BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1. Arti dan Tujuan Demografi Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: ‘Demos’ adalah rakyat atau penduduk dan ‘Grafein’ adalah menulis. Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk atau dengan perkataan lain segala hal ihwal yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti : kelahiran, kematian, migrasi, sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.
Ketiga
komponen
demografi/variabel
demografi,
bermacam-macam
karakteristik penduduk, dan gejala-gejala yang saling berhubungan didalam masyarakat tersebut dipakai oleh para ahli demografi untuk 4 (empat) tujuan pokok yaitu : 1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu. 2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia. 3. Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial. 4. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk dimasa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.
2.2. Struktur dan Persebaran Penduduk 2.2.1. Komposisi Penduduk
Pengelompokan penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a). Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin b). Sosial, antara lain meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan dan sebagainya. c). Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan sebagainya. d). Geografis, berdasarkan tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan, provinsi, kabupaten, dan sebagainya.
Pengelompokan penduduk sangat berguna untuk berbagai maksud dan tujuan seperti : a). Untuk mengetahui ‘Human Resources’ yang ada baik menurut umur maupun jenis kelamin. b). Untuk mengambil suatu kebijaksanaan yang berhubungan dengan kependudukan. c). Untuk membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk lainnya. d). Melalui penggambaran piramida penduduk dapat diketahui ‘proses demografi’ yang telah terjadi pada penduduk tersebut.
2.2.2. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan, dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Sex Ratio =
Jumlah Penduduk Laki − laki xk Jumlah Penduduk Perempuan
; k = Konstanta (100)
Besar kecilnya Rasio Jenis Kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh : a). Sex Ratio at Birth Dibeberapa negara umumnya berkisar antara 103-105 bagi laki-laki per 100 bayi perempuan. b). Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan Jika kematian laki-laki lebih besar daripada jumlah kematian perempuan maka rasio jenis kelamin semakin kecil. c). Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan Jika disuatu daerah Sex Ratio > 100 berarti di daerah tersebut lebih banyak penduduk laki-laki. Sedangkan jika Sex Ratio < 100 berarti lebih banyak perempuan.
2.2.3. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)
Angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur 15-64 tahun), dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Dependency Ratio =
P0−14 + P65+ xk P15−64
; k = Konstanta (100)
Secara kasar angka ini dapat digunakan sebagai indikator ekonomi dari suatu negara apakah tergolong maju atau bukan.
2.2.4. Umur Median (Median Age)
Umur median adalah umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama, bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua daripada median age. Umur median ditentukan berdasarkan umur dari sebagian penduduk yang lebih tua dan umur bagian penduduk yang lebih muda. Guna umur median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompokkelompok umur tertentu, dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Md = 1Md
N − fx xi + 2 f Md
Dimana : 1Md : adalah batas bawah kelompok umur yang mengandung jumlah
N 2
N
: adalah jumlah penduduk
fx
: adalah jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang mengandung
N 2
fMd : adalah jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai
Untuk menentukan apakah suatu penduduk tergolong penduduk tua atau penduduk muda dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Melihat komposisi umur penduduknya untuk kelompok usia dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun. Umur
Penduduk Tua
Penduduk Muda
0 - 14
≤ 30 %
≥ 40 %
15 - 64
≥ 60 %
≤ 55 %
65 +
≥ 10 %
≤5%
2. Dengan melihat umur mediannya : Umur Median
Kategori
≤ - 20 tahun
Penduduk muda
10 - 30 tahun
Penduduk Intermediate
≥ - 30 tahun
Penduduk tua
2.2.5. Kepadatan Penduduk (Land Man Ratio)
Hal yang merupakan masalah komplit dan perlu mendapat perhatian dalam kependudukan adalah ketidakmerataan penyebaran penduduk yang diukur dari tingkat kepadatan penduduk (Popukation Density Rate). Salah satu faktor ketimpangan penyebaran penduduk adalah disebabkan oleh faktor ragam potensi antar-daerah dan belum meratanya distribusi pembangunan antar-wilayah. Kepadatan penduduk dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kepada tan Penduduk =
Jumlah Penduduk suatu wilayah Luas Wilayah ( Km 2 / Ha)
Kepadatan penduduk kasar menunjukkan bahwa jumlah penduduk untuk setiap Kilometer persegi luas wilayah. Kepadatan penduduk merupakan ukuran persebaran penduduk yang paling umum digunakan karena selain data dan cara perhitungannya sederhana, ukuran ini sudah distandarisasi dengan luas wilayah.
