BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan juga merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Syam, 1980:7). Berdasarkan kedudukan, fungsi dan tujuan guru dalam pendidikan yang tertera dalam UU Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 (pasal 4) menyatakan bahwa: “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.” Dalam sebuah pendidikan terdapat bahasa, Bahasa adalah alat komunikasi sosial, karena dalam masyarakat ada komunikasi atau saling hubungan antaranggota maka diperlukannya suatu bahasa. Tidak ada masyarakat tanpa bahasa, dan tidak ada pula bahasa tanpa masyarakat. Kegiatan bahasa bisa terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Dalam berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan bicaranya. Setiap peserta tindak ucap bertanggung
1
2
jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi sosial itu. Hakikat bahasa sangat bergantung dari sisi apa kita melihat bahasa. Dalam pengertian umum bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat arbitrer dan sebagai alat komunikasi.Para ahli linguistik maupun komunikasi mengartikan bahasa sebagai suatu sistem tanda atau lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi sebagai wahana untuk menyampaikan informasi dengan cepat dan sekecil-kecilnya, sehingga kita dapat menguasai ilmu tersebut, baik secara horizontal (kepada generasi yang sama), maupun secara vertikal (kepada generasi yang akan datang). Seorang guru harus menguasai prinsip-prinsip dasar serta aneka fungsi bahasa dalam berinteraksi dengan siswa. Seorang guru juga harus menguasai fungsi bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi karena keterampilan berbicara memegang peranan penting dalam berkomunikasi dan Penguasaan bahasa bukanlah soal kompetensi gramatikal saja, tetapi juga soal kompetensi komunikatif. Komunikasi antara siswa dan guru itu sangat penting, karena tanpa komunikasi yang baik bisa missunderstanding dan dampaknya bisa tidak baik. Seorang guru harus dapat berkomunikasi dengan baik agar menjadi public speaking, paling tidak untuk siswanya sendiri. Guru harus menjadi ice breaker, pemecah kebekuan jika ada komunikasi yang tersumbat (Barnawi, 2012:25).
3
Dalam pendekatan komunikatif guru bukan penutur asli menghadapi beban yang sangat berat, karena mereka praktis harus menguasai bahasa asing secara sempurna. Ia harus mengetahui macam-macam ragam bahasa, kapan, di mana, dan kepada siapa ragam-ragam itu dipakai begitu juga siswa yang terlibat dalam komunikasi tersebut mereka juga harus memahami maksud dari tuturan guru agar komunikasi menjadi lancar (Sumardi, 1992:86-87). Tindak tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur. Dalam tindak tutur kita harus menyadari betapa pentingnya konteks ucapan/ungkapan yang bertujuan untuk mengetahui pertanyaan yang bermaksud menyuruh atau sesuatu hal dengan intonasi khusus (sarkastis) yang bermaksud sebaliknya. Dalam setiap bahasa terdapat banyak kata dan ekspresi yang referensinya seluruhnya bersandar pada keadaan ucapan tersebut dan dapat dipahami bila seseorang mengenal serta memahami situasi dan kondisi tersebut (Tarigan, 1986:33-34). Interaksi pembelajaran merupakan salah satu wujud wacana lisan yang bersifat interaksional. interaksi pembelajaran ditandai oleh adanya interaksi timbal balik antara guru dengan siswa. Hubungan guru dengan siswa berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Relasi guru-siswa tercermin dari penggunaan bahasa dalam interaksi pembelajaran. Interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa
menggunakan berbagai tuturan, salah satunya adalah berupa tuturan
imperatif. Tuturan imperatif adalah tuturan yang mengandung permintaan agar orang kedua melakukan tindakan atau mengambil sikap tertentu sesuai dengan
4
kata kerja yang dimaksud. Tuturan imperatif dalam interaksi belajar mengajar untuk mengetahui seberapa besar respons mitra tutur dalam menanggapi tuturan imperatif penutur. Jika mitra tutur dapat merespons maka perintah penutur dapat diterima dengan baik (Rahardi, 2005). Responsif itu sendiri merupakan tanggapan dari sebuah tuturan imperatif yang dapat bersifat verbal, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa. Akan tetapi juga dapat bersifat nonverbal, yaitu dengan wujud tindakan tertentu dengan tanpa menggunakan kata-kata. Dikatakan demikian karena sesungguhnya tanggapan itu pada dasarnya merupakan sosok konteks dari imperatif itu sendiri (Rahardi, 2009:31). Sebenarnya penelitian mengenai tindak tutur imperatif sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sepengetahuan peneliti antara lain yaitu Muslihah dalam skripsinya yang berjudul Tuturan Imperatif Guru dalam Interaksi Belajar Mengajar di Kelas VII SMP Muhammadiyah 06 Dau Malang Tahun 2011 yang difokuskan pada bentuk dan fungsi tuturan imperatif guru ketika berinteraksi dengan siswa pada kegiatan belajar mengajar. Penelitian yang lain yaitu Dini Kurnia Hartanti dalam skripsinya yang berjudul Karakteristik Bahasa pada Tuturan Imperatif guru dalam Interaksi Belajar Mengajar Kelas VIII A SMPN 18 Malang Tahun 2011 yang difokuskan pada karakteristik bahasa pada pemakaian kalimat guru dan karakteristik bahasa pada diksi guru kelas VIIIA SMPN 18 Malang. Jika penelitian tersebut membahas tentang tuturan imperatif yang lebih difokuskan pada bentuk, fungsi, pemakaian bahasa dan diksi maka penelitian yang
5
