Edisi V/2013
Kehamilan
Remaja
Remaja, Seks, dan
Sosialisasi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di Kabupaten Sleman
Kanker Leher Rahim
CARA MENGHITUNG
BERAT BADAN IDEAL
Salam Redaksi Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang tiada hentinya melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga Majalah Jendela Husada edisi kelima penghujung tahun 2013 ini bisa hadir kembali di hadapan pembaca setia. Pembaca yang terhormat, Sajian spesial dalam edisi ini adalah adanya event Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-49 th 2013 yang baru saja dilaksanakan dengan melibatkan berbagai pihak dan masyarakat luas. Semarak HKN terlihat di lapangan Pemda Sleman dengan Gebyar HKN, kemeriahan terlihat dari banyaknya doorprize dan hadiah menarik yang di dapat baik pelajar, masyarakat maupun dari petugas kesehatan. Hal yang menggembirakan adalah didapatkannya beberapa penghargaan dari Kementerian Kesehatan. Tahun ini penghargaan dari Kementerian Kesehatan untuk Kabupaten Sleman adalah predikat Kabupaten Sehat. Diperlukan dukungan semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat untuk mempertahankannya agar mempunyai dampak dalam upaya menurunkan beberapa penyakit akibat lingkungan. Tanggal 19 Desember 2013 Dinas Kesehatan menerima piagam penghargaan atas kinerja terbaik Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pengelola Dana Tugas Pembantuan (TP). Untuk Dinas Kesehatan, dana TP fokus pada Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Penghargaan dari Kementerian Keuangan Dirjend Perbendaharaan Kanwil DIY, diserahkan oleh Gubernur DIY kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Kami juga menngucapkan selamat kepada Puskesmas Ngemplak 2 dan Gamping 2 atas diraihnya sertifikat ISO 901: 2008, semoga bisa memicu semangat memberikan pelayanan terbaik. Sertifikat diberikan Bupati Sleman Drs.H.Sri Purnomo, Msi. pada kepada kepala Puskesmas pada acara HKN. Sajian profil Motivator Kesehatan Reproduksi dr. Patimah Hariyati agar bisa memotivasi petugas lain untuk memberi pelayanan dan pengabdian yang terbaik. Berbagai artikel menarik seputar kegiatan di Puskesmas, gebyar HKN maupun penerimaan penghargaan keteladanan kami sajikan. Fokus pada edisi ini selain menampilkan sosialisasi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) oleh Kepala Cabang Utama PT Askes DIY, juga diangkat beberapa tema menarik. Kesehatan Reproduksi Remaja dan permasalahannya. Kehamilan remaja, adanya KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan), dampak pornografi pada anak, mengetahui lebih jauh Kanker Serviks dan pencegahan kanker. Sebagai penutup, oleh-oleh hasil pandangan mata dan pengalaman spiritual H.Toto Suharto, SKM, MKes dari Tanah Suci Makkah Al Mukaromah. Selamat menyimak, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca setia. Wassalamu`alaikum wr.wb.
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 3
PERUBAHAN KEBIJAKAN PELAYANAN MASYARAKAT YANG DIMULAI 1 JANUARI 2014
Kolom Kadinkes
Upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman antara lain melalui strategi optimalisasi program Puskesmas Ramah Remaja (PRR). Program Puskesmas Ramah Remaja merupakan bentuk p e l aya n a n t e r i n t e g ra s i d e n g a n t i t i k b e ra t membudayakan PHBS, Kesehatan Reproduksi Remaja, Pencegahan HIV/AIDS dan penyalahgunaan NAPZA. Remaja bukanlah kelompok masyarakat yang selalu sehat. Perilaku berisiko yang dijalani akibat tidak tepatnya keputusan yang diambil pada masanya, dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terinfeksi penyakit menular seksual, terpaparnya tindak kekerasan serta timbulnya komplikasi penyalahgunaan NAPZA. Program Puskesmas Ramah Remaja meliputi upaya promotif dan preventif tapi tetap dengan cara “Peduli Remaja” dan ini merupakan salah satu strategi yang penting dalam mengupayakan kesehatan yang optimal bagi remaja yang nantinya akan menjadi calon ayah dan calon ibu. Sebagai salah satu bentuk komitmen mendukung pelayanan di semua jenjang siklus kehidupan manusia dan dalam rangka mewujudkan Kabupaten Layak Anak (KLA) adalah pelayanan akte kelahiran melalui Fasyankes. Akte kelahiran merupakan dokumen otentik yang menjamin hak-hak dan status hukum anak yang menyangkut identitas, kewarganegaraan, dan silsilah keluarga. Mengingat pentingnya dokumen akte kelahiran bagi anak, maka di penghujung tahun 2013, Bupati Sleman mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran No.472/7718 tanggal 18 November 2013, bahwa diinstruksikan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan persalinan (Rumah sakit, RB, Klinik, Puskesmas dan BPS) untuk memfasilitasi pembuatan akte kelahiran bagi semua bayi yang lahir di fasyankes tersebut. Tentunya kebijakan ini harus dikawal bersama-sama oleh seluruh komponen yang terkait, mulai dari masyarakat sendiri, pemerintah desa, kecamatan, pemerintah kabupaten termasuk fasilitas pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan. Kebijakan ini semata-mata untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.Sejalan dengan mulainya kebijakan Pemerintah Kabupaten Sleman tentang pelayanan akte kelahiran di fasyankes, ada kebijakan Pemerintah Pusat yang harus disukseskan yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan per 1 Januari 2014. Pelayanan JKN di Kabupaten Sleman telah dilakukan kerjasama dengan BPJS di fasilitas pelayanan primer,saat ini meliputi 25 Puskesmas, 48 dokter keluarga, 15 dokter gigi keluarga serta klinik pratama dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di 17 RS. Untuk kelancaran program ini telah dilakukan sosialisasi dan koordinasi dengan unit atau instansi terkait serta kepada masyarakat. Syukur Alhamdulillah, Kabupaten Sleman telah berinisiatif mengawal perubahan pengelolaan keuangan 27 UPT di lingkungan Dinkes Sleman menjadi Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sejak 1 Januari 2011. Melalui kebijakan PPK BLUD di Puskesmas, memungkinkan cara pembayaran kapitasi dari BPJS dapat digunakan langsung untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Demikian semoga perubahan-perubahan tersebut lebih bermanfaat. Amin.
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 3
Daftar Isi Artikel
Info Puskesmas
05 Kehamilan Remaja
9
Remaja dan Permasalahannya 07 Emphatic Love Pada Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
“KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA” Puskesmas Gamping 1 17
18 Kader Sebaya Di Sumberadi Dampak Pornografi Pada Anak 11
19 Puskesmas Sleman SAHABAT REMAJA Pengenalan PHBS Secara Dini Di Puskesmas Berbah 20
Remaja, Seks, dan 13 Kanker Leher Rahim
Liputan Khusus Sosialisasi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di Kabupaten Sleman
Lensa
25
Ketika Remaja Bicara Tentang HIV-AIDS 27 Liputan FGD HIV-AIDS di SMAN I Godean
Profesi
Workshop Manajemen Psikotik dan Kegawatdaruratan Psikiatri 24 di Layanan Primer - Menuju Indonesia Bebas Pasung 2019
31
Sosok
Rupa-rupa
dr. Patimah 16 Motivator Kespro di Turi
Radikal Bebas Vs Antioksidan 28
21
Inovasi
Pelaksanaan Monev
SPMKK
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 4
Tazkiyatunnufus Pesona Al Haram 30
Cara Menghitung Berat Badan Ideal 29
Kehamilan
Topik Utama
Remaja Tantangan Kesehatan Reproduksi Remaja Ke h a m i l a n p a d a u s i a re m a j a merupakan permasalahan yang terus meningkat di negara berkembang. M e n u r u t l a p o r a n U N F PA ( D a n a Kependudukan Perserikatan BangsaBangsa) yang berjudul “Motherhood in Childhood, Facing the chalange of adolescent pregnancy”, ada sekitar 19% remaja di negara berkembang yang hamil sebelum usia 18 tahun. Setiap tahunnya sekitar 7,3 juta remaja dibawah 18 tahun melahirkan. Menurut Dr. Iwu Utomo dan Dr. Ariane Utomo, dalam penelitiannya, “ Indicators and Correlates of Adolescent Pregnancy in Indonesia”, berdasarkan SDKI 2012 diindikasikan bahwa sekitar 19% remaja umur 18 tahun sudah pernah melakukan hubungan seksual untuk pertama kali. Ketika seorang remaja perempuan hamil, masa depan dan kehidupannya akan berubah secara drastis. Kehamilan pada usia remaja akan mengakibatkan sang ibu terancam putus sekolah. Kehamilan yang tidak direncanakan akan memberi dampak negatif bagi remaja dan keluarganya. Secara psikologis, re m a j a ya n g ke h a m i l a nya t i d a k direncanakan akan merasa tertekan, takut, bingung, malu dan rentan mengelami berbagai gejolak emosi dalam dirinya yang masih labil secara emosional. Akibatnya, mereka cenderung melakukan pengguguran kandungan (aborsi) daripada memberikan bayinya untuk diadopsi. Berdasarkan data BKKBN tahun 2010 aborsi yang terjadi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa/tahun dan 800.000 diantaranya adalah remaja.
Adanya berbagai resiko pada ke h a m i l a n re m a j a , a n t a ra l a i n meningkatnya komplikasi kehamilan dan dampak sosio-ekonomi. Menurut dr. Manny Alvarez dari University Medical Center, New Jersey, kehamilan pada usia remaja rentan penyakit dan berisiko tinggi mengalami komplikasi kehamilan seperti persalinan prematur (belum mencapai usia kehamilan yang normal untuk persalinan), tekanan darah tinggi pada kehamilan, dan seringkali harus menjalani operasi caesar untuk persalinan karena panggulnya lebih sempit dari ukuran janin. Kehamilan pada remaja dihubungkan dengan rendahnya penghasilan si ibu di masa depan karena biasanya para ibu remaja akan bergantung secara ekonomi kepada orang lain. Kehamilan pada remaja juga sering dihubungkan dengan penggunaan alkohol dan obat-obatan yang meningkat, rendahnya tingkat pendidikan dan menurunnya kesempatan berkarya lebih baik pada ayah remaja. Resiko bagi calon bayi Remaja yang hamil jarang mencapai bobot kehamilan yang sesuai dengan umur kehamilannya sehingga kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lebih sering dialami. Pada bayi berat lahir rendah biasanya memiliki organ yang belum berkembang sempurna yang kemudian rentan terhadap komplikasi seperti perdarahan di otak, sindrom distress pernapasan, dan gangguan pernapasan.
Remaja yang hamil kurang mendapat dan menjalani p e rawa t a n p re n a t a l ( A N C ) dibanding perempuan dewasa. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya informasi mengenai pentingnya perawatan prenatal. Tentu saja karena remaja yang hamil tidak nyaman untuk mengakses pelayanan kesehatan, kebanyakan dikarenakan rasa malu, takut, dan kurangnya pengetahuan untuk harus periksa kemana. Menurut American Medical Association (AMA), bayi yang dilahirkan oleh perempuan ya n g ku ra n g m e n d a p a t k a n perawatan prenatal memiliki risiko empat kali lebih besar untuk meninggal sebelum berusia 1 tahun. Pencegahan Kehamilan Usia Remaja Pencegahan kehamilan pada remaja sebetulnya dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Pendidikan kesehatan seksualitas dan reproduksi harus diajarkan di rumah sejak dini. Remaja harus diajarkan dan diberi informasi tentang cara menghindarkan diri dari perilaku seks yang berisiko dan konsekuensinya. Mereka membutuhkan informasi dasar tentang cara melindungi diri dan kesehatan reproduksi mereka. Semakin dini remaja mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan memutuskan apa yang tepat adalah cara agar
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 5
Artikel
hubungan seks tidak terjadi dengan mudah atau “bablas’ begitu saja. Lebih dari 60% ibu remaja tinggal di daerah pedesaan (SDKI 2012). Dari hasil penelitiannya, Dr. Iwu Utomo menyampaikan bahwa kasus kehamilan remaja berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi orang tua yang rendah, daerah/tempat tinggal remaja di daerah rural/pedesaan, dan kurangnya tingkat pendidikan orang tua. Sehingga, sesuai dengan UNFPA, ada 4 pondasi dasar yang harus diupayakan untuk mencegah kehamilan remaja yaitu: 1. 2. 3. 4.
Pemberdayaan remaja perempuan Memperbaiki ketidaksetaraan gender Menghormati hak asasi manusia untuk semua Mengurangi kemiskinan
Dalam tingkat kebijakan, ada 8 cara untuk mencapai kondisi diatas, yaitu; 1.Intervensi preventif pada remaja muda usia 10 sampai 14 tahun 2.Stop pernikahan dibawah usia 18 tahun, pencegahan terhadap kekerasan dan pemaksaan seksual 3.Membangun aset remaja perempuan di semua lapisan masyarakat, menjaga remaja perempuan dalam kondisi sehat yang optimal, dan memastikan remaja perempuan melalui lintasan kehidupan yang aman. 4.Melindungi hak atas kesehatan, pendidikan, keamanan dan kebebasan dari kemiskinan. 5.Mengupayakan pendidikan bagi remaja perempuan, dan mamastikan mereka bisa EDISI 5/2013/JENDELA Husada 6
melanjutkan pendidikan setelah melahirkan anak. 6.Melibatkan pria dan anak laki-laki, membantu mereka menjadi bagian dari solusi. 7.Pendidikan seksusal dan akses layanan kesehatan yang youth friendly (ramah remaja), serta adanya konselor sebaya bagi remaja yang membutuhkan informasi Kesehatan reproduksi. 8.Pembangunan yang merata, dengan membangun kerangka kerja post MDG berdasarkan hak asasi manusia, kesetaraan dan kesinambungan.
