BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa tahun belakangan ini menimbulkan dampak positif yang cukup besar terutama meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur ekonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi lebih kearah ekonomi industri terutama manufaktur dan sektor jasa. Perubahan struktur ekonomi tersebut secara langsung berdampak pada sektor lain terutama sektor pertanian. Sektor industri dan jasa yang berkembang pesat tentu saja akan memicu terjadinya permintaan kebutuhan lahan yang semakin bertambah. Sehingga mengakibatkan terjadi banyak alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke sektor industri, perumahan, perdagangan dan jasa. Masalah alih fungsi lahan pertanian dapat mengurangi jumlah lahan pertanian terutama lahan sawah. Semakin banyak lahan yang berubah fungsinya dari sektor pertanian ke sektor industri, perumahan, perdagangan dan jasa maka sektor pertanian semakin menurun. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di sektor pertanian. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta menyebabkan semakin meningkatnya masyarakat yang membutuhkan pemukiman, hal tersebut memicu terjadinya pembukaan lahan untuk pemukiman baru. Banyaknya lahan pertanian yang digunakan untuk pemukiman menyebabkan luas lahan pertanian semakin berkurang.
1
Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Peningkatan alih fungsi lahan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga menyebabkan kebutuhan lahan semakin meningkat. Peningkatan pembangunan menyebabkan kebutuhan lahan semakin meningkat sementara ketersediaan lahan relatif tetap. Hal ini dapat menyebabkan persaingan dalam pemanfaatan lahan untuk pembangunan. Perubahan spesifik dari penggunaan untuk pertanian ke pemanfaatan bagi nonpertanian dikenal dengan istilah alih fungsi (konversi) lahan dari waktu ke waktu mengalami peningkatan. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan, dan bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian sosial (Iqbal dan Sumaryanto, 2007).
2
Tabel 1.1 Luas Lahan Persawahan menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2004–2013 2011
Luas Lahan Sawah 2012
2013
Kulon Progo
10.304
10.299
10.297
Bantul
15.453
15.482
15.471
Gunung Kidul
7.865
7.865
7.865
Sleman
22.786 83
22.642 76
22.835
Kabupaten/Kota
Yogyakarta DIY
56.491 56.364 Sumber: BPS Daerah Istimewa Yogyakarta
71 56.539
Dari tabel di atas dapat dilihat luas lahan persawahan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011-2013. Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luas lahan persawahan terluas terletak di Kabupaten Sleman. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan sawah di Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011-2013. Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan luasnya lahan persawahan di Kabupaten Sleman menyebabkan banyak masyarakat yang memilih untuk menjalankan kegiatan perekonomian di Kabupaten Sleman. Lahan merupakan salah satu yang menjadi penunjang kegiatan perekonomian di Kabupaten Sleman, maka dari itu banyak masyarakat yang mengalih fungsikan lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian. Terkait dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi penggunaan untuk sektor lain terutama sektor industri, perumahan, perdagangan dan jasa, pemerintah Kabupaten Sleman dapat mengambil peran penting dalam upaya memperkecil dampak negatif yang ditimbulkan akibat alih fungsi lahan pertanian terutama mengantisipasi penurunan hasil pertanian.
3
Gambar 1.1 Persentase sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto ADHK 2000 di Kabupaten Sleman Tahun 2010 – 2013
15.71% 14.60%
14.41% 13.84%
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS Kabupaten Sleman
Provinsi DIY mempunyai empat kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten dengan tingkat PDRB tertinggi di Provinsi DIY. Hal ini dapat dibuktikan bahwa PDRB Kabupaten Sleman mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan ini juga ditandai dengan peningkatan pada seluruh sektor pendukungnya, kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan setiap tahunnya. Tabel di atas menunjukkan ada penurunan kontribusi/share persentase sektor pertanian terhadap PDRB ADHK 2000 Kabupaten Sleman dari tahun 2010-2013. Pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa PDRB sektor pertanian mengalami penurunan setiap tahun. Hal ini terjadi karena banyak lahan yang mengalami alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Peningkatan alih fungsi lahan disebabkan adanya peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan lahan. Selain itu peningkatan pembangunan
4
juga menjadi salah satu pemicu terjadinya alih fungsi lahan sementara ketersediaan lahan relatif tetap. Tabel 1.2 Luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman Tahun
Luas lahan sawah
Luas lahan bukan sawah
Total luas pertanian
(%)
2011
22.786
16.624
39.410
68.56%
2012
22.642
16.699
39.341
68.44%
2013
22.835
38.284
66.60%
15.449 Sumber: BPS Kabupaten Sleman
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa luas pertanian di Kabupaten Sleman mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari luas pertanian tahun 2011 sebesar 39.410 ha atau 68.56 persen, jumlah tersebut mengalami penurunan hingga 38.284 ha atau 66.60 persen pada tahun 2013. Penurunan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman terjadi akibat terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian di Kabupaten Sleman. Alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Sleman dipicu dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya jumlah industri di Kabupaten Sleman. Dengan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini berjudul “ Analisis hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman tahun 2004-2013”.
