BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka
panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor industri perbankan. Dilihat dari perkembangannya, jumlah bank yang menjual sahamnya di pasar modal mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 31 bank sudah go public pada akhir tahun 2009, (www.idx.co.id). Meningkatnya jumlah emiten perbankan akan membawa ke arah yang lebih baik, dilihat dari sisi bank maka akan lebih mudah dalam memperoleh modal dan dari sisi investor akan mendapatkan return. Investor tertarik menginvestasikan dananya dalam bentuk saham karena menjanjikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, baik dalam bentuk deviden maupun capital gain. Akan tetapi investasi dalam bentuk saham juga mempunyai resiko yang tinggi sesuai dengan prinsip investasi yaitu low risk low return high risk high return. Investor akan memilih saham perusahaan yang layak untuk dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Investor yang rasional akan mempertimbangkan dua hal yaitu pendapatan yang diharapkan (expected return) dan resiko (risk) yang terkandung dalam alternatif investasi yang dilakukan. Untuk sekuritas atau saham yang memiliki return yang sama maka investor mencari resiko yang terendah,
1 Universitas Sumatera Utara
sedangkan untuk sekuritas atau saham yang memiliki resiko yang sama maka investor memilih return yang tertinggi (Teguh, 2000). Saham yang banyak diminati oleh investor akan mengalami kenaikan harga dan return saham, demikian pula sebaliknya. Perkembangan harga saham perusahaan tertentu mencerminkan nilai perusahaan tersebut sesuai penilaian para investor. Tingkat kembalian (return) saham merupakan tingkat keuntungan yang diminati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukannya. Adapun salah satu komponen return saham adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih harga jual dan harga beli saham (Ang, 1997). Dalam melakukan investasi di pasar modal dibutuhkan informasi yang aktual, akurat dan transparan. Untuk itu investor harus mempertimbangkan beberapa faktor, baik faktor mikro perusahaan maupun faktor makro ekonomi. Dalam hal ini investor dapat melakukan analisis fundamental maupun analisis teknikal. Analisis fundamental berlandaskan kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Analisis teknikal merupakan teknik dengan menggunakan data atau catatan pasar untuk mengakses permintaan dan penawaran suatu saham serta upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut diwaktu lampau. Menurut Ang (1997) analisis fundamental pada dasarnya adalah analisis historis atas kekuatan keuangan suatu perusahaan serta mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
fundamental yang mempengaruhi harga saham dan menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental juga disebut sebagai analisis perusahaan (company analysis). Analisis perusahaan merupakan dasar untuk memilih apakah saham suatu perusahaan layak untuk dijadikan alternatif investasi, karena memberikan gambaran tentang nilai perusahaan, kualitas perusahaan, kinerja manajemen perusahaan serta prospek perusahaan tersebut pada masa mendatang. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari likuiditas, pertumbuhan laba (profit margin), serta solvabilitas perusahaan. Disamping itu ukuran perusahaan juga merupakan faktor yang harus dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi. Ukuran perusahaan memiliki peranan yang signifikan dalam hubungannya dengan return saham. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditentukan dari total penjualan, total aktiva, maupun kapitalisasi pasar. Perusahaan besar dianggap telah mantap posisi likuiditasnya dan mampu memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi, sehingga mudah akses ke pasar modal guna memperoleh kebutuhan dana dari pihak eksternal. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak menanggung resiko yang terlalu besar sehingga saham perusahaan besar cenderung akan menghasilkan return yang lebih kecil. Sedangkan perusahaan kecil labanya cenderung lebih volatil dan kurang dapat diduga dibandingkan dengan perusahaan besar, sehingga menghasilkan unexpected earning yang lebih tinggi, (Freeman,1987).
