuh Tingkat Dasar sesuai dengan No. YM.01.10/III/5053/10. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah dalam pelayanannya menjunjung visi, misi serta mottonya dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. 2. Visi, Misi dan Motto RS PKU Muhammadiyah a. Visi Terwujudnya RS PKU Muhammadiyah Temanggung sebagai e-world hospital yang mendukung pelayanan kesehatan komprehensif sesuai kebutuhan pasien dan menjadi rujukan bagi
rumah
sakit
PKU
Muhammadiyah
di
Indonesia,
didasarkan iman kepada Allah SWT. b. Misi 1) Mengembangkan
pelayanan
kesehatan
yang
komprehensif baik fisikal, jiwa maupun spiritual yang sesuai kebutuhan pasien. 2) Mengsinergikan
antara
manusia
bersumberdaya,
organisasi, teknologi dan lingkungannya untuk mendukung terwujudnya e-world hospital. 3) Menjalin dan mengembangkan networking. 4) Menjadikan organisasi di rumah sakit sebagai learning organization.
11
c. Motto Motto RS PKU Muhammadiyah adalah “Ikhlas Adalah Bakti Kami.” d. Macam-macam pelayanan di RS PKU Muhammadiyah Temanggung : Jenis pelayanan unggulan dari Rumah Sakit Muhammadiyah Temanggung adalah : Bedah Jenis Layanan 1) Rawat Jalan (klinik) a. Spesialis Mata b. Spesialis Bedah Umum c. Spesialis Penyakit Dalam d. Spesialis Paru-paru e. Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) f.
Spesialis Anak
g. Spesialis Saraf h. Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater) i.
Spesialis Kandungan dan Kebidanan
j.
Spesialis Bedah Tulang (Ortopedi)
k. Akupunktur Medik l.
Beauty (Kecantikan)
2) Rawat Inap Bangsal dengan kelas : a. Roudhoh
: Umum(VIP)
12
PKU
b. Marwah
: Penyakit dalam dan paru (I,
II, III dan isolasi) c. Multazam
: Anak (VIP, I, II, III dan
isolasi) d. Shofa
: Penyakit saraf, bedah, dan
THT (I, II, III dan isolasi) e. Muzdalifah
: Kandungan dan kebidanan
(I, II, III dan isolasi) a. Perinatologi
: Bayi (I, II, III dan VIP)
b. Arofah
:
Perawatan
intensif
dan
intensif jantung(ICU/ICCU)
Tabel 1. Jumlah tempat tidur per kelas perawatan Bangsal Kelas Kelas II Kelas I VIP ISO Jumlah III dan TT ISO Roudhoh 0 0 0 12 0 12 Marwah 14 12 12 0 4 42 Multazam 9 10 4 2 2 27 Shofa 12 9 10 0 2 33 Muzdalifah 10 12 2 0 2 26 Perinatologi 2 1 1 1 0 5 Arofah 5 (ICU) Jumlah
47
44
29
15
10
150
Sumber : Buku Profil RS PKU Muhammadiyah Temanggung
3) Kegawatdaruratan a. Instalasi Gawat Darurat 24 jam b. Telepon sambungan langsung c. Ambulance jemput
13
4) Penunjang Medik a. Radiologi (Rontgen dan USG) b. Patologi Klinik (Laboratorium) c. Fisioterapi d. Farmasi e. Gizi Tabel 2. Kinerja RS PKU Muhammadiyah Temanggung No
Data
Tahun 2012
1
Hari Perawatan
37.828
Tahun 2013 s/d Juni 18.215
2
Lama Dirawat
36.601
17.212
3 4 5
Pasien Keluar (Hidup + Meninggal ) Pasien meninggal total Pasien Meninggal < 48 jam
9.472 304 130
4.783 165 87
6
Pasien Meninggal ≥ 48 jam
174
78
7 8 9 10
Jumlah Tempat Tidur Jumlah Periode (hari) BOR ALOS
150 365 69,09 3,8
150 181 67,09 3,59
11 12
TOI BTO
1,7 63
1,86 31,88
13
NDR
18,37
34,4
14
GDR
32,09
16,3
Sumber : Buku Profil RS PKU Muhammadiyah Temanggung
14