Referensi diambil dari berbagai sumber. dr. V. Evita Setianingrum Puskesmas Moyudan
“ Pe n d i d i ka n ke s e h a t a n seksualitas dan reproduksi harus diajarkan di rumah sejak dini”
Remaja dan Permasalahannya
Artikel
Masa remaja merupakan tahap dalam perkembangan jiwa yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Fase perkembangan ini dialami seseorang ketika memasuki usia 12-22 tahun, yang dibagi menjadi 3 tahap : remaja awal 12-15 tahun, remaja madya 15-18 tahun, dan remaja akhir 19-22 tahun. Pada awal masa remaja ditandai dengan masa pubertas yaitu tahap dimana terjadi kematangan alat-alat reproduksi seksual disertai dengan perubahan fisik dan psikologis pada seseorang. Masa ini secara psikologis akan berdampak pada kondisi storm and stress, yaitu masa penuh gejolak yang diakibatkan meningkatnya kesadaran diri bahwa seseorang tersebut tidak lagi seorang anak-anak, ada upaya untuk mencoba peran baru sebagai orang dewasa. Hal ini menimbulkan krisis identitas yang dapat memicu 3 masalah besar dalam kehidupan remaja, yaitu konflik dengan orang tua, perubahan mood, dan menuju perilaku beresiko, salah satunya adalah seks pranikah. Mengutip data dari poli psikologi Puskesmas Mlati II, pada kurun waktu Januari-Oktober 2013 terdapat 17 pasangan remaja yang mengalami kehamilan pranikah dari total 189 pasangan yang berkunjung untuk melakukan pemeriksaan persiapan calon pengantin. Permasalahan seks pada remaja dapat menimbulkan permasalahan yang lebih besar. Resiko sekunder yang bisa muncul misalnya perceraian karena ke t i d a ks i a p a n p a s a n ga n d a la m menghadapi kehidupan berkeluarga yang menuntut banyak tanggung jawab dan kedewasaan untuk dapat menyesuaikan diri pada perbedaan dengan pasangan. Kehamilan pranikah
berpotensi juga memunculkan masalah psikologis yaitu distress selama kehamilan yang beresiko mempengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandung. Masalah-masalah tumbuh-kembang anak akan menjadi dampak selanjutnya karena dimungkinkan re m a j a ya n g b e l u m s i a p a ka n melakukan penolakan pada anak hasil hubungan pranikah. Pengalaman melakukan konseling persiapan pernikahan pada calon pengantin selama Praktek Kerja Profesi Psikologi di salah satu puskesmas, ditemukan beberapa calon pengantin yang dinyatakan telah hamil pada saat kunjungannya ke puskesmas untuk m e n j a l a n i ko n s e l i n g t e r s e b u t . Beberapa diantaranya merasa malu, bingung, dan menyesali kehamilannya namun memutuskan untuk mempertahankan kehamilan sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukan. Selain itu, sebagian besar merasa terkejut dengan kehamilannya yang terjadi di usia muda. Ia juga merasa takut dengan masa depannya karena merasa masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu dan ayah.
Mengenal lebih jauh faktor risiko kehamilan pranikah pada remaja Berdasarkan hasil wawancara pada saat konseling persiapan calon pengantin, ditemukan beberapa permasalahan yang menjadi faktor risiko kehamilan pranikah pada remaja, yaitu : 1.Hubungan pacaran yang kurang sehat Hubungan pacaran yang kurang sehat ini terjadi disaat pasangan tersebut bukanlah merupakan pasangan yang seimbang. Ketidakseimbangan tersebut dilihat dari sikap mendominasi pada satu pihak dan sikap didominasi pada pihak lain yang memungkinkan adanya pemaksaanpemaksaan dengan diwarnai ancaman. Hal yang mungkin terjadi adalah menggunakan perilaku seksual sebagai bentuk pembuktian akan perasaan cinta kepada pasangan, sehingga jika tidak mau melakukan hubungan seksual bisa dianggap tidak benarbenar mencintai pasangan. Jika hubungan seksual itu telah terjadi untuk pertama kalinya, maka ancaman akan memutuskan hubungan pacaran dan tekanan bahwa pasangannya sudah tidak perawan sehingga tidak ada lagi orang lain yang mau menerima dirinya, EDISI 5/2013/JENDELA Husada 7
Artikel dapat menjadi alasan terjadinya hubungan seksual kedua dan menjalankan fungsi monitoring terhadap perkembangan seterusnya. dan aktivitas anak di luar rumah. Komunikasi positif 2.Pola kelekatan yang tidak aman antara anak dan orangtua. antara anak dan orangtua dapat dibangun dengan Pola kelekatan antara tersebut merupakan dasar bagi komunikasi dua arah (kemauan untuk saling berbicara terbangunnya pola kelekatan antara anak dengan dan mendengarkan), saling menghargai dan tidak lingkungannya. Jika kelekatan yang terbangun antara anak menghakimi, juga menggunakan bahasa-bahasa yang dan orangtua adalah kelekatan yang tidak aman, maka positif dalam berkomunikasi. kemungkinan besar anak juga akan membangun kelekatan yang tidak aman dengan pasangannya. 2. Orangtua sebagai partner bagi anak dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Orangtua tidak lagi bisa menyerahkan tanggung jawab 3.Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. psikoedukasi terkait kesehatan reproduksi bagi anak Remaja yang tidak cukup paham tentang kesehatan kepada pihak sekolah ataupun puskesmas. Orangtua reproduksi bisa terjebak pada mitos-mitos yang salah hendaknya justru menjadi partner utama bagi anak seputar hubungan seksual dan kehamilan, misalnya untuk mengenal tubuh, perkembangan yang terjadi pada hubungan seksual yang tidak mencapai intercourse tidak tubuh, dan upaya-upaya untuk menjaga kesehatan tubuh. mungkin bisa mengakibatkan kehamilan. Semakin orangtua merasa tabu untuk membicarakan hal ini dengan anak, maka anak akan mencari sumber 4.Karakteristik pribadi yang kurang asertif. informasi lain sehingga fungsi kontrol tersebut kurang Pribadi yang kurang bisa mengatakan ‘tidak’ dan menolak bisa dilakukan. pada sesuatu yang ia sadari bisa mendatangkan efek negatif bagi dirinya merupakan faktor risiko bagi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk kehamilan pranikah. 3.Upaya-upaya preventif dan promotif dari pihak puskesmas maupun sekolah. Puskesmas dan sekolah Meskipun tahu bahwa perilaku seksual aktif bisa menjadi partner bagi remaja untuk menambah informasi mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan, tetapi serta keterampilan dalam upaya preventif maupun karena kurang mampu berkata ‘tidak’ maka merasa tidak p ro m o t i f te rka i t ke s e h a t a n re p ro d u ks i a t a u bisa menolak ajakan pasangan untuk melakukan hubungan perkembangan remaja secara umum. Upaya-upaya seksual karena takut menyinggung perasaan pasangan. tersebut misalnya penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, penyuluhan pacaran yang sehat, pelatihan Perubahan peran menjadi ibu merupakan aspek signifikan asertivitas, pembentukan kader sebaya di sekolah, dll. pada kehidupan seorang perempuan. Biasanya, kondisi ini dikaitkan dengan perasaan bahagia dan kepuasan terhadap hidupnya, namun pada sebagian perempuan fase ini Dengan permasalahan di atas, perlu adanya suatu rumusan merupakan pencetus bagi munculnya berbagai gangguan program yang bersifat preventif dan promotif sebagai kesehatan mental dan mengalami kesulitan dalam intervensi tepat untuk dapat mengurangi fluktuasi dari pengasuhan (O’Hara & Swain, 1996 dalam Bernazzani et al., angka kehamilan remaja termasuk di dalamnya perilaku 2005). Kehamilan pranikah dapat dimasukkan dalam kategori seks pranikah. Kerjasama antar bidang ilmu sangat penting kehamilan yang tidak direncanakan karena dilakukan tanpa guna mencapai intervensi komprehensif sehingga intensi, tidak diharapkan, dan terjadi pada waktu yang tidak mencapai hasil yang optimal. Evaluasi program yang sudah tepat (Klerman, 2000). Oleh karena itu, kehamilan pranikah berjalan juga diperlukan untuk dapat memperbaiki dilihat sebagai stresor bagi orang yang mengalaminya karena kelemahan-kelemahan yang ada dan meningkatkan terjadi tanpa perencanaan, tidak terkontrol, suatu peristiwa manfaat yang diperoleh. yang ambigu sehingga membutuhkan usaha keras untuk memahami dan mengambil keputusan yang tepat untuk Berta Devi Aryani mengatasinya (Taylor, 2006). Psikolog Puskesmas Mlati II Upaya Pencegahan Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kehamilan pranikah adalah sebagai berikut : 1.Membangun keterbukaan dan komunikasi positif antara anak dan orangtua, Keterbukaan dan omunikasi positif merupakan kunci bagi terbangunnya kelekatan yang aman antara anak dan orangtua. Keterbukaan memungkinkan orangtua dapat
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 8
Emphatic Love
Artikel
Pada Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan
(KTD)
K a s u s - ka s u s
p a d a re m a j a
seperti pergaulan bebas, kenakalan remaja, seks bebas, tawuran, dan konsumsi NAPZA kerap menjadi headline surat kabar harian. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi remaja tersebut untuk berperilaku demikian? Apakah faktor genetis (keturunan), faktor pola asuh orangtua, atau faktor lingkungan pertemanan? Ada kalanya pertumbuhan dan perkembangan remaja sangat tidak dipenuhi cinta (lack of love). Figur terdekatnya yaitu ibu tidak memberikan kasih sayang. Hal ini menjadikan anak tumbuh menjadi pribadi yang tidak mengenal kasih sayang. Akibatnya anak tidak memahami bagaimana kasih sayang dan cinta diungkapkan. Kehidupannya dipenuhi dengan
penolakan dan kebencian. Selanjutnya tumbuh menjadi anak yang juga menolak dan membenci apa yang tidak disukainya. Anak memilih untuk menuruti apa yang menjadi kehendaknya sendiri tanpa peduli perasaan orang lain. Baginya, sikap penolakan dan kebencian yang diterimanya sejak masih kecil adalah sesuatu yang mengajarinya untuk bersikap hal yang sama. Paparan di atas menggambarkan bagaimana keterkaitan antara penerimaan ibu pada Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) mempengaruhi tumbuh kembang anak bahkan perilaku anak hingga remaja dan dewasa. Artikel ini akan membahas bagaimana hubungan antara sikap penerimaan ibu yang hamil dengan KTD dengan perkembangan anak. Artikel ini juga akan memaparkan bagimana Emphatic Love dapat digunakan sebagai salah satu alternatif terapi/intervensi bagi ibu hamil dengan KTD supaya menerima janinnya secara positif dengan harapan perkembangan bayi juga sehat, baik fisik maupun psikologis.
