BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. Namun seiring perkembangan semua itu telah berubah seiring menjadi dewasanya seseorang. Ketika sudah dewasa maka seseorang akan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi dengan sesama. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Penggunaan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi (GorysKeraf, 1997:4). Ketika seseorang melakukan tindak ujar yang baik dan benar, yakni tindak ujar yang tidak melukai lawan bicara. Maka dari itu, dalam melakukan tindak ujar dengan lawan bicara, penting sekali untuk memahami dan mempelajari bagaimana tindak ujar yang santun untuk melakukan komunikasi dalam rangka bersosialisasi, semua ini akan dibahas dalam ilmu tentang kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam komunikasi. Santun dan tidak suatu tuturan sangat tergantung pada ukuran kesantunan masyarakat penutur bahasa yang dipakai. Tuturan dalam bahasa Indonesia secara umum sudah dianggap santun jika penutur menggunakan kata-kata yang santun, tuturan tidak mengandung ejekan secara langsung, tidak memerintah secara 1
2
langsung, serta menghormati orang lain. Kesantunan berbahasa dalam komunikasi verbal dapat dilihat dari beberapa indikator. Salah satu indikator adalah maksim kesantunan yang ada dalam tuturan tersebut. Semakin terpenuhi maksim-maksim kesantunan suatu tuturan, semakin santun tuturan tersebut (Anam, 2011:1). Secara umum sopan santun berkenaan dengan hubungan antara dua pemeran serta yang boleh dinamakan diri dan lain (Leech, 1993:206). Hal ini bermakna bahwa kesantunan melibatkan penutur dan lawan tutur. Namun, tidak menutup kemungkinan, kesantunan juga ditujukan pada pihak ketiga yang ada dalam situasi ujar yang bersangkutan. Kesantunan memiliki keterkaitan dengan budaya dan nilainilai yang bersifat relatif dalam masyarakat. Suatu ujaran bisa dianggap sopan di suatu tempat, namun di tempat yang lain bisa saja menjadi tidak sopan. Kesantunan berbahasa suatu tuturan tergantung pada tiga kaidah yang harus dipatuhi. Ketiga kaidah tersebut adalah formalitas, ketidaktegasan, kesamaaan atau kesekawanan. Kaidah pertama memiliki arti bahwa suatu tuturan tidak boleh memaksa dan menunjukkan keangkuhan. Kaidah kedua berarti lawan tutur memiliki pilihan dalam merespon tuturan yang disampaikan, dan kaidah ketiga secara sederhana dapat diartikan kesetaraan antara penutur dan lawan tutur (Chaer, 2010:10). Kesantunan berbahasa dalam suatu tuturan juga dapat dipengaruhi oleh maksimmaksim kesantunan yang terdapat di dalam tuturan tersebut. Kesantunan berbahasa sebagai suatu ujaran dalam maksim-maksim yang saling berkaitan (Leech, 1993:206). Maksim adalah konsep dalam bahasa Inggris yang berterjamahan bebas. Berdasarkan Oxford Advanced Learner’s Dictionary Six Edition (Wehmeier: 2003) maksim
3
didefinisikan sebagai a well known phrase that expressessomething that is usually true or that people think is rule for sensible behaviour. Maksim-maksim kesantunan tersebut adalah maksim kearifan, maksim kedermawaan, maksim pujian, maksim kerendahhatian, maksim kesepakatan dan maksim simpati (Leech, 1993:208). Kesantunan dalam berbahasa merupakan elemen penting dalam kegiatan berinteraksi dengan bahasa karena kesantunan berbahasa harus diajarkan sejakdini. Secara alami pada usia 4 hingga 10 tahun, anak menjadi sangat peka dalam masalah pemerolehan bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa kedua dan asing. Bahasa biasa digunakan anak melalui berbagai cara, seperti bernyanyi, bertanya atau berdialog. Perkembangan perbendaharaan kata seorang anak akan terus bertambah seiring aktivitas anak selama bersekolah dilembaga pendidikan formal seperti sekolah dasar. Anak mempunyai kesanggupan untuk menyatakan apa yang terkandung dalam pikiran dengan suara. Potensi ini mempunyai kemungkinan untuk berkembang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan pembicaraan sering kali disertai dengan tanda-tanda, gerak-gerik, gerak muka, isyarat dan suara. Fungsi bahasa antara lain alat untuk menyatakan ekspresi, alat untuk mempengaruhi orang lain, alat untuk memberi nama. Hal ini mengisyaratkan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat penghubung sosial yang sangat dibutuhkan dalam pergaulan, untuk merapatkan hubungan seseorang dengan orang lain, termasuk anak-anak (Zulkifli, 2001:34). Tindak tutur anak tanpa disadari sering memiliki makna yang berbeda dari apa yang diucapkan. Penyampaian pesan secara implisit dalam tindak tutur anak dalam kegiatan belajar sambil bermain juga dapat menyebabkan misscomunication.
