BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan industrialisasi dan modernisasi yang semakin pesat mengakibatkan intensitas kerja operasional semakin meningkat, sehingga muncul berbagai dampak seperti kelelahan, kehilangan keseimbangan, kurang keterampilan merupakan penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan (Tarwaka, 2014). Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik seorang pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja, 153 pekerja mengalami kecelakaan kerja, setiap harinya 6.300 orang meninggal akibat kecelakaan kerja maupun PAK, kemudian lebih dari 2,3 juta kematian per tahun dengan 317 juta kecelakaan terjadi per tahunnya (ILO, 2017) Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja di Indonesia tahun 2011-2014 tercatat pada tahun 2011 sebanyak 9.891 pekerja, tahun 2012 sebanyak 21.735 pekerja, tahun 2013 sebanyak 35.917 pekerja dan tahun 2014 sebanyak 24.910 pekerja. Sedangkan, kasus penyakit akibat kerja tahun 2011-2014 mengalami penurunan yaitu tercatat pada tahun 2011 sebanyak 57.929 pekerja, tahun 2012 sebanyak 60.322 pekerja, tahun 2013 sebanyak 97.144 pekerja, dan pada tahun 2014 sebanyak 40.694 pekerja (Depkes, 2015). Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencatat terjadi peningkatan data kecelakaan kerja tahun 2015 yaitu berjumlah 3.083
kecelakaan kerja dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah 2.549 kecelakaan kerja (Disnakertransduk, 2016). Kejadian kecelakaan berdasarkan data, fakta serta pengalaman merupakan sebuah rentetan kejadian karena adanya potensi bahaya yang saling berkaitan. Teori domino Heinrich menggambarkan terjadinya kecelakaan atau cidera disebabkan lima faktor penyebab yang saling berurutan dan faktor yang pertama penyebab kecelakaan berdasarkan teori domino yaitu domino lingkungan sosial dan kebiasaan perilaku (Tarwaka, 2012). Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh kondisi kerja atau tindakan yang tidak aman seperti pengoperasian mesin tanpa pelindung, melanggar atau mengabaikan urutan-urutan, bekerja dalam ruangan dengan penerangan yang buruk dan lain sebagainya. Mengkaji kecelakaan kerja tidak perlu menunggu sampai kecelakaan kerja terjadi. Dalam berbagai kajian kecelakaan kerja perilaku berbahaya menjadi indikator penting (Winarsunu, 2008). Penelitian Aisyah (2016) tentang hubungan kepatuhan instruksi kerja dengan perilaku aman pada karyawan bagian mekanik PT Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar didapat nilai p value sebesar 0,01 < 0,05 diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan instruksi kerja dengan perilaku aman. Penelitian Wijayanti (2014) tentang hubungan praktik penerapan standart operating prosedure (SOP) dan pemakaian alat pelindung diri (APD) dengan kejadian kecelakaan kerja pada perawat unit Perinatologi di RSUD Tugurejo Semarang diketahui bahwa ada hubungan antara praktik penerapan
2
SOP dengan kejadiaan
kecelakaan
kerja dan
praktik
perawat
yang
mempunyai nilai p value sebesar 0,002. Penelitian Suyono dan Erwin (2013) tentang hubungan antara faktor pembentuk budaya keselamatan kerja dengan safety behavior di PT Dok dan Perkapalan Surabaya unit hull construction hasil uji statistik Continuity Correction antara variabel peraturan dan prosedur K3 dengan perilaku K3 menunjukkan tidak ada hubungan di antara kedua variabel. PT Aneka Adhilogam Karya adalah industri pengecoran logam yang termasuk industri kecil nasional yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan kerja, terlihat dari proses produksinya yang menggunakan mesin dan alat berat serta bekerja dalam suhu tinggi. Selain memiliki risiko tinggi, perusahaan tersebut memiliki potensi bahaya dalam setiap proses kerjanya seperti terpapar kebisingan, kejatuhan benda berat, terkena serpihan baja, terkena lelehan baja panas dan percikan api oleh karena itu instruksi kerja harus ditaati oleh seluruh pekerja. Namun, PT Aneka Adhilogam Karya sudah menerapkan Instruksi Kerja (IK) kepada seluruh unit bagian kerja. Seluruh kegiatan dan tindakan proses kerja dilakukan sehari-hari berdasarkan instruksi kerja yang disingkat (IK) yang diawasi masing-masing kepala bagian. PT Aneka Adhilogam Karya memiliki bagian produksi terdiri dari 4 bagian yaitu yang pertama bagian induksi (peleburan) melakukan proses peleburan logam, yang kedua bagian pencetakan yang melakukan proses pencetakan logam dan pengecoran yang menuangkan logam ke cetakan, bagian yang ke tiga yaitu bagian permesinan melakukan proses manufaktur,
3
dan yang ke empat adalah bagian finishing yang merupakan proses penyempurnaan barang. Semua kegiatan tersebut terdapat instruksi kerja (IK) yang harus dilakukan dengan benar. Berdasarkan hasil survei pendahuluan instruksi kerja (IK) yang terdapat di PT Aneka Adhilogam Karya adalah dokumen milik perusahaan yang hanya bisa dilihat oleh pekerja sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan seperti siapa yang bertugas melakukan pekerjaan, peralatan yang digunakan, tata cara melakukan pekerjaan, dan alat pelindung diri yang harus digunakan. Hasil observasi kepada sepuluh pekerja yang telah dilakukan peneliti pada bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya pada tanggal 8 maret 2017 diketahui bahwa tingkat kepatuhan terhadap instruksi kerja sebesar 70%. Hasil observasi awal perilaku aman pada 10 pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya sebesar 80% pekerja yang berperilaku aman dan 20% pekerja berperilaku tidak aman yaitu pekerja ada yang tidak menggunakan alat pelindung diri sama sekali, tidak mengunakan alat pelindung diri dengan lengkap dan merokok di tempat kerja. Kecelakaan kerja yang pernah terjadi di PT Aneka Adhilogam Karya selama tahun 2016 antara lain terkena percikan api, kaki kejatuhan baja, mata terkena serpihan baja, terjepit mesin, memegang besi panas yang dikira sudah dingin, dan tersandung. Sebagian besar pekerja telah mematuhi instruksi kerja dan bekerja dengan berperilaku aman, akan tetapi masih terdapat pekerja yang tidak
4
mematuhi instruksi kerja dan berperilaku tidak aman. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan kepatuhan instruksi kerja dengan perilaku aman pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, adakah hubungan kepatuhan instruksi kerja dengan perilaku aman pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan kepatuhan instruksi kerja dengan perilaku aman pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden (umur, lama kerja dan pendidikan) pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten. b. Mendeskripsikan kondisi kerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten. c. Mendeskripsikan kepatuhan instruksi kerja pada pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten.
5
d. Mendeskripsikan perilaku aman pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten. e. Menganalisis hubungan kepatuhan instruksi kerja dengan perilaku aman pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan digunakan sebagai evaluasi perusahaan tentang kepatuhan pekerja terhadap instruksi kerja yang diberikan perusahaan, perilaku aman dan kondisi kerja pekerja bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten. 2. Bagi Tenaga Kerja Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya instruksi kerja dan berperilaku secara aman di bagian produksi di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper, Klaten. 3. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan acuan untuk peneliti selanjutnya tentang kepatuhan instruksi kerja dengan perilaku aman secara lebih mendalam.
6