Kehamilan Tidak Diinginkan Menurut kamus istilah program keluarga berencana, kehamilan tidak diinginkan (KTD) adalah kehamilan yang dialami oleh seorang perempuan yang sebenarnya belum menginginkan atau sudah tidak menginginkan hamil (BKKBN, 2007). Sedangkan menurut PKBI, kehamilan tidak diinginkan merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan juga akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Kehamilan tidak diinginkan ini dapat dialami oleh pasangan yang sudah menikah maupun yang belum menikah (PKBI, 1998). Menurut Mohamad (dalam Muzdalifah, 2008) terdapat beberapa alasan kehamilan tidak diinginkan, antara lain: kehamilan yang terjadi akibat perkosaan, kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan, bayi yang ada dalam kandungan ternayata mengalami cacat majemuk, serta kehamilan yang terjadi akibat hubungan seks di luar nikah. Respon yang muncul pada seorang i b u d e n g a n ke h a m i l a n t i d a k diinginkan biasanya awalnya kaget, EDISI 5/2013/JENDELA Husada 9
Artikel takut, bingung, dan cemas. Hal ini terjadi akibat adanya ketidaksinkronan antara apa yang terjadi (kehamilan) dengan harapan diri atau orang lain dalam bentuk norma yang dianut di masyarakat. Akibatnya, jika kehamilan ini terus mengalami penolakan, baik oleh diri sendiri maupun lingkungan sekitar maka ibu hamil dengan KTD akan mengalami stress. Stress saat Hamil Stress adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan dan dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Secara lebih spesifik, stress pada kehamilan merupakan kondisi yang tidak mengasyikkan yang memberi efek negatif, baik untuk si ibu maupun untuk si bayi yang berada di dalam kandungan (Kurniadi, 2012). Janin yang dikandung oleh para ibu yang mengalami stress berat dan tidak memperhatikan kehamilannya, banyak yang mengalami kelainan perkembangan pada kedua belah pihak untuk janin di dalam misalnya, untuk belahan otak kiri dan tidak dapat memproses informasi lebih cepat daripada belahan kanan, sehingga dapat mengakibatkan hambatan dalam perkembangan berbahasa anak di kemudian hari, janin akan terlempar pada resiko yang tinggi berupa kelainan panca indera dan anggota tubuh lainnya, dan dapat juga berpengaruh ringan seperti kekurangan gizi. (Kehamilan Menuju Indonesia Sehat, 2008). Emphatic Love Empathic Love adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat memahami dan mulai mengembangkan cinta pada keseluruhan kepribadiannya. Seseorang dapat menerima dan mencintai bahkan dapat b e r t a n g g u n g j awa b te rh a d a p ke s e h a t a n d a n perumbuhan pribadinya dalam setiap pengalaman hidupnya. Seseorang akan memiliki kemampuan untuk memiliki "cinta tanpa pamrih" terhadap semua aspek kepribadian. Seseorang tersebut tidak akan memihak tetapi memahami dan menghormati semua, merangkul semuanya. Penyembuhan yang luar biasa dan pertumbuhan dari munculnya Empathic Love adalah "Aku" sebagai keseluruhan pribadi sehingga terbentuk "Saya hidup, penuh kasih, berserah diri" (Assagioli, dalam Firman dan Gila, 2007). Proses empati digunakan untuk masuk ke dalam diri individu dengan mau merasakan apa yang mereka rasakan, dan bahwa merekalah yang paling memahami apa yang ada di dalam diri mereka sendiri. Setelah EDISI 5/2013/JENDELA Husada 10
mereka mampu merasakan apa yang ada di dalam diri mereka kemudian individu diajak untuk memahami bahwa merekalah yang mampu mengontrol apa yang ada di dalam diri mereka. Tanpa Empathic Love, ketika kita tidak melihat dan tidak mencintai siapa diri kita, kita mengalami pengabaian emosional, penelantaran, dan isolasi, dan akhirnya menghadapi kemungkinan ketiadaan pribadi sendiri. Diancam dengan pemusnahan pribadi, kita tidak dapat merangkul dan menghubungkan (merasakan) potensi kita, tapi malah dipaksa untuk memotong dan mendistorsi potensi ini sebagian besar sadar dan secara otomatis- untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang tidak berempati. Dengan cara ini kita didominasi oleh tuntutan lingkungan kemudian memasuki keadaan yang mendalam dan sering tersembunyi dan terasing dari diri sendiri. Konsep emphatic love ini dapat dituangkan dalam kegiatan terapi untuk memberikan intervensi pada ibu hamil dengan KTD terutama yang mengalami stress serta menunjukkan penolakan terhadap janinnya. Konsep ini dapat diwujudkan dalam bentuk terapi atau pelatihan yang dikemas sedemikian rupa sehingga mampu mengantarkan ibu hamil dengan KTD dalam sebuah penerimaan diri yang utuh. Penerimaan diri ibu hamil akan sangat membantu proses penerimaan terhadap janin yang dikandungnya. Dengan demikian, janin yang diterima dengan penuh cinta akan tumbuh menjadi bayi dan anak yang sehat serta berkembang dengan kepribadian yang dipenuhi cinta. Ketika bayi lahir, anak tersebut akan siap untuk menghadapi dunia dan sudah memiliki bekal tentang bagimana cinta dimiliki dan bagaimana cinta musti diungkapkan. Karena sesungguhnya Tuhan tidak pernah meletakkan kesia-siaan terhadap apapun yang diciptakan di muka bumi, jadi terimalah dia dengan penuh penerimaan dan cinta.
Admila Rosada, S.Psi Psikolog Muda dari Magister Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada Sedang Praktek Kerja Profesi Psikologi di Puskesmas Berbah, Sleman
DAMPAK
PORNOGRAFI
Artikel
P A D A A N A K titik tertentu, kecanduan pornografi ternyata bisa lebih berbahaya daripada narkoba, karena: 1. Pengaruh kokain bisa dilenyapkan, sedangkan materi pornografi tidak 2.Pornografi dapat merusak syaraf otak lebih banyak dibandingkan narkoba. 3.Pecandu pornografi lebih sulit dideteksi dari pada pecandu narkoba.
Teknologi
ya n g s e m a k i n modern, memungkinkan penggunanya untuk dapat mengakses informasi dengan s a n ga t c e p a t d a n m u d a h . Peralatan komputer, HP, tablet ataupun gadget yang sekarang banyak dipergunakan oleh anakanak memberikan kesempatan untuk mengakses situs-situs internet yang mengandung informasi yang berpotensi membahayakan bagi anak-anak, termasuk pornografi. Dampak bahaya pornografi pada anak ternyata dapat merusak kecerdasan otak dan lebih berbahaya dari dampak narkoba. Lebih berbahaya dari narkoba Sebagaimana dirilis banyak situs internet dan dari berbagai sumber yang beragam bahwa pada titik-
Menurunkan kecerdasan Sebanyak 70 persen informasi masuk melalui mata. Ketika seseorang m e l i h a t s e s u a t u ya n g b e r b a u pornografi, maka akan terjadi rangsangan yang langsung masuk ke otak belakang tanpa tersaring, yang mengakibatkan otak mengeluarkan cairan atau zat neurotransmiter yang disebut Delta-FosB. Zat itulah yang membuat nafsu atau libido seseorang meningkat. Semakin banyak materi pornografi yang masuk ke otak bagian belakang, maka bagian otak lainnya menjadi kurang aktif, terutama otak bagian depan. Padahal yang mempengaruhi kecerdasan seseorang adalah ketebalan korteks yang ada di bagian otak depan. Singkatnya,
semakin minim kemampuan orang menyaring materi pornografi ini, semakin rentanlah mengalami penurunan kemampuan kognitif dan kecerdasannya. Dampak dari pornografi pada otak anak adalah: 1.Bagian depan otak yang mengatur gerak dan perilaku akan menyusut. Hal ini bisa berpengaruh pada berkurangnya rasa tanggung jawab. 2.Neuron transmitter, yakni bagian otak yang mengontrol pada kesenangan, bekerja berlebihan. Pada saat dewasa mereka akan berperilaku hanya berdasarkan kesenangan saja, sehingga tidak dapat mengontrol dirinya. 3.Ketidakmampuan mengontrol batasan perilaku, akibatnya kecenderungan untuk mudah depresi lebih besar. 4.Saat dewasa anak-anak lelaki yang biasa menyaksikan pornografi hanya akan memandang wanita sebagai objek seksual saja. 5.Ada kemungkinan melakukan kekerasan seksual, penyimpangan seksual dan paedophilia (kelainan seksual dimana seseorang tertarik secara seksual pada anak-anak). Internet sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Lalu pertanyaan, Bagaimana melindungi anak dari pornografi internet? Berbagai bahaya di Internet dan masalah kecanduan Internet bukan tidak dapat diatasi. Dengan mengetahui dampak negatif dari Internet, sebagai orang-tua dapat melindungi buah hati dengan melakukan hal-hal berikut:
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 11
Artikel 1. Orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang Internet Jangan mengganggap diri terlalu tua atau terlalu bodoh untuk mempelajari Internet. Istilah lainnya, jangan gaptek (gagap teknologi). Seorang anak dapat saja dengan sengaja membiarkan atau membuat orang tua tidak memahami teknologi sehingga orang tua berpikir tidak ada dampak negatif dari Internet. 2. Letakkan komputer di tempat yang mudah dilihat Kadang orang tua merasa bangga dengan dapat meletakkan dalam kamar anak mereka sebuah komputer yang terhubung Internet. Hal ini sebenarnya akan membahayakan anak karena mereka dapat leluasa mengakses situs-situs yang tidak baik tanpa diketahui orang tua. Sebaliknya, dengan meletakkan di tempat terbuka, misalnya di ruang keluarga, Anda dapat memantau situs apa saja yang dibuka anak. 3. Bantu agar anak dapat membuat keputusan sendiri Biasakan anak untuk mengambil keputusan mulai dari hal-hal yang kecil. Misalnya, memutuskan untuk menggunakan atau tidak sesuatu hal yang sudah ada didepan mata. Sehingga saat muncul situs porno mereka dapat mengambil tindakan yang tepat. Tanamkan pula rasa takut akan Tuhan, sehingga walau orang tua tidak ada, tetapi anak tahu bahwa Tuhan memperhatikan dan melihat apa yang dilakukannya. 4. Batasi penggunaan Internet Jangan biarkan anak-anak terlalu asyik di dunia maya. Tetapkan berapa lama Internet boleh digunakan dan situs apa saja yang boleh diakses. Jelaskan juga mengapa Anda melakukan hal ini dan
......kecanduan pornografi ternyata bisa lebih berbahaya daripada narkoba......
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 12
bantu anak untuk memahami keputusan 5. Jaga komunikasi yang baik dengan anak Luangkan waktu untuk bercanda dengan anak dan berkomunikasi dengan terbuka. Komunikasi yang baik dan keakraban dengan anak akan memudahkan untuk menanamkan nilai-nilai moral. 6. Memasang software filter pornografi Untuk mencegah anak-anak mengakses situs porno, orang tua dapat memasang software filter pornografi, yaitu K9 web protection untuk menyaring situs-situs porno. 7. Cegah penyalahgunaan ponsel Tak jarang ponsel disalahgunakan untuk mengakses atau menyimpan hal-hal negatif, seperti foto dan video porno. Bila perlu jangan berikan ponsel mahal dan canggih kepada anak, berikan ponsel yang tidak berkamera dengan fungsi utama untuk telepon dan SMS. Semua orang tua tentu menyayangi anak mereka dan berusaha memberikan yang terbaik. Tetapi pengaruh dari luar, salah satunya bahaya Internet dapat merusak kecerdasan dan nilai moral anak sehingga orang tua perlu melindungi anak dari bahaya penggunaan Internet seperti pornografi dan para pemangsa atau predator seksual. Anak-anak dilahirkan dalam kondisi suci. Orang tualah yang membentuk anak, akan seperti apa. Baik dan buruknya anak, tergantung orang tuanya. Agung Purnomo AMK Puskesmas Ngaglik I
Remaja, Seks, dan
Artikel
Kanker Leher Rahim Eksploitasi Kenikmatan Seksual Sejak Remaja Meningkatkan Risiko Terkena Kanker Leher Rahim
Kanker leher rahim merupakan salah satu dari keganasan pada wanita di dunia yang banyak menyebabkan kematian. Kanker leher rahim lebih sering dijumpai pada negaranegara berkembang. Di Indonesia kanker leher rahim menduduki peringkat teratas kejadian kanker pada wanita1-3. Kementrian Kesehatan RI memperkirakan insidensi kanker leher rahim adalah 100 per 100.000 penduduk Indonesia per tahun4. Insidensi kanker leher rahim mulai meningkat pada wanita usia 20 tahun dan puncaknya pada wanita usia 50 tahun1-3. Ketahanan hidup penderita kanker leher rahim bergantung pada stadium penyebaran kanker yang dialaminya. Semakin tinggi stadium kanker leher rahim yang ditemukan maka semakin kecil pula peluang ketahanan hidupnya. Five year survival rate untuk stadium I, II, III, dan IV adalah 85%, 60%, 33%, dan 7% 5. Selain menimbulkan masalah kesakitan dan kematian, kanker leher rahim juga menimbulkan masalah finansial pada penderitanya karena mahalnya biaya pengobatan. Oleh karena itu, pencegahan terjadinya kanker leher rahim merupakan kunci utama solusi permasalahan kanker leher rahim1-3. Faktor Resiko Kanker Leher Rahim Berbagai penelitian epidemiologis telah menunjukkan bahwa faktor resiko terjadinya kanker leher rahim antara lain adalah melakukan hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok,trauma kronis pada serviks uteri, dan higienitas/kebersihan organ kewanitaan. Hubungan Seksual Usia Dini Hubungan seksual pada usia dini meningkatkan resiko metaplasia atau keganasan karena mengakibatkan trauma atau kerusakan pada epitel kolumnar (sel pelapis dinding saluran leher rahim) yang pada usia remaja masih berada di luar ostium uteri externum. Secara fisiologis, seiring dengan pertambahan usia, epitel kolumner ini akan berada
di dalam canalis cervicis saat wanita berusia lebih dari 20 tahun. Oleh karena itu hubungan seksual yang aman adalah hubungan seksual yang dilakukan setelah usia 20 tahun1-3,10. Survey dari BKKBN menyatakan bahwa separuh dari perempuan di kota besar, khususnya Jabodetabek, melakukan hubungan seksual pranikah dan tidak sedikit yang hamil di luar nikah. Rentang usia yang melakukan hubungan seks pra nikah berkisar antara 13-18 tahun. Hasil survey senada juga ditemukan di Surabaya dimana 54% wanita lajang sudah tidak perawan8.Artinya, banyak dari remaja di Indonesia yang beresiko tinggi terkena kanker leher rahim pada 10-20 tahun mendatang. Seks Bebas Berganti-ganti Pasangan Berganti-ganti pasangan seksual menyebabkan terjadinya infeksi menular seksual yang meningkatkan kejadian kanker leher rahim10,11. Transmisi atau penularan Human Papilloma Virus (HPV, virus penyebab terbesar kanker leher rahim) akan dipermudah dengan pergantian pasangan seksual. Seorang wanita yang berganti pasangan seksual lebih dari 5x dalam 2 tahun terakhir mengalami peningkatan resiko terkena kanker leher rahim sebesar 12x lipat1,7.Faktor resiko lain yang penting adalah berhubungan seksual dengan suami/pasangan pria yang memiliki riwayat hubungan seksual dengan pekerja seks komersial yang membawa infeksi HPV. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) Infeksi Human Papiloma Virus (HPV) diduga menjadi penyebab utama kanker leher rahim. DNA HPV dapat ditemukan dalam 99% kasus kanker leher rahim di seluruh dunia1. Meskipun infeksi HPV dapat terjadi tanpa melalui hubungan seksual, tetapi mayoritas infeksi HPV terjadi karena hubungan seksual. Sebenarnya 90% infeksi HPV dapat sembuh sendiri tanpa meninggalkan sekuel dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun, namun ada 5% infeksi HPV EDISI 3/2012/JENDELA Husada 13
Artikel yang berkembang menjadi CIN (carcinoma in situ, keganasan lokal pada jaringan epitel leher rahim yang terinfeksi, tahap sebelum menjadi kanker leher rahim invasif) derajat 2 dan 3 dalam 3 tahun setelah infeksi. Sedikitnya proporsi kejadian CIN dari total infeksi HPV menunjukkan adanya faktor risiko lain yang diyakini terlibat dalam terjadinya kanker leher rahim selain infeksi tunggal oleh HPV. Dengan adanya tambahan kombinasi faktor-faktor risiko tersebut maka semakin besar potensi HPV untuk memicu kanker leher rahim. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah tipe HPV dan durasi infeksinya (pada HPV tipe tertentu kejadian CIN lebih tinggi, paling sering adalah HPV tipe 16 dan 18), status imunitas penderita (pada penderita dengan penurunan sistem imun kejadian CIN lebih banyak), faktor lingkungan (merokok, penyakit infeksi menular seksual), dan kurangnya kesadaran untuk melakukan skrining/deteksi dini6. Merokok Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa merokok dapat meningkatkan kejadian kanker leher rahim1,12-14. Pada wanita perokok ditemukan konsentrasi nikotin pada lendir serviks 56x lebih tinggi daripada konsentrasi nikotin dalam serum. Efek dari tingginya konsentrasi nikotin pada serviks adalah penurunan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus1,2. Namun tidak hanya wanita yang merokok aktif saja berisiko, penelitian telah menunjukkan bahwa wanita perokok pasif pun memiliki risiko yang tak kalah besarnya untuk terkena kanker leher rahim14,15.