Universitas Sumatera Utara
Return saham juga dipengaruhi oleh faktor-faktor makro ekonomi. Jika perekonomian suatu negara tumbuh secara berkesinambungan dengan variabel makro yang cukup baik seperti tingkat inflasi, kurs valuta asing, tingkat suku bunga SBI, tingkat pengangguran, serta situasi politik yang terkendali, maka menyebabkan investor tertarik menanamkan modalnya di bursa efek tersebut, begitu pula sebaliknya. Kondisi ekonomi, situasi politik, serta faktor teknis lainnya merupakan variabel determinan diluar kinerja keuangan perusahaan yang bisa memacu arah pergerakan harga saham. Hal ini memberikan indikasi bahwa tidak hanya kondisi fundamental perusahaan saja yang mempengaruhi variasi harga saham (Yogo, 1998). Timbulnya krisis keuangan global pada tahun 2008 yang dipicu oleh krisis kredit perumahan produk sekuritas dan bangkrutnya beberapa perusahaan besar di Amerika Serikat ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia, salah satunya adalah sektor industri perbankan. Sektor industri perbankan mengalami berbagai kesulitan seperti kesulitan likuiditas, timbulnya kredit macet, pertumbuhan kredit yang rendah, pembengkakan hutang luar negeri, negatif spread, dan lain-lain. Disamping itu karena adanya ketidakstabilan ekonomi makro meningkatkan volatilitas suku bunga dan nilai tukar sehingga meningkatkan resiko bank dan nasabahnya. Inflasi yang tinggi mengurangi modal bank dan menyulitkan bank memobilisasi dana masyarakat dan melakukan ekspansi usaha (Sitompul, 2004). Akhirnya krisis global
tersebut
berdampak pada pasar modal dengan adanya penurunan harga saham sektor industri perbankan di pasar modal.
Universitas Sumatera Utara
Namun sepanjang tahun 2009 perkembangan perbankan menunjukkan adanya recovery setelah krisis global, yang tercermin dengan adanya pertumbuhan asset mencapai Rp. 223 trilyun atau bertumbuh sebesar 10% yang didorong oleh pertumbuhan kredit yang juga mencapai 10% atau sebesar Rp. 130 trilyun, sedangkan rasio loan to deposit rasio (LDR) masih menunjukkan penurunan (Basar, 2009). Baik buruknya kinerja perbankan menjadi tolak ukur bagi investor dalam menentukan pembelian saham perusahaan. Tentunya investor akan menjatuhkan pilihan pada saham yang memiliki reputasi baik, karena investor ingin memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi dari investasinya. Kinerja keuangan perbankan harus selalu dipantau, karena pergerakan harga saham bank yang go public diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan sistem keuangan, disamping itu bank juga merupakan sektor yang rentan terhadap resiko karena berhubungan dengan tingkat kepercayaan atas pengembalian dana pada masa yang akan datang. Kinerja keuangan perbankan dapat diukur dari laporan keuangan yang dipublikasikan yang merupakan salah satu sumber informasi yang sering digunakan oleh investor dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan laporan keuangan bank maka dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim digunakan sebagai dasar penilaian tingkat kesehatan perbankan (Nasser & Titik, 2000). Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perbankan serta mempunyai kekuatan untuk memprediksi harga atau return saham di pasar modal. Rasio keuangan yang digunakan sebagai tolak ukur kinerja bank meliputi rasio likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas (Dendawijaya, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Mengingat pentingnya peranan perbankan dalam stabilitas sistem keuangan dan perekonomian, maka Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas perbankan terus memantau dan melakukan berbagai langkah untuk memelihara tingkat kesehatan perbankan yang pada gilirannya dapat membawa pada kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan. Untuk itu, Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan agar lembaga perbankan yang beroperasi di Indonesia dapat menjalankan aktifitasnya dengan mengacu kepada prinsip prudential banking, yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Peraturan ini pada prinsipnya menghendaki perbankan tetap mengacu kepada tingkat kesehatan bank dalam penilaian kinerja dengan menggunakan ukuran CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity) dalam perhitungan rasio keuangan bank. Berikut adalah data ekonomi makro (Inflasi, SBI, dan Kurs) untuk tahun 2005 s/d 2009 yang disajikan dalam Tabel 1.