dilakukan ini yaitu membahas tentang bentuk, strategi dan makna dalam tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa dalam interaksi belajar mengajar dan penelitian ini mengarah pada sekolah multietnis yang terdapat di SMA Selamat Pagi Indonesia. SMA Selamat Pagi Indonesia di Jl. Pandan Rejo nomor 1, Desa Bumiaji, Kota Batu, adalah sekolah swasta yang proporsinya keragaman nasional seperti agama, suku bangsa, dan ras. SMA Selamat Pagi Indonesia dapat dikatakan pendidikan yang Multietnis, yang mana pendidikan multietnis adalah pendidikan yang berasal dari berbagai suku sehingga meningkatkan rasa saling menghargai antar siswa. Sistem pendidikan SMA Selamat Pagi Indonesia memakai kurikulum umum. Namun, siswa sebanyak mungkin tidak belajar di kelas karena kelas akan memenjarakan imajinasi dan kreativitas siswa. Mereka banyak belajar di kebun yang terdapat di lingkungan sekolah, begitu juga terdapat konsep Kampoeng Kidz, sekolah gratis, kurikulum nasional ditambah program peningkatan life skill, soft skill, dan entrepreneurship. Pada hari biasa mereka bersekolah full day school dan pada Sabtu-Minggu digunakan untuk mengembangkan kegiatan usaha yang mereka garap sendiri. Sejumlah produk hasil budi daya life skill, soft skill, dan entrepreneurhip sudah mereka hasilkan, antara lain yaitu industri rumahan penganan Choco Banana, kerupuk apel, keripik singkong, dll. Dalam proses belajar mengajar pada pendidikan yang multietnis pastinya seorang guru dan siswa harus memahami maksud dalam tuturan yang terdapat di dalam pembelajaran, terutama dalam lingkup tuturan imperatif yang melibatkan penutur dan mitra tutur, sehingga tuturan yang disampaikan penutur kepada mitra
6
tutur dapat diterima dengan baik, sehingga komunikasi diantaranya dapat dipahami dengan baik. Terkait dengan permasalahan di atas, maka peneliti mengambil judul tentang “Tindak Tutur Imperatif Guru dan Responsif Siswa dalam Interaksi Belajar Mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia Kelas XI IPS”.
1.2 Batasan Masalah Adanya pembatasan masalah,hal ini dilakukan agar penelitian dapat lebih terpusat pada tujuan yang ingin dicapai. Masalah dalam kajian ini dibatasi pada aspek. 1) Penelitian ini ditujukan pada SMA Selamat Pagi Indonesia Kelas XI IPS. 2) Penelitian ini mengarah pada bentuk tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa yang terjadi dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia Kelas XI IPS. 3) Penelitian ini mengarah pada strategi tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa yang terjadi dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia Kelas XI IPS. 4) Penelitian ini mengarah pada makna tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa yang terjadi dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia Kelas XI IPS.
7
1.3 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimana bentuk tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia Kelas XI IPS? 2) Bagaimana strategi tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia Kelas XI IPS? 3) Bagaimana makna tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia Kelas XI IPS?
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan bentuk tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia. 2) Mendeskripsikan strategi tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia. 3) Mendeskripsikan makna tindak tutur imperatif guru dan responsif siswa dalam interaksi belajar mengajar di SMA Selamat Pagi Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian berdasarkan rumusan masalah yang ada maka dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh para pembaca khususnya guru untuk meningkatkan pemahaman mengenai tindak tutur imperatif
8
dalam interaksi
belajar mengajar
agar
lebih
berhati-hati
dalam
menggunakan tuturan ketika sedang berinteraksi dengan siswa, apalagi dalam interaksi belajar mengajar dikelas yang multietnis, seorang guru harus mengetahui kapan, dimana, dan kepada siapa ia akan bertutur sehingga tuturan yang dihasilkan akan menjadi lebih baik. Dengan demikian maka dapat terjalin komunikasi yang baik antara guru dan siswa. 2) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi lanjutan bagi penelitian-penelitian selanjutnya di bidang pragmatik yang khususnya penelitian tentang tindak tutur imperatif dari perspektif yang berbeda.
1.6 Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam pemaknaan istilah dalam penelitian ini, maka ada istilah penting yang perlu ditegaskan yaitu sebagai berikut. 1) Tindak tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan mitra tutur. 2) Tindak tutur imperatif adalah bentuk perintah untuk kalimat atau verba yang menyatakan larangan atau keharusan melaksanakan perbuatan. 3) Tindak tutur responsif adalah memberi tanggapan dari sebuah tuturan imperatif yang dapat bersifat verbal, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa. Akan tetapi juga dapat bersifat nonverbal, yaitu dengan wujud tindakan tertentu dengan tanpa menggunakan kata-kata.
9
4) Bentuk tindak tutur imperatif adalah sebuah bentuk interaksi atau tindakan tuturan imperatif yang diucapkan oleh seseorang. 5) Strategi tindak tutur imperatif adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dalam tuturan yang menyatakan larangan atau keharusan melaksanakan perbuatan. 6) Makna tindak tutur imperatif adalah maksud pembicara dalam tuturannya yang menyatakan larangan atau keharusan melaksanakan perbuatan.