4
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti beranggapan penelitian tentang tindak tutur murid sekolah dasar dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar menarik untuk diteliti secara mendalam sehingga lebih lengkap dan menyeluruh. Anak usia sekolah dasar secara umum dapat dikelompokkan sebagai komunitas pengguna bahasa yang aktif dan produktif. Anak-anak secara sadar membuka diri untuk berkontak bahasa, mengembangkan bahasa untuk berkomunikasi. (Edmondson, 1999:25) Lebih lanjut dijelaskan bahwa anak belajar berbahasa dari interaksi sosial, anak selalu membuka diri dalam pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa anak akan lebih berkembang oleh bahasa disekitar tempat anak bertempat tinggal (Fatimah, 2006:101). Hal ini mengisyaratkan bahwa perkembangan bahasa anak akan berkembang secara optimal melalui interaksi dan kontak dengan lingkungan disekitar, termasuk lingkungan sekolah. Pemilihan anak-anak sekolah dasar kelas I sebagai tempat penelitian karena murid pada usia ini perkembangan bahasa anak berkembang dengan pesat. Disamping itu, sekolah merupakan wadah atau sarana yang efektif untuk mengembangkan kreativitas berbahasa anak melalui kegiatan bermain dan belajar berkomunikasi serta bersosialisasi dengan orang-orang disekitar. Sehubungan dengan itu, peneliti mencoba untuk melakukan kajian pragmatik terhadap tuturan yang digunakan oleh murid sekolah dasar ketika berdialog dengan sesama teman maupun dalam proses belajar berlangsung. 1.2 Rumusan Masalah Untuk lebih memperjelas dan mempermudah arah tujuan dan metodologi penelitian yang digunakan, maka sebelum penelitian ini dilaksanakan perlu ada
5
perumusan masalah terlebih dahulu. Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimanakah kesantunan berbahasa siswaKelas 1 SD dalam percakapan di lingkungan sekolah? 2. Bagaimanakah strategi kesantunan siswa Kelas 1 SD dalam percakapan di lingkungan sekolah? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun beberapa tujuan yang akan dikembangkan dan ingin dicapai dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Mengetahui kesantunan berbahasa siswa Kelas 1 SD dalam percakapan di lingkungan sekolah. 2. Mengetahui strategi kesantunan siswa Kelas 1 SD dalam percakapan di lingkungan sekolah 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah diharapkan penelitian ini memberikan masukan tentang kesantunan di lingkungan sekolah khusus dalam proses belajar mengajar serta bermanfaat bagi peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran, dan pendidikan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bentuk alternatif bertutur yang dapat digunakan oleh para guru di sekolah pada saat proses belajar-mengajar serta sebagai masukan dalam menghadapi
6
hambatan-hambatan komunikasi yang terdeteksi guna membangun komunikasi yang baik antara guru dan siswa. 2. Manfaat Teoritis Untuk kajian linguistik penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian penelitian kebahasaan. 1.5 Batasan istilah 1) Kesantunan yang diteliti adalah Kesantunan berbahasa yang secara umum, merujuk
kepada
penggunaan
bahasa
yang
baik,
sopan,
beradab,
memancarkan peribadi mulia dan menunjukkan penghormatan kepada pihak yang menjadi teman bicara. 2) Tindak Tutur (speech act) merupakan entisitas yang bersifat sentral dalam pragmatik, karena sifatn yang sentral, tindak tutur bersifat pokok di dalam pragmatik. Mengujarkan sebuah tuturan tertentu bisa dipandang sebagai melakukan tindakan (mempengaruhi, menyuruh) di samping memang mengucapkan atau mengujarkan tuturan itu (Rustono, 1999: 31). 3) Berbahasa merupakan kegiatan dan proses memahami dan menggunakan isyarat komunikasi pada diri sang pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna. 4) Kelas I SD merupakan tingkatan atau jenjang pertama pada pendidikan formal.