2.
3.
4. Trauma Mekanis dan Higienitas Organ Genitalia Trauma mekanis dan higienitas/kebersihan organ reproduksi yang buruk meningkatkan kejadian infeksi pada saluran kelamin. Hubungan seksual yang tidak aman dan perilaku seksual berbahaya dapat menimbulkan trauma mekanis pada leher rahim, sekaligus risiko infeksi pada saluran kelamin. Terjadinya infeksi pada saluran kelamin dapat menimbulkan perubahan secara seluler yang meningkatkan risiko terjadinya kanker leher rahim. Beberapa studi menunjukkan bahwa sirkumsisi pada laki-laki dapat menurunkan kejadian kanker serviks melalui proses pembuangan smegma (endapan sel-sel dan kotoran yang tersembunyi pada lipatan kulit penis yang tidak disirkumsisi). Smegma diyakini turut berpartisipasi sebagai karsinogen (pemicu kanker)1.2. Pencegahan Kanker Leher Rahim Upaya pencegahan kanker leher rahim dapat dilakukan dengan upaya sebagai berikut: 1. Perilaku seks bebas, memulai hubungan seksual pada usia dini, dan infeksi menular seksual dapat ditekan dengan komitmen melakukan seks yang sehat dan bertanggung jawab. Kampanye pencegahan hubungan seksual pada usia dini dan perilaku seks bebas sebaiknya tidak hanya ditargetkan pada remaja saja, namun juga pada orangtua, keluarga, guru serta tokoh masyarakat selaku pengawas, pendidik, dan pembimbing perilaku remaja. EDISI 3/2012/JENDELA Husada 14
5.
Anggapan tabu dalam membicarakan masalah seksual remaja atau pendidikan reproduksi justru dapat membuat remaja terjerumus dalam sisi buruk arus lingkungan pergaulan masa kini yang menjurus pada budaya seks bebas. Deteksi dini kondisi serviks dengan pemeriksaan Papanicolaou (Pap's Smear) secara berkala pada wanita berusia >20 tahun yang telah aktif berhubungan seksual dan tanpa gejala. Dengan ditemukan kelainan sejak dini pada pemeriksaan Pap's Smear, maka kejadian keganasan leher rahim dan keterlambatan penanganan dapat ditekan. Pap's Smear merupakan prosedur yang mudah, murah, dan efektif untuk mendeteksi sejak dini potensi terjadinya kanker leher rahim. Banyak negara di dunia yang telah memprogramkan Pap's Smear sebagai prosedur skrining rutin bagi warga negaranya. American Cancer Society menyarankan pemeriksaan 2x berturutturut. Apabila hasil negatif dilakukan pemeriksaan ulang setiap 3 tahun sampai usia 65 tahun. Pencegahan paparan asap rokok. Pengaturan tentang rokok hendaknya ditetapkan dengan peraturan hukum yang mengikat, yang tidak hanya membatasi perokok saja, namun juga harus melindungi orangorang yang tidak merokok dari paparan asap rokok (perokok pasif). Vaksinasi terhadap HPV terbukti efektif menurunkan risiko terjadinya lesi prekanker maupun kanker di leher rahim. Baik vaksin HPV bivalen (Cervarix) maupun quadrivalen (Gardasil), dapat menurunkan risiko terjadinya lesi di cervix, vulva, vagina, dan area anogenital dengan efikasi 93%16. Banyak negara telah memasukkan vaksinasi HPV ini dalam program imunisasi nasional; di Amerika Serikat, Gardasil telah direkomendasikan untuk anak perempuan berusia 10-11 tahun. Sesuai dengan Buku Pedoman Imunisasi di Indonesia (2011), vaksin HPV di Indonesia rekomendasikan untuk diberikan pada anak perempuan berusia >10 tahun. Menurut penelitian, vaksin tersebut akan efektif mencegah infeksi HPV bila diberikan pada perempuan berusia 9-26 tahun dan belum terinfeksi HPV (oleh karena itu sebaiknya diberikan pada perempuan yang belum aktif secara seksual). Vaksin HPV sangat efektif menurunkan risiko terjadinya kanker leher rahim, namun sayang harganya masih cukup mahal 1,9. Penggunaan kontrasepsi mekanik (kondom dan diafragma), sirkumsisi pada pria, dan kebersihan area genital turut menurunkan kejadian kanker leher rahim. Pendidikan mengenai higienitas organ reproduksi hendaknya dikenalkan secara dini pada anak-anak
Artikel perempuan. Kebersihan organ reproduksi sebelum berhubungan seks hendaknya juga dibudayakan pada pasangan yang telah aktif secara seksual9. Mengenai kampanye penggunaan kondom, penulis berpendapat bahwa seks bebas saat ini bukanlah budaya umum masyarakat kita, dan dengan adanya pertimbangan agama, hendaklah para pengambil kebijakan tidak menggeneralisir bahwasanya semua remaja telah dan sedang melakukan budaya seks bebas sehingga layak dibagikan kondom. Penguatan kultur lokal dan norma agama yang menganjurkan seks yang sehat dan bertanggung jawab hendaklah lebih diutamakan, dan kampanye penggunaan kondom seharusnya dilakukan secara peka komunitas, dimana kampanye tersebut hanya dilakukan pada komunitas yang benar-benar melakukan kegiatan seksual berisiko.
Prosedur Pap's Smear
Referensi diambil dari berbagai sumber
dr. Asriningrum Puskesmas Sleman
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 15
Sosok
dr. Patimah
Motivator Kespro di Turi
Kegiatan Puskesmas Ramah Remaja di Puskesmas Turi meliputi pembentukan kader remaja, penyuluhan di Sekolah dan Dusun. Penyuluhan disampaiakan lewat Saka Bhakti Husada dan masa orientasi sekolah.
P
embangunan di bidang kesehatan tingkat Kecamatan sejak tahun 2011.
tidak bisa dipungkiri
membutuhkan kerja sama dari
sektor lain yang terkait. Salah satu permasalahan di bidang kesehatan yang membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak adalah kesehatan reproduksi remaja, Puskesmas Turi. Pertemuan bertujuan untuk menyamakan persepsi pentingnya program kesehatan reproduksi remaja di wilayah Kecamatan Turi. Lintas sektor yang terlibat meliputi Kecamatan, Desa, Dusun, UPT Pendidikan, Polsek, Koramil dan KUA. Melalui forum pertemuan lintas sektor yang rutin melakukan pertemuan setiap bulan inilah permasalahan remaja
Kegiatan Puskesmas Ramah Remaja di Puskesmas Turi meliputi pembentukan kader remaja, penyuluhan di Sekolah dan Dusun. Penyuluhan disampaiakan lewat Saka Bhakti Husada dan masa orientasi sekolah. “Bentuk dukungan yang saya berikan sebagai pimpinan di Puskesmas Turi selalu ikut turun ke lapangan membina masyarakat,” kata dokter kelahiran Klaten ini. Menjabat Kepala Puskesmas Turi sejak tahun 2011 banyak prestasi yang sudah ditorehkan di Puskesmas Turi. “Untuk tahun 2013 prestasi yang sudah dicapai adalah mewakili Kabupaten Sleman dalam lomba Gerakan Sayang Ibu, Keterpaduan PKK KB Kes tingkat nasional ,lomba Bina Keluarga Remaja dan Desa unggulan,”
dicari solusi bersama. Sebagai leading “ Sebagai Kepala Puskesmas dengan wilayah s e c to r d i b i d a n g ke s e h a t a n ya n g kerja masuk di kawasan rawan bencana ring mempunyai wilayah di Kecamatan Turi, dr. III, tentu banyak permasalahan yang harus ditangani, tetapi semua itu dapat dihadapi Patimah Hariyati selalu berkoordinasi dengan kerjasama dari semua karyawan di dengan semua pihak terkait. Setiap ada Puskesmas Turi,” papar dr.Fatimah. Potensikesempatan dokter lulusan Unisula potensi sumber daya manusia dari Puskesmas Semarang ini selalu menyampaikan Turi dapat dilihat dengan diraihnya pentingnya permasalahan kesehatan penghargaan nakes teladan Dokter gigi pada tahun 2012 dan PKM teladan pada tahun 2013. reproduksi remaja. Bentuk dukungan dari “Diraihnya penghargaan tenaga teladan itu l i n t a s s e k to r d iw u j u d ka n d e n ga n membuat saya semakin bersemangat untuk pembentukan Forum Penanganan Remaja membawa Puskesmas Turi lebih baik EDISI 3/2012/JENDELA Husada 16
lagi,”ungkap ibu tiga putra ini. Selain kegiatan preventif dengan penyuluhan Puskesmas juga mengadakan kegiatan dengan sasaran caten Khusus.Bentuk kegiatan berupa parenting caten, caten yang positif hamil diberi penjelasan tentang b a g a i m a n a m e n j a g a kehamilan,persiapan kelahiran dan persiapan mental membina rumah tangga. Upaya ini sekaligus juga dalam rangka menangani masalah kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan terhadap anak. Caten khusus sangat rentan terhadap dua hal tersebut. Penanganan masalah KTP/KTA ini menjadi pilot project di Kabupaten Sleman, sebagai salah satu Puskesmas yang berkonsentrasi menangani masalah ini. Semua program yang dilakukan di Puskesmas Turi dijalankan sesuai visi Puskesmas Turi, “Sebagai pilihan utama masyarakat dalam upaya kesehatan.” Selain berperan sebagai Kepala Puskesmas, dr.Patimah Hariyati juga selaku dokter keluarga Askes di Kecamatan Sleman yang juga melayani KKM dan Jamkesda. Sedangkan peran sebagai IDI aktif di seksi sosial. Nama TTL Alamat
:dr. Patimah Hariyati : Klaten,25 Agustus 1967 : Rejosari, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jumlah anak : 3 anak
Riwayat Pekerjaan - Th 2002-2005 Sebagai dr.PTT pusat di Pusk Sleman - Th 2006 sebagai dr. PTT Daerah di Pusk Sleman - Th 2007-2008 CPNS di Pusk Sleman - Th 2009-2010 PNS di Pusk Ngaglik - Bulan Agustus 2011- sekarang Kepala Puskesmas Turi - Sebagai Petugas TKHI Th 2009 - Sebagai Petugas TKHD DIY Th 2006 Organisasi - PDS Sleman - IDI Sleman - PDKI Anak cab Sleman - IPHI Kab. Sleman - YKI Kab. Sleman
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA Puskesmas Gamping 1 Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia beberapa tahun terakhir mendapatkan perhatian besar. Kemudahan akses informasi yang diperoleh remaja kadangkala lepas dari pengawasan orangtua, guru, atau orang dewasa lain yang dapat mengarahkan rasa ingin tahu remaja. Dampak negatif yang mungkin terjadi adalah perilaku-perilaku yang kurang b e r t a n g g u n g j awa b s e p e r t i hubungan seks pranikah, penyalahgunaan Napza, kekerasan, bahkan bisa sampai pada kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan aborsi pada remaja perempuan. Untuk merespon permasalahan kesehatan remaja, maka Puskesmas Gamping 1 setiap tahunnya menjalankan program penyuluhan Kesehatan Reproduksi dan Napza ke berbagai sekolah di wilayah kerjanya. Pada t a h u n 2 0 1 3 i n i , d i b a wa h ke r j a s a m a b a g i a n K I A d a n Psikologi, bidan dan psikolog Puskesmas Gamping 1 melakukan penyuluhan ke 13 sekolah, yaitu 2 SMA, 3 SLTP, dan 8 SD. Penyuluhan dilaksanakan mulai 23 September s/d 7 Oktober 2013. Sasaran penyuluhan adalah siswa-siswi kelas X, VII, VI, dan V dengan total peserta penyuluhan sebanyak 917 orang.
memahami berbagai perkembangan yang dialami remaja, mengenali alat reproduksi, hingga risiko-risiko yang mengancam jika mereka kurang memperhatikan kesehatan reproduksinya. Gabungan metode ceramah, pemutaran video, dan d i s ku s i m e n j a d i ka n ke g i a t a n penyuluhan menarik dan interaktif bagi para peserta.
