BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis eceran atau bisnis ritel, merupakan bisnis yang menghidupi banyak orang dan memberi keuntungan bagi sebahagian orang lainnya.Di banyak Negara
termasuk
Negara-negara
industri
seperti
Inggris
dan
Amerika
Serikat.Bisnis eceran merupakan salah satu sektor utama perekonomian yang mendatangkan keuntungan besar.Indonesia sendiri mendapatkan bantuan besar dari sektor perdagangan eceran saat krisis moneter melanda Indonesia di akhirtahun 1997. Dalam periode enam tahun terakhir, dari tahun 2007–2012, jumlah gerai ritel modern di Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun. Pada tahun 2007, jumlah usaha ritel di Indonesia masih sebanyak 10.365 gerai, kemudian pada tahun 2011 mencapai 18.152 gerai tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan.Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara 10%–15% per tahun.Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar Rp49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama, yaitu 10%–15%, atau mencapai Rp138 triliun. Jumlah pendapatan terbesar merupakan kontribusi dari hipermarket, kemudian disusul oleh minimarket dan supermarket. Hingga saat ini, bisnis ritel masih menjadi salah satu sumber penghasilan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 237 juta jiwa dengan total konsumsi sekitar Rp3.600-an triliun merupakan 1
2 pasar potensial bagi bisnis ritel modern (toko berkonsep swalayan/ self service). Ini didukung oleh perilaku berbelanja penduduk Indonesia yang sudah mulai bergeser, dari berbelanja di pasar tradisional menuju ritel modern yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan yang selama ini jarang konsumen dapatkan pada pasar tradisional.Hal inilah yang memicu banyaknya pengusaha yang melakukan ekspansi usaha dalam bisnis ritel moderen baik berskala besar, skala menengah maupun skala kecil.Bukan hanya pengusaha dalam negeri, bahkan saat ini banyak pengusaha atau perusahaan asing yang berinfestasi pada bisnis ritel di Indonesia khususnya ritel modern dan ikut bersaing dengan perusahaan – perusahaan lokal.Oleh karena itu bisnis ritel modern seperti minimarket, supermarket, hypermarket dan lainnya berkembang semakin pesat. Pesatnya perkembangan bisnis ritel di Indonesia tersebut memicu terjadi persaingan dalam mendapatkan pelanggan.Kondisi persaingan yang semakin ketat ini pun menuntut setiap perusahaan untuk mampu bertahan hidup. Karena itu, setiap bisnis ritel modern perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara memunculkan perbedaan atau keunikan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan pesaing untuk dapat menarik minat beli konsumen. Selain itu, setiap retailer dituntut untuk selalu melakukan inovasi agar dapat merebut hati konsumennya untuk melakukan pembelian.Oleh karena itu situasi pembelian terutama lingkungan fisik seperti warna, suara, cahaya, dan pengaturan ruang perlu diperhatikan retailer, karena dengan lingkungan fisik yang menarik diharapkan mampu menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut
Lamb,
Hair,
dan
McDaniel
(2011),
para
pengecer
menggabungkan unsur-unsur bauran eceran untuk menciptakan suatu metode tunggal guna menarik pasar sasaran. Adapun bauran eceran (retailingmix)
3 Menurut Hendri Ma’ruf (2006;113) terdiri dari: Lokasi, Produk (keluasan dankedalaman keragaman produk), Harga, Promosi (Periklanan, publisitas, dan hubungan masyarakat), Store atmosphere (Suasana dalam gerai), Pelayanan, dan Customer service. Bauran eceran (retailinlg mix) memegang peranan penting dalam proses pemasaran suatu produk karena berkaitan langsung untuk memperkenalkan produk kepada konsumen dengan memikat hati mereka dengan memberikan kesan baik yang mampu diingat dan dirasakan oleh konsumen. Konsumen yang telah mengenal produk perusahaan diharapkan akan memiliki minat untuk membeli produk tersebut. Store atmosphere (suasana toko) merupakan salah satu elemen penting dari bauran eceran yang mampu mempengaruhi proses keputusanpembelian konsumen. Saat melakukan pembelian, konsumen tidak hanya memperhatikan barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga lingkungan pembelian yang memberikan kenyamanan bagi konsumen, sehingga konsumen tersebut memilih toko yang disukai dan melakukan pembelian.Meskipun begitu, mengetahui dan memahami suasana toko bukanlah hal yang mudah karena suasana toko merupakan kombinasi dari hal-hal yang bersifat emosional. Definisi store atmosphere (suasana toko) sendiri menurut Christina Whidya Utami (2006: 238) adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi -wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang. Berman & Evan dalam Fuad (2010;2) membagi elemen-elemen store atmosphere kedalam empat elemen, yaitu: Store Exterior, General interior, Store layout , dan Interior display. Setiap perusahaan selalu berusaha agar sukses dalammemenangkan persaingan dengan berusaha untuk dapat mencapai
4 tujuanyaitu
menciptakan
dan
mempertahankan
pelanggan.
Mempertahankanpelanggan merupakan tantangan bagi perusahaan yang harus diupayakanuntuk kelangsungan hidup perusahaan buat konsumen merasa nyaman ketikaberada di dalam toko merupakan salah satu cara agar bisa menarikkonsumen untuk melakukan tinda kan pembelian (Levy & Weitz, 2008:556). Store atmosphere (suasana toko) sebagai alat komunikasi pemasaran yang didesain sedemikian rupa agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen serta sebagai upaya pemahaman perilaku konsumen pada toko ritel modern dalam rangka merangsang keinginan berbelanja. Perubahan terhadap store
atmosphere
(suasana
toko)
harus
selalu
dirancang
agar
tidak
membosankan, langganan tetap setia, dan mengatasi para saingan. Jika konsumen bosan dengan suasana toko kemungkinan besar mereka akan beralih ke toko lain. Saat ini jumlah hypermarket dan pasar swalayan di Indonesia telah berkembang dengan pesat termasuk di kota Makassar, contohnya anatara lain swalayan gelael, hypermart dan Carrefour.Salah satu contoh di atas adalah Swalayan Gelael.Swalayan Gelael Makassar adalah salah satu perusahaan yang memanfaatkan peluang pasar tersebut. Diantara swalayan di kota Makassar, swalayan Gelael memiliki keunggulan yaitu menjadi swalayan pertama di kota Makassar yang mampu bertahan hingga sekarang. Walaupun saat ini banyak bermunculan supermarket-supermarket yang baru tapi Gelael tetap memiliki popularitas dikalangan masyarakat di kota Makassar. Karena banyaknya pesaing yang bermunculan, Swalayan Gelael meningkatkan suasana toko tersebut atau merenovasi apa saja bagian-bagian yang toko agar menarik perhatian konsumen. Store atmosphere menjadi hal yang penting dalam menarik perhatian
5 konsumen. Jadi, akan dijelaskan apakah store atmosphere berpengaruh terhadap kepuasan konsumen di Swalayan Gelael atau tidak. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah store atmosphere yang terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior display berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan konsumen pada swalayan Gelael Makassar ? 2. Apakah store atmosphere yang terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior display berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan konsumen pada swalayan Gelael Makassar ? 3. Variabel manakah dari store atmosphere yang berpengaruh paling signifikan
terhadap
kepuasan
konsumen
pada
swalayan
Gelael
Makassar? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kepuasan konsumen terhadap store atmosphere yang terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior display pada swalayan Gelael Makassar. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh store atmosphere yang terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior display secara simultan terhadap kepuasan konsumen pada swalayan Gelael Makassar. 3. Mengetahui variabel store atmosphere yang berpengaruh paling signifikan
terhadap
Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Akademis
kepuasan
konsumen
pada
swalayan
Gelael
6 Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan terhadap manajemen pemasaran khususnya terkait pada kepuasan konsumen dan store atmosphere retail. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input yang bermanfaat kepada objek penelitian dalam hal ini terkait fungsi dan konsep store atmosphere guna meningkatkan kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar, serta menjaga inovasi dan perkembangan Gelael kedepannya. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini akan menjabarkan tentang latar belakang masalah,perumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang mendukung penelitian inidan juga berisi tentang referensi yang dianggap representative dalambidang
pembahasan
dan
teori-teori
yang
relevan
untuk
menjelaskanvariabel-variabel yang akan diteliti (terdiri dari kerangka pikir danhipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang terdiri darilokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dansumber
data,
opulasi
dan
sampel,
definisioperasional variabel. BAB IV : HASIL PENELITIDAN DAN PEMBAHASAN
metode
analisis
dan
7 Bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum obyek penelitian, yang terdiri dari sejarah singkat, struktur organisasi, uraian tugas, hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saram-saran dari hasil penelitian.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori dan Konsep 2.1.1 Pemasaran 2.1.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2005:10) pengertian pemasaran sebagai berikut: “pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu kelompok mendapakan apa yang mereka butuhkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak yang lain”. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:57). Pemasaran berarti proses mengelolah pasar untuk menghasilkan pertukaran dan hubungan dengan tujuan untuk menciptakan nilai serta memuaskan kebutuhan dan keinginan. Konsep pasar inilah yang membawa pada konsep pemasaran, yaitu cara baru yang dibuat oleh tiga faktor dasar: 1. Seluruh kegiatan perusahaan harus berorientasi pada konsumen. 2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan, dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri. 3. Seluruh kegiatan pemasaran dalam peruahaan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan secara organisasi.
9 2.1.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran. Menurut Kotler dan Amstong (2008) pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan
manajemen
adalah
proses
pengorganisasian
(organizing),
perencanaan (planning), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling). Sementara menurut American Marketing Association dalam Sofjan (2009) manajemen pemasaran adalah suatu proses merencanakan dan melaksanakan konsep, penentuan harga, promosi dan distribusi dari gagasan, barang dan jasa untuk membuat suatu pertukaran yang memuaskan individu atau tujuan organisasi. Manajemen pemasaran adalah kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasikan yang meliputi pendistribusian barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat di pasar agar tujuan utama daripemasaran dapat tercapai. 2.1.2 Retail 2.1.2.1 Pengertian Retail Kotler dalam Foster (2008;35) mendefinisikan etail sebagai kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Retail menurut Hendri Ma’ruf (2006;7) adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga.