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Data Inflasi, SBI, dan Kurs untuk Periode 2005 s/d 2009 Bulan/ Inflasi SBI Kurs Bulan/ Tahun Tahun Jan 05 1,43 7,42 9165 Jul 07 Feb 05 -0,17 7.43 9260 Agust 07 Mar 05 1,91 7,44 9480 Sep 07 Apr 05 0,34 7,7 9570 Okt 07 Mei 05 0,21 7,95 9495 Nov 07 Jun 05 0,5 8,25 9713 Des 07 Jul 05 0,78 8,49 9819 Jan 08 Agust 05 0,55 9,51 10240 Feb 08 Sep 05 0,69 10 10310 Mar 08 Okt 05 0,94 11 10090 Apr 08 Nov 05 1,31 12,25 10035 Mei 08 Des 05 -0,04 12,75 9830 Jun 08 Jan 06 1,36 12,75 9395 Jul 08 Feb 06 0,58 12,74 9230 Agust 08 Mar 06 0,03 12,73 9075 Sep 08 Apr 06 0,05 12,74 8775 Okt 08 Mei 06 0,37 12,5 9220 Nov 08 Jun 06 0,45 12,5 9300 Des 08 Jul 06 0,45 12,25 9070 Jan 09 Agust 06 0,33 11,75 9100 Feb 09 Sep 06 0,38 11,25 9235 Mar 09 Okt 06 0,86 10,75 9110 Apr 09 Nov 06 0,34 10,25 9165 Mei 09 Des 06 1,21 9,75 9020 Jun 09 Jan 07 1,04 9,5 9090 Jul 09 Feb 07 0,62 9,25 9160 Agust 09 Mar 07 0,24 9 9118 Sep 09 Apr 07 -0,16 9 9083 Okt 09 Mei 07 0,10 8,75 8828 Nov 09 Jun 07 0,23 8,75 9054 Des 09 Sumber: Data sekunder (www.bi.go.id, www.bps.go.id)
Inflasi
SBI
Kurs
0,72 0,75 0,80 0,79 0,18 1,10 1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46 1,37 0,51 0,97 0,45 0,12 -0,04 -0.07 0,21 0,22 -0,31 0,04 0,11 0,45 0,56 1,05 0,19 -0,03 0,33
8,25 8,25 8,25 8,25 8,25 8 8 8 8 8 8,25 8,5 8,75 9 9,25 9,5 9,5 9,25 8,75 8,25 7,75 7,50 7,25 7 6,75 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50
9186 9410 9137 9103 9376 9419 9291 9051 9217 9234 9318 9225 9118 9153 9378 10995 12151 10950 11355 11980 11575 10713 10340 10225 9920 10060 9681 9545 9480 9400
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa Inflasi, SBI, dan Kurs mengalami fluktuasi selama tahun 2005 s/d 2009. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 2008 sebesar 2,46% sedangkan inflasi terendah terjadi pada bulan Februari 2005 sebesar
Universitas Sumatera Utara
-0,17%, dalam hal ini terlihat bahwa fluktuasi inflasi relatif tinggi atau mengalami peningkatan.Tingkat suku bunga SBI tertinggi terjadi pada bulan Januari 2006 sebesar 12,75% dan SBI terendah sebesar 6,50% terjadi pada bulan Agustus s/d Desember 2009, disini terlihat bahwa terjadinya fluktuasi SBI yang relatif tinggi juga. Kemudian kurs tertinggi terjadi pada bulan November 2008 sebesar Rp. 12.151,- dan terendah terjadi pada bulan April 2006 sebesar Rp. 8.775,-. Dalam hal ini kurs juga mengalami fluktuasi. Penelitian tentang kinerja keuangan perusahaan di pasar modal telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Suardana (2005) meneliti pengaruh rasio Camel terhadap return saham, peneliti menggunakan rasio Camel yang diproksikan dengan ROA, CAR, RORA, BOPO, EPS, LDR. Penelitian ini tidak memasukkan variabel ekonomi makro yang diperkirakan berpengaruh terhadap return saham. Selanjutnya Triayuningsih (2003) meneliti pengaruh kinerja keuangan perusahaan dan faktor ekonomi makro terhadap return saham perusahaan industri manufaktur di BEJ. Kinerja keuangan perusahaan diproksikan dengan rasio EPS, PBV, DER, dan variabel makro menggunakan inflasi, suku bunga, dan kurs. Seterusnya Hernendiastoro (2005) meneliti juga tentang pengaruh kinerja keuangan perusahaan dan kondisi ekonomi terhadap return saham dengan metode intervalling pada sahamsaham LQ 45, dengan menggunakan rasio CR, DER, ROA, PER, inflasi, suku bunga dan kurs. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan pengujian lebih lanjut guna memperoleh temuan empiris mengenai
Universitas Sumatera Utara
manfaat rasio keuangan perbankan, ukuran perusahaan serta variabel makro ekonomi yang diperkirakan berpengaruh dalam memprediksi return saham perusahaan perbankan pada masa yang akan datang. Penelitian ini memilih perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian karena beberapa alasan. Pertama bank merupakan cerminan kepercayaan investor pada stabilitas sistem keuangan dan sistem perbankan suatu negara. Kedua, sudah banyak bank yang go public sehingga memudahkan dalam melihat posisi keuangan dan kinerja suatu bank serta meningkatnya harga saham perbankan di Indonesia menunjukkan harapan besar investor pada pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Ketiga, rasio keuangan perbankan sedikit berbeda dengan rasio keuangan jenis perusahaan lain, yang ditunjukkan oleh adanya standar akuntansi perbankan yang diatur khusus dalam Pernyataan Standar Akuntansi No. 31. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mendorong Penulis untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, dan Variabel Makro Ekonomi terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Motivasi dari penelitian ini adalah peneliti ingin melihat pengaruh kinerja keuangan perbankan yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return On Equity (ROE), Lon to Deposit Ratio (LDR), ukuran Perusahaan diukur dengan total aktiva, dan variabel makro ekonomi diukur dengan inflasi, suku bunga SBI, dan kurs terhadap return saham pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI periode 2005 s/d 2009.
