BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa Korea termasuk bahasa yang kaya akan onomatope dan mimetik. Onomatope-mimetik tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Onomatope-mimetik dapat menambah efek ekspresi dan membuat bahasa menjadi hidup. Penggunaan onomatope-mimetik juga dapat memperjelas situasi dan suasana kalimat. Onomatope adalah penamaan benda atau perbuatan dengan peniruan bunyi yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu (Kridalaksana, 2008:116). Menurut Ullman (2007:102) onomatope dapat dibedakan menjadi (1) onomatope yang berupa tiruan bunyi atas bunyi, misalnya suara kicauan burung atau suara kokok ayam, dan (2) onomatope yang berupa tiruan bunyi atas gerakan atau kualitas fisik atau moral, misalnya „gemetar‟, „terang‟, dan „becek‟. Menurut Lee (2007:1) mimetik adalah kata-kata yang digunakan untuk mengekspresikan tiruan tindakan, keadaan, atau situasi dari objek hidup atau mati dan pergerakanpergerakan. Di dalam bahasa Korea, onomatope-mimetik dapat digunakan sebagai adverbia. Adverbia yang demikian disebut adverbia mimetik. Adverbia mimetik adalah adverbia yang mengekspresikan keadaan luar, gerakan atau bunyi benda atau manusia (Ihm dkk, 2001:137). Dalam bahasa Korea, adverbia mimetik dibedakan menjadi dua tipe yakni, adverbia mimetik berupa isng dan ith.
1
2
isng sering disebut onomatope, sementara itu ith sama dengan mimetik. Contoh penggunaan adverbia mimetik dalam kalimat adalah hal-hal berikut ini. (1) Yrsaram -i sangchussam -l gwi-gwi mk- -tt- -da.1 Beberapa orang PS nasi bungkus selada PO AM makan Lam Dek „Beberapa orang makan nasi bungkus selada dengan rakus.‟ (2) G -nn umul-umul malha- -ay ihhagi-ga himdl- -da.2 Orang itu PT AM berbicara Kon hal pemahaman PS sulit Dek „Orang itu berbicara dengan komat-kamit, jadi sulit dipahami.‟ (3) Sumbakokjilha-nn ai -dl -i salgm-salgm jib dwi Bermain petak umpet yang anak Jmk PS AM rumah belakang -ro ga- -as sum-tt- -da.3 PKT pergi Kon bersembunyi Lam Dek „Anak-anak yang bermain petak umpet pergi dengan diam-diam ke belakang rumah lalu bersembunyi.‟ (4) G -i jji itt- -nn nongdam -e modu haha us-tt- -da.4 Orang itu PM lucu ada yang gurauan dengan semua AM tertawa Lam Dek „Semua tertawa lebar dengan gurauan lucunya orang itu.‟ Dari contoh-contoh di atas dapat diketahui bahwa adverbia mimetik dapat menerangkan berbagai verba. Adverbia mimetik gwi-gwi „dengan rakus‟ dalam contoh (1) merupakan adverbia yang menerangkan cara makan dengan memasukkan makanan penuh ke dalam mulut, sementara adverbia mimetik umulumul „dengan komat-kamit‟ dalam contoh (2) merupakan adverbia yang memperjelas bahwa aksi berbicara dilakukan dengan berkomat-kamit. salgmsalgm „dengan diam-diam‟ dalam contoh (3) menjelaskan tindakan pergi 1 Lee (2007:129) 2 Lee (2007:183) 3 Lee (2007:75) 4 Naver Dictionary (Naver Dictionary merupakan aplikasi kamus bahasa Korea untuk smartphones yang diluncurkan oleh Naver Corp. Kamus ini bersumber pada Phyojungukeo Daesajeon (Kamus Besar Bahasa Korea Standar) yang disusun oleh Gukribgukeoweon (Lembaga Bahasa Korea Nasional).
3
dengan sembunyi-sembunyi dan adverbia mimetik haha „dengan lebar‟ dalam kalimat (4) menjelaskan aksi tertawa yang dilakukan dengan mulut terbuka lebar. Adverbia mimetik mempunyai keunikan tersendiri. Hal tersebut tampak dari perubahan-perubahan bunyi yang dapat menunjukkan perbedaan kesan gerakan atau pelaku. Perhatikan contoh berikut. (5) Gny -nn ddap dsine gog -rl yrbn Perempuan itu PS jawaban sebagai gantinya tengkuk PO berkali-kali kkattak-kkattak kkdki-tt- -da.5 AM menganggukan Lam Dek „Perempuan itu menggangguk-anggukkan kepalanya berkali-kali sebagai gantinya menjawab.‟ (6) Jinsu -i mal -e modu gog -rl kkttk-kkttk Jinsu PM perkataan dengan semua tengkuk PO AM hndl-my macanggurl chi- -tt- -da. 6 menggerakkan Kon menyetujui Lam Dek „Semua setuju dengan perkataan Jinsu sambil mengangguk-anggukkan kepala.‟ kkattak-kkattak „mengangguk-angguk‟ dan kkttk-kkttk „menganggukangguk‟ dalam contoh (5) dan (6) di atas merupakan adverbia mimetik yang menunjukkan bentuk menganggukkan kepala. Keduanya mengandung makna dasar yang sama, tetapi kkttk-kkttk digunakan sebagai tanda persetujuan yang lebih kuat daripada kkattak-kkattak. Hal yang demikian tercermin dari perubahan vokal /a/ pada suku pertama dan kedua dalam kkattak-kkattak menjadi vokal // pada suku pertama dan // pada suku kedua dalam kkttk-kkttok. Vokal /a/ memberikan kesan gerakan yang „kecil‟, sementara vokal // dan // dapat memberikan kesan gerakan yang „besar‟. 5 6
Lee (2007:70) Lee (2007:70)
4
(7) Gny -nn panhi chydabo- -dni kkal-kkal utgi Perempuan itu PT dengan tajam memandang Kon AM tertawa sijakha- -ytt- -da.7 mulai Lam Dek „Perempuan itu menatap dengan tajam lalu mulai tertawa terbahak-bahak.‟ (8) Abnim -i sok -i siwonha- -si- -n dsi kkl-kkl us-si- -tt- -da.8 Ayah PS hati PS sejuk Hon Kon AM tertawa Hon Lam Dek „Ayah tertawa terbahak-bahak seperti hatinya lega.‟ Dalam kedua contoh di atas tampak adanya adverbia mimetik kkal-kkal dan kklkkl yang masing-masing berada di depan verba us-/-ut- 9 „tertawa‟. Kedua adverbia mimetik tersebut merupakan tiruan bunyi orang yang tertawa. kkal-kkal menerangkan cara tertawa yang terbuka dan tanpa henti yang dilakukan oleh wanita atau anak kecil, sedangkan kkl-kkl menerangkan cara tertawa yang terbuka, lepas dan tanpa henti yang dilakukan oleh laki-laki dewasa. Perbedaan yang demikian selain tampak dari subjek yang digunakan juga terlihat dari perubahan vokal dalam kedua adverbia tersebut. Vokal /a/ dalam kkal-kkal mengesankan pada suatu hal yang kecil, sedangkan vokal // dalam kkl-kkl memberikan kesan pada sesuatu yang besar. Hal yang kecil tersebut menyarankan pada suara tawa yang dilakukan oleh anak kecil atau wanita dan hal yang besar menyarankan pada suara tawa dilakukan oleh laki-laki dewasa. Contoh lain sebagai berikut.
7
Nandingthoya (2010:48) Naver Dictionary 9 Konsonan /s/ di akhir suku kata tetap dilafalkan dengan /s/ apabila dibelakangnya muncul suku kata yang berawalan vokal dan dilafalkan dengan /t/ jika diikuti dengan suku kata yang berawalan konsonan. 8
5
(9) Ai -nn ajang-ajang gd-nn mosb -i sarangsru- -yo.10 Anak PT AM berjalan yang penampilan PS menyenangkan Dek „Penampilan seorang anak yang berjalan dengan pelan-pelan itu menyenangkan.‟ (10) Sinchri -nn jng-jng gr-my jejnyk -e bamsongi Sinchri PT AM berjalan Kon kemarin malam PKW bamsongi gongmu -eges d du- -ttdn sinmun -l phokhet -es pegawai dari mendapat yang koran PO saku dari kkon dr- -tt- -da.11 mengeluarkan Lam Dek „Sinchri berjalan dengan pelan-pelan sambil mengeluarkan koran dari saku yang diterimanya dari pegawai Bamsongi kemarin malam.‟ Dari kedua contoh di atