1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi, karena sumber daya manusia merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan setiap kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu sumber daya manusia harus mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya karena memiliki pikiran, perasaan dan perilaku yang dapat mempengaruhi keberhasilan organisasi. Salah satu organisasi yang bergerak dalam bidang bisnis farmasi adalah Kimia Farma. Karyawan yang memiliki semangat dan gairah kerja yang tinggi maka pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan dapat dikurangi, absensi dapat diperkecil, keluhan dan peringatan dapat dihindari dan pemogokan dapat ditiadakan. Jadi semangat dan gairah kerja yang tinggi dikalangan karyawan akan menyebabkan kesenangan karyawan dalam melaksanakan tugas. Dalam hubungan dengan semangat kerja, Nitisemito (1996), menyatakan bahwa suatu perusahaan yang mampu meningkatkan semangat dan gairah kerja karyawan, mereka akan memperoleh banyak keuntungan. Kondisi demikian itu menyebabkan perusahaan memperoleh keuntungan yang besar sehingga mampu menjaga kelangsungan hidup usahanya. Menurut Tohardi (2002), ada beberapa alasan mengenai pentingnya semangat kerja karyawan sebagai organisasi atau perusahaan. Alasannya dapat dijelaskan sebagai berikut.
2
1) Dengan semangat kerja yang tinggi, tentunya dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena malas dan peringatan lisan dan tertulis tidak terjadi. 2) Dengan semangat kerja yang tinggi dari karyawan maka pekerjaan yang diberikan atau yang ditugaskan kepadanya dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat. 3) Dengan semangat kerja yang tinggi, pihak organisasi atau perusahaan memperoleh keuntungan dari sudut kecilnya angka kerusakan, karena semakin tidak puas dalam bekerja, semakin tidak bersemangat dalam bekerja, maka semakin besar angka kerusakan. 4) Dengan semangat kerja tinggi, otomatis membuat karyawan akan merasa senang bekerja, dengan demikian kecil kemungkinan karyawan akan pindah bekerja ke tempat lain. 5) Dengan semangat kerja yang tinggi dapat mengurangi angka kecelakaan, karena karyawan yang mempunyai semangat kerja tinggi cenderung bekerja dengan hati-hati dan teliti, sehingga bekerja sesuai dengan prosedur yang ada. Menurut Lateiner (1985), faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah kebanggaan pekerja atas pekerjaannya, hasrat untuk maju, perasaan telah diperlakukan dengan baik, kemampuan untuk bergaul dengan kawan sekerja dan kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaan. Menurut Namawi (1997) faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah minat atau perhatian karyawan terhadap pekerjaan, upah atau gaji, status sosial berdasarkan jabatan, tujuan yang mulia dan pengabdian suasana lingkungan kerja, dan hubungan
3
manusiawi. Menurut Nitisemito (1996), menyatakan bahwa meningkatkan semangat dan kegairahan kerja adalah memberikan gaji insentif, kebutuhan rohani, suasana santai, harga diri, penempatan, kesempatan untuk maju, perasaan aman menghadapi masa depan, loyalitas, partisipasi dan fasilitas. Anoraga (1998), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah keamanan kerja, kesempatan untuk mendapatkan kemajuan, lingkungan kerja, rekan kerja yang baik, dan gaji atau pendapatan. Menurut Halsey (1994), faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja. Tjatur (2005) menyatakan bahwa lingkungan kerja dan kompensasi, secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap disiplin kerja karyawan, dimana lingkungan kerja mempunyai pengaruh dominan terhadap disiplin kerja karyawan. Mudiartha (2005), menyatakan bahwa ruang keja yang bersih nyaman dan aman akan menimbulkan semangat kerja yang tinggi. Demikian juga ruang kerja yang tidak bising, penerangan yang baik, penataan peralan kantor rapi dan ruang gerak leluasa dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali selama lima tahun terakhir menunjukkan penurunan, hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya angka absensi karyawan dan adanya beberapa kali peringatan yang diberikan baik secara lisan maupun tulisan oleh pimpinan kepada karyawan Apotik Kimia Farma. Adapun tingkat absensi dan peringatan yang terjadi selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1.
4
Tabel 1.1. Tingkat Absensi dan Peringatan yang Terjadi pada Kimia Farma di Bali selama Tahun 2005 – 2009. Absensi Orang Peningkatan (Hari) (%) 2005 24 20,0 2006 35 45,8 2007 45 28,6 2008 50 11,1 2009 60 20,0 Jumlah/Rata-rata 214 25,1 Sumber : Apotik Kimia Farma, 2010. Tahun
Peringatan Lisan
Tertulis
Jumlah
0 0 1 0 0 1
0 1 0 0 0 1
0 1 1 0 0 2
Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dinyatakan bahwa tingkat absensi karyawan selama periode tahun 2005 s/d 2009 meningkat rata-rata 25,1 persen pertahun. Sedangkan tingkat absensi paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yakni sebanyak 60 orang karyawan tidak hadir dengan peningkatan dari tahun 2008 sebanyak 20,0 persen. Ini berarti tingkat absensi yang terjadi pada karyawan Kimia Farma di Bali cukup tinggi hal ini mencerminkan semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali terjadi penurunan. Selain tingkat absensi semangat kerja karyawan dapat dilihat dari peringatan yang diberikan baik secara lisan maupun tertulis dapat diperhatikan namun dalam kasus Kimia Farma di Bali, peringatan yang diberikan terhadap karyawan tidak begitu banyak dimana dalam periode tahun 2005 s/d 2009 terjadi peringatan sebanyak 2 kali. Oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan, maka beberapa faktor yang sama dan terkait satu sama lain dikelompokkan menjadi satu. Dalam penelitian ini diteliti lima variabel yang mempengaruhi semangat kerja karyawan yaitu: (1) penempatan, (2) kompensasi, (3) kesempatan berprestasi, (4) komunikasi dan (5) lingkungan kerja. Kelima faktor tersebut
5
diteliti dengan alasan bahwa dengan penempatan yang tepat, pemberian kompensasi yang adil, pemberian kesempatan berprestasi yang terbuka, hubungan kerja atau komunikasi yang kondusif dan lingkungan kerja yang baik dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Dengan semangat kerja karyawan yang tinggi organisasi akan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja. Berdasarkan uraian tersebut, dalam usaha meningkatkan semangat kerja karyawan maka perlu dilakukan penelitian Tentang Pengarug Penempatan, Kompensasi, Kesempatan Berprestasi, Komunikasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Kimia Farma di Bali.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Apakah variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma Bali. 2) Apakah variabel penempatan, kompensasi,
kesempatan berprestasi,
komunikasi dan lingkungan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma Bali. 3) Variabel manakah dari kelima variabel tersebut yang berpengaruh dominan terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma Bali. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan pokok permasalahn yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.
6
1) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan secara simultan dari variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan Kimia Farma di Bali. 2) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif yang signifikan secara parsial dari variabel penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapa memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk peningkatan semangat kerja karyawan yang diakitkan dengan penempatan, kompensasi, kesempatan berprestasi, komunikasi dan lingkungan kerja 2) Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bukti empiris
pengaruh
penempatan,
kompensasi,
kesempatan
berprestasi,
komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap semangat kerja karyawan.