Universitas Sumatera Utara
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan
permasalahan adalah: 1.
Apakah kinerja keuangan yang diproksikan dengan CAR, BOPO, ROE, dan LDR berpengaruh terhadap return saham Perusahaan Perbankan untuk interval waktu 3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan.
2.
Apakah ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aktiva berpengaruh terhadap return saham Perusahaan Perbankan untuk interval waktu 3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan.
3.
Apakah variabel makro ekonomi yang diproksikan dengan inflasi, SBI, dan kurs berpengaruh terhadap return saham Perusahaan Perbankan untuk interval waktu 3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan.
4.
Apakah kinerja keuangan (CAR, BOPO, ROE, LDR), ukuran perusahaan (total aktiva), dan variabel makro ekonomi (inflasi, SBI, dan kurs) berpengaruh secara simultan terhadap return saham Perusahaan Perbankan untuk interval waktu 3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan.
1.3.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah:
1. Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh kinerja keuangan yang diproksikan dengan CAR, BOPO, ROE, dan LDR terhadap
Universitas Sumatera Utara
return saham Perusahaan Perbankan untuk interval waktu 3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan. 2. Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aktiva terhadap return saham Perusahaan Perbankan untuk interval waktu 3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan. 3. Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh variabel makro ekonomi yang diproksikan dengan inflasi, SBI, dan kurs terhadap return saham Perusahaan Perbankan untuk interval waktu 3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan. 4.
Untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh kinerja keuangan (CAR, BOPO, ROE, LDR), ukuran perusahaan (total aktiva), dan variabel makro ekonomi (inflasi, SBI, dan kurs) secara simultan terhadap return saham Perusahaan Perbankan untuk interval waktu 3 bulanan, 6 bulanan, dan 12 bulanan.
1.4.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi peneliti, menambah wawasan pengetahuan mengenai pasar modal serta sebagai bahan masukan dan acuan penerapan analisa laporan keuangan sebagai alat penilaian kinerja keuangan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.
Bagi pemakai informasi keuangan seperti investor, maka hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan keputusan investasi di pasar modal.
3.
Bagi manajemen atau perusahan, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan manajemen berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.
4.
Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian sejenis berikutnya, serta sebagai penambah wacana keilmuan.
1.5.
Originalitas Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Hernendiastoro (2005), yang
menganalisis tentang pengaruh kinerja keuangan dan kondisi ekonomi terhadap return saham dengan metode intervalling pada saham-saham LQ45, kinerja keuangan diukur dengan menggunakan variabel bebas CR, DER, ROA, PER dan variabel ekonomi makro dengan menggunakan inflasi, suku bunga, dan kurs. Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini mengambil objek pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun penelitian 2005 s/d 2009, kemudian kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan variabel bebas yang berbeda yaitu: CAR, BOPO, ROE, LDR, ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva, dan variabel makro ekonomi diukur dengan inflasi, suku bunga SBI, dan kurs.
Universitas Sumatera Utara
Penulis menggunakan konsep intervalling dengan menggolongkan data ke dalam interval menurut waktu untuk dapat mengamati perilaku data menurut periode atau kelompok waktu. Metode intervalling dipandang mampu mengamati beberapa kejadian atau event yang terjadi dalam satu periode pengamatan. Ini karena perkembangan return saham tidak stabil selama periode pengamatan serta dengan menggolongkan data ke dalam interval waktu maka investor dapat menentukan interval atau periode saham untuk dikuasai apakah dalam periode 1, 3, 6 atau 12 bulanan. Oleh karenanya penelitian berdasarkan interval waktu merupakan penelitian yang dibutuhkan oleh investor.
Universitas Sumatera Utara