Selain kesehatan reproduksi, peserta juga mendapatkan materi penyuluhan mengenai Napza. Banyak di antara siswa kelas V dan VII yang ternyata sudah pernah mencoba merokok bahkan mulai menjadi perokok aktif. Ada pula beberapa siswa yang juga pernah mencicipi alkohol. Pemutaran video mengenai risiko merokok dan penyalahgunaan Napza menjadi media yang efektif untuk mengajak peserta mendiskusikan masa depan seperti apa yang mereka miliki jika mereka menjadi perokok dan Sebelum mengikuti penyuluhan, pecandu Napza. kebanyakan peserta beranggapan bahwa topik kesehatan reproduksi Respon positif juga diterima tim remaja masih merupakan hal yang penyuluh dari setiap sekolah yang tabu untuk dibicarakan. Melalui dikunjungi. Para guru di tingkat SD materi penyuluhan, peserta diajak merasa terbantu dengan materi
Info Puskesmas
kesehatan reproduksi karena mendukung pelajaran kesehatan reproduksi yang diterima siswa-siswi kelas VI. Dorongan untuk berhenti merokok juga mendukung upaya sekolah untuk menjauhkan siswasiswi dari kebiasaan merokok pada usia dini. Program lain yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas Gamping 1 untuk mengajak remaja memperhatikan kesehatan reproduksi mereka dalam bulan Oktober 2013 adalah Pelatihan Konselor Sebaya. 1 SMK dan 1 SLTP akan menjadi lokasi penyelenggaraan pelatihan. Sebanyak 35 siswa dari tiap sekolah tersebut akan dilatih untuk menjadi konselor di lingkungannya. Diharapkan semakin banyak pihak yang sadar mengenai pentingnya kesehatan reproduksi remaja dan upaya untuk meningkatkan angka kesehatan remaja pun semakin luas dilaksanakan.
Pengirim I n d r i y a t i Am d . Ke b . & Am a l i a Rahmandani, M.Psi, Psi Puskesmas Gamping 1
EDISI 3/2012/JENDELA Husada 17
Info Puskesmas
KADER SEBAYA DI SUMBERADI
K
esehatan reproduksi masih d a r i p e t u ga s ke s e h a t a n u n t u k tanggal 1-19 Oktober 2013. Segala menjadi hal yang tabu m e m b e r i ka n i n fo r m a s i ke p a d a sesuatu yang berhubungan dengan untuk dibicarakan. Budaya sebayanya.
Indonesia yang masih menganggap bahwa membicarakan hal tentang reproduksi masih dianggap sebagai tindakan yang belum dapat diterima di masyarakat.
Di Desa Sumberadi Mlati program pembentukan dan pelatihan kader sebaya telah dilaksanakan pada tanggal 21 dan 28 September lalu dengan peserta remaja. Acara ini
penyampaian materi seluruhnya dirancang oleh kader di wilayahnya masing-masing. Remaja di padukuhan juga mengikuti dengan antusias dan mengatakan bahwa dapat bertanya hal yang belum
diketahui lebih nyaman jika bertanya Program ‘peer educator’ atau kader d i l a k s a n a k a n o l e h m a h a s i s wa pada teman sendiri. sebaya telah ada sejak tahun 1996. peminatan Program Studi Ilmu P r o g r a m i n i d i l a k s a n a k a n Keperawatan, Universitas Gadjah Diharapkan kader tersebut dapat d i k a r e n a k a n p e r l u a d a n y a Mada bersama dengan Puskesmas memberikan informasi dasar yang keterlibatan teman sebaya dalam Mlati II. Kegiatan ini dihadiri oleh diperlukan oleh remaja dalam pemberian informasi kepada p e r w a k i l a n m a s i n g - m a s i n g menghadapi pertanyaan mendasar temannya mengenai kesehatan p a d u k u h a n ya n g a d a d i D e s a s e p u t a r m a s a l a h k e s e h a t a n reproduksi. Selain itu sebagai Sumberadi. Materi yang diberikan reproduksi. Selain itu, informasi evaluasi karena belum efektifnya mengenai organ reproduksi pria dan mengenai pelayanan kesehatan program yang hanya melibatkan wanita, kebersihan diri remaja, dan reproduksi juga disampaikan oleh orang tua. Oleh sebab itu perlu infeksi menular seksual. Peserta kader, sehingga jika remaja ingin sebuah program untuk mengatakan sangat antusias dan b e r t a n y a l e b i h l a n j u t d a p a t menanggapi kebutuhan akan sangat senang dengan adanya program menghubungi pelayanan kesehatan informasi yang penting dan dapat i n i . S e te l a h p e m b e n t u ka n d a n terdekat di wilayahnya. adanya
disampaikan dengan nyaman pelatihan ini, kader diminta untuk kepada remaja. Perekrutan remaja m e m b e r i k a n p e l a t i h a n d i
Pengirim di daerah yang dilatih mengenai padukuhannya masing-masing dengan Ari Purwandari, SKM Puskesmas Mlati 2 kesehatan reproduksi sangat didampingi mahasiswa. Kader yang telah dilatih telah penting sehingga nantinya mereka menyampaikan materi kepada remaja akan menjadi perpanjangan tangan sebayanya yang berlangsung dari EDISI 5/2013/JENDELA Husada 18
Info Puskesmas
Puskesmas Sleman
SAHABAT REMAJA Sejak digencarkannya Puskesmas Ramah Remaja (PRR) di Kabupaten Sleman pada awal tahun 2007, Puskesmas Sleman mulai banyak dikunjungi kaum putih abu-abu (baca: pelajar sekolah menengah; kaum remaja). Secara umum tujuan puskesmas ramah remaja adalah mewujudkan pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja. Sedangkan secara khusus menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja secara komprehansif dan berkualitas yang pada akhirnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Sleman. Walaupun jika dibanding dengan jumlah remaja di Kecamatan Sleman belum menunjukkan kunjungan yang signifikan, tetapi setiap tahun mengalami peningkatan khususnya pada 3 tahun terakhir. Berikut ini jumlah kunjungan dari tahun 2007 sampai dengan Agustus 2013. Pelayanan konseling melayani remaja yang langsung datang ke puskesmas atau melalui SMS. Remaja yang datang konseling datang atas inisiatif sendiri atau rujukan dari sekolah melalui konselor sebaya. Berbagai kasus
N0 1 2 3 4 5 6 7
TAHUN KUNJUNGAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 s/d bln Agustus
JUMLAH 3 7 14 27 124 155 274
kespro juga melaksanakan diskusi melalui diskusi kelompok terarah (FGD), pembinaan dan penyuluhan pada sekolah, panti rehabilitasi, serta melatih konselor sebaya. Berbagai prestasi yang pernah diraih Puskesmas Sleman dan binaannya terkait program reproduksi remaja antara lain pada Bulan Maret 2010 diundang oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia untuk mengikuti audiensi pada peluncuran modul kesehatan reproduksi pra nikah. Pada Juni 2010 menerima kunjungan Pemerintah Timor Leste bersama Kementrian Kesehatan Republik Indonesia untuk meninjau implementasi PRR di puskesmas Sleman. Tahun 2011 menduduki Juara harapan I tingkat SMP dan juara II tingkat SMA pada Jambore. Berturut-turut sejak tahun 2010, 2011, 2012 menjadi juara I tingkat propinsi lomba PIK-R yang di adakan oleh BKKBN.
pada remaja antara lain anemia, permasalahan pada organ reproduksi, konflik dengan orangtua/pacar, masalah body image, permasalahan rokok dan napza, permasalahan infeksi menular seksual (IMS) dan kehamilan tidak diinginkan (KTD). Puskesmas Sleman juga membuka klinik kespro dan klinik IMS. Untuk klinik IMS sasaran meluas tidak hanya remaja tetapi juga pada ibu rumah tangga dengan pasangan berisiko, kelompok homoseksual, pekerja seksual, dan Pengirim waria. Tim kespro juga melakukan VCT Supartiningsih, Amd. Keb. (Voluntary Counseling & Testing) untuk Puskesmas Sleman deteksi HIV bekerja sama dengan RSUD Sleman dan Tim mobile-VCT Dinkes DIY. Healthy adolescense, happy Kegiatan ini diadakan dalam rangka adulthood, so life will be mendukung pengendalian HIV-AIDS di Kabupaten Sleman sesuai komitmen prosperous. bersama Bupati Sleman, sehingga (Masa remaja sehat, kesepakatan bersama tentang bahagia ketika dewasa, pengendalian HIV-AIDS tanggal 12 sehingga hidup akan Desember 2012 tidak hanya selebrasi semata. menjadi sejahtera) Selain pelayanan dalam gedung tim EDISI 5/2013/JENDELA Husada 19
Info Puskesmas
PENGENALAN PHBS SECARA DINI DI PUSKESMAS BERBAH “Kegiatan Pengenalan PHBS secara dini tersebut dirancang sebagai salah satu media sosialisasi bagi anak-anak untuk mengerti makna dan pengertian Pola Hidup Bersih dan Sehat.” Upaya Kesehatan yang menitikberatkan pada kegiatan yang bersifat promotiv dan preventiv perlu ditanamkan sejak dini agar penanaman konsep awal tersebut lebih melekat ketimbang informasi diberikan ketika dewasa. Oleh sebab itu sasaran kegiatan pembangunan kesehatan mulai diarahkan pada anak-anak dan remaja. Puskesmas Berbah yang merupakan bagian integral Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, pada tanggal 19 Oktober 2013 memperingati Hari Kesehatan Nasional ke 49, dengan menghelat lomba melukis bagi siswa SD dan lomba mewarnai bagi siswa TK se kecamatan
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 20
Berbah. Kegiatan tersebut dirancang sebagai salah satu media sosialisasi bagi anak-anak untuk mengerti makna dan pengertian Pola Hidup Bersih dan Sehat. Dalam sambutan pembukaannya, kepala Puskesmas Berbah Drg. Dwi Prastowo Susanto, berharap semoga dari kegiatan ini membawa dampak posisitif pada anak-anak untuk mengenal lebih dini makna Pola Hidup Bersih dan Sehat, dan menceritakan hal tersebut kepada teman sekolah maupun teman sepermainan. Lomba mewarnai dan melukis diikuti 160 siswa TK dan SD. Juara lomba mewarnai adalah juara harapan I anak Astuti Nur’aini dari TK Jogomangsan, juara III anak Nadin Farah Agustina dari TK Sukro Krido I, juara II anak
Fretina Alystya R dari TK ABA Karangharjo dan Juara I diraih oleh anak Diva Ayu Setyaningsih dari TK Panti Dewi. Pemenang lomba melukis adalah: Harapan I anak Wizza Ardha Kencana dari SD Muhamadiyah Pajangan 2, juara III anak Allifia Nurvita dari SD Tanjungtirto 2, juara II anak Silvi Citra Amalia dari SD Tanjungtirto 1 dan berhasil sebagai juara I adalah anak Bareta Zahra Fakanza dari SD Tanjungtirto 1. Para juara masingmasing mendapatkan Tropi, piagam dan bingkisan dari panitia. Pengirim Gunawan, SKM, Puskesmas Berbah.
PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI
Inovasi
SPMKK
monitoring yang terjadual, adanya konsep pengembangan staf melalui choaching-inservis training-RCD, yang terkoordinasi dengan baik sehingga ada dokumentasi hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, yang menghasilkan pelayanan keperawatan/ kebidanan prima.
