1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Onomatope yang berasal dari Bahasa Yunani ονοματοποιία adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya. Konsep ini berupa sintesis dari kata dalam bahasa Yunani όνομα (onoma = nama) dan ποιέω (poieō, = "saya buat" atau "saya lakukan"). Jadi onomatope adalah "pembuatan nama" atau "menamai sebagaimana bunyinya". Bunyi-bunyi ini mencakup suara hewan, suara-suara lain yang berasal dari alam, dan juga suarasuara manusia yang bukan merupakan kata, seperti suara orang tertawa (Yusuf, 2010). Istilah onomatope sangat jarang diketahui oleh masyarakat umum meskipun onomatope sebenarnya sering digunakan di lingkungan sekitar. Contoh onomatope dalam bahasa Indonesia seperti suara ayam, bebek, suara ketawa, menangis, dan lainnya, dapat dengan mudah ditemukan karena sering digunakan dalam cerita-cerita pendek, percakapan, lagu-lagu, dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia, onomatope memiliki arti yang sempit yaitu kata tiruan bunyi, tetapi dalam bahasa Jepang onomatope memiliki arti yang lebih luas. Pengertian onomatope dalam bahasa Jepang, dapat dilihat pada kutipan yang diungkapkan oleh Atsuo Iguchi dan Yôko Iguchi berikut ini. 擬声語(擬音語とも)・擬態語は、物音や物事の様子などを表したもの です。
「風がびゅうびゅう吹く」などは音を描写した擬声語の典型ですが、
「のそのそ・そわそわ・ゆらゆら」などは人や物の態度を描写する擬態語です。
2
態度の他に「くよくよ」「わくわく」など人の心理状態を描写したものもあります。 全部まとめてオノマトペ(onomatopoeia)とも言います。 Giseigo (giongo tomo)・ gitaigo wa, monooto ya monogoto no yôsu nado wo arawashitamono desu. “kaze ga byuubyuu fuku” nado wa oto wo byôshashita giseigo no tenkei desuga, “nosonoso ・ sowasowa ・ yurayura” nado wa hito ya mono no taido wo byôshasuru gitaigo desu. Taido no hoka ni “kuyokuyo, wakuwaku” nado hito no shinrijôtai wo byôshashita monomo arimasu. Zenbu matomete onomatope (onomatopoeia) tomo iimasu. ‘Giseigo (termasuk juga giongo) dan gitaigo, adalah kata yang melambangkan bunyi-bunyi, kondisi atau keadaan dari berbagai hal, dan sebagainya. “kaze ga byuubyuu fuku: suara angin yang berhembus dengan kuat” adalah salah satu contoh tipikal giseigo yang melukiskan bunyi, tetapi “(nosonoso: orang yang berjalan lamban) ・ (sowasowa: orang yang terlihat gelisah) ・ (yurayura: sesuatu yang berayun, menggelinding, dengan lamban)” adalah contoh gitaigo yang melukiskan sikap atau tingkah laku manusia, benda dan lain-lain. Selain sikap atau tingkah laku manusia, ada juga yang melukiskan keadaan atau kondisi psikologis manusia seperti “(kuyokuyo: kekhawatiran terhadap umur), (wakuwaku: perasaaan semangat menanti sesuatu yang menyenangkan)” dan sebagainya. Semuanya disebut onomatope.’ (Iguchi, Atsuo dan Yôko Iguchi, 2001:26) Kutipan tersebut menunjukkan bahwa onomatope memiliki pengertian yang lebih luas. Tidak hanya sebagai kata tiruan bunyi, tetapi juga kata yang menunjukkan keadaan makhluk hidup dan benda. Jumlah Onomatope dalam bahasa Jepang sangat banyak. Oleh karenanya, hal ini sering membuat orang asing kebingungan dalam memahami onomatope. Perbedaan penggunaan onomatope bahasa Jepang dan bahasa Indonesia tersebut, mengakibatkan onomatope bahasa Jepang tidak seluruhnya memiliki padanan makna dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang, onomatope sering digunakan sehingga mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain digunakan
3
dalam percakapan sehari-hari, onomatope juga digunakan dalam komik, lagulagu, puisi, novel, koran, dan lain-lain. Onomatope yang dapat melukiskan suasana hanya dengan beberapa kata, membuat penulis karya sastra dan pengarang lagu sering menggunakan onomatope dalam karyanya. Beberapa contoh onomatope dalam bahasa Jepang yang memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia antara lain: gachagacha yang bisa memiliki padanan kata kerincing (untuk kunci) atau brak (ketika menabrak sebuah benda dengan keras). Selain itu, ada juga gokugoku tiruan untuk suara orang yang sedang minum, yang berpadanan dengan kata glukglukgluk, nyaanyaa yaitu bunyi kucing yang dalam bahasa Indonesia padanannya berbunyi miaow. Akan tetapi ada beberapa onomatope yang tidak memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia seperti sekaseka yang berarti sikap dan cara bicara yang menunjukkan ketidaktenangan dan wakuwaku yaitu kata yang digunakan untuk menirukan keadaan seseorang yang sedang menanti-nanti sesuatu dengan bahagia. Onomatope bahasa Jepang memiliki beberapa bentuk dasar yang dapat membantu dalam membedakan onomatope dengan kata-kata lainnya. Bentuk onomatope dalam komik dan lirik lagu biasanya berdiri sendiri atau berada dalam kalimat yang pendek, sehingga lebih mudah untuk dibedakan. Akan tetapi, onomatope dalam novel biasanya menjadi bagian dari kalimat yang panjang dan cukup sulit ditemukan apabila tidak diketahui bentuk dasarnya. Oleh karena itu, mengetahui bentuk dasar onomatope sangat diperlukan dalam membantu menganalisis onomatope dalam sebuah novel.
4
Selain bentuknya, onomatope juga memiliki fungsi gramatikal tersendiri dalam sebuah kalimat. Onomatope tidak hanya berfungsi sebagai kata keterangan, tetapi juga dapat berfungsi sebagai kata sifat, kata benda, dan kata kerja. Onomatope yang terdapat dalam konteks kalimat tertentu dan telah mendapat proses gramatikal tidak hanya memiliki makna leksikal saja, tetapi juga memiliki makna gramatikal dan ketika berada dalam konteks tertentu memilki makna kontekstual. Penulis novel biasanya tidak menggunakan banyak onomatope dalam karyanya, berbeda dengan Banana Yoshimoto. Dalam novelnya yang berjudul Kitchin, Banana Yoshimoto menggunakan banyak onomatope untuk memperindah penulisan karyanya. Onomatope yang digunakan bahkan mencapai seratus buah onomatope yang berbeda. Cerita menarik yang dibuat dengan penulisan yang unik dan bahasa yang mudah dimengerti, membuat novel Kitchin menjadi sebuah karya yang menarik dan cocok untuk dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini. Novel Kitchin merupakan peraih penghargaan Umitsubame First Novel Prize yang telah dicetak sebanyak 60 kali di Jepang dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 20 bahasa di dunia (Helvry, 2010). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dideskripsikan mengenai bentuk, jenis, fungsi gramatikal, dan makna onomatope yang terdapat dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto. Beberapa alasan tersebut yang membuat “Analisis Bentuk, Jenis, Fungsi Gramatikal, dan Makna Onomatope dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto” menjadi menarik untuk diteliti. Dalam penelitian ini, setelah
5
onomatope dikumpulkan dari novel Kitchin karya Banana Yoshimoto dengan bantuan analisis bentuk, onomatope diklasifikasikan sesuai jenisnya, kemudian dilanjutkan dengan analisis fungsinya dalam kalimat, dan dicari padanan maknanya dalam bahasa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah pokok yang hendak dijawab dalam penelitian yang berkaitan dengan analisis onomatope yang ada dalam novel Kitchin menyangkut hal-hal berikut : 1.
Bentuk dan jenis onomatope apa sajakah yang terdapat dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto?
2.
Bagaimana fungsi gramatikal dan makna onomatope yang terdapat dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian mengenai analisis makna onomatope dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto, dibagi menjadi dua yaitu: 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui onomatope dalam novel melalui bentuknya, kemudian mendeskripsikan jenis-jenis onomatope, fungsi gramatikal, dan memahami makna onomatope yang ada dalam novel Kitchin. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menambah khasanah penelitian linguistik Jepang dan sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
6
1.3.2 Tujuan khusus 1.
Mendeskripsikan bentuk dan jenis onomatope yang ada dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto.
2.
Mendeskripsikan fungsi gramatikal dan makna dari onomatope yang terdapat dalam novel Kitchin karya Banana Yoshimoto.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini ada dua yaitu: 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara umum, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tambahan mengenai bahasa Jepang khususnya yang berkaitan dengan bentuk, jenis-jenis onomatope, fungsi gramatikalnya, dan makna yang terkandung di dalamnya. Selain itu, diharapkan penelitian ini mampu membantu dan mempermudah memahami makna onomatope yang ada dalam karya sastra khususnya dalam novel. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca novel, khususnya novel Kitchin karya Banana Yoshimoto, untuk mempermudah dalam memahami makna onomatope yang muncul pada novel tersebut.