1.2
Rumusan Masalah Provinsi DIY mempunyai empat kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten
Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kota Yogyakarta. Kabupaten/Kota di Provinsi DIY yang memiliki luas lahan persawahan terluas terletak di Kabupaten Sleman. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 Luas Lahan Persawahan menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa 5
Yogyakarta tahun 2004–2013. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman menyebabkan adanya peningkatan pembangunan seperti pembangunan hotel, restoran dan perumahan. Maka dari itu permintaan lahan untuk kegiatan non pertanian semakin meningkat, sehingga banyak lahan pertanian di Kabupaten Sleman yang mengalami alih fungsi lahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kontribusi/share persentase sektor pertanian terhadap PDRB ADHK 2000 Kabupaten Sleman mengalami penurunan dari tahun 2010-2013. Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perbandingan pertumbuhan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 2. Perbandingan pertumbuhan PDRB per kapita dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 3. Perbandingan pertumbuhan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 4. Mengetahui hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita, dan jumlah industri terhadap luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman.
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah: 1. Membandingkan pertumbuhan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman.
6
2. Membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 3. Membandingkan pertumbuhan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 4. Mengetahui hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman.
1.4
Manfaat Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak yang terkait: a. Bagi Penulis 1. Sebagai tambahan ilmu bagi penulis tentang hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman tahun 2004-2013. b. Bagi Pembaca 1. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian yang akan datang. 2. Memberikan pengetahuan tentang hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman tahun 2004-2013. c. Bagi Universitas 1.
Memberikan pengalaman dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pemahaman mahasiswa.
7
2.
Menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa mampu memahami dengan baik
ilmu
yang
telah
didapatkan
selama
mengikuti
proses
pembelajaran di universitas. 1.5
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 1.2 Kerangka pemikiran Latar Belakang: Kabupaten/Kota di Provinsi DIY yang memiliki luas lahan persawahan terluas terletak di Kabupaten Sleman. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman menyebabkan adanya peningkatan pembangunan seperti pembangunan hotel, restoran dan perumahan. Maka dari itu permintaan lahan untuk kegiatan non pertanian semakin meningkat, sehingga banyak lahan pertanian di Kabupaten Sleman yang mengalami alih fungsi lahan. Dengan adanya konversi lahan setiap tahunnya, sehingga luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman semakin berkurang. Pengurangan jumlah lahan pertanian ini dapat dibuktikan dengan kontribusi/share persentase sektor pertanian terhadap PDRB ADHK 2000 Kabupaten Sleman yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Rumusan Masalah: 1. Perbandingan pertumbuhan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 2. Perbandingan pertumbuhan PDRB per kapita dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 3. Perbandingan pertumbuhan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 4. Mengetahui hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita, dan jumlah industri terhdap luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman.
Tujuan Penelitian: 1. Membandingkan pertumbuhan jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 2. Membandingkan pertumbuhan PDRB per kapita dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 3. Membandingkan pertumbuhan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman. 4. Mengetahui hubungan jumlah penduduk, PDRB per kapita dan jumlah industri dengan luas lahan pertanian di Kabupaten Sleman.
8
Data Penelitian: Jumlah penduduk, PDRB per kapita, jumlah industri dan luas lahan pertanian
Alat Analisis: - Statistika deskriptif - Korelasi pearson
.
9