2.2.6. Piramida Penduduk
Komposisi umur dan jenis kelamin suatu penduduk secara grafik dapat digambarkan dalam bentuk piramida. Sampai saat ini dalam demografi dikenal ada 5 (lima) bentuk atau model Piramida penduduk yaitu :
Gambar 2.1 Berbagai Bentuk atau Model Piramida Penduduk
Model 1. Piramida penduduk model ini mempunyai dasar lebar dan ‘slope’ tidak terlalu curam atau datar. Bentuk semacam ini terdapat pada penduduk dengan tingkat kelahiran dan kematian sangat tinggi, sebelum mereka mengadakan pengendalian terhadap kelahiran maupun kematian. Umur median rendah, sedangkan angka beban tanggungan (dependency ratio) tinggi. Contoh : Piramida penduduk India 1951 dan Piramida penduduk Indonesia 1971.
Model 2. Dibandingkan dengan model 1, maka dasar piramida model 2 ini lebih besar dan ‘slope’ lebih curam sesudah kelompok umur 0-4 tahun sampai ke puncak piramida. Terdapat pada negara dengan permulaan pertumbuhan penduduk yang tinggi/cepat akibat adanya penurunan tingkat kematian bayi dan anak-anak tetapi belum ada penurunan tingkat fertilitas. Median age (umur median) sangat rendah dan angka beban tanggungan (dependency ratio) merupakan yang tertinggi di dunia. Contoh : Sri Lanka, Meksiko, dan Brazilia.
Model 3. Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno (old fashioned beehive). Terdapat pada negara dengan tingkat kelahiran yang rendah begitu pula tingkat kematiannya rendah. Karakteristik yang dimiliki piramida ini yaitu umur median sangat tinggi, dengan beban tanggungan sangat rendah terutama pada kelompok umur-umur tua. Contoh : Piramida penduduk pada hampir seluruh negara-negara Eropa Barat.
Model 4. Piramida penduduk dengan bentuk lonceng/genta (The bellshaped pyramid). Bentuk ini dicapai oleh negara-negara yang paling sedikit sudah 100 tahun mengalami penurunan tingkat fertilitas (kelahiran) dan kematian. Umur median cenderung menurun dan angka beban tanggungan meninggi. Contoh : Piramida penduduk Amerika Serikat.
Model 5. Terdapat pada negara yang menjalani penurunan drastis yang tingkat kelahiran dan kematiannya sangat rendah. Penurunan tingkat kelahiran yang terus-menerus akan menyebabkan berkurangnya jumlah absolut daripada penduduk. Contoh : Jepang.
Berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin maka karakteristik penduduk dapat dibedakan atas tiga ciri, yaitu : a). Expansive
: Sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur termuda. Contoh : Indonesia.
b). Constrictive : Sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur muda. Contoh : Amerika Serikat. c). Stationary
: Banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama banyaknya, dan mengecil pada usia tua kecuali pada kelompok umur tertentu. Contoh : Swedia.
Gambar 2.2 Tiga Ciri Penduduk dalam Bentuk Piramida
2.3. Proyeksi Penduduk
Untuk mengetahui keadaan demografi Kabupaten Tapanuli Utara digunakan teknik proyeksi, yakni untuk menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur penduduk dimasa yang akan datang. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk untuk masa mendatang, tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
Proyeksi merupakan suatu istilah yang ditujukan untuk memberikan arti tentang perhitungan ilustratif yang didasarkan atas beberapa asumsi. Berpegang kepada sejumlah data yang telah tersedia, biasanya dapat disusun suatu proyeksi dengan cara mengintroduksikan arah berbagai peristiwa vital yang diasumsikan, baik yang bergerak menuju ke arah masa yang akan datang maupun periode sebelumnya.
