BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi
pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) tahun 2006, pemakai narkotika di dunia sebanyak 162,4 juta orang pada tahun 2007, diperkirakan terjadi peningkatan 4% penyalahgunaan narkotika di seluruh dunia, dari 200 juta orang pada tahun 2007 menjadi 208 juta orang pada tahun 2008. Jumlah pengguna diperkirakan akan terus meningkat sampai dengan 2011, dari 24% pengguna tahun 2004 menjadi 28% ditahun 2011 (Badan Narkotika Nasional, 2013: 8-10). Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya jadi masalah besar bagi Indonesia. Jumlah pengguna, pengedar dan produksi narkoba di Tanah Air tumbuh 13,6 persen tiap tahun. Peredaran narkoba merasuk ke semua sektor kehidupan. Ratarata 50 orang meninggal setiap hari akibat narkoba. Terkait hal ini, Presiden Joko Widodo, saat membuka rapat terbatas dengan topik “Pemberantasan Narkoba dan Program Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba” di Kantor Presiden mengatakan, pemberantasan narkoba harus lebih gencar, berani dan komprehensif. Semua kementerian dan lembaga diminta menghilangkan ego sektoral dan bersamasama memberantas narkoba. Presiden mensinyalir 50 persen dari peredaran narkoba saat ini dikendalikan dari dalam lembaga pemasyarakatan (lapas). Karena itu, Presiden meminta BNN, didukung Polri dan TNI, melakukan pengecekan rutin di lapas. (Kompas, 2016 : 1)
1 Universitas Sumatera Utara
Tutup celah penyelundupan narkoba, baik di pelabuhan narkoba, baik di pelabuhan maupun bandara, pelabuhan kecil yang ada di negara ini, salah satu pernyataan dari Presiden Joko Widodo. Presiden juga meminta seluruh pihak untuk menyatakan perang pada narkoba dan jaringannya. Selain itu ia diberharap penegakan hukum lebih tegas diterapkan pada jaringan-jaringan yang terlibat karena narkoba sudah masuk kemana-mana. Ia juga meminta agar kampanye kreatif mengenai bahaya narkoba digencarkan kembali karena dinilai juga penting. Presiden juga menggarisbawahi pentingnya pengawasan yang sangat ketat terhadap lapas. (Analisa, 2016 : 1 dan 8) Di Indonesia, permasalahan penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun ini kian hari kian meningkat. Terbukti dengan semakin banyaknya pemberitaan melalui media. Media massa hampir setiap hari memberitakan penangkapan para pelaku penyalahgunaan narkoba oleh aparat keamanan. Data yang diperoleh dari Gerakan Anti Narkoba (Granat) menyatakan sepanjang tahun 2012 terdapat sebanyak 26.458 kasus penyalahguna narkoba, yang terdiri dari 1.720 kasus narkotika, 1.599 kasus psikotropika serta 7.239 kasus zat adiktif. Sementara, jumlah tersangka yang terkait kasus narkoba ini mencapai 32.743 orang. Disisi lain, Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) mencatat sebanyak 50 orang meninggal perhari akibat narkoba. Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan pusat kesehatan Universitas Indonesia tahun 2008 juga mencatat angka prevelensi nasional ( Penyalahgunaan Narkoba) adalah 1,99% dari jumlah penduduk Indonesia (3,6 juta jiwa) dan pada tahun 2012 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8 % (5,1 juta jiwa). Hal tersebut menjadi salah satu penyebab Indonesia tidak lagi menjadi negara transit, tetapi sudah menjadi negara pasar narkoba yang besar apalagi dengan harga yang
2 Universitas Sumatera Utara
tinggi (great market, great price), sehingga Indonesia semakin rawan menjadi surga bagi para sindikat narkoba (Badan Narkotika Nasionl, 2013: 3). Data pada United Nation International Drug Control Program (UNDP), saat ini lebih dari 200 juta orang diseluruh dunia telah menyalahgunakan narkoba. Hal yang mencengangkan, dari jumlah itu 3,4 juta diantaranya adalah orang Indonesia. Lebih mencengangkan lagi, lebih dari 80%-nya adalah remaja dan bahkan telah merambah pula pada usia yang masih tergolong anak-anak. Sementara pada tahun 2003, Survey nasional yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional terhadap 13.710 orang penyalahguna narkoba, ditemukan fakta semakin dininya usia penyalahgunaan narkoba. Pada usia 7 tahun telah mengkonsumsi narkoba jenis inhalan, pada usia 8 tahun meningkat ke ganja, sedangkan pada usia 10 tahun jenisnya semakin bervariasi, seperti pil penenang, ganja dan morphine. Dalam survey tersebut juga ditemukan fakta bahwa tindak penyalahgunaan narkoba bukan hanya dilakukan oleh orang yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi yang tinggi, melainkan dan ternyata telah meluas kesemua strata ekonomi. Ini berarti, resiko penyalahgunaan narkoba dapat terjadi disemua usia dan tingkat kemampuan ekonomi (www.bnn.co.id/penyalahgunaannarkoba/2.htm, diakses pada tanggal 1 Februari 2016 pukul 16.30) Pelajar yang terjerat kasus pengguna narkotika, mulai dari tingkatan sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), hingga mahasiswa. Dari catatan di kepolisian, pada 2014 jumlah pelajar pengguna narkotika tingkat sekolah dasar (SD) ada 111 orang, sekolah menengah pertama (SMP) 335 orang, sekolah menengah atas (SMA) 874 orang, dan mahasiswa 70 orang. Jumlah keseluruhan pengguna narkotika di kalangan pelajar dan mahasiswa pada 2014 sebanyak 1.390 orang. Jumlah itu meningkat dibandingkan kasus pada