10 Berdasarkan definsi diatas, dapat disimpulkan bahwa perdagangan eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Ini merupakan mata rantai terakhir dalampenyaluran barang dan jasa. 2.1.2.2 Karakteristik Retail Menurut Berman & Evan dalam Foster (2008;36) terdapat terdapat beberapa karakteristik khusus retail yang membedakannya dengan tipe-tipe usaha lain, yaitu: 1. Small Avarage Sale Transaksi penjualan eceran yang relatif kecil sehingga pedagang eceran harus berupaya menekan biaya-biaya yang menyertai penjualan
dan
mengeluarkan
program-program
promosi,
serta
mendorong penjualan impulsif. 2. Impulse Purchase Kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan semakin meningkat. Untuk itu para pedagang eceran harus mengelola display, tata letak toko, etalase, dan sebagainya lebih baik lagi. 3. Popularity of Store Keberhasilan dari suatu bisnis retailing sangat tergantung dari popularitas toko atau perusahaan. Walaupun akhir-akhir ini banyak diperkenalkan cara berbelanja via pos, telepon, internet atau televisi, namun pada kenyataan kosumen tetap mengalir ke toko-toko eceran, hal ini disebabkan oleh popularitas toko eceran di mata konsumen. 2.1.2.3 Fungsi Retail Penjualan eceran dapat lebih maju dalam usahanya apabila mau bekerja lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya dalam melayani konsumen. Pelayanan pada konsumen harus diutamakan karena merupakan suatu hal yang
11 sangat penting dalam menarik suatu konsumen. Berman & Evan dalam Foster (2008;38) menjelaskan fungsi retail dalam distribusi adalah sebagai berikut: 1. Retail merupakan tahap akhir dalam saluran distribusi yang terdiri dari usaha-usaha dan orang-orang yang terlibat dalam perpindahan fisik dan penyerahan kepemilikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. 2. Retail dalam saluran distribusi mempunyai peranan penting sebagai perantara antara pengusaha manufaktur, pedagang besar, serta pemasok
lain
ke
konsumen
akhir.
Para
pedagang
eceran
mengumpulkan berbagai macam barang dan jasa dari beragam pemasok dan selajutnya menawarkan kepada beberapa konsumen. 3. Fungsi distribusi dari retail adalah terjalinnya komunikasi dengan pelanggan mereka, pengusaha manufaktur, dan pedagang besar. 4. Bagi para pengusaha manufaktur dan pemasok yang masih kecil, pedagang eceran harus dapat menyediakan bantuan yang berguna seperti transportasi, penyimpanan, periklanan, dan pembayaran lebih dahulu untuk barang dagangan. Melalui retail, transaksi para pelanggan dilengkapi dengan pelayanan pelanggan yang lebih baik seperti pembungkus, pengiriman, dan pemesanan. 2.1.3 Retailing Mix Untuk mendukung usaha eceran dibutuhkan strategi-strategi yang terpadu, agar dalam mengambil suatu keputusan tidak menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Menurut Masso, Mayer, & F. Ezeel dalam Foster (2008;51) bauran penjualan eceran adalah semua variabel yang dapat digunakan sebagai strategi pemasaran untuk berkompetisi pada pasar yang dipilih. Menurut Hendri Ma’ruf (2006;114) bauran retail (retailing mix) terdiri dari:
12 1. Lokasi Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam baura pemasaran retail (retail marketing mix). Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, oleh pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan sama-sama punya setting/ambience yang baik. 2. Produk Produk-produk
yang
dijual
dalam
retail
disebut
merchandise.
Menchardise yang akan dijual penting dipilih dengan benar karena merchandise adalah “mesin sukses” bagi pengecer. Merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu, dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan retail. 3. Harga Penetapan harga adalah yang paling krusial dan sulit diatanra unsurunsur dalam bauran pemasran retail. Harga adalah satu-satunya unsur dalam berbagai unsur bauran pemasaran retail itu yang akan mendatangan laba bagi peritel. Penentuan harga yang tepat akan sangat mendukung tercapainya tujuan perusahaan. 4. Promosi Image (citra) dibangun dengan program promosi. Program promosi yang lengkap disebut bauran promosi (promotion mix) yang terdiri atas iklan, sales promotion, public relations, dan personal selling.
13 5. Suasana dalam gerai (store atmosphere) Suasana atau suasana dalam gerai berperan penting dalam memikat pembeli, membuat nayaman mereka dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa yang perlu dimiliki baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga. Tantangan gerai besar adalah bagaimana mengelola suasana atau suasana dalam toko sedemikian rupa sehingga tujuan meningkatkan kunjungan pelanggan tercapai, penjualan bertambah, dan citra positif terbangun. 6. Pelayanan Pelayanan eceran bertujuan memfasilitasi para pembeli saat mereka berbelanja di gerai. Hal-hal yang dapat memfasilitasi para pembeli terdiri atas layanan pelanggan, personal selling, layanan transaksi berupa cara pembayan yang mudah, layanan keuangan berupa penjualan dengan kredit, fasilitas-fasilitas yang disediakan. 7. Customer service Customer service sangat terkait dengan citra gerai dan perusahaan retail. Pelayanan yang diberikan oleh perusahaan untuk menangani keluhan dari pelanggan. Hal ini bermaksud untuk mrngikat loyalitas pelanggan agar pelanggan merasa puas dengan mendapat bantuan informasi dari customer service. 2.1.4 Store Atmosphere 2.1.4.1 Pengertian Store Atmosphere Store atmosphere (suasana toko) merupakan salah satu unsur dari retailing mix yang juga harus diperhatikan oleh suatu bisnis retail.
14 Menurut Kotler dan Keller (2007:177) Store Atmosphere merupakan unsur senjata lain yang dimiliki toko. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputar-putar di dalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan. Toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Menurut Christina Whidiya Utami (2006:127), definisi atmosfer toko adalah suasana toko yang merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemajangan, warna, temperatur, musik serta aroma yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen. Melalui suasanan yang sengaja diciptakan, retail berupaya untuk mengkomunikasikan informasi yang terkait dengan layanan, harga maupun ketersediaan barang dagangan yamh bersifat fashionable. Store atmosphere adalah keseluruhan keseluruhan efek emosional yang diciptakan oleh atribut fisik toko dimana diharapkan mampu memuaskan kedua belah pihak yang terkait, retailer dan para konsumennya. Atmosphere toko yang menyenangkan hendaknya dapat dilihat dari atribut yang dapat menarik kelima indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa. Proses penciptaan store atmosphere adalah kegiatan merancang lingkungan pembelian dalam suatu toko dengan menentukan karakteristik toko tersebut melalui pengaturan dan pemilihan fasilitas fisik toko dam aktifitas barang dagangan. Lingkungan pembelian yang terbentuk, melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan wangi-wangian tersebut dirancang untuk menghasilkan pengaruh atau respon emosional dan persepsi khusus dalam diri konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian serta kemungkinan meningkatkan pembeliannya (Utami, 2006;Kotler, 2006).
15 2.1.4.2 Tujuan Store Atmosphere Penggunaan store atmosphere mempunyai sejumlah tujuan, antara lain bahwa penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen, serta bahwa tata letak toko yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu-lintas pelanggan dan perilaku berbelanja (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001). 2.1.4.3 Elemen-elemen Store Atmosphere Menurut Berman dan Evans dalam Fuad (2010:3) terdapat empat elemen store atmosphere yang berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan yaitu store Exterior, General Interior, Store Layout, dan Interior Display. Adapun keempat elemen tersebut dijelaskan lebih lengkap sebagai berikut: 1. Store Exterior Menurut Devi Puspitasari (2012:27) mengemukakan penjelasan dari exterior adalah elemen yang sangat penting dalam bisnis retail, sebagai media perantara yang menampilkan image perusahaan dan masyarakat. Menurut Berman dan Evans dalam Fuad (2010:3) Store exterior adalah bagian depan too yang mencerminkan kemantapan dan kekokohan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada didalamnya, serta dapat menciptakan kepercayaan dan goodwill bagi konsumen. Store exterior berfungsi sebagai identifikasi atau tanda pengenalan, sehingga sering menyatakan lambang. Yang termasuk dalam bagian elemen-elemen store exterior yaitu terdari dari:
16 a. Bagian depan toko Bagian depan toko meliputi kombinasi dari marquee (papan nama), pintu masuk dan konstruksi gedung. Storefront harus mencerminkan keunikan, keunikan, kemantapan, kekokohan, atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Konsumen baru sering menilai toko dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga exterior merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko. b. Papan nama (marquee) Marquee adalah suatu ttanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf atau penggunaan lampuneon dan dapat terdiri dari nama atau logo saja atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif, marquee harus diletakkan diluar, terlihat berbeda dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain. c. Pintu masuk Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk melihat kedalam toko dan mengurangi lalu lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Jumlah pintu masuk disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan salah satu faktor yang membatasi jumlah pintu masuk adalah masalah keamanan. Jenis pintu masuk yang akan digunakan, dan lebar pintu masuk. Pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan kesan yang berbeda dibandingkan dengan pintu masuk yang sempit, kecil, dan berdesakan. Menghindari kemacetan arus lalu lintas orang yang masuk dan ke;uar toko.
17 d. Tinggi dan luas bangunan Dapan mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut, misalnya tingginya langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah terlihat lebih luas. e. Keunikan Dapat dicapai melalui desain toko yang lain daripada yang lain, seperti papan nama yang mencolok, etalase yang menarik, tinggi dan ukuran gedung yang berbeda dari sekitarnya. f.
Lingkungan sekitar Citra toko dipengaruhi oleh kedaaan lingkungan masyarakat dimana toko itu berada.
g. Parking (tempat parkir) Tempat parkir merupajan hal yang sangat penting bagi konsumen. Tempat parkir yang luas, aman, gratis dan dekat dengan toko akan menciptakan atmosphere yang positif bagi toko. 2. General interior General interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Seperti diketahui, iklan dapat menarik pembeli untuk datang ke toko, tapi yang paling utama yang dapat membuat penjualan pembelian berada di toko adalah display. Display yang baik adalah yang dapat menarik perhatian para konsumen dan membantu mereka agar mudah mengamati,
memeriksa
dan
memilih
barang-barang,
dan
akhirnya
melakukan pembelian ketika konsumen masuk kedalam toko. Kesan general interior ini dapat diciptakan melalui elemen-elemen general interior yaitu terdiri dari:
18 a.