Setiap perhitungan mengenai jumlah penduduk pada masa mendatang senantiasa dilakukan dengan menggunakan ciri hipotetis penduduk. Ramalan tersebut biasanya tidak begitu tepat. Untuk dapat menyusun estimasi masa depan yang dapat dipertanggungjawabkan, kondisi masa depan yang mempengaruhi semua proses vital harus juga diramalkan. Pada saat ini hal tersebut tidak mungkin kecuali kebetulan.
Walau demikian mengenai jumlah penduduk pada umumnya tidak pasti. Pengetahuan manusia mengenai kekuatan yang menyebabkan terjadinya perubahan mortalitas, fertilitas, perkawinan dan migrasi pada hakikatnya sangat tidak lengkap, dan pengaruh yang tepat mengenai sebab-sebabnya pun tidak mudah ditentukan begitu saja. Bahkan bila pemahaman manusia mengenai masa lampau juga boleh dikatakan lengkap, tetapi masa depan mau tidak mau akan tetap serba tidak menentu. Dengan demikian tidaklah mungkin untuk meramalkan arah elemen-elemen tersebut untuk masa yang akan datang dengan penuh keyakinan.
2.4. Pertumbuhan Penduduk
Untuk menghitung proyeksi penduduk pada masa yang akan datang harus diketahui terlebih dahulu pertumbuhan penduduknya. Pertumbuhan adalah setiap perubahan jumlah penduduk (baik pertambahan atau pengurangan), dapat berbentuk positif ataupun negatif. Pada hakikatnya suatu pertumbuhan penduduk hanya berpangkal pada tiga sumber, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan tersebut sama sekali bukan merupakan aspek yang terpisah daripada eksistensi penduduk, tetapi justru merupakan akibat berbagai faktor khusus.
Ciri dari pertumbuhan penduduk yaitu, keseimbangan antara faktor kelahiran, kematian, dan migrasi yang merupakan suatu keadaan yang unik. Segala sesuatunya ternyata tidak hanya ditentukan oleh salah satu diantara ketiga faktor tersebut. Dalam keadaan tertentu terdapat kemungkinan adanya perbedaan yang cukup besar antara kombinasi faktor-faktor tersebut, sehingga keseimbangannya dari waktu-kewaktu bisa berubah. Dalam sejarahnya jumlah penduduk senantiasa mengalami fluktuasi antara pertambahan dan pengurangan.
Pertumbuhan biasanya cenderung mengikuti pola bunga-berbunga (Compound interest) karena jumlah penduduk yang bertambah akan senantiasa malah lebih bertambah sepanjang masa. Angka pertumbuhan yang konstan akan semakin menambah jumlah penduduk. Malah angka pertumbuhan yang tidak begitu besar pun akan menyebabkan terjadinya pertambahan tahunan secara besar-besaran apabila berlangsung secara kontinu dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pertambahan jumlah penduduk dunia diakibatkan karena jumlah kelahiran yang ternyata jauh melebihi jumlah kematian. Selain itu mungkin juga disebabkan karena sarana pengendalian risiko kematian kian lama kian berhasil ditingkatkan sedangkan penurunan angka kelahiran yang sangat lambat. Selain itu pertambahan penduduk mungkin juga ditujukan untuk mencapai pertambahan alamiah dengan cara meningkatkan angka kelahiran yang lebih tinggi.
Sudah tentu pertumbuhan alamiah merupakan sumber pertambahan didunia sebagai suatu keseluruhan dan mungkin juga di beberapa tertentu. Walaupun demikian disuatu negara tertentu migrasi dapat juga memegang peranan yang penting, dan kadang-kadang malah merupakan faktor yang dominan; migrasi ini pada masa lampau
menyebabkan pertumbuhan penduduk semakin cepat. Peningkatan sarana komunikasi dapat juga menjadi faktor pertambahan penduduk.
2.5. Fertilitas ( Kelahiran ) 2.5.1. Pengertian Fertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang wanita secara riil untuk melahirkan. Kemampuan seorang wanita untuk melahirkan berbeda antara wanita satu dengan wanita lain. Tinggi rendahnya tingkat kelahiran penduduk mempunyai keterkaitan dan ketergantungan pada stuktur umur, banyaknya perkawinan, penggunaan kontrasepsi, usia perkawinan, tingkat pendidikan, dan status sosial ekonomi.