Sistem Pengembangan manajemen SPMKK perawat dan bidan adalah Berbagai upaya dikembangkan K i n e r j a K l i n i k ( S P M K K ) t e l a h suatu upaya peningkatan kemampuan dalam penerapan SPMKK baik di dikembangkan oleh WHO melaluai riset manajerial dan kinerja perawat dan tingkat Puskesmas, maupun Dinas beberapa tahap. Berdasarkan riset bidan dalam memberikan pelayanan Kesehatan sebagai tim pembina. tersebut menunjukkan sebagian besar keperawatan dan kebidanan di Beberapa hambatan antara lain: 1) perawat dan bidan belum pernah sarana/institusi pelayanan kesehatan S i s t e m m o n i t o r i n g b e l u m mendapatkan pelatihan ketrampilan untuk mencapai pelayanan kesehatan melibatkan seluruh bidan dan manajerial dalam kaitannya mengelola yang bermutu. SPMKK memfasilitasi perawat, 2) Masih kurangnya asuhan klinik. terciptanya budaya kerja perawat dan alokasi dana pengembangan bidan yang mengarah kepada upaya SPMKK di sebagian Puskesmas, 3) Sebagai langkah tindak lanjut Dinas p e n i n g k a t a n m u t u p e l a y a n a n Baru perawat dan bidan saja yang K e s e h a t a n K a b u p a t e n S l e m a n keperawatan dan kebidanan yang dilatih. 4) Pengembangan SPMKK melakukan pengembangan melalui didasarkan pada profesionalisme, belum dijadikan kebutuhan dalam pembentukan tim SPMKK Kabupaten, IPTEK, aspek legal, berlandaskan etika p e n g e m b a n g a n s i s t e m pelatihan tenaga bidan dan perawat, untuk mendukung sistem pelayanan manajemen mutu. p e m b i n a a n , p e n d a m p i n ga n d a n kesehatan secara komprehensif. evaluasi. Sampai dengan tahun 2012
Ruang lingkup monev
sudah dilakukan 8 kali pelatihan dengan Tujuan SPMKK untuk meningkatkan A. Instrumen Pokok dana dari APBD. Jumlah tenaga bidan profesionalisme sumber daya melalui Instrumen pokok merupakan dan perawat ada 326 orang. Perawat perbaikan manajemen kinerja yang persyaratan administrasi yang yang terlatih ada 60% dan bidan yang terstruktur, sesuai dengan tugas pokok mendasar terhadap pelaksanaan terlatih ada 61% yang tersebar di 25 dan fungsi, memiliki standar yang SPMKK di Puskesmas, meliputi : Puskesmas.
baku, adanya sistem evaluasi melalui EDISI 3/2012/JENDELA Husada 21
Inovasi 1. S u r a t K e p u t u s a n K e p a l a Puskesmas tentang Pembentukan Tim SPMKK Puskesmas 2. S u r a t K e p u t u s a n K e p a l a Puskesmas tentang Penunjukkan Supervisor Perawat dan Supervisor Bidan 3. S u r a t K e p u t u s a n K e p a l a Puskesmas tentang Pelaksanaan RCD 4. S u r a t K e p u t u s a n K e p a l a Puskesmas tentang Pe n d e l e ga s i a n We we n a n g
ketugasan di Puskesmas.
dari pelaksanaan kinerja klinik
C. Refleksi Diskusi Kasus
yang dilaksanakan. Indikat
Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
sesuai dengan standar yang
m e r u p a k a n
w a h a n a
ditetapkan. Standar dan
pengembangan diri perawat dan
indikator lebih difokuskan
bidan dalam upaya peningkatan
ke p a d a ke p e rawa t a n d a n
kinerja klinisnya. Pelaksanaan RDK
kebidanan yang merupakan
merupakan indikator SPMKK yang
bidang garap SPMKK Kabupaten
termasuk dalam indikator
Sleman. buku sebagai dokumen
penilaian kemandirian Puskesmas.
eksternal, kebijakan program,
Target yang harus dicapai adalah
atau kebijakan lain yang di pakai
12 kali per tahun untuk bidan dan
sebagai pedoman. Indikator
12 kali per tahun untuk perawat
merupakan tolok ukur hasil
(24 kali).
yang diharapkan dari pelaksanaan kinerja klinik yang
kepada perawat dan bidan yang melaksanakan tugas pelayanan medis 5. Job diskribsi yang mecakup F1, F2, F3 dan F4. B. Job Deskripsi Job deskripsi merupakan indikator penting dalam penilaian SPMKK Perawat dan Bidan Puskesmas sehingga memiliki proporsi yang tinggi di dalam program. Penilaian indikator job deskripsi (format F1-F4) di dasarkan atas sistem p e n ga r s i p a n ya n g j e l a s , d e n ga n membandingkan antara struktur organisasi tata kerja Puskesmas dan Job deskrpsi dalam SPMKK (F4). Penilaian dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya arsip job deskripsi untuk tahun ini, satu dan dua tahun sebelumnya dengan tujuan untuk melihat kesinambungan sistem. Kemudian dilakukan cross chek apakah job deskripsi sesuai dengan pembagian EDISI 3/2012/JENDELA Husada 22
D. Standar dan Indikator
dilaksanakan. Indikat sesuai
Seluruh aspek pelaksanaan SPMKK
dengan standar yang
dilaksanakan atas dasar standar
ditetapkan. Standar dan
baku, untuk itu perlunya dibuat
indikator lebih difokuskan
standar manajemen kinerja.
ke p a d a ke p e rawa t a n d a n
Standar dapat berupa protap, Surat
kebidanan yang merupakan
Keputusan, Surat Keterangan, buku
bidang garap SPMKK Kabupaten
sebagai dokumen eksternal,
Sleman.
kebijakan program, atau kebijakan l a i n ya n g d i p a ka i s e b a ga i pedoman. Indikator merupakan tolok ukur hasil yang diharapkan
E. Monitoring dan Evaluasi (monev) M o n i t o r i n g d a n e va l u a s i
Inovasi merupakan kegiatan pemantauan H. Ketenagaan terhadap pelaksanaan kegiatan sesuai Ketersediaan tenaga terlatih SPMKK perawat dengan job deskripsi dan mengacu pada dan bidan menjadi modal pengembangan standar yang ada. Monev ditujukan SPMKK di Puskesmas. untuk mengetahui apakah sistem
Atas pertimbangan tsb di atas maka
berjalan dengan baik sesuai dengan pola dikembangkan Penilaian Puskesmas Standar yang sudah ditetapkan. Kegiatan monev SPMKK dengan harapan bahwa tingkat dilaksanakan oleh tim monev SPMKK pencapaian standar ini akan memacu pada Puskesmas setiap 3 bulan dengan kompetisi yang positif terhadap peningkatan menggunakan instrumen monev. kinerja perawat dan bidan. Kegiatan monev SPMKK meliputi: penilaian kinerja klinik, monev Monev tahun 2013 mendapatkan hasil sebagai dokumentasi, dan penilaian kepuasan berikut : 21 Puskesmas termasuk dalam p e l a n g g a n . P e l a k s a n a a n m o n e v Puskesmas SPMKK Standar I/mandiri, 4 merupakan kunci berjalannya suatu Puskesmas termasuk dalam Puskesmas sistem.
SPMKK Standar II/madya, dan tidak ada Puskesmas yang termasuk dalam Puskesmas
F. Dokumentasi Asuhan
SPMKK Standar III/Pratama. Hasil tersebut
Dokumentasi asuhan sesuai konsep kenaikannya cukup berarti jika dibandingkan pengembangan SPMKK untuk perawat dengan 3 tahun sebelumnya. Untuk lebih menggunakan DAR dan untuk bidan jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: menggunakan DT. Dokumentasi DAR dan DT dirancang sangat sederhana tanpa meninggalkan kaidah dokumentasi secara keilmuan sehingga mudah
Tahun
Puskesmas SPMKK Standar I / Mandiri II / Madya
III / Pratama
Jumlah Puskesmas
2009
10
8
7
25
2010
12
10
3
25
2011
9
9
7
25
2012
21
4
0
25
dipahami dan diterapkan. G.Pendanaan
drg. Restu Indah Nuryani, MPH.
Adanya alokasi dana untuk kegiatan Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan SPMKK dan sarana pendukungnya Dinkes Sleman merupakan salah satu bukti
adanya
dukungan dari pimpinan. Pendanaan SPMKK minimal meliputi dana pembuatan instrumen pokok SPMKK, pelaksanaan RCD, pelaksanaan monev, dan honor tim SPMKK Puskesmas yang dianggarkan melalui DPA Puskesmas.
EDISI 3/2012/JENDELA Husada 23
Workshop
Manajemen Psikotik dan Kegawatdaruratan Psikiatri
Profesi
di Layanan Primer - Menuju Indonesia Bebas Pasung 2019
Gangguan jiwa dengan gejala psikotik memberikan dampak sekaligus beban yang besar pada individu, keluarga, dan masyarakat, mengingat awitan penyakit sering terjadi pada usia produktif (15-25 tahun). Banyak stigma yang salah mengenai mengenai gangguan jiwa di masyarakat, gangguan jiwa sering dikaitkan dengan hal gaib dan supranatural, dianggap aib, bahkan dikriminalkan sehingga tidak mendapatkan pelayanan yang optimal. Berdasar data Riskesdas 2010, angka kejadian gangguan jiwa psikosis dan skizofrenia di Indonesia sebesar 0,17%, DIY menyumbang angka yang lebih tinggi dari angka nasional tersebut yakni sebesar 0,27%. Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikotik terbanyak yang bersifat kronis yang dicirikan dengan siklus remisi dan kekambuhan sehingga memerlukan penatalaksanaan jangka panjang (Sadock and Sadock, 2003). Walaupun telah ditemukan berbagai jenis antipsikotik yang efektif, namun demikian hingga saat ini masih banyak penderita yang belum mendapatkan pengobatan adekuat (Kohn, 2004). Treatment gap tersebut diantaranya disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang kesehatan jiwa, serta sulitnya akses untuk mendapatkan layanan yang optimal dan berkesinambungan. Untuk menyediakan layanan kesehatan jiwa yang optimal di pelayanan tingkat dasar (Puskesmas) diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang cukup bagi dokter umum dalam penatalaksanaan gangguan skizofrenia setelah pasien pulang dari perawatan di Rumah Sakit , sehingga pasien mendapatkan penatalaksanaan secara berkesinambungan, tidak mengalami kekambuhan, serta memiliki kualitas hidup yang baik. Dokter di layanan primer juga diharapkan dapat melakukan tatalaksana yang tepat pada pasien yang mengalami gaduh gelisah di masyarakat, sehingga tidak melakukan kekerasan yang bisa berakibat dilakukan pemasungan. Hal tersebut mendasari Paguyuban Dokter Sleman menyelenggarakan Workshop Manajemen Psikotik dan Kegawatdaruratan Psikiatri di Layanan Primer, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Sleman, IDI Cabang Sleman, dan Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada hari Kamis, 19 Desember 2013 di Ruang Pertemuan Rumah Dinas Bupati Kabupaten Sleman. Workshop diikuti dokter puskesmas dan dokter praktik umum dari kabupaten dan kotamadya di DIY, serta beberapa peserta dokter dari Klaten dan Gombong. Pada sesi pertama, dr. Warih Andan Puspitosari, M.Sc., Sp.KJ mengajak peserta mengenali gangguan psikotik yang ditandai dengan adanya bentuk EDISI 5/2013/JENDELA Husada 24
pikir yang non realistik seperti adanya waham, halusinasi, tilik diri (insight) yang jelek (tidak merasa dirinya sakit), serta adanya deteriorasi (penurunan fungsi yang besar). Bila gejala terjadi <1 bulan, dinilai sebagai gangguan psikotik akut, namun bila menetap >1 bulan, masuk dalam kriteria skizofrenia. Materi disambung oleh dr. Ida Rochmawati, M.Sc., Sp.KJ, psikiatri RSUD Wonosari, mengenai ketrampilan komunikasi dan memahami pasien skizofrenia. Ditekankan pentingnya komunikasi dengan empati, membina hubungan dari sudut pandang pasien dan keluarga pasien. Hal ini menjadi kunci penting keberhasilan terapi. Tata laksana farmakoterapi skizofrenia secara ringkas dan padat disampaikan selanjutnya oleh dr. Wini Christina, Sp.KJ, psikiatri RSUD Wates. Peserta diberikan pedoman penggunaan obat psikotik yang ada di layanan primer. Ketersediaan obat atipikal memang masih menjadi hambatan, namun penggunaan obat psikotik konvensional dan pemberian terapi pendamping sesuai indikasi, berikut pemantauan efek sampingnya, masih sangat mungkin dilaksanakan oleh dokter puskesmas. Sesi terakhir workshop adalah manajemen gaduh gelisah yang dipandu oleh dr. Vista Nurasti, M.Kes, Sp.KJ, psikiatri RSUD Bantul. Praktek role play dari Tim Keswamas RSU Ghrasia sangat membantu peserta mendapatkan praktek dan kondisi pembelajaran nyata. Seringkali di layanan primer ataupun di masyarakat didapatkan pasien jiwa yang mengamuk. Pesan pentingnya adalah tetap tenang, jaga jarak aman, kenali risiko, cegah perlukaan, yakinkan pasien aman, serta bekerja dalam tim. Peserta mendapatkan tips dan trik mulai dari teknik persuasi, cara memegang pasien, hingga cara memfiksasi pasien dengan tetap mengedepankan prinsip keamanan dan manusiawi, serta cara memberikan terapi agitasi oral maupun injeksi bila diperlukan. Antusiasme peserta terlihat di sepanjang sesi dengan banyaknya sharing pengalaman maupun konsultasi kasus di lapangan. Dokter Nando dari Puskesmas Tempel II, peserta terbaik workshop, menyatakan bahwa workshop seperti inilah yang ia tunggu-tunggu, yang memuat ilmu teknis, praktis, dan sangat aplikatif untuk dokter terutama yang bekerja di puskesmas. Workshop sehari tersebut sangatlah singkat namun kaya akan materi. Selaku team leader pemateri workshop, dr. Warih Andan, Sp.KJ menutup acara dengan memberikan penekanan akan pentingnya dokter umum menjadi edukator dan penggerak masyarakat untuk memberikan pemahaman apa sebenarnya gangguan jiwa dan bagaimana menyikapinya dengan baik dan benar demi suksesnya program Indonesia Bebas Pasung 2019.