Tata letak toko Penentuan jenis lantai (kayu, keramik, karpet), ukuran, desain, dan warna lantai penting karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.
b.
Pewarnaan dan pencahayaan Warna dan tata cahaya dapat memberikan image pada pelanggan. Warna cerah dan terang akan memberikan image berbeda dengan warna lembut dan kurang terang. Tata cahaya bisa memberikan dampak langsung maupun tidak langsung. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat produk -produk yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.
c.
Fixtures Memilih peralatan penunjang dan cara penyusunan barang harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan karena barang-barang tersebut berbeda bentuk, karakter, maupun harganya, sehingga penempatannya berbeda.
d.
Temperature Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara di dalam ruangan jangan terlalu panas atau dingin. Suhu udara juga berpengaruh pada kenyamanan konsumen. Konsumen cenderung tidak nyaman dengan ruangan panas dibandingkan dengan toko dengan suhu ruangan dingin. Sehingga image toko juga dipengaruhi dengan penggunaan AC baik sentral maupun unit, kipas angin, dan jendela terbuka.
e.
Jarak antar rak Jarak antara rak barang harus diatur sedemikian rupa agar cukup lebar
19 f.
Dead areas Dead area merupakan ruangan di dalam toko dimana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal, misalnya pintu masuk, toilet, dan sudut ruangan. Pengelola harus dapat menerapkan barang-barang pajangan biasa untuk memperindah ruangan seperti tanaman atau cermin.
g.
Personal Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik dan mempunyai pengetahuan
yang
cukup
mengenai
produk
yang
dijual
akan
meningkatkan citra perusahaan dan loyalitas konsumen dalam memilih toko untuk berbelanja. h.
Merchandise Barang dagangan yang dijual pengecer juga mempengaruhi citra toko. Pengelola toko harus memutuskan mengenai variasi, warna, ukuran, kualitas, lebar, dan kedalaman produk yang akan dijual. Pedagang besar biasanya menjual bermacam-macam barang dagangan, sehingga dapat meningkatkan keinginan konsumen untuk berbelanja.
i.
Lebel harga Label harga juga mempengaruhi persepsi konsumen. Label harga bisa dicantumkan pada kemasan produk tersebut, pada rak tempat produk tersebut, dipajang atau kombinasi dari keduannya.
j.
Kasir Pengelola toko harus memutuskan dua hal yang berkenaan dengan kasir. Pertama adalah penentuan jumlah kasir yang memadai agar konsumen tak terlalu lama antri atau menunggu untuk melakukan proses pembayaran. Kedua adalah penentuan lokasi kasir, kasir harus
20 ditempatkan di lokasi yang strategis dan sedapat mungkin menghindari kemacetan/antrian antara konsumen yang keluar masuk toko. k.
Technology / modernization Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin. Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih mungkin dan
cepat
baik
pembayaran
secara
tunai
atau
menggunakan
pembayaran dengan cara lain seperti kartu kredit atau debet,diskon dan voucher. l.
Kebersihan Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk berbelanja di toko. Pengelola toko harus mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan toko walaupun exterior dan interior baik apabila tidak dirawat kebersihannya akan menimbulkan penilaian negatif dari konsumen.
3. Store Layout Menurut Devi Puspita (2012:30) Layout toko adalah gambar tampak atas yang berskala dari sebuah area toko yang memperlihatkan pembagian area. Tujuan layout toko adalah untuk menciptakan lalu lintas yang hidup di dalamnya dengan mengekspos barang dagangan sebanyak mungkin kepada konsumen agar penjualan optimal. Store layout atau tata letak toko, merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari jalan/gang di dalam toko yang cukup lebar yang memudahkan para konsumen untuk berlalu lalang di dalamnya. Store layout akan menundang masuk atau menyebabkan konsumen menjauhi toko tersebut ketika konsumen tersebut melihat bagian dalam toko melalui jendela etalase atau pintu masuk. Layout yang baik akan
21 mampu mengundang konsumen utnuk betah berkeliling lebih lama. Yang termasuk store layout meliputi elemen-elemen sebagai berikut: a. Alokasi lantai ruangan, dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk: 1) Selling space (ruangan untuk penjualan) Area yang digunakan untuk memajang barang dagangan, interaksi antara karyawan bagian penjualan dengan pelanggan, demonstrasi dan sebagainya. Alokasi ruangan untuk penjualan memiliki porsi terbesar dari total ruangan. 2) Ruangan untuk barang dagangan Area bukan untuk display yang digunakan untuk persediaan barang atau gudang. Misalkan pada toko tas yang memiliki tempat untuk penyimpanan barang. 3) Ruangan untuk karyawan Area yang digunakan untuk berganti baju seragam, untuk istirahat, maupun makan siang. Ruangan ini harus memiliki kontrol ketat karena hal ini dipengaruhi oleh moral dari karyawan dan tingkat keimanan karyawan. 4) Ruangan untuk pelanggan Area yang dibuat untuk meningkatkan kenyamanan konsumen seperti toilet, cafe, ruang tunggu, area menyusui, area merokok, dan lain-lain. b. Pengelompokan produk, barang yang dipajang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Pengelompokan produk fungsional. Pengelompokan barang dengan berdasarkan penggunaan akhir yang sama.
22 2) Pengelompokan
produk
berdasarkan
motivasi
pembelian.
Pengelompokan barang yang menunjukkan sifat konsumen pada saat membeli yaitu meliputi jumlah yang dibeli, pembelian dilakukan pada waktu yang mendadak atau telah direncanakan. Hal ini menimbulkan dorongan pada konsumen untuk membeli dan menghabiskan waktu yang lebih banyak dalam berbelanja. 3) Pengelompokan produk berdasarkan segmen pasar. Meletakkan barang dagangan sesuai pasar sasaran yang ingin dicapai. 4) Pengelompokan produk berdasarkan penyimpanan. Pengelompokan barang
dagangan
yang
memerlukan
penanganan
khusus.
Supermarket memiliki kulkas dan ruangan bersuhu dingin. c.
Traffic flow (pola arus lalu lintas), dibagi menjadi dua dasar yaitu: 1) Arus lalu lintas lurus. Pengaturan pola lalu lintas yang mengarahkan pelanggan sesuai gang-gang dan perabot di dalam toko. 2) Arus lalu lintas membelok. Peraturan ini memungkinkan pelanggan membentuk pola lalu lintasnya sendiri.
4. Interior Display Interior display merupakan tanda-tanda yang digunakan untuk memberikan informasi kepada konsumen untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko, dengan tujuan utama untuk meningkatkan penjualan dan laba toko tersebut. Yang termasuk interior display yaitu terdiri dari: a. Assotment Display Menyajikan barang-barang dagangan secara campuran atau bermacammacam barang untuk pelanggan. Dengan berbagai macam barang secara terbuka memberikan kesempatan pada pelanggan untuk merasakan dan mencoba bebrapa produk.
23 b. Theme-setting Display Display ini menyesuaikan dengan lingkungan/musiman. Pengecer display tergantung tren maupun even khusus. Seluruh atau beberapa toko diadaptasi untuk even tertentu, seperti lebaran sale atau christmas sale yang digunakan untuk menarik konsumen. Setiap tema spesial yang dihadirkan membuat toko lebih menarik perhatian dan membuat bebelanja lebih menyenangkan. c. Ensemble Display Display ini cukup populer, yaitu dengan melakukan pengelompokan dan memajang dalam kategori terpisah (misalnya bagian kaos kaki, ppakaian dalam, dan lain-lain), kemudian secara lengkap dipajang pada suatu tempat, misal dalam satu rak. d. Rack & Cases Display Biasanya digunakan untk penjual pakaian, perlengkapan rumah, dan lainnya. Rak ini memiliki fungsi utama yaitu untuk memajang dan meletakkan barang dagangan secara rapi. Case berfungsi untuk memajang barang yang lebih berat atau besar daripada barang di rak. e. Posters, Signs, and Cards Display Tanda-tanda yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang lokasi barang di dalam toko. Iklan yang dapat mendorong konsumen untuk berbelanja barang adalah iklan promosi barang baru atau diskon khusus untuk barang tertentu. Tujuan dari tanda-tanda itu sendiri untuk meningkatkan penjualan barang melalui informasi yang diberikan konsumen secara baik dan benar. Daerah belanja yang kurang diminati biasanya dibuat menarik dengan tampilan tanda-tanda yang sifatnya komunikatif pada konsumen.
24 2.1.5 Konsumen Freddy Rangkuti (2008) mengemukakan bahwa “konsumen adalah orang yang mengkonsumsi dan menggunakan produk dan jasa.” Pendapat lain menyatakan bahwa “Konsumen merupakan individu, kelompok, dan organisasi yang melakukan kegiatan memilih, membeli, memakai, dan membuang barang atau jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.” (Sumarwan, 2004; Kotler, 2006). Seseorang bisa disebut konsumen tanpa perlu membeli produk dan jasa, melainkan cukup hanya mengkonsumsi produk atau jasa tersebut. 2.1.5.1 Perilaku Konsumen Husain
Umar
(2003)
mengatakan
bahwa
“Perilaku
konsumen
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut”. The American Marketing Association dalam menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara efeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dalam definisi tersebut terdapat tiga ide penting yaitu: 1. Perilaku konsumen adalah dinamis, itu berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. 2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara efeksi dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar. 3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran.
25 Perilaku konsumen terbagi dua bagian yaitu: 1. Perilaku yang tampak, terdiri dari jumlah pembelian, waktu, karena siapa,
dengan
siapa,
dan
bagaimana
konsumen
melakukan
pembelian. 2. Perilaku yang tak tampak, yang terdiri dari persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan oleh konsumen. Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan barang dan jasa. Pelajaran mengenai perilaku konsumen juga menyangkut analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian dan penggunaan produk. Perilaku konsumen merujuk pada perilaku pembeli konsumen akhir individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Seluruh konsumen akhir yang digabungkan akan membentuk pasar konsumen. Pasar konsumen mencakup orang yang mengkonsumsi barang dan jasa setiap tahunnya, sehingga membuat pasar konsumen menjadi salah satu pasar yang paling menarik. Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah keseluruhan tindakan pada saat membeli, sebelum membeli, ketika mengkonsumsi, bahkan saat menghabiskan barang atau jasa, dan sampai dengan tahap mengevaluasi. 2.1.5.2 Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005:65). Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
26 Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007:177).yang dikutip dari buku manajemen pemasaran mengatakan bahwa kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang di harapkan Memuaskan keinginan konsumen adalah keinginan semua perusahaan. Selain faktor penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, memuaskan kebutuhan konsumen dapat
meningkatkan keunggulan
dalam
bersaing.