2.5.2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif
Dalam pengukuran fertilitas kumulatif, kita mengukur rata-rata jumlah anak laki-laki dan perempuan yang dilahirkan oleh seorang perempuan pada waktu perempuan itu memasuki usia subur hingga melampaui batas reproduksinya (15-49 tahun). Ukuran fertilitas yang digunakan dalam hal ini adalah Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFR). Tingkat Fertilitas Total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan tiap 1,000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan : 1). Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya. 2). Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya.
2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tinggi Rendahnya Fertilitas Penduduk
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan faktor non-demografi. Faktor demografi diantaranya adalah : struktur umur, struktur perkawinan, dan proporsi yang kawin. Sedangkan faktor non-demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi. Variabel-variabel diatas dapat berpengaruh secara langsung terhadap fertilitas, ada juga berpengaruh tidak langsung.
Davis dan Blake (1956) dalam tulisannya berjudul: The Social Structure of Fertility: An Analitical Framework, menyatakan bahwa faktor-faktor sosial mempengaruhi ferilitas melalui variabel antara.
Faktor Sosial
Variabel Antara
Fertilitas
Gambar 2.3 Skema dari Faktor Sosial yang Mempengaruhi Fertilitas Lewat Variabel Antara
Dalam tulisan tersebut Davis dan Blake juga menyatakan bahwa proses reproduksi seorang perempuan usia subur melalui tiga tahap yaitu: hubungan kelamin, konsepsi, kehamilan, dan kelahiran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan kelamin pada usia reproduksi adalah : a). Umur memulai hubungan kelamin. b). Selibat permanen, yaitu proporsi perempuan yang tidak pernah mengadakan hubungan kelamin. c). Lamanya masa reproduksi yang hilang karena : • Perceraian, perpisahan, atau ditinggal pergi oleh suami. • Suami meninggal dunia. d). Abstinensi sukarela. e). Abstinensi karena terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tidak bisa dihindari). f). Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk abstinensi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi adalah : a). Kesuburan dan kemandulan biologis (frekunditas dan infekunditas) yang disengaja. b). Menggunakan atau tidak menggunakan alat-alat kontrasepsi. • Cara kimiawi dan cara mekanis. • Cara-cara lain (seperti metoda ritma, dan senggama terputus). c). Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor disengaja, misalnya sterilisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi selama kehamilan dan kelahiran adalah : a). Kematian janin karena faktor-faktor yang tidak sengaja. b). Kematian janin karena faktor-faktor yang disengaja.
2.6. Mortalitas (Kematian)
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu diantara tiga komponen demografi yang dapat mempeneruhi perubahan penduduk. Informasi kematian sangat penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta yang terutama berkecimpungan dalam bidang kesehatan dan ekonomi. Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perencanaan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk mengevaluasi program-program kebijaksanaan penduduk.
Tinggi rendahnya tingkat kematian penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat disuatu daerah. Definisi “mati” menurut UN (United Nation) dan WHO (World Health Organization) adalah sebagai berikut: “Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup”. Dengan demikian keadaan “mati” hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup. Sedangkan definisi “lahir hidup” menurut UN dan WHO adalah sebagai berikut:
“Lahir hidup yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi, hasilnya konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum”.
2.6.1. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate = IMR)
Angka kematian bayi merupakan indikator yang sangat berguna, tidak saja terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan kondisi ekonomi dimana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi tidak hanya mereflesikan besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernapasan, salah gizi, penyakitpenyakit infeksi spesifik dan kondisi prenatal, tetapi juga merefleksikan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan secara umum tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Angka kematian bayi juga telah menunjukkan fungsinya sebagai indikator ampuh dalam menilai perubahan kondisi kesehatan disuatu negara. Pada negaranegara dimana dimana angka kematian bayi telah dihitung selama periode yang lama, terlihat reproduksi angka kematian bayi sejajar dengan perbaikan standar hidup dan kondisi sanitasi termasuk juga kemudahan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat.