BAB I PENDAHULUAN 1.3 Latar Belakang Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun negara yang dapat mencapai tahapan tinggal landas (take-off) menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri tanpa didahului dengan pencapaian tahapan pembangunan sektor pertanian yang mapan. Sektor pertanian yang mapan merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor lain seperti sektor industri dan jasa. Teori pembangunan menyebutkan bahwa sektor pertanian merupakan penggerak pembangunan (engine of growth) baik dari segi penyedian bahan baku, bahan pangan, serta sebagai daya beli bagi produk yang dihasilkan oleh sektor lain. Secara alamiah pembangunan harus didukung oleh berkembangnya sektor pertanian yang kuat baik segi penawaran maupun dari segi permintaan. Dengan kuatnya sektor pertanian dipandang dari sisi penawaran maupun di sisi permintaan maka pertanian akan mampu mendukung dan membuat jalinan dengan sektor kegiatan ekonomi lain (Mudrajat, 2001). Dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional, pembangunan pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri.Para pakar membuat skenario, yaitu dengan sektor pertanian yang tangguh dapat ditunjang perkembangan industri yang kuat.Sebagian besar pakar ekonomi juga berpendapat bahwa keberhasilan sektor industri sangat tergantung pada keberhasilan pembangunan pertanian (Daniel, 2002).
1
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap pertama pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian.Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengelolahan penunjang sektor pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam.Tidak dapat dipungkiri, strategi yang dipilih sangat berhasil dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi yang rata – rata diatas 7 persen per tahun pada periode 1960 – 1996 (BPS, 1999).Selanjutnya pertumbuhan yang begitu cepat berhasil mengangkat posisi Indonesia menjadi negara berpendapatan sedang dan dimasukkan juga ke dalam kelompok negara industri baru yang menciptakan fenomena keajaiban ekonomi Asia (The Great Asian Economic)di tahun 1980-an (Lena, 2004). Pemberian label sektor pertanian sebagai sektor pemimpin semakin layak jika melihat kondisi pada tahun 1997, masa di mana Indonesia mengalami krisis moneter yang menjatuhkan perekonomian bangsa. Setahun setelah 1997, hampir semua sektor di Sumatera Utara mengalami pertumbuhan yang negatif. Sebagai akibatnya, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Sumatera Utara juga ikut mengalami hal yang sama. Tapi itu semua tidak berlaku untuk sektor pertanian. Sektor pertanian tetapmengalami pertumbuhan yang positif yakni sebesar 2,1 %. Pada tahun berikutnya (akhir 1999), sektor pertanian bahkan mampu tumbuh mencapai 5,54 %. Sedangkan sektor lainnya masih tertatih-tatih, bahkan ada sektor yang pertumbuhannya masih negatif.
2 Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 1997 – 1999 (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengelolahan Listrik, Air dan Gas Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan Jasa – Jasa Total
1997 Pertumbuhaan (%) 6754,53 -
PDRB
1998 Pertumbuhaan (%) 6896,12 2,10
PDRB
1999 Pertumbuha an (%) 7278,13 5,54
PDRB
371,67
-
305,58
-17,78
296,37
-2,69
5980,10
-
4989,74
-16,56
5028,06
-0,76
329,03
-
343,06
4,26
356,73
3,96
1134,57 4699,08
-
951,16 3859,89
-16,16 -17,86
964,61 3960,81
1,41 2,61
2200,18
-
1811,30
-17,67
1883,98
1,04
1799,39 1796,41 25065,41
-
1537,20 1638,64 22332,69
-14,57 -8,81 -10,9
1451,76 1676,98 22910,09
-5,56 2,34 2,59
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 1997-1999(diolah) Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dimana sektor pertanian masih menjadi basis kegiatan perekonomiannya. Menurut data pada tahun 2014 dimana sektor pertanian (tanaman bahan pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan) merupakan sektor yang menyumbang nilai tambah terbesar pertama dalam PDRB di provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar 23,18 persen, yang disusul dengan sektor industri sebesar 19,89 persen pada urutan kedua, dan sektor ketiga merupakan sektor pedagangan sebesar 17,10 persen (BPS, 2014). Kontribusi sektor: 1) pertanian, 2)pertambangan dan penggalian, 3) industri pengelolahan, 4) pengadaan listrik dan gas, 5) pengadaan air, 6) konstruksi, 7) perdagangan, 8) transportasi dan pergudangan, 9) penyediaan akomodasi dan makan -minum, 10) informasi dan komunikasi, 11) jasa keuangan, 12) real estate, 13) jasa perusahaan, 14) administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan, 15)
3 Universitas Sumatera Utara
jasa pendidikan, 16) jasa kesehatan dan kegiatan sosial, dan 17) jasa lainnya terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara 2012 – 2014 menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2
PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 – 2014 (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha 2012 2013 2014 Pertanian 103.933,11 115.194,75 121.435,44 Pertambangan dan Penggalian 4.848,02 6.581,44 6.944,81 Industri Pengelolahan 86.171,93 93.241,47 104.224,00 Pengadaan Listrik dan Gas 641,93 586,21 514,67 Pengadaan Air 399,03 441,82 501,06 Konstruksi 51.426,26 60.997,62 71.225,77 Perdagangan 70.891,92 78.324,82 89.597,00 Transportasi dan Pergudangan 19.056,20 22.990,25 25.923,44 Penyediaan Akomodasi 9.100,94 10.598,78 12.283,32 Informasi dan Komunikasi 8.957,70 9.594,39 10.287,35 Jasa Keuangan 13.479,43 15.738,02 17.155,25 Real Estate 16.358,72 20.078,79 22.786,42 Jasa Perusahaan 3.646,33 4.224,04 4.836,42 Administrasi Pemerintahan, 14.786,94 16.427,96 18.832,08 Pertahanan, dan Jaminan Jasa Pendidikan 7.938,01 8.848,51 9.930,06 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 3.519,33 4.020,16 4.604,43 Sosial Jasa Lainnya 1.964,64 2.332,95 2.690,05 417.120,44 470.221,98 523.771,57 PDRB Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2012-2014 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor yang unggul dalam sumbangannya terhadap PDRB di provinsi Sumatera Utara.Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih berpotensi mengalami peningkatan pertumbuhan. Dengan struktur ekonomi nasional dan regional yang masih berbasis sektor pertanian dan kegiatan industri yang berbasis pertanian, maka cara yang paling