dr. Bheti Yuliana Fitrianingsih dokter Puskesmas Ngemplak I
Liputan Khusus
Sosialisasi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di Kabupaten Sleman
Jelang akhir tahun 2013, PT ASKES khususnya Cabang Sleman gencar melakukan sosialisasi mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Mengingat mulai 1 Januari 2014, PT ASKES bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Hal tersebut telah tertuang dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2011. Salah satu kegiatan sosialisasi yakni pada saat Puncak HKN di Gedung Serba Guna Sleman. Narasumber dalam acara tersebut adalah Kepala Kantor Cabang ASKES Yogyakarta, dr. Doni Hendrawan, MPH . Beliau memaparkan mengenai Ssistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), kesiapan PT ASKES dalam menghadapi BPJS, sistem pelayanan dalam BPJS, serta tantangan ke depan. Acara terebut dihadiri oleh Bupati Sleman, kepala SKPD di lingkungan Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan beserta UPT baik Puskesmas, labkesda, POAK, dan Jamkesda, serta PPK baik bidan praktek swasta (BPS), dokter, maupun klinik. Peta Jalan Kepesertaan dalam menuju Jaminan Kesehatan Semesta Menurut dr. Doni, diharapkan paling lambat tahun 2019 Indonesia telah mencapai Jaminan Kesehatan Semesta, atau Universal Health Coverage. Pada tahap awal implementasi SJSN yang dimulai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014, akan mencapai 70% penduduk dari berbagai jenis jaminan kesehatan. Sedangkan BPJS Kesehatan akan mengelola peserta sejumlah 124,3 juta jiwa yang terdiri dari: Kepesertaan jaminan/asuransi kesehatan dari berbagai program yang kini sudah berjalan diperkirakan
mencapai 151,5 juta jiwa. Sementara jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk 2012 mencapai 239,7 juta jiwa. Dengan demikian untuk kondisi tahun 2012 diperkirakan ada sekitar 88,1 juta jiwa yang belum memiliki jaminan kesehatan. Dengan kondisi seperti itu dan dengan disahkannya UU BPJS yang mengharuskan BPJS Kesehatan menerima pendaftaran peserta, maka target kepesertaan jaminan kesehatan BPJS Kesehatan yang cukup realistis adalah sebagai berikut: 1. Seluruh peserta jaminan kesehatan yang berasal dari Askes Sosial/PNS, Jamkesmas, JPK Jamsostek, TNI/POLRI dan sebagian Jamkesda (sekitar 121,6(20) juta jiwa) akan dikelola oleh BPJS Kesehatan mulai 1 Januari Tahun 2014. a)Peserta Askes PNS dan pensiunan PNS akan berganti nama menjadi peserta JKN, karena sebelumnya secara fisik sudah dikelola oleh PT (Persero) Askes yang berubah menjadi BPJS Kesehatan b)Penduduk miskin dan tidak mampu (peserta Jamkesmas) yang mendapat bantuan iuran dari Pemerintah yang kini dikelola oleh Kemenkes akan diserahkan ke dan dikelola oleh BPJS Kesehatan. Peserta ini tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari Pemerintah yang dibayarkan kepada BPJS.
EDISI 3/2012/JENDELA Husada 25
c)Seluruh pegawai negeri anggota TNI dan POLRI yang kini dijamin oleh Dinas Kesehatan masing-masing angkatan akan diserahkan ke dan dikelola oleh BPJS Kesehatan d)Pemberi kerja swasta yang sebelumnya mendaftarkan diri dan pekerjanya ke PT (Persero) Jamsostek, mulai Januari 2014 mendaftarkan ke BPJS Kesehatan. 2.Penegakan hukum bagi pemberi kerja agar menjamin kesehatan pekerjanya (beserta anggota keluarganya) akan dilakukan secara bertahap sampai tahun 2019. Dalam periode ini akan terjadi penambahan peserta yang dikelola oleh BPJS Kesehatan dengan tahapan berikut: a)Peserta Jamkesda (baik yang kini dikelola oleh PT Askes dengan naman (program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) ataupun yang dikelola dengan skema lain harus bergabung menjadi peserta BPJS Kesehatan paling lambat akhir tahun 2016. b)Penegakkan hukum (dengan sanksi administratif dan sanksi layanan publik) akan dilakukan secara bertahap. Penegakkan hukum ditujukan terlebih dahulu kepada pemberi kerja dengan jumlah karyawan besar yang belum m e n j a m i n k a r yawa n ( p e ke r j a ) nya . Sementara pemberi kerja yang kini telah menyediakan jaminan kesehatan melalui asuransi komersial atau menjamin sendiri
(self-insured) mendapat masa tunggu (wait and see) sampai awal tahun 2019. Pemberi kerja ini dapat mendaftarkan pekerjanya kapan saja (any time) selama tahun 20142019. Penegakkan hukum dilakukan secara sistematik mulai dari pemberi kerja dengan jumlah pekerja lebih dari 100 orang, menyusul pemberi kerja dengan jumlah pekerja 50-100 orang, dan seterusnya sampai pemberi kerja dengan pekerja satu orang (termasuk rumah tangga) mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS di Tahun 2019. c)Pekerja mandiri (bukan penerima upah) yang mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri mendaftarkan diri kapan saja (any time) selama tahun 2014-2019. d)Di Tahun 2019, tidak boleh lagi ada pekerja yang tidak terdaftar dalam BPJS Kesehatan. Disamping itu, dr. Doni juga menegaskan bahwa pelayanan dalam BPJS akan dilakukan secara berjenjang. Alurnya meliputi Pelayanan Primer: dokter dan dokter gigi di puskesmas, puskesmas perawatan, tempat praktik perorangan, klinik pratama, klinik umum dibalai/lembaga pelayanan kesehatan; Pelayanan Sekunder: pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik; dan Pelayanan Tersier: p e l aya n a n ke s e h a t a n s u b s p e s i a l i s t i k yangdilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
Cahya Prihantama, SKM. PKM Dinkes Sleman
Alur Pelayanan
EDISI 3/2012/JENDELA Husada 26
Ketika Remaja Bicara Tentang
HIV-AIDS
Liputan Khusus
Liputan FGD HIV-AIDS di SMAN I Godean Semakin meningkatnya kasus penderita HIV AIDS di lingkungan masyarakat, serta minimnya tingkat pengetahuan masyarakat akan HIV-AIDS mendorong Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Seksi PKM dan Promkes, Bidang Kesehatan Masyarakat, untuk membuat sebuah program kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, terutama remaja tentang HIV-AIDS secara benar dan komprehensif. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2010 menunjukkan bahwa hanya 11,4% remaja usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV-AIDS. mengetahui darimana remaja mendapatkan informasi, seberapa jauh tingkat pengetahuan, serta sikap dan perilaku remaja terhadap penyakit HIV-AIDS. Dengan kegiatan ini, diharapkan remaja juga dapat mencegah meningkatnya HIV-AIDS, serta meningkatkan kesadaran remaja untuk berpartisipasi dalam kampanye dan penyuluhan tentang HIV-AIDS. Program ini dilaksanakan dalam bentuk FGD (Focus Group Discussion) atau yang disebut sebagai diskusi kelompok terarah. Program ini dilaksanakan di seluruh wilayah di Kabupaten Sleman dengan melibatkan 300 remaja yang terbagi menjadi 60 remaja pada setiap titiknya. Promkes, bekerjasama dengan FKPPS (Forum Komunikasi Psikolog Puskesmas seKabupaten Sleman) membagi kelompok menjadi 5 titik dengan 1 titik diampu oleh 5 psikolog dari 5 puskesmas berdekatan yang kemudian memandu FGD dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 12 remaja. Kegiatan FGD yang dilaksanakan Kelompok 1 dipusatkan di Sanggar SMAN 1 Godean pada hari Kamis, 19 Desember 2013 mulai pukul 09.00 – 11.00 WIB. FGD diberikan pada 60 siswa/i yang terdiri dari siswa/siswi SMAN 1 Godean, SMKN 1 Godean, SMKN 2 Godean, SMA Muhammadiyah Moyudan dan SMAN 1 Seyegan. Beberapa tema yang di gali dari FGD ini adalah menggali asal sumber informasi tentang HIV-AIDS, tingkat pengetahuan mereka tentang HIV-AIDS, stigma yang ada di masyarakat tentang HIV-AIDS, serta sikap dan perilaku mereka terhadap HIV-AIDS maupun ODHA. Pada saat FGD dilakukan, ada beberapa hal menarik yang diperoleh selama diskusi berlangsung. Hampir semua remaja sudah pernah mendengar maupun mendapatkan informasi tentang HIV-AIDS baik dari internet, majalah, koran, televisi, penyuluhan
di sekolah, penjelasan dari guru dan dari teman. Bahkan ada juga yang mendapatkan sumber informasi tersebut dari orangtua mereka, meskipun prosentasenya hanya sedikit. Namun demikian informasi yang mereka dapatkan masih bersifat dangkal dan belum komprehensif. Hal ini mempengaruhi pemahaman mereka tentang HIV-AIDS. Berdasarkan tingkat pengetahuan, diketahui bahwa hampir sebagian besar sudah mengetahui tentang HIV-AIDS, namun belum memiliki pemahaman yang lebih jauh tentang apa itu penyakit HIV-AIDS dan media penularannya, sehingga dalam melakukan pencegahan juga masih belum komprehensif. Ada beberapa pemahaman yang masih salah pula tentang media penularan HIV-AIDS. Beberapa remaja mengatakan bahwa selain dapat menular lewat media darah, cairan kelamin dan ASI (air susu ibu), dapat menular lewat air liur, lewat media air saat berenang dan keringat. Sementara itu berdasarkan informasi tentang sikap dan perilaku mereka terhadap penderita HIV-AIDS (ODHA), masih ada beberapa remaja yang merasa khawatir jika berteman dengan ODHA karena takut ketularan, namun demikian hampir sebagian besar merasa tidak perlu takut dan khawatir berteman dengan ODHA dan memiliki kemauan untuk memberikan support pada ODHA dalam menghadapi penyakitnya. Beberapa diantara mereka juga memiliki kemauan untuk mengajak dan mengarahkan lingkungan terdekat seperti teman, keluarga dan lingkungan terdekat m e re ka ya n g b e re s i ko te rke n a H I V - A I D S u n t u k menghindarkan diri dan mengajak untuk menghentikan perilaku beresikonya. Namun demikian ada beberapa diantara mereka yang memilih untuk bersikap apatis dengan mendiamkan dan menghindar ketika mereka berhadapan dengan lingkungan beresiko dan ODHA. Kegiatan ini mereka rasakan cukup menarik dan positif untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang HIV AIDS, sehingga mereka dapat melakukan pencegahan secara dini, serta melindungi diri dan lingkungan mereka dari HIV-AIDS. Mereka juga berharap program sosialisasi tentang HIV-AIDS ini dapat dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya dengan kegiatan yang lebih bervariasi.
Mar'atul Khusna, S.Psi, Psi Psikolog Puskesmas Godean 2
EDISI 5/2013/JENDELA Husada 27
Rupa-rupa
RADIKAL BEBAS VS ANTIOKSIDAN Trend masalah kesehatan saat ini nampaknya mulai berubah, bila ditahun-tahun yang lalu masalah penyakit infeksi yang mendominasi, sekarang penyakit-penyakit degeneratif mulai menduduki posisi puncak.
