BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dengan liang senggama (Dianda, 2009). Kanker leher rahim merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita di dunia, 80% di temukan di negara berkembang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki kasus kanker serviks terbesar dari pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian nomor satu perempuan Indonesia (Sukaca, 2009). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa Kota Semarang adalah kota yang mengalami kasus kanker serviks terbanyak di Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang mempunyai jumlah pasien kanker serviks sebanyak 4.591 pasien, yang kedua Kota Surakarta dengan 1.667 pasien dan ketiga Kabupaten Demak dengan 386 pasien. Dari tahun ke tahun jumlah penderita kanker serviks mengalami peningkatan. Hal ini di buktikan pada tahun 2009, Semarang masih menjadi kota terbesar dengan kasus kanker serviks yang menjadi 5.856 pasien, kedua Kota Surakarta dengan 1.677 pasien dan ketiga Kabupaten Grobogan dengan 153 pasien. 1
2
Hasil rekapitulasi Dinas Kesehatan Kota Semarang, tahun 2010 terdapat 24 Rumah Sakit yang melayani kasus kanker serviks, 3 Rumah Sakit di antaranya yang mempunyai pasien penderita kanker serviks terbanyak, Rumah Sakit Dokter Kariadi dengan 1619 pasien, Telogorejo 233 pasien dan Elisabet 232 pasien. Sedangkan dari 37 Puskesmas Kota Semarang terdapat 5 puskesmas terbesar dengan kasus kanker serviks, yaitu Puskesmas Pengandan 34 pasien, Pudak Payung dan Gunungpati 16 pasien, Kedungmundu dan Purwoyoso 15 pasien. Etiologi pasti kanker leher rahim belum diketahui, namun ada keadaan tertentu yang berhubungan erat dengan penyakit ini, sehingga dapat dianggap sebagai faktor risiko. Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks Virus tipe 2 dikatakan dapat menjadi faktor penyebeb terjadi karsinoma (kanker) leher rahim. Demikian juga sperma yang mengandung komplemen histone yang dapat bereaksi dengan DNA sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim (Tobing, 2009). Setiap wanita beresiko terkena infeksi HPV onkogenik yang dapat menyebabkan kanker serviks, infeksi ini dapat di sebabkan oleh aktifitas seksual. Dengan demikian wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko terkena kanker serviks. Diperkirakan, sekitar 50-80% wanita dapat terkena infeksi HPV sepanjang hidupnya dan 50% infeksi tersebut merupakan tipe onkogenik (Wijaya, 2010).
3
Kanker serviks berkembang dalam waktu lama, mulai dari infeksi virus sampai menjadi kanker membutuhkan waktu 3 sampai 14 tahun, atau rata-rata hampir 10 tahun. Oleh sebab itu, dilakukan salah satu upaya yang efektif untuk deteksi dini kanker leher rahim (Samadi, 2010). Program pemerintah Kota Semarang yang sudah di sosialisasikan kepada petugas kesehatan di antaranya dokter dan bidan serta kader salah satunya adalah deteksi dini dengan motode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). IVA adalah pemerikasaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% . Deteksi dengan IVA adalah salah satu metode yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan. Hal ini di karenakan metode IVA cukup sederhana, biaya cukup murah, cepat, hasil segera diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah dilakukan (Wijaya, 2010). Berdasarkan survey ke Dinas Kesehatan Kota Semarang melalui wawancara dengan salah satu pegawai Dinas Kota Semarang yang menangani program kanker serviks bahwa terdapat 10 puskesmas di Kota Semarang yang sudah mendapatkan sosialisai tentang IVA baik tenaga kesehatannya maupun kadernya, diantaranya adalah Puskesmas Bangetayu, Srondol, Gunungpati, Mijen, Sekaran, Tlogosari Kulon, Kedungmundu, Ngalian, Halmahera dan Karangayu. Dari 10 puskesmas yang mendapatkan sosialisasi IVA hanya di Puskesmas Bangetayu yang sudah difasilitasi alat pemeriksaan IVA oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Berdasarkan
4
pemberitahuan dari salah satu bidan yang menerima secara langsung, alat tersebut diberikan pada tanggal 22 Oktober 2010. Sejak dibukanya fasilitas pemeriksaan IVA sampai pada bulan April 2011 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang telah menggunakan IVA untuk deteksi dini kanker leher rahim terdapat 180 PUS dari 9838 PUS yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu. Puskesmas Bangetayu mempunyai 6 wilayah kerja, PUS yang paling banyak menggunakan metode IVA untuk deteksi dini kanker leher rahim terdapat di Kelurahan Karangroto yaitu 35 PUS dan yang paling sedikit terdapat di Kelurahan Penggaron Lor yaitu 5 PUS. Dapat diketahui bahwa pemanfaatan IVA untuk deteksi dini kanker leher rahim kurang maksimal pada Kelurahan Penggaron Lor , hal ini dapat di sebabkan oleh beberapa faktor. Notoatmodjo menyimpulkan Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kesehatan. Dari data dan keterangan di atas peneliti ingin mengangkat permasalahan hubungan pengetahuan PUS dengan pemeriksaan diri deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di Kelurahan Penggaron Lor Kota Semarang.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) dengan pemeriksaan diri deteksi dini kanker leher rahim
5
dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Kelurahan Penggaron Lor Kota Semarang?”
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk
Mengetahui
hubungan
pengetahuan
PUS
dengan
pemeriksaan diri deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di Kelurahan Penggaron Lor Kota Semarang. 2.
Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan PUS tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di Kelurahan Penggaron Lor Kota Semarang. b. Mendeskripsikan pemeriksaan diri PUS tentang deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di Kelurahan Penggaron Lor Kota Semarang. c. Menganalisis
hubungan
antara
pengetahuan
PUS
dengan
pemeriksaan diri deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di Kelurahan Penggaron Lor Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.
Instansi Pelayanan Kesehatan Dapat digunakan sebagai kebijakan mendukung program deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA. Diharapkan dapat
6
memberikan sumbangan dalam meningkatkan peran puskesmas, khususnya dalam memberikan pelayanan dalam deteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode IVA. 2.
Masyarakat Dengan adanya penelitian ini, diharapkan Pasangan Usia Subur termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemeriksaan diri dalam deteksi dini kanker leher rahim dengan menggunakan metode IVA.
E.
Keaslian Penelitian No
Nama
Tahun
Judul
1
Rizki Arfianti
2010
Studi Deskriptif Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS) dalam Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang Tahun 2010
2
Ambar Murtini
2010
Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Kanker Leher Rahim di Desa Pongaman Kecamatan Gunungpati
Jenis penelitian Deskriptif dengan metode survey
Deskriptif menggunakan metode survey dan pendekatan cross sectional
Hasil penelitian Paritas WUS multipara 42 orang (60,9%), tingkat pendidikan WUS menengah 41 0rang (59,4%), pengetahuan WUS baik 32 orang (46,4%), tingkat sosial ekonomi cukup 59 orang (85,5%) Sebanyak 41 (53,2%) responden memiliki pengetahuan yang baik, 34 (44,1%) dengan pengatahuan cukup dan 2 (2,6%) dengan pengetahuan kurang