Konsumen yang puas terhadap produk dan jasa pelayanan cenderung untuk membeli kembali produk dan menggunakan kembali jasa pada saat kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian hari. Hal ini berarti kepuasan merupakan faktor kunci bagi konsumen dalam melakukan pembelian ulang yang merupakan porsi terbesar dari volume penjualan perusahaan. Metode pengukuran kepuasaan konsumen. Menurut Kotler ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu (Tjiptono, 2003:104): 1. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berpusat pelanggan (customer centered) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya itu menyampaikan saran dan keluhan. Informasi ini dapat memberikan ide-ide cemerlang kepada perusahaan. 2. Ghos shopping Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan memperkerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap
sebagai pembeli potensial, kemudian
melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan
27 produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. 3. Lost customer analysis Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan customer loss rate juga penting, peningkatan customer loss rate menunjukkan
kegagalan
perusahaan
dalam
memuaskan
pelanggannya. 4. Survai kepuasan pelanggan Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survai, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung. Perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberika tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.
2.1.6 Hubungan Antara Store Atmosphere Dengan Kepuasan Konsumen Levy and Weitz (2008:491) menyatakan bahwa store atmosphere bertujuan untuk menarik perhatian konsumen untuk berkunjung, memudahkan mereka mencari barang yang di butuhkan, mempertahan mereka berlama-lama di dalam toko, memotivasi mereka untuk membuat perencanaan secara mendadak,
mempengaruhi
mereka
untuk
melakukan
pembelian,
dan
memberikan kepuasan dalam berbelanja. Levy and Weitz (2008;556) juga mengemukakan bahwa “customer purchasing behavior is also influenced by the store atmosphere” yang artinya perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh suasana. Dengan suasana yang menarik akan memancing keinginan berkunjung dari seorang konsumen untuk melakukan pembelian.
28 Store atmosphere yang nyaman akan menimbilkan kepuasan kepada pelanggan sehingga bisa membuat pelanggan betah berlama-lama di dalam toko. Dari kepuasan tersebut akan menarik minat konsumen untuk datang kembali dan melakukan pembelian ulang. Jika pelanggan sudah membeli dan harapannya terpenuhi maka akan tercipta kepuasan konsumen, seperti yang dipaparkan oleh Kotler dan Andreasen (1995:50), kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk yang ia rasakan dengan harapannya. Pelayanan yang optimal melalui suasana toko yang nyaman akan memberikan kepuasan kepada konsumen. Jika konsumen merasa puas kemungkinan besar akan kembali membeli dari hal tersebut terciptalah kepuasan pelanggan yang membeli lebih dari satu kali. 2.2 Penelitian Terdahulu Table 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu NO
NAMA
JUDUL
HASIL
1
Acmad Ardi
Pengaruh Store
Irawan
Atmosphere (suasana
exterior (X1),general interior
(2010)
toko) terhadap
(X2), store layout (X3),
keputusan pembelian
daninterior display (X4)
1. diketahui bahwa variabel
berpengaruh secarasimultan terhadap keputusan pembelian(Y). 2. Dari hasil penelitian ini dapat diketahuibahwa variabel exterior (X1), general interior(X2), store layout (X3), dan interior display(X4) berpengaruh secara parsial terhadapkeputusan pembelian (Y) 3. Diketahui bahwa variabel
29 Generalinterior(X2) berpengaruh dominan terhadapkeputusan pembelian di Giant hypermarket,Mall Olypmpic Garden Kota Malang. 2
Muhammad
Store Atmospheredan
Diketahui bahwa pengaruh
Fuad
PerilakuPembelian
storeatmosphere, yang terdiri dari
(2010)
Konsumendi Toko
variabelvariabelstore exterior,
BukuGramedia
general interior,store layout dan
Malang.
interior display, memberikontribusi cukup besar dalam menjelaskanperilaku berbelanja konsumen padaToko Buku Gramedia Malang yakni sebesar64,8%.
3
Wido
PengaruhAtmosphere
Jasniko
toko danvariasi
signifikan positifantara atmosfer
(2013)
produkterhadap
toko terhadap
KeputusanKonsumen
keputusanpembelian konsumen
padaSwalayan
pada Swalayan CitraBandar Buat
CitraBandar Buat
Padang.
Padang
1. Terdapat pengaruh yang
2. Terdapat pengaruh yang signifikan positifantara variasi produk terhadap keputusanpembelian konsumen pada Swalayan CitraBandar Buat Padang. 3. erdapat pengaruh yang signifikan positifsecara bersama-sama antara atmosfertoko dan variasi produk terhadapkeputusan pembelian konsumen padaSwalayan Citra Bandar Buat Padang.
30
Dari ketiga penelitian terdahulu pada table 2.1 diatas terdapat persamaan variabel X yaitu Store Atmosphere dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Pada penelitian pertama dan ketiga juga memiliki kesamaan variabel Y yaitu keputusan pembelian. Hal ini tentu saja akan sangat membantu dalam penelitian yang akan dilakukan karena dapat menjadi satu reverensi pada penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. 2.3 Kerangka Pikir Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Store Atmosphere (X) Exterior General Interior
Store Layout
Interior Display
Kepuasan Konsumen (Y)
31 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang masih harus diuji kebenarannya melalui penelitian. (Sugiyono, 2010:93). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Diduga bahwa store atmosphere secara simultan berpengaruh secara positif terhadap kepuasan konsumen di Gelael 2. Diduga bahwa store atmosphere secara parsial berpengaruh secara positif terhadap kepuasan konsumen di Gelael 3. Diduga bahwa (store exterior, general interior, store layout, dan interior display) memiliki pengaruh paling signifikan terhadap kepuasan konsumen di Gelael.
32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen/bebas dan variabel dependen/terikat.Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010:59). Variabel penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Variabel Independen/Bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen penelitian ini adalah 2. Variabel Dependen/Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel dependen adalah kepuasan konsumen.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian berlokasi di swalayan Gelael Makassar.Objek penelitian adalah konsumen Gelael yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti dengan waktu penelitian selama satu bulan. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi menurut Sugiyono (2010:115) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
33 yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya.Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Gelael Makassar. Sampel menurut Sugiyono (2010:116) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel di dasarkan atas teori Arikunto (2006), dimana apabila jumlah konsumen melebihi 100 orang, maka diambil sampel sebanyak 10% sampai 25% dari total populasi. Pada penelitian ini, peneliti menghadapi kasus dimana jumlah populasi yang ada sangat banyak (sulit diketahui secara pasti), sehingga teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknikAccidental Sampling Penarikan responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya ialah konsumen yang sedang berbelanja di Swalayan Gelael Makassar. Dan jumlah responden yang akan diambil datanya yaitu sebanyak 100 responden, dimana jumlah tersebut diyakini dapat mewakili populasi yang tidak diketahui jumlahnya.
3.4 Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.4.1 Jenis data 1. Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi, baik secara lisan maupun tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
34 3.4.2 Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden berupa data opini dan kuesioner yang disebarkan. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang terstruktur dan
materinya
berhubungan
dengan
store
atmospheredan
pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen di Makassar. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung, yaitu data tersebut diperoleh dan diolah dari sumber. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Dalam usaha memperoleh data yang dibutuhkan, metode yang digunakan adalah: 1. Studi kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu yang dilakukan dengan membaca buku-buku dan majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, skripsi sebagai acuan penelitian terdahulu, dan dengan carabrowsing di internet untuk mencari artikel-artikel serta jurnal-jurnal atau data-data yang dapat membantu hasil dari penelitian. 2. Studi lapangan (Field Research) Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara langsung ke perusahaan/perumahan, untuk mendapatkan data primer melalui penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada masyarakat mengenai store atmospherterhadap kepuasan konsumen. Responden diminta menanggapi pertanyaan yang diberikan dengan cara menjawab
35 daftar pertanyaan terkait pengaruh store atmosphere terhadap kepuasan konsumen. Jenis kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup dimana responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang telah disediakan dengan Skala Likert yang berisi lima tingkatan pilihan jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap pernyataan yang dikemukakan. Dalam
pengukuran
konsumendigunakan
aspek
store
atmospherdan
kepuasan
Skala Tingkat (Likert) dengan keterangan sebagai
berikut: 1) Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) 2) Skor 4 untuk jawaban Setuju (S) 3) Skor 3 untuk jawaban Biasa Saja (BS) 4) Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) 5) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian. Secara lebih rinci, operasionalisasi variabel penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Variabel Penelitian
Definisi
Exterior
store exterior adalah
(X1)
bagiandepan toko
Indikator -
Papan nama toko
-
Pintu masuk
-
Tempat parkir.
mencerminkan kemantapan dan kekokohan spirit
36 perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya, serta dapat menciptakan kepercayaan dan goodwill bagi konsumen Store exterior berfungsi sebagai identifikasi atau tanda pengenalan, sehingga sering menyatakan lambang. (Bermandan Evans, Devi Puspitasari) General Interior
General interior adalah
(X2)
desain yang dirancang
-
Kebersihan
-
Keharuman
-
Kasir
-
Personal
-
Pencahayaan
-
Tempat
untuk memaksimalkan visual merchandising agar pengunjung toko merasa nyaman barada dalam toko, (Berman danEvans, Devi Puspitasari) Store Layout
store Layout merupakan
(X3)
rencana untuk menentukan
persedianbarang
lokasi tertentu dari sebuah (gudang)
area toko . Tujuan layout toko adalah untuk
-
menciptakan lalu lintas
Tempat penitipanbarang
yang hidup di dalamnya dengan mengekspos barang dagangan sebanyak mungkin kepada konsumen agar penjualan optimal. (Berman dan Evans, Devi Puspitasari)
-
Lalu lintas toko
-
Pengelompokanproduk
37 Interior Display
Interior Display merupakan
(X4)
tandatanda yang digunakan
-
Penataan produk
-
Papan promosi
-
Tanda penunjuk
-
Kepuasan konsumen
untuk memberikan informasi kepada konsumen untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko, dengan tujuan utama untuk meningkatkan penjualan dan laba toko tersebut. (Berman dan Evans) Kepuasan
Kepuasan konsumen
Konsumen(Y)
adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005:65). Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
3.7 Instrumen Penelitian Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner perlu dilakukan pengujian atas kuisioner dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Karena validitas dan reliabilitas ini bertujuan untuk menguji apakah kuesioner yang disebarkan untuk mendapatkan data penelitian adalah valid dan reliabel, maka untuk itu, penulis juga akan melakukan kedua uji ini terhadap instrumen penelitian (kuisioner).