3 Universitas Sumatera Utara
2013. Terdata pelajar pengguna narkoba dari sekolah dasar berjumlah 123 orang, sekolah menengah pertama (SMP) 292 orang, sekolah menengah atas (SMA) 863 orang, dan mahasiswa 40 orang. Secara keseluruhan ada 1.318 orang. Sebanyak 22 persen pelajar serta sisanya dari kalangan lain. Namun setelah kami melakukan penelitian kembali, ternyata dari 70 persen pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan pemakai lanjutan, artinya sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba. Tingginya penggunaan narkoba di kalangan pelajar disebabkan faktor dari dalam dan dari luar. Biasanya, anak-anak seringkali menggunakan narkoba sebagai bentuk pelarian dari berbagai masalah. Selain itu, faktor dari luar juga sangat berpengaruh. Banyak anak-anak yang terjebak kedalam pergaulan bebas yang salah. Mereka menjadikan narkoba sebagai bagian dari salah satu lifestyle atau gaya hidup sehari-hari (http://nasional.sindonews.com diakses pada tanggal 31 Januari 2016 pukul 13.15) Salah satu kasus yang terjadi di Sumatera Utara tepatnya di daerah Medan Tembung sangat mengkhawatirkan. Telah dilaporkan bahwa beberapa waktu lalu ada siswa SMP yang tertangkap gurunya saat bolos sekolah di warnet. Ada siswa kelas 2 SMP yang tertangkap gurunya membawa 2 paket sabu. Saat diperiksa BNN, remaja tersebut mengaku terjerat narkoba di warnet. Dari pengakuan siswa itu, saat sering membolos dengan menghabiskan waktu di warnet, para pelajar ditawari oleh sindikat narkoba untuk mencoba memakai sabu. Setelah terjerumus sebagai pengguna, para siswa SMP itu belakangan juga dipaksa untuk mengedarkan barang terlarang itu ke rekannya sesama pelajar di sekolah. Bahkan begitu parahnya peredaran narkoba di Sumut, BNN menemukan seorang siswa kelas 5 SD di kawasan Medan Tembung sudah menggunakan sabu (http://nasional.tempo.co diakses pada tanggal 10 Januari 2016 pukul 19:27).
4 Universitas Sumatera Utara
Kasus penyalahgunaan narkoba dapat berdampak pada hukum pidana, dimana kasus ini dapat berujung pada penjara atau Lembaga Pemasyarakatan dan tempat rerhabilitasi bila sudah mengkhawatirkan. Tidak terkecuali dengan anak bila menjadi pelaku sekaligus korban dari penyalahgunaan narkoba. Mereka juga dapat dikenakan sanksi bila ditemukan oleh pihak terkait sedang menggunakan narkoba. Implementasinya terdapat pada UU RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak yang telah merubah nama Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Klas I Tanjung Gusta menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas I Tanjung Gusta. Perubahan itu juga membuat sebanyak 105 orang terpidana dipindahkan ke 3 lembaga pemasyarakatan. Saat ini hanya terdapat 20 Lapas Khusus Anak yang ada di Indonesia. Sementara tercatat ada 3.276 anak yang berkonflik dengan hukum. Berdasarkan data Direktorat Bina Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak Ditjen Pemasyarakatan 59,31 % diantaranya terpaksa harus berbagi tempat dengan warga binan dewasa. Beberapa Lapas Anak bahkan didwifungsikan menjadi tempat hunian orang dewasa. Percampuran ini tentu saja berdampak yang kurang baik bagi perkembangan fisik maupun psikis anak. Anak harus diperlakukan khusus dan berbeda dari warga binaan dewasa, kondisi ini jelas sangat dilindungi dan menjadi tuntutan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA). Kepentingan terbaik untuk anak adalah pemikiran yang paling mendasar dalam perubahan sistem perlakuan anak, transformasi Sistem Perlakuan Lembaga Pemasyarakatan Anak menjadi
Sistem
Perlakuan
Lembaga
Pembinaan
Khusus
Anak
(LPKA)
(http://ntt.kemenkumham.go.id diakses pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 20.12). Banyak lembaga atau yayasan yang sudah bergerak melawan narkoba, merawat masyarakat yang telah terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, dan
5 Universitas Sumatera Utara