4 Universitas Sumatera Utara
tepat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah dengan meningkatkan pembangunan pertanian (Saragih, 2001). Pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia secara umum dan di Provinsi Sumatera Utara secara khusus tidak terlepas dari peran tenaga kerja di sektor pertanian.Sektor pertanian masih merupakan penyerap tenaga kerja yang paling banyak jika dibandingkan dengan sektor – sektor lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut: Tabel 1.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 - 2014 No Lapangan Usaha 1 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri 4 Listrik, Gas, dan Air Minum 5 Bangunan 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Bank dan Lembaga Keuangan 9 Jasa Kemasyarakatan 10 Lainnya Total
2010 2011 2012 2013 2014 2.875.343 2.595.418 2.496.230 2.563.359 2.500.759 26.340 30.152 40.837 36.577 32.348 455.130 12.251
484.202 11.233
441.729 18.405
419.459 20.058
461.100 17.056
306.278 332.852 364.081 389.961 376.408 1.195.711 1.209.027 1.116.977 1.117.377 1.180.979 308.729
247.126
276.081
271.380
285.246
61.256
118.242
102.955
128.020
121.156
885.145 884.452 894.962 953.369 905.143 0 0 0 0 0 6.125.571 5.912.114 5.751.682 5.899.560 5.881.371
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2010-2014 Tabel 1.3 menunjukkan bahwa sektor pertanian berturut – turut dari tahun 2010 – 2014 tetap menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 42,52 persen, diikuti dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20,08 persen, dan kemudian diikuti dengan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 15,39 persen di tahun 2014.
5 Universitas Sumatera Utara
Selain tenaga kerja, sektor pertanian dalam proses produksinya untuk menghasilkan output juga membutuhkan faktor produksi utama yaitu lahan. Keberadaan lahan sangat penting dalam menunjang kegiatan produksi hasil pertanian. Pada umumnya, semakin besar luas lahan pertanian untuk memproduksi suatu komoditi, maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan, yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan. Namun pada kenyatannya lahan yang digunakan untuk sektor pertanian dewasa ini telah mengalami penurunan yang sangat drastis.Penurunan yang sangat drastis ini disebabkan oleh banyaknya pengalihfungsian lahan pertanian ke sektor non-pertanian. Penyusutan luas baku lahan pertanian di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 1.4 Perkembangan Rata – Rata Luas Lahan Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Utara Tahun 1985 – 2014 (Jiwa) Tahun Rataan Luas Lahan Perkembangan 1885 – 1994 5.966.068,1 1995 – 2004 4.878.654,2 -18,23 2005 – 2014 1.332.721,3 -72,68 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 1885 - 2014 Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan PDRB sektor pertanian adalah sumbangan devisa yang dapat dilihat melalui ekspor sektor pertanian. Ekspor dapat merangsang peningkatan pendapatan dan merangsang pertumbuhan ekonomi.Ekspor pertanian dapat menggambarkan produktivitas yang dihasilkan di sektor pertanian itu sendiri. Namun pada kenyataannya tingkat produktivitas belum sejalan dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh sektor pertanian.Berdasarkan data ekspor Sumatera Utara menurut sektor pada tahun 2010 – 2014, nilai FOB sektor industri dari –
6 Universitas Sumatera Utara
tahun ke tahun jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian.Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.5berikut: Tabel 1.5 Nilai FOB Ekspor Sumatera Utara Menurut Sektor Tahun 2010 – 2014 Nilai FOB (000 US$) Thn Minyak Pertanian Pertambang Industri Lain Jumlah dan Gas an dan nya Bumi Penggalian 2010 0 2.677.304 2.637 6.467.624 212 9.147.778 2011 0 3.951.429 9.121 7.922.544 175 11.883.268 2012 0 2.740.148 7.644.597 197 10.393.936 2013 726 2.403.011 14.497 7.179.658 119 9.598.008 2014 87 1.937.883 12.427 7.410.702 12 9.361.110 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara 2010-2014 Dari uraian permasalahan diatas dan melihat betapa besarnya pengaruh sektor pertanian
bagi
kehidupan
masyarakat
dan
pentingnya
mengoptimalkan
produktivitas sektor pertanian dalam rangka meningkatkan kontribusi pertanian terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara, maka penulis tertarik meneliti tentang sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara”. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 3) Bagaimana laju pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sumatera Utara? 4) Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja, luas lahan, dan ekspor sektor pertanian terhadap pertumbuhan pertanian di Sumatera Utara? 7 Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 3) Untuk menganalisis laju pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian Provinsi Sumatera Utara terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sumatera Utara. 4) Untuk menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja, luas lahan, dan ekspor sektor pertanian terhadap pertumbuhan pertanian di Sumatera Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 4) Sebagai pertimbangan bagi pihak pemerintah khususnya pemerintah provinsi Sumatera Utara serta instansi terkait dalam meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian di provinsi Sumatera Utara. 5) Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti, sehingga menambah ilmu pengetahuan. 6) Sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya serta bagi pihak yang membutuhkan.
8 Universitas Sumatera Utara