1.5
Ruang Lingkup Agar tidak menyimpang dari rumusan masalah yang dibahas, penelitian ini
dibatasi hanya mengenai analisis bentuk, jenis, fungsi gramatikal, dan makna
7
onomatope yang ada dalam novel berjudul Kitchin karya Banana Yoshimoto. Dalam novel ini, terdapat tiga buah subbab yakni cerita Kitchin dan sebuah sisipan novelet dengan cerita berbeda. Sumber data, yang digunakan sebagai objek penelitian hanyalah cerita Kitchin yang terdiri atas subbab satu dan dua, sedangkan subbab ketiga tidak digunakan karena ceritanya tidak ada kaitannya dengan novel Kitchin yang ada pada dua subbab pertama. Untuk mempermudah proses analisis data, penelitian ini dilakukan dengan analisis kualitatif, yaitu dengan mengambil beberapa data sebagai sampel dari seluruh data yang ditemukan untuk dianalisis, sedangkan data lainnya ditampilkan pada lampiran tanpa proses analisisnya.
1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Sumber Data Untuk melakukan penelitian mengenai analisis onomatope dalam novel Kitchin, digunakan novel asli yang berjudul Kitchin karya Banana Yoshimoto yang diterbitkan oleh penerbit Fukutake Shoten di Tokyo, Jepang pada tahun 1988 dengan tebal 266 halaman sebagai sumber data primer. Dari 266 halaman, yang digunakan sebagai sumber data hanya subbab satu dan subbab dua saja yang berjumlah 164 halaman. Selain novel asli, digunakan juga novel terjemahan yang dialihbahasakan oleh Dewi Anggraeni ke dalam bahasa Indonesia dengan judul berbahasa Inggris yaitu Kitchen sebagai sumber data sekunder guna membantu dalam analisis. Pada tahun 2009, cetakan pertama novel ini diterbitkan oleh PT
8
Gramedia, Jakarta dengan tebal buku 204 halaman, namun yang digunakan dalam penelitian ini hanya dua subbab yang berjumlah 124 halaman. 1.6.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa secara tulisan untuk memperoleh data. Teknik dasar metode ini berwujud teknik sadap secara tertulis yaitu menyadap penggunaan bahasa dengan bahasa tulis misalnya berupa teks narasi, naskahnaskah kuno, buku, dan lain-lain. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Teknik sadap ini, kemudian dilanjutkan dengan teknik catat, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005:92-93). Dalam tahap ini, difokuskan untuk menemukan data-data onomatope yang ada dalam sumber data tertulis, yaitu dalam novel yang berjudul Kitchin karya Banana Yoshimoto. Pengumpulan data dibantu dengan analisis bentuk onomatope, untuk mempermudah dalam membedakan onomatope dengan kata lainnya. Data yang telah terkumpul kemudian dicatat dan diklasifikasi sesuai bentuk dan jenisnya untuk memudahkan langkah penelitian selanjutnya yaitu metode dan teknik penganalisisan data. 1.6.3 Metode dan Teknik Penganalisisan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih yaitu metode analisis yang unsur penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15). Teknik dasar dari
9
metode ini adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu dengan membagi unsur-unsur data untuk menemukan unsur penentunya. Dengan teknik ini, dapat diketahui bagian atau unsur yang menjadi penentu onomatope di dalam data yang telah diklasifikasikan. Sebagai pendukung juga digunakan metode analisis deskriptif dengan menjelaskan proses analisis dengan sederhana. Setelah onomatope diketahui bentuknya dan diklasifikasikan sesuai jenisnya, onomatope dicari makna leksikalnya. Dengan metode agih, kalimat yang mengandung onomatope dipisahkan, kemudian dianalisis dengan teknik bagi unsur langsung. Kemudian unsur penentunya yaitu onomatope dianalisis fungsi gramatikalnya. Setelah diketahui fungsi gramatikalnya dilanjutkan dengan menganalisis makna gramatikal dan makna kontekstual dari onomatope tersebut yang dibantu dengan metode analisis deskriptif yang menjelaskan secara sederhana proses analisis tersebut. 1.6.4 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data kemudian disajikan dengan metode informal yaitu perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk terminologi yang bersifat teknis dan metode formal yaitu perumusan dengan menggunakan tandatanda atau lambang-lambang (Mahsun, 2005:123). Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis fungsi gramatikal dan menjelaskan hasil analisis padanan makna onomatope dalam bahasa Indonesia, sedangkan Metode formal digunakan untuk memaparkan hasil klasifikasi bentuk dan jenis onomatope dalam bentuk tabel dan angka-angka.