gerakan-gerakan lainnya dalam melindungi masyarakat dari bahaya narkoba. Salah satu yayasan yang bergerak dalam bidang tersebut merupakan Yayasan Rumah Singgah Caritas di Kota Medan, Sumatera Utara. Yayasan Rumah Singgah Caritas memiliki beberapa program pelayanan sosial bagi masyarakat yang telah terkena dampak narkoba sekaligus juga berkerja sama dengan Tanjung Gusta Medan dalam membina para penyalahgunaan narkoba Salah satu yang menjadi program Rumah Singgah Caritas PSE adalah menjalankan program penjangkauan di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Tanjung Gusta Medan dengan nama Program Awareness Campaign. Program yang diberikan adalah pembinaan dan penyuluhan tentang dampak buruk penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS dan isu kesehatan masyarakat lainnya. Dalam program tersebut, Rumah Singgah Caritas Medan melakukan kegiatan berupa penyuluhan dan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan kepada para pelaku penyalahgunaan narkoba beserta staff lembaga pemasyarakatan. Para pelaku penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan kelas 1 Tanjung Gusta Medan yang mengikuti kegiatan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu kepada anak, dewasa dan perempuan. Dengan diberlakukannya program khusus untuk penjara oleh Yayasan Rumah Singgah Caritas maka kenakalan pada anak dalam menyalahgunakan narkoba dapat dicegah agar anak tersebut tidak kembali dari kasus tersebut. Dalam program awareness campaign, para pendamping dalam program tersebut memberi materi serta pembinaan khusus kepada anak dengan tujuan agar anak tersebut sadar dengan dampak penyalahgunaan narkoba yang pernah mereka konsumsi dan mencegah agar anak tersebut tidak kembali kepada narkoba. Program penjara yang diberlakukan oleh Yayasan Rumah Singgah Caritas hampir sama dengan program yang ada pada Yayasan Galatea Medan. Bedanya
6 Universitas Sumatera Utara
kedua program tersebut adalah, program awareness campaign yang diberlakukan dari Yayasan Rumah Singgah Caritas terfokus kepada kalangan yang menggunakan narkoba berbeda dengan program pemberdayaan anak binaan yang diberikan oleh Yayasan Galatea yang mencakup keseluruhan dari berbagai kasus anak. Hanya saja, program yang diberlakukan oleh Yayasan Rumah Singgah Caritas dapat dikatakan masih baru berlanjut sehingga peneliti ingin melihat apakah program ini dapat diterima oleh anak binaan atau kurang diterima. Kasus mengenai narkoba merupakan kasus yang menarik sekaligus memprihatinkan. Berbagai usaha yang sudah dilakukan oleh banyak pihak namun hasil yang diperoleh masih belum tampak. Tingkat kasus narkoba masih melambung tinggi setiap tahunnya. Adanya program yang dibuat oleh Yayasan Rumah Singgah Caritas diharapkan dapat menemukan hasil yang bagus dan dapat membimbing para pengguna narkoba terutama anak dapat menjauhi atau meninggalkan narkoba demi kehidupan yang lebih baik. Hal ini menjadi sangat menarik bagi peneliti dikarenakan ini merupakan hal yang baru bila dilihat dari kegiatan program ini. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pelaku maupun korban dari penyalahgunaan narkoba adalah anak. Hal ini disebabkan pada usia anak, seseorang lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan dan hal yang baru. Menurut pihak Yayasan Rumah Singgah Caritas Medan, saat ini jumlah anak binaan yang mengikuti kegiatan program tersebut berjumlah 50 anak. Maka berdasarkan program yang dilaksanakan oleh Yayasan Rumah Singgah Caritas Medan kepada para pelaku maupun korban dari penyalahgunaan narkoba, peneliti tertarik untuk meneliti respon dari para anak yang mengikuti kegiatan program tersebut, yang akan dituangkan dalam penelitian yang berjudul : “Respon Anak Binaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas 1 Tanjung Gusta Medan
7 Universitas Sumatera Utara
Terhadap Program Awareness
Campaign oleh Yayasan Rumah Singgah
Caritas Medan”.
1.2
Perumusan Masalah Untuk mempermudah penelitian dan agar penelitian ini memiliki arah yang
jelas dalam menginterpretasikan data dan fakta yang ada ke dalam penulisan, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah respon anak binaan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tanjung Gusta Medan terhadap Program Awareness Campaign oleh Yayasan Rumah Singgah Caritas Medan?”.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon anak binaan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Tanjung Gusta Medan terhadap Program Awareness Campaign oleh Yayasan Rumah Singgah Caritas Medan. 1.3.2
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam
pengembangan: 1.
Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial mengenai konsep pelayanan sosial.
2.
Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi bagi peneliti untuk meningkatkan lagi pemahaman mengenai
8 Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan narkoba dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. 3.
Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam program awareness campaign dan juga lembaga lainnya yang bergerak di bidang narkoba agar dapat membuat metode pelayanan sosial yang lebih baik lagi kepada para korban penyalahgunaan narkoba terutama anak.
1.4
Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai
berikut: BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, dan definisi konsep. BAB III
: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti. BAB V
: ANALISA DATA
9 Universitas Sumatera Utara
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI
: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
10 Universitas Sumatera Utara