38 3.7.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. (Imam Ghozali dalam Dyah Ayu Anisha Pradipta, 2012:41). Misalnya dalam mengukur intensi membeli di mata konsumen diukur dalam tiga pertanyaan berupa satu pertanyaan tiap indikator. Untuk mengukur variabel intensi konsumen, jawaban responden dikatakan valid apabila item-item dalam kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dalam kuesioner tersebut. Dalam uji validitas dapat digunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Dyah Ayu Anisha Pradipta, 2012:41): 𝑟=
𝑛(∑ X) − (∑ 𝑋 ∑ 𝑌) √(𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 )(𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )
Dimana: r
=
koefisien korelasi
n
=
jumlah observasi/responden
X =
skor pertanyaan
Y =
skor total Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antara skor masing-
masing item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin diukur, yaitu dengan menggunakan Coefficient Correlation Pearson dalam SPSS. Jika nilai signifikansi (P Value) > 0,05, maka tidak terjadi hubungan yang signifikan. Sedangkan, apabila nilai signifikansi (P Value) < 0,05, maka terjadi hubungan yang signifikan. 3.7.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel.Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal
39 jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. (Imam Ghozali dalam Dyah Ayu Anisha Pradipta, 2012:42). Selain menggunakan bantuan SPSS, uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien alpha (α) dari Cronbach: 𝑟11 =
𝑘 ( ) (1 𝑘−1
−
𝛴𝜎𝑏2 ) 𝜎𝑏2
dan
𝜎=
𝛴𝑋 2
(𝛴𝑋)2 𝑛
𝑛
Dimana: r11
=reliabilitas instrument
k
=banyak butir pertanyaan
Σ𝜎𝑏2
=jumlah varian butir
𝜎𝑏2
=varian total
n
=jumlah responden
X
=nilai skor yang dipilih Dalam penelitian ini misalnya variabel intensi membeli diukur dalam tiga
pertanyaan berupa satu pertanyaan tiap indikator.Untuk mengukur variabel intensi konsumen 1 jawaban responden dikatakan reliable jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten.Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha. Koefisien Cronbach Alpha yang > 0,60 menunjukkan kehandalan (reliabilitas) instrumen (bila dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama) dan jika koefisien Cronbach Alpha yang < 0,60 menunjukkan kurang handalnya instrumen (bila variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda). Selain itu, Cronbach Alpha yang semakin mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya. 3.8Analisis Data
40 Untuk membuktikan hipotesis yang diajukan pada penelitian ini digunakan metode analisis, yaitu: 1. Analisis deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang ringkas, dimana hasil penelitian beserta analisanya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang mana dari analisis tersebut akan dibentuk suatu kesimpulan. 2. Analisis kuantitatif dengan regresi berganda untuk mengetahui besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y). Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda berperan sebagai teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada
tidaknya
pengaruh
konsumen.Analisis
regresi
store
atmoshphere
menggunakan
terhadap
rumus
kepuasan
persamaan
regresi
berganda seperti yang dikutip dalam Sugiyono (2010:277), yaitu: 𝑌 = 𝑎 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X 4 + e Dimana: Y =
kepuasan konsumen (variabel dependen/terikat)
X1 =
Exterior (variabel independen/bebas)
X2 =
General Interior (variabel independen/bebas)
X3 =
Store layout (variabel independen/bebas)
X4 =
Interior display (variabel independen/bebas)
a
nilai konstan atau tetap, yang merupakan rata-rata nilai Y pada
=
saat nilai X1dan X2sama dengan nol b1 =
koefisien regresi parsial, mengukur rata-rata nilai Y untuk tiap perubahan X1 dengan menganggap X2, X3, X4konstan
41 b2 =
koefisien regresi parsial, mengukur rata-rata nilai Y untuk tiap perubahan X2 dengan menganggap X1, X3, X4 konstan
b2 =
koefisien regresi parsial, mengukur rata-rata nilai Y untuk tiap perubahan X3dengan menganggap X1, X2, X4 konstan
b2 =
koefisien regresi parsial, mengukur rata-rata nilai Y untuk tiap perubahan X4dengan menganggap X1, X2, X3 konstan
e
=
standar error
3.8.1 Analisis Koefisien Determinasi (R2) Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2).Jika (R2) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika (R2) makin mendekati 0 (nol), maka semakin lemah pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.Karena variabel independen pada penelitian ini lebih dari 2 (dua), maka koefisien determinasi yang digunakan adalah Adjusted R Square (Imam Ghozali dalam Dyah Ayu Anisha Pradipta, 2012:44).Dari koefisien determinasi (R2) ini dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam persentase. 3.8.2 Uji F (Uji Serempak) Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel bebas terhadap varibel terikat. Dimana Fhitung> Ftabel, maka H1 diterima atau secara bersama-sama variabel bebasdapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak. Sebaliknya apabila Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.
42 Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability sebesar 5% (α= 0,05). Jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak. Jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima. 3.8.3 Uji T (Uji Parsial) Uji ini digunakan untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap dependen yang lain konstan. Signifikansi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai Ttabel dengan nilai Thitung. Apabila nilai Thitung > Ttabel maka variabel independen secara individual mempengaruhi variabel independen, sebaliknya jika nilai Thitung< Ttabel maka variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. Thitung > Ttabel berarti H0 ditolak dan menerima H1 Thitung< Ttabel berartiH0 diterima dan menolak H1 Uji T juga bisa dilihat pada tingkat signifikansinya:
Jika tingkat signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika tingkat signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Gelael Indotim pada awalnya merupakan perusahaan perorangan, yang bentuknya hanya sebagai P & D (Toko Klontong) yang didirikan pada tahun 1957 oleh pendirinya : Ibu ELIZABETH GELAEL dan Bapak DICK GELAEL, dan berkongsi dengan : -
Bapak RUDY TANUJAYA SAPUTRA
-
Bapak MOH. RASYID THAMRIN
Bertempat di Jalan Falatehan I No. 35 Kebon Baru Blok M. Jakarta Selatan. Pada awal didirikannya hanya untuk suplay sekitarnya, kemudian pada tahun 1969 dibuka Supermarket di Melawai yang pertama, pelopornya adalah Bapak Dick Gelael dengan membuat konsep berbelanja dari cara lama dengan cara swalayan. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, pada tahun 1971 dibuka Gelael Menteng, peluang perdagangan terlihat sebagai alternatif yang memiliki prospek yang cerah, sehingga pada tahun 1984 Gelael di bangun di Ujung Pandang sekarang bernama Makassar, dan pada tanggal 28 Pebruari 1985 berdiri PT. Gelael Indotim Ujung Pandang, kemudian pada tahun 1990 berkembang ke Manado dengan nama (PT. Gelael Indotim) dan pada tahun 1995 berkembang ke Ambon. Dan hingga sekarang ini terdapat 12 cabang yaitu : 1. Jakarta ada : MT. Haryono, Gelael Tebet, Melawai 2. Surabaya : Jalan Basuki Rahmat 3. Semarang : Candi – Ceticland
42
44 4. Solo 5. Makassar : Jalan Sultan Hasanuddin No. 16 6. Manado : Sudirman 7. Lampung : Lampung 8. Pekan Baru : Gelael Pekan Baru 9. Batam : Gelael Batam Usaha lain dari Bapak Dick Gelael adalah : 1. PT. Gelael Supermarket – Pasar Swalayan 2. PT. Fast Food Indonesia : KFC 3. PT. Aneka Sawitra Sari Food : KMB Swensen’s 4. PT. Finindo Merk Fortuna. 4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan Suatu struktur organisasi yang baik dapat menimbulkan suasana di mana kepuasan perseorangan dan keputusan dapat terwujud sehingga mendorong kerja sama serta keinginan yang kompak melakukan sesuatu tanpa perintah. Perusahaan adalah sebagai suatu sistem antara fungsi-fungsi yang didalam-nya hanya dapat berjalan dengan baik apabila dalam perusahaan tersebut terdapat organisasi yang baik pula. Perusahaan dapat dikatakan baik adalah perusahaan yangmempunyai struktur organisasi yang baik, karena struktur organisasiinilahyang menentukan pembatasan wewenang dan tanggung jawab di antara personil yang bekerja di dalamperusahaan. Maksudnya agar setiap pekerjaan tidak terjadi salingtumpang tindih, sehingga tiap pekerjaan ada batasnya tersendiri. Struktur organisasi yang digunakan pada PT. Gelael Indotim adalah berbentuk line organization di mana masalah dan hambatan-hambatan yang
45 timbul di dalam operasi perusahaan ditangani oleh para ahli yang berhubungan dengan bidangnya. Adapun struktur organisasi perusahaan PT. Gelael Indotimdisusunseperti terlihat pada gambar berikut ini : Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Gelael Indotim di Makassar Direktur Utama
General Manager
Accounting
Kepala Bag. Kasir
Personalia
Manager Swalayan KMB, KFC Supervisor
Stock Keeper
Back Office
Stand Non Food
Stand Food
Butcher
Stand HABA
Stand Pastry
Sumber : PT. Gelael Indotim di Makassar 4.1.3 Uraian Tugas Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Direktur Utama a. Menetapkan misi dan visi serta kebijakan dan sasaran perusahaan untuk selanjutnya
mendapat
implementasinya.
laporan
dari
General
Manajer
tentang
46 b. Mempertimbangkan hasil yang telah dicapai dan memberikan arahanarahan strategis untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang. c. Melakukan tinjauan manajemen setahun dua kali dan pada saat-saat diperlukan. 2. General Manajer (Pimpinan PT. Gelael Indotim di Makassar) a. Mengawasi dan memberikan evaluasi tentang implementasi dari sistem manajemen yang telah ditetapkan. Untuk selanjutnya memberikan laporan kepada Direktur Utama. b. Ikut serta dalam tinjauan manajemen. 3. Accounting a. Membuat laporan keuangan/transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan. b. Membuat laporan pertanggung jawaban kepada General Manajer. c.
Menerima laporan dari masing-masing divisi setiap hari.
4. Personalia Umum a.
Merekrut dan mengembangkan SDM.
b.
Membantu pimpinan dalam mengoperasionalkan segala aktivitas di lingkungan perusahaan.
c.
Menghimpun data-data karyawan termasuk absen harian, cuti, identitas.
d.
Memberikan peringatan/teguran.
5. Manajer Swalayan, KMB, dan KFC a. Mengevaluasi kerja seluruh karyawan yang ada di masing-masing divisi. b. Memberikan pembinaan/meeting secara rutin. c.
Memberikan laporan pertanggungjawaban atau bertanggung jawab kepada general manajer atas segala aktivitas.
47 6. Kepala Bagian Kasir a. Membina para kasir. b. Memeriksa mesin register kasir pada saat pergantian shiff. c.
Melaporkan omzet ke bagian accounting.
7. Supervisor a. Membantu manajer dan asisten manajer dalam mengoperasikan segala aktivitas yang ada di restoran KMB. b. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Manajer KMB. 8. Back Office a. Memproses faktur-faktur pembelian dan penjualan. b. Melakukan penyesuaian harga barang. c.
Membuat laporan atas harga barang kepada manajer swalayan/ bertanggung jawab kepada manajer swalayan.
9. Stand Food : a. Memajang barang di gondola. b. Menawarkan produk baru. c.
Membantu pengunjung dalam berbelanja.
10. Stand non Food : Memiliki tanggung jawab dan kewenangan yang sama dengan stand food tetapi mengurus stand bukan makanan seperti : gelas-gelas, pengharum ruangan dan lain-lain. 11. Butcher a. Mengolah daging. b. Jerahan makanan seperti : hati, rempela. c.
Melayani pengunjung.
48 12. Stand HABA Merupakan stand assesoris seperti kosmetik dan ikat rambut 13. Stand Pastry Merupakan stand kue yang bertugas membersihkan pajangan dan menarik atau mensortir kue yang sudah tidak layak jual. 14. Stock Keeper a. Menghitung pemakaian barang. b. Menghitung barang di gudang. c.
Membuat laporan ke manajer KMB atas pemakaian barang tersebut.
4.2. Hasil Pembahasan 4.2.1. Karakteristik Responden Permasalahan dalam penelitian ini adalah : apakah store atmosphere yang terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior display berpengaruh secara simultan dan secara pasial terhadap kepuasan konsumen pada swalayan Gelael Makassar, serta variabel manakah dari store atmosphere yang berpengaruh paling signifikan terhadap kepuasan konsumen pada swalayan Gelael Makassar. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang sedang berbelanja di Swalayan Gelael Makassar yang ditentukan sebanyak 100 orang responden.Kemudian untuk menunjang hasil analisis pembahasan maka dalam karakteristik responden ditetapkan menurut : jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pengunjung gelael. Selanjutnya perlu ditambahkan bahwa dari 100 kuesioner yang disebarkan kepada responden maka semuanya kembali 100% dan terisi dengan benar, untuk diolah lebih lanjut.
49 1. Deskripsi Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin Deskripsi karakteristik responden menurut jenis kelamin (gender), yaitu pengelompokan responden menurut jenis kelamin yang dikategorikan laki-laki dan wanita. Untuk mengetahui tingkat proporsi jenis kelamin laki-laki dan wanita, maka dapat disajikan melalui tabel yaitu sebagai berikut : Tabel 4.1 Proporsi Persentase Pengelompokkan Responden menurut Jenis Kelamin Frekuensi
Persentase
(Orang)
(%)
Laki-laki
38
38,0
Perempuan
62
62,0
100
100,0
Jenis Kelamin
Total responden Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.1 yaitu proporsi persentase pengelompokan responden, yang menunjukkan bahwa tingkat proporsi persentase pengelompokan responden yang terbesar adalah lebih banyak didominasi oleh perempuan yaitu sebnyak 62 orang, sedangkan laki-laki sebanyak 38 orang. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen yang sering berbelanja di Swalayan Gelael Makassar adalah wanita jika dibandingkan dengan laki-laki. 2. Deskripsi Karakteristik Responden berdasarkan Umur Deskripsi karakteristik responden berdasarkan umur yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
50 Tabel 4.2 Proporsi Persentase Pengelompokkan Responden menurut Usia Frekuensi
Persentase
(Orang)
(%)
< 20 tahun
18
18,0
20-29 tahun
56
56,0
30-39 tahun
13
13,0
40-49 tahun
11
11,0
> 50 tahun
2
2,0
100
100,0
Usia
Total responden Sumber : Data primer diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.2 yakni karakteristik responden berdasarkan usia responden menjelaskan bahwa usia responden yang terbesar dalam penelitian ini adalah antara 20-29 tahun yakni sebanyak 56, kemudian disusul oleh responden yang berusia di bawah 20 tahun yakni sebanyak 18 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen yang sering berbelanja di Swalayan Gelael Makassar adalah berusia antara 20-29 tahun.
3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Deskripsi responden menurut pekerjaan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
51 Tabel 4.3 Proporsi Persentase Pengelompokkan Responden menurut Pekerjaan Frekuensi
Persentase
(Orang)
(%)
Pelajar
12
12,0
Mahasiswa
27
27,0
Wirausaha
7
7,0
Pegawai swasta
25
25,0
PNS
18
18,0
Lainnya
11
11,0
100
100,0
Pekerjaan
Total responden Sumber : Data primer diolah, 2017
Tabel 4.3 yaitu proporsi persentase pengelompokkan responden menurut jenis pekerjaan, yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa yakni sebanyak 27 orang, diikuti oleh responden yang mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta yakni sebanyak 25 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besarkonsumen yang sering berbelanja di Swalayan Gelael Makassar adalah mahasiswa.
4. Deskripsi Karakteristik Responden berdasarkan Pengunjung Gelael Deskripsi responden berdasarkan pengunjung gelael dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Proporsi Persentase Pengelompokkan Responden menurut Pengunjung Gelael Frekuensi
Persentase
(Orang)
(%)
Ya
98
98,0
Tidak
2
2,0
100
100,0
Pengunjung Gelael
Total responden Sumber : Data primer diolah, 2017
52 Berdasarkan tabel persentase pengelompokkan responden menurut pengunjung gelael maka didominasi pengunjung gelael yang minimal datang 2 kali yaitu sebesar 98 orang, sedangkan sisanya adalah tidak yakni hanya sebanyak 2 orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar konsumen atau pelanggan yang sedang berbelanja di Swalayan Gelael Makassarminimal 2 kali adalah merupakan pengunjung gelael. 4.2.2. Persepsi Responden mengenai Store Atmosphere terhadap Kepuasan Konsumen Store atmosphere (suasana toko) merupakan salah satu elemen penting dari bauran eceran yang mampu mempengaruhi proses keputusanpembelian konsumen. Saat melakukan pembelian, konsumen tidak hanya memperhatikan barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga lingkungan pembelian yang memberikan kenyamanan bagi konsumen, sehingga konsumen tersebut memilih toko yang disukai dan melakukan pembelian.Meskipun begitu, mengetahui dan memahami suasana toko bukanlah hal yang mudah karena suasana toko merupakan kombinasi dari hal-hal yang bersifat emosional. Setiap perusahaan selalu berusaha agar sukses dalammemenangkan persaingan dengan berusaha untuk dapat mencapai tujuanyaitu menciptakan dan
mempertahankan
pelanggan.
Mempertahankanpelanggan
merupakan
tantangan bagi perusahaan yang harus diupayakanuntuk kelangsungan hidup perusahaan buat konsumen merasa nyaman ketikaberada di dalam toko merupakan salah satu cara agar bisa menarikkonsumen untuk melakukan tindakan pembelian dan memberikan kepuasan bagi pelanggan (Levy & Weitz, 2008:556). Adapun store atmosphere terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior display dalam hubungannya dengan kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar dapat dilihat melalui hasil tanggapan
53 responden melalui penyebaran kuesioner yang hasilnya dapat dilihat melalui tabel berikut ini : Tabel 4.5 Persepsi Responden mengenai Exterior pada Swalayan Gelael Makasar Skor Tanggapan Responden Pernyataan
STS
TS
N
S
SS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
-
2
24
56
18
Swalayan
-
6
12
59
23
Tempat parkir pada Swalayan
-
4
5
56
35
Papan nama Swalayan Gelael terlihat jelas di depan Pintu
masuk
pada
Gelael sudah tepat
Gelael sudah tepat Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan tabel 4.5 yakni persepsi responden mengenai exterior pada Swalayan Gelael Makassar, menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen yang berbelanja pada Swalayan Gelael Makassar memberikan tanggapan setuju mengenai exterior dari swalayan, hal ini dapat dilihat dari papan nama swalayan gelael terlihat jelas di depan, pintu masuk sudah tepat serta mempunyai tempat parkir yang sudah tepat pula. Kemudian akan disajikan persepsi atau tanggapan responden mengenai general interior pada Swalayan Gelael Makassar yang dapat disajikan pada tabel berikut ini :
54 Tabel 4.6 Persepsi Responden mengenai General Interior pada Swalayan Gelael Makasar Skor Tanggapan Responden Pernyataan
Kebersihan pada Swalayan
STS
TS
N
S
SS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
-
4
8
67
21
-
2
10
65
23
-
1
22
56
21
-
5
35
42
18
-
5
41
36
18
Gelael membuat merasa nyaman Keharuman pada Swalaan Gelael yang menyegarkan Pencahayan pada Swalayan Gelael Sudah tepat Pelayanan kasir pada Swalayan Gelael memuaskan Personal pada Swalayan Gelael memuaskan Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan tabel 4.6 yakni persepsi responden mengenai general interior pada Swalayan Gelael Makassar maka didominasi jawaban terbanyak responden adalah setuju, hal ini berarti Swalayan Gelael Makassar berusaha memaksimalkan visual merchandising agar pengunjung toko merasa nyaman barada dalam toko, yang dapat dilihat melalui kebersihan pada swalayan, keharuman swalayan, pencahayaan, pelayanan kasir yang memuaskan serta personal atau karyawan pada Swalayan Gelael memuaskan sehingga konsumen puas dan memberikan keinginan atau minat untuk membeli di Swalayan Gelael Makassar. Selanjutnya akan disajikan persepsi responden mengenai store layout pada Swalayan Gelael Makassar yang dapat disajikan pada tabel berikut ini :
55 Tabel 4.7 Persepsi Responden mengenai Store Layout pada Swalayan Gelael Makassar Skor Tanggapan Responden Pernyataan
Tempat persediaan barang
STS
TS
N
S
SS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
-
1
48
41
10
-
-
42
50
8
-
2
31
59
8
-
-
29
62
9
(gudang) pada Swalayan Gelael sudah tepat Tempat penitipan barang pada Swalayan Gelael sudah tepat Lalu lintas dalam Swalayan gelael mempermudah menemukan barang yang di cari Pengelompokan barang pada Swalayan Gelael sudah tepat dan mempermudah konsumen Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Persepsi atau tanggapan responden mengenai store layout pada Swalayan Gelael Makassar nampak bahwa sebagian besar memberikan tanggapan setuju. Ini menunjukkan bahwa Gelael Makassar senantiasa menciptakan lalu lintas yang hidup di dalamnya dengan mengekspos barang dagangan sebanyak mungkin kepada konsumen agar penjualan optimal, yang dapat dilihat dari Tempat persediaan barang (gudang) pada Swalayan Gelael sudah tepat, Tempat penitipan barang pada Swalayan Gelael sudah tepat, Lalu lintas dalam Swalayan gelael mempermudah menemukan barang yang di cari serta Pengelompokan barang pada Swalayan Gelael sudah tepat dan mempermudah konsumen. Kemudian tanggapan atau persepsi responden mengenai interior display pada Swalayan Gelael Makassar yang dapat disajikan pada tabel berikut ini :
56 Tabel 4.8 Persepsi Responden mengenai Interior Display pada Swalayan Gelael Makasar Skor Tanggapan Responden Pernyataan
Penataan produk pada Swalayan
STS
TS
N
S
SS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
-
4
13
75
8
-
4
22
61
13
-
1
26
59
14
gelael rapih dan terlihat jelas Papan informasi pada Swalayan Gelael terlihat jelas dan mempermudah konsumen Tanda petunjuk pada Swalayan Gelael mempermudah konsumen Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan persepsi responden mengenai interior display pada Swalayan Gelael Makassar, maka didominasi jawaban terbanyak responden adalah setuju khususnya dalam hal penataan produk pada Swalayan gelael rapih dan terlihat jelas, Papan informasi pada Swalayan Gelael terlihat jelas dan mempermudah konsumen serta tanda petunjuk pada Swalayan Gelael mempermudah konsumen. Selanjutnya akan disajikan tanggapan atau persepsi responden mengenai kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar yang dapat disajikan melalui tabel berikut ini :
57 Tabel 4.9 Persepsi Responden mengenai kepuasan konsumen Swalayan Gelael Makassar Skor Tanggapan Responden Pernyataan
Saya merasa puas dengan ka-
STS
TS
N
S
SS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
-
-
8
82
10
-
-
9
79
12
-
-
9
71
20
-
1
42
44
13
-
-
24
58
18
-
-
7
28
65
rakteristik yang ada di Swalaan gelael Saya merasa senang dengan tata letak interior Swalayan gelael Saya sangat puas dengan kebersihan Swalayan Gelael Saya merasa puas dengan pelayanan yang ada di Swalayan Gelael Saya menyukai dekorasi-dekorasi yang ada di Swalayan Gelael Saya akan datang kembali ke Swalayan Gelael Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan
persepsi
responden
mengenai
kepuasan
konsumen
Swalayan Gelael Makassar maka didominasi jawaban terbanyak responden adalah setuju, ini berarti bahwa sebagian besar konsumen yang berkunjung ke Swalayan Gelael Makassar merasa puas dengan karakteristik yang ada di Swalayan Gelael, konsumen puas dan senang dengan tata letak interior, puas dengan kebersihan swalayan gelael, puas dengan pelayanan yang ada di Swalayan Gelael, menyukai dekorasi-dekorasi yang ada di Swalayan Gelael serta datang kembali ke Swalayan Gelael.
58 4.2.3 Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Analisis Validitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui keabsahan jawaban responden dalam
kuesioner,
dimana
dalam
pengujian
validitas
dilakukan
dengan
mengkorelasikan item pertanyaan dengan total score. Dalam penentuan keabsahan (valid) jawaban responden atas kuesioner, maka syarat minimum dikatakan suatu butir pertanyaan valid apabila nilai r 0,30 yang dikutip dari (Santoso, 2002 : 269). Oleh karena itulah dalam pengujian validitas dari setiap variabel penelitian dapat dilihat sebagai berikut : a) Faktor Store Exterior (X1) Store exterior adalah bagiandepan toko mencerminkan kemantapan dan kekokohan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya, serta dapat menciptakan kepercayaan dan goodwill bagi konsumen Store exterior berfungsi sebagai
identifikasi
atau tanda pengenalan,
sehingga sering
menyatakan lambing. Store Exterior diukur dengan 3 item pernyataan yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini : Tabel 4.9 Hasil Pengujian Validitas Store Exterior Kode
r-product moment
r- standar
Kesimpulan
X1.1
0,652
0,30
Valid
X1.2
0,668
0,30
Valid
X1.3
0,495
0,30
Valid
Pertanyaan
Sumber : Data diolah, 2017 Tabel 4.9 tersebut di atas yakni hasil pengujian validitas mengenai store exterior, maka dengan 3 item pernyataan yang diuji ternyata semua item
59 pertanyaan sah (valid), sebab ketiga item pernyataan memiliki nilai korelasi yang sudah di atas 0,30. b) Faktor General Interior (X2) Faktor general interior adalah desain yang dirancang untukmemaksimalkan visual. General interior diukur dengan 5 item pertanyaan yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini : Tabel 4.11 Hasil Pengujian Validitas General Interior Kode
r-product moment
r- standar
Kesimpulan
X2.1
0,599
0,30
Valid
X2.2
0,709
0,30
Valid
X2.3
0,797
0,30
Valid
X2.4
0,668
0,30
Valid
X2.5
0,643
0,30
Valid
Pertanyaan
Sumber : Data diolah, 2017 Berdasarkan tabel hasil uji validitas General Interior maka dari 5 item pertanyaan yang diajukan, terlihat bahwa semua item pertanyaan sudah sah, sebab memiliki nilai korelasi di atas dari 0,30.
c) Faktor Store Layout (X3) Faktor store Layout merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dari sebuah area toko . Tujuan layout toko adalah untuk menciptakan lalu lintas yang hidup di dalamnya dengan mengekspos barang dagangan sebanyak mungkin kepada konsumen agar penjualan optimal.Store layout diukur dengan 5 item pertanyaan yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
60 Tabel 4.12 Hasil Pengujian Validitas Store Layout Kode
r-product moment
r- standar
Kesimpulan
X3.1
0,750
0,30
Valid
X3.2
0,767
0,30
Valid
X3.3
0,797
0,30
Valid
X3.4
0,611
0,30
Valid
Pertanyaan
Sumber : Data diolah, 2017 Berdasarkan tabel hasil uji validitas Store layout maka dari 4 item pertanyaan yang diajukan, terlihat bahwa semua item pertanyaan sudah sah, sebab memiliki nilai korelasi di atas dari 0,30. d) Faktor Interior Display (X4) Faktor Interior dispalymerupakan tanda-tanda yang digunakan untuk memberikan informasi kepada konsumen untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko, dengan tujuan utama untuk meningkatkan penjualan danlaba toko tersebut. Interior display diukur dengan 3 indikator yaitu sebagai berikut : Tabel 4.13 Hasil Pengujian Validitas Interior Display Kode
r-product moment
r- standar
Kesimpulan
X4.1
0,741
0,30
Valid
X4.2
0,898
0,30
Valid
X4.3
0,812
0,30
Valid
Pertanyaan
Sumber : Data diolah, 2017 Berdasarkan tabel hasil uji validitas interior display maka dari 3 item pertanyaan yang diajukan, terlihat bahwa semua item pertanyaan sudah sah, sebab memiliki nilai korelasi di atas dari 0,30.
61 e) Faktor kepuasan konsumen (Y) Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya. Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama. Kepuasan konsumen diukur dengan 6 indikator yang dapat disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4.14 Hasil Pengujian Validitas Kepuasan Konsumen Kode
r-product moment
r- standar
Kesimpulan
Y.1
0,633
0,30
Valid
Y.2
0,630
0,30
Valid
Y.3
0,674
0,30
Valid
Y.4
0,610
0,30
Valid
Y.5
0,709
0,30
Valid
Y.6
0,400
0,30
Valid
Pertanyaan
Sumber : Data diolah, 2017 Berdasarkan tabel hasil uji validitas atas kepuasan konsumen maka dari 6 item pertanyaan yang diajukan, terlihat bahwa semua item pertanyaan sudah sah, sebab memiliki nilai korelasi di atas dari 0,30. 2. Analisis Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan uji keandalan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh suatu alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya. Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan nilai Reliability Construct. Nilai reliabilitas minimum dari dimensi/indikator pembentuk variabel
62 yang dapat diterima adalah sebesar 0,60 dan dikatakan sudah andal atau reliabel, hasil selengkapnya dapat disajikan melalui tabel berikut ini : Tabel 4.15 Hasil Pengujian Reliabilitas Dimensi
Jumlah butir
Koefisien
Kesimpulan
alpha Faktor Eksterior
3
0,760
Reliabel
Faktor General Interior
5
0,859
Reliabel
Faktor Store Layout
4
0,874
Reliabel
Interior Display
3
0,906
Reliabel
Kepuasan konsumen
6
0,824
Reliabel
Jumlah
21
Sumber : Data primer diolah, 2017 Tabel 4.14 yakni hasil uji reliabilitas dari 21 item pertanyaan, ternyata setelah dilakukan pengujian reliabilitas nampak bahwa semua item pertanyaan sudah dianggap andal (reliabel), sebab memiliki nilai cronbach’s alpha sudah di atas 0,60. 4.2.4. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi bertujuan untuk mengetahui pola dan mengukur perubahan pengaruh antara variabel bebas dalam hal ini adalah store atmosphere yang terdiri dari : eksterior, general interior, store layout dan interior display terhadap variabel terikat (kepuasan konsumen). Berdasarkan data hasil pengolahan komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Versi 24, yang dapat disajikan olahan data sebagai berikut :
63 Tabel 4.16 Hasil Olahan Data Regresi Pengujian Regresi
Koefisien Regresi
(Df = 95)
Sig
Constant
1,329
4.207
0,000
Eksterior
0,105
2,111
0,037
General Interior
0,166
2,966
0,004
Store Layout
0,244
3,466
0,001
Interior Display
0,198
3,185
0,002
R = 0,678 R2= 0,460 Fhitung= 20,199 Sign
= 0,000
Sumber: Data diolah, 2015 Untuk melihat seberapa besar pengaruh secara parsial keempat variabel eksterior, general interior, store layout dan interior display, maka persamaan regresi dapat dijabarkan sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Y = 1,329 + 0,105X1 + 0,166X2 + 0,244X3 + 0,198X4 Dari hasil persamaan regresi tersebut di atas maka dapat diberikan penjelasan hasil regresi yang dapat diuraikan sebagai berikut : b0
= 1,329 merupakan nilai konstan atau reciprocel, bahwa dengan adanya eksterior, general interior, store layout dan interior display maka kepuasan konsumen adalah sebesar 1,329%.
b1X1 =
0,105 yang artinya jika tanggapan responden mengenai eksterior ditingkatkan maka akan mempengaruhi peningkatan kepuasan konsumen pada Swalayan Gelale Makassar.
64 b2X2=
0,166 yang artinya jika tanggapan responden mengenai general interior meningkat maka akan mempengaruhi peningkatan kepuasan konsumen pada Swalayan Gelale Makassar.
b3X3=
0,244 yang artinya jika tanggapan responden mengenai store layout ditingkatkan maka akan mempengaruhi peningkatan kepuasan konsumen pada Swalayan Gelale Makassar.
b4X4=
0,198 yang artinya jika tanggapan responden mengenai interior display
ditingkatkan
maka
akan
mempengaruhi
peningkatan
kepuasan konsumen pada Swalayan Gelale Makassar. Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, maka untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara store atmosphere melalui : eksterior, general interior, store layoout dan interior display maka akan diberikan penjelasan yaitu sebagai berikut : 1. Koefisien korelasi (R) = 0,678 hal ini berarti bahwa faktor eksterior, general interior, store layout dan interior display mempunyai hubungan yang kuat terhadap kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar, karena nilai r mendekati 1. 2. Koefisien determinasi (R2) = 0,460 yang menunjukkan bahwa variasi pengaruh dari kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar dipengaruhi oleh faktor eksterior, general interior, store layout dan interior display, sedangkan selebihnya sebesar 54% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 4.2.5 Pengujian Hipotesis Dari hasil uji regresi antara faktor eksterior, general interior, store layout dan interior displayyang menunjukkan bahwa keempat variabel berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael
65 Makassar, hal ini dapat dilihat melalui pengujian parsial yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Berdasarkan probabilitas Ho diterima jika pvalue> 0,05 Ho ditolak jika pvalue< 0,05 b. Berdasarkan t hitung Ho diterima jika t hitung> t tabel Ho ditolak jika thitung< t tabel Berdasarkan kriteria tersebut di atas dapat dilakukan pengujian secara parsial (uji t) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu sebagai berikut : 1) Variabel eksterior (X1) Hasil pengujian parsial untuk variabel eksterior maka diperoleh nilai thitung = 2,111 dan ttabel = 1,661, karena nilai thitung = 2,111 > ttabel = 1,661, serta mempunyai nilai probabilitas 0,037 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel eksterior berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar. 2) Variabel General interior (X2) Hasil pengujian parsial untuk variabel general interior maka diperoleh nilai thitung = 2,966 dan ttabel = 1,661, karena nilai thitung = 2,966 > ttabel = 1,661, serta mempunyai nilai probabilitas 0,004 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel general interior berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar. 3) Variabel store layout (X3) Hasil pengujian parsial untuk variabel store layout maka diperoleh nilai thitung = 3,466 dan ttabel = 1,661, karena nilai thitung = 3,466 > ttabel = 1,661, serta
66 mempunyai nilai probabilitas 0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel store layout berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar. 4) Variabel interior display (X4) Hasil pengujian parsial untuk variabel interior displaymaka diperoleh nilai thitung = 3,185 dan ttabel = 1,661, karena nilai thitung = 3,185 > ttabel = 1,661, serta mempunyai nilai probabilitas 0,002 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel interior display berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar. Kemudian dalam uji F (Uji serempak) dapat dilakukan pengujian yaitu sebagai berikut: (a) Kriteria pengujian Ho diterima bila F hitung< F tabel Ho ditolak bila F hitung> F tabel (b) Menerima F tabel F tabel (0,05, 95, 4) = 2,467 (c) Keputusan: Dari hasil pengujian secara simultan atau serempak maka diperoleh nilai Fhitung (20,199) > Ftabel (2,467) serta memiliki nilai sig 0,000 < nilai standar 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa korelasi antara keempat variabel store atmosphere yakni : eksterior, general interior, store layout dan interior display dapat dikatakan mempunyai hubungan secara simultan dan serempak terhadap kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar.
67
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari keseluruhan hasil analisis yang dianggap perlu yaitu : 1. Berdasarkan hasil analisis olahan data dengan menggunakan persamaan regresi maka diperoleh hasil koefisien regresi yang bertanda positif, hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang diteliti dalam hal ini store atmosphere yang terdiri dari eksterior, general interior, store layout dan interior display mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen pada Swalayan Gelael Makassar. 2. Dari hasil pengujian regresi maka diperoleh hasil bahwa variabel store atmosphere
yang
paling
dominan
berpengaruh
terhadap
kepuasan
konsumen pada Swalayan Gelael Makassar adalah store layout, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang terbesar jika dibandingkan dengan faktor lainnya yakni : eksterior, general interior, dan interior display.
5.2 Saran Dari hasil penelitian serta kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka selanjutnya dapat disajikan saran-saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan, yaitu : 1. Gelael Swalayan Makassar sebaiknya rutin melakukan pembaharuan terhadap aspek-aspek exterior terutama tempat parkir, pintu otomatis,
68 tampilan jendela, danrak-rakpemajangan produk. Hal ini dilakukan supaya konsumen tidak jenuh dengan tampilan toko. 2. Disarankan pula agar perlunya Gelael Swalayan Makassar memaksimalkan visual merchandising seperti kebersihan lantai, musik yang update dan wangi-wangian sehingga membuat konsumen nyaman berbelanja. 3. Sebaiknya Swalayan Gelael Makassar lebih kreatif dan unik dalam mendekorasi ruangan yang berkaitan dengan tema-tema hari besar tertentu, seperti tahun baru, hari raya agama dan lain sebagainya. Hal ini dianggap dapat memberikan kepuasan bagi konsumen dan mampu menarik minat beli konsumen.
69
DAFTAR PUSTAKA Andreasen, A. 1995, Marketing Social Change: Changing Behavior to Promote Health, Social Development and the Environment, San Francisco: Jossey Bass. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta Assauri, sofjan. 2009. GrafindoPersada.
Manajemen
Pemasaran.
Jakarta:
PT.
Raja
Ayu, Dyah Anisha Pradipta. 2013. Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Loyalitas Konsumen Produk Oli Pelumas PT Pertamina (Persero) Enduro 4T di Makassar. Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar Berman, Evans. 2008. Retail Management. A Strategic Approach. New Jersey: Prentice Hall. Foster, Bob. 2008. Manajemen Ritel. Bandung: Alfabeta. Fuad,
Muhammad. 2010. Store Atmosphere dan Perilaku Pembelian Konsumendi Toko Buku Gramedia Malang. Jurnal Manajemen Pemasaran Modern.Vol. 2, No. 1, Januari-Juni.Hal.1-14.
Irawan, Acmad Ardi. 2010. Pengaruh Store Atmosphere (suasana toko) terhadapkeputusan pembelian. Skripsi. Jurusan Administrasi Bisnis. Fakultas IlmuAdministrasi Bisnis. Konsentrasi Manajemen Pemasaran. UniversitasBriwijaya. Malang. Kusumowidagdo, Astrid. 2005. Peran Penting Perancangan Interior PadaStore Based Retail. Jurnal Dimensi Ekonomi Volume 3 Nomor 1: hal.17-30. Kotler, Phillip dan Gary Amstrong, 2.Jakarta: Penerbit Erlangga.
2006.Prinsip-prinsip
Pemasaran.Jilid
Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 2, Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip . 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi kesebelas.jilid satu. Jakarta :Indeks. Kotler,Philip dan K.L.Keller .2007.Manajemen keduabelas.Jilidsatu. Jakarta: Indeks.
Pemasaran.
Edisi
Lamb Charles W.; Hair, Joseph F, dan McDaniel, Carl. 2011. Pemasaran.Edisi ketujuh. Jakarta: Salemba Empat. Levy,
Michael and Barton Weitz. 2008. Retailing Management. ketujuh.International Edition. New York: McGraw-Hill.
Edisi
70 Ma’ruf, Hendri. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Mowen, Jhon C. dan Minor, Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid Pertama.Alihbahasa: Lina Salim. Jakarta: Erlangga. Puspitasari, Devi, dkk. 2012. Membuka Usaha Eceran/Ritel (Exspansion StoreOpening) .Jakarta : Penerbit Inti Prima Promosindo. Rangkuti, Freddy. 2008. The Power of Brands. Cetaka Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ketiga, Penerbit :
Sugiyono. 2010.Statistik Untuk Penelitian, cetakan kesembilanbelas, Penerbit Alfabeta, Bandung Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indonesia. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Manajemen.Edisi Revisi. Andy: Yogyakarta. Umar, Husein. 2003. Study Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Utami, Christina Whidya. 2008. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Modern. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Wido Jasniko. 2013. PengaruhAtmosphere Toko danVariasi ProdukTerhadap KeputusanKonsumen Pada Swalayan CitraBandar Buat Padang. Skripsi Universitas Negeri Padang