Perubahan gaya hidup dan pola makan, serta polusi lingkungan dituding sebagai penyumbang radikal bebas yang melatar belakangi perubahan pola penyakit walaupun harus diakui juga adanya perbaikan usia harapan hidup karena menurunnya penyakit infeksi, perbaikan kesehatan lingkungan serta meningkatnya kemampuan ekonomi. ”Radikal bebas si bom waktu” Sebenarnya apa yang dimaksud dengan radikal bebas? Para ahli mendefinisikan radikal bebas sebagai molekul yang kehilangan elektron sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul sel lain. Sel yang diambil elektronnya oleh radikal bebas dapat mengalami perubahan-perubahan ditingkat selluler. Ibarat bom waktu kerusakan-kerusakan ditingkat selluler kondisi ini pada waktunya akan menimbulkan beragam penyakit. Sumber-sumber radikal bebas Secara umum radikal bebas bersumber dapat bersumber dari luar tubuh (eksogen) dan dalam tubuh (endogen). Radikal bebas eksogen sangat banyak macamnya contoh: sinar ultra violet, asap kendaraan, junk food, asap pabrik, asap rokok, insektisida. Radikal bebas endogen dihasilkan oleh tubuh sendiri sebagai hasil dari metabolisme pada proses autooksidasi, oksidasi enzimatik, proses fagositosis , dan dalam proses respirasi, transport elektron di mitokhondria. Mekanisme pembentukan radikal bebas dalam tubuh diawali proses inisiasi (pembentukan awal), propagansi (terbentuknya radikal baru), terminasi (pemusnahan) pengubahan menjadi radikal bebas stabil dan tidak reaktif sehingga tidak lagi mengambil elektron dari molekul sel. Antioksidan, perisai anti radikal bebas Antioksidan adalah molekul yang memiliki kemampuan mencegah atau mengurangi kemungkinan proses oksidasi (stress oksidatif) diberbagai bagian tubuh. Proses oksidasi membuat elektron menjadi agen oksidator sehingga menghasilkan radikal bebas yang memulai reaksi berantai yang merusak sel-sel tubuh. Sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan organ. Ibarat sebuah perisai antioksidan melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Menurut sumbernya antioksidan dibagi menjadi: 1.Antioksidan endogen (dihasilkan oleh tubuh) . ini adalah antioksidan lini pertama yang melindungi tubuh dari radikal bebas contoh. Enzim superoksida dismutase, katalase, glutation dismutase 2.Anti oksidan eksogen, anti oksidan yang diperlukan tubuh EDISI 3/2012/JENDELA Husada 28
untuk memperkuat hasil kerja anti oksidan endogen, berbagai hasil penelitian mendukung teori bahwa mengkonsumsi sumber-sumber antioksidans yang memadai dapat mencegah timbulnya beragam penyakit. Antioksidan eksogen dibagi menurut sumbernya: alami: sayur, buah, golongan flavonoid, alkaloid, saponin, quinon, tanin steroid, triterpenoid contoh flavoid pada mengkudu, saponin, glikosid pada ginseng & quinon, kumarin, pada ubi jalar. Sintetik. Vit C, Vit E, vit A, selenium sintetik, betakaroten. Sumber-sumber antioksidan disekitar kita Sumber-sumber anti oksidan di sekitar kita sangat banyak, mulai dari yang sangat murah hingga sangat mahal, alamiah maupun sintetik. Sumber terbaik tentu saja dari bahan alamiah sehari-hari dari apa yang kita makan, berikut ini adalah antioksidan yang sumbernya dengan mudah bisa kita dapati dari makanan seharihari. 1.Klorofil : sayuran hijau daun katuk, cincau hijau, bayam, kangkung 2.Asam ellagic, pada buah delima, strawberry 3.Proanthocyanidins, memberi warna merah/biru pada buah ( kulit manggis, kismis/ anggur buah, teh). 4.Glutation: susu kambing, alpukat, brokoli 5.Poliphenol: teh, anggur buah, sayuran hijau, brokoli, apel, bawang, apel 6.Vitamin E : sumber kacang-kacangan, minyak sayur, gandum, sayuran hijau 7.Karotenoid, mikronutrien larut lemak yang dapat dikonversi sebagai vit A dalam tubuh. Sumber: jeruk, kentang, lobak,wortel, melon, labu, tomat, telur. 8.Vitamin C: jeruk, nenas, kurma, tomat, apel dr. Dharmawan Lingga Puskesmas Seyegan
CARA MENGHITUNG
Rupa-rupa
BERAT BADAN IDEAL Pada sebagian orang, bentuk tubuh yang ideal menjadi keharusan, hal ini erat hubungannya dengan kesehatan seseorang dan aktivitas sehari-hari yang dilakukannya. Pada orang yang normal, tinggi dan berat badan akan bertambah berbanding lurus dengan usia seseorang; semakin bertambah usia, maka tinggi dan berat badan pun akan bertambah. Secara umum; berat badan seseorang dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu: underweight (kurus), normal (ideal), overweight (gemuk), dan obese (obesitas atau penumpukkan lemak yang berlebih). Untuk mengetahui apakah berat badan kita sudah ideal atau belum dapat dipergunakan rumus BMI (Body Mass Index) atau menggunakan rumus perhitungan berat badan berdasarkan usia.
C.Mencari berat badan yang ideal berdasarkan usia Secara garis besar, untuk mencari berat badan ideal berdasarkan usia dapat dibedakan menjadi 3 kelompok usia, yaitu: 1.Bayi (usia 0 sampai 11 bulan) BBI = (umur (bulan) / 2 ) + 4 BBI = Berat Badan Ideal Contoh: mencari berat badan ideal untuk bayi usia 7 bulan, yaitu : BBI = (umur (bulan) / 2 ) + 4 = (7 / 2) + 4 = (3.5) + 4 = 7,5 Jadi berat badan ideal untuk bayi berusia 7 bulan adalah 7,5 kg. 2.Anak (usia 1 sampai 10 tahun) BBI = (umur (tahun) x 2 ) + 8
BBI = Berat Badan Ideal Contoh: mencari berat badan ideal untuk anak usia 5 tahun, yaitu: BBI = (umur (tahun) x 2 ) + 8 A. Menggunakan kalkulator BMI = (5 x 2) + 8 Kalkulator BMI adalah suatu program perhitungan = (10) + 8 komputer untuk mengetahui apakah berat badan saat = 18 ini sudah masuk dalam klasifikasi ideal atau belum. Jadi berat badan ideal untuk anak berusia 5 tahun adalah 18 kg. Pengguna hanya tinggal memasukkan data berat dan tinggi badannya saja, kemudian secara otomatis 3.Usia remaja sampai dewasa program akan menghitung dan memberikan informasi mengenai berat badan Anda kurus, ideal, gemuk, BBI = (TB – 100) – ((TB – 100) x 10%) ataukah obesitas. Ada banyak program perhitungan BMI yang dapat dipergunakan atau diunduh secara gratis di BBI = Berat Badan Ideal internet. TB = Tinggi Badan B. Menggunakan rumus konvensional : Dapat juga menggunakan rumus yang lebih sederhana: Selain menggunakan kalkulator BMI, Anda juga dapat melakukan perhitungan sendiri secara konvensional BBI = (TB – 100) x 90% menggunakan rumus sederhana, yaitu dengan cara membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan. BMI = BB / TB²
Ika Yuli Margawati, AMK Puskesmas Depok 1
BMI = Body Mass Index BB = Berat Badan. TB = Tinggi Badan. EDISI 5/2013/JENDELA Husada 29
TAZKIYATUNNUFUS
Pesona Al Haram
Ustadz Toto
Tanah haram adalah sebutan lain untuk dua kota suci yakni Makkah Al Mukarromah dan Madinah Al Munawwaroh, merupakan area dengan batas-batas tertentu yang ditentukan oleh Allah SWT, dimana orang non muslim dilarang memasuki wilayah tersebut. Selain itu tidak boleh merusak tanaman, berburu binatang dan tanah serta batunya tidak boleh dibawa keluar. Di Makkah, batas tersebut kira-kira dari masjidil Haram 7 KM kearah utara, 13 KM kearah selatan, 25 KM kearah barat dan 25 KM kearah timur. Masjidil haram merupakah salah satu masjid yang disebut beberapa kali di dalam Al Quran. Mengunjungi Masjidil Haram adalah diperintahkan. Nabi bersabda: "Janganlah engkau mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid yaitu: Masjidil Haram, Masjidku ini dan Masjidil Aqsa". Oleh karena itu sebagai muslim sudah seharusnya punya niat menziarahi tempat ini utamanya melalui ibadah haji yang diwajibkan sekali seumur hidup.
oleh para malaikat. Jika ditarik garis lurus ke atas, maka Ka'bah searah dengan Bait Al Makmur yaitu pusat ibadah para malaikat di langit. Kabah tidak pernah sepi. Puluhan ribu orang berthawaf setiap menitnya khususnya pada musim haji. Kepadatan manusia utamanya disekitar hajar aswad yang merupakan tempat memulai thawaf. Antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah terdapat tempat berdoa yang sangat mustajab, yaitu Multazam. Di Ka'bah ini, setiap harinya Allah menurunkan 120 Rahmat. 60 diberikan kepada mereka yang sedang thawaf, 40 diberikan pada yang sholat dan 20 diberikan kepada mereka yang sedang memandangi Ka'bah. Benar saja, memandangi Ka'bah tidak pernah bosan dan dapat menemtramkan hati. Ka'bah ditutup dengan kain sutra asli yang disebut Kiswah. Berat Kiswah ini mencapai 750 kg yang dilengkapi dengan kaligrafi dari benang emas. Kiswah ini diganti setahun sekali dengan anggaran sekitar Rp. 45 Milyar.
Beribadah di masjid ini pahalanya luar biasa. Menurut Nabi, sholat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali dibanding masjid lain. Begitupun tadzarus, berdoa, berdzikir, bersedekah dan beramal baik lainnya. Sholat di tempat ini terasa tenang dan khusuk, walau diluar suhunya panas tetapi di dalam masjid sangat dingin karena dilengkapi kipas angin dan AC disetiap tiang yang jumlahnya ribuan. Kaligrafi dan ornamen cantik turut menghiasi dinding dan atap masjid sehingga menambah indah ruangan. Penataan lampu-lampu kristal dan kombinasi warna cat menjadikan masjid terasa lebih hidup. Gemuruh tadzarus dan dzikir senantiasa keluar dari bibir yang selalu berharap akan ampunan Allah. Ratusan ribu Mushaf Al Quran tertata rapi disetiap sudut untuk memudahkan jamaah bertadzarus. Ribuan liter air zam-zam disiapkan setiap harinya oleh petugas khusus berpakaian krem untuk para jamaah dengan gelas plastik sekali pakai. Lantai dan dindingnya terbuat dari marmer yang dapat menyerap panas yang selalu dibersihkan petugas dengan seragam biru-biru.
Tempat lain yang dipadati jamaah untuk sholat dan berdoa adalah Maqom Ibrahim dan hijir Ismail. Maqom Ibrahim adalah tempat berpijaknya kaki Nabi Ibrahim ketika membangun Ka'bah dan mengumumkan tentang kewajiban beribadah haji kepada seluruh umat manusia. Sementara hijir Ismail adalah tempat tinggal Nabi Ismail dan Ibunya Siti Hajar sekaligus kuburan beliau berdua yang bentuknya setengah lingkaran dengan lokasi sebelah utara Ka'bah.
Titik sentral Masjidil Haram adalah Ka'bah yang merupakan kiblat umat muslim di seluruh dunia dalam melaksanakan ibadah sholat. Ka'bah merupakan bangunan yang pertama kali ada di bumi yang dibangun EDISI 3/2012/JENDELA Husada 30
Perluasan Masjidil Haram tak pernah henti. Pembangunan yang dilakukan selama 24 jam setiap harinya hanya berhenti ketika dikumandangkan adzan, kemudian setelah selesai sholat fardu pekerja kembali memulai pekerjaannya. Para arsitek dan pekerja selalu berdoa di depan pintu masjid yang jumlahnya mencapai 94 ini sebelum mereka memasuki masjid. Kedepan diperkirakan 10 juta jamaah akan bisa tertampung didalam masjid ini. Sungguh masjid ini "ngangeni". Tak seorangpun yang pernah memasuki masjid ini tidak ingin kembali. Subhanallah.
SA
LEN
Lensa
Penyerahan sertifikat ISO dari Bupati Sleman kepada Puskesmas Gamping 2 dan Ngemplak 2
Penandatanganan MoU Pemkab Sleman dengan Perguruan Tinggi Ilmu Kesehatan
Penyerahan penghargaan Kabupaten Sehat Kategori Wiwerda
Juara 1 Lomba Paduan Suara Kader HKN 2013 dari wilayah Puskesmas Kalasan
Peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia di Lapangan Denggung diikuti Siswa SD dari berbagai wilayah
Seminar “Stoke dan Hipertensi” dalam rangka HKN Bertempat Di RSUP dr.Sardjito
Serah terima Ambulans dari Kadinkes kepada UPT Puskesmas dalam rangka peningkatan kualitas layanan
Suasana Puncak HKN 2013 di Aula gedung Serba Guna Sleman
Dinkes menerima piagam penghargaan atas kinerja terbaik Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pengelola Dana Tugas Pembantuan (TP) EDISI 5/2013/JENDELA Husada 31
KEBIJAKAN PEMKAB SLEMAN PER 1 JANUARI 2014 TENTANG AKTE KELAHIRAN MELALUI FASYANKES
INGAT! Saat ANC Beritahu Ibu Hamil untuk menyiapkan Persyaratan Pengurusan Akte Kelahiran (siapkan nama anak)
PERSYARATAN PENGURUSAN AKTE KELAHIRAN a. Surat Keterangan Lahir b. KTP Asli Ayah dan Ibu c. Kartu Keluarga (KK) Ayah dan Ibu d. Surat Nikah Asli e. Surat Kuasa Bermaterai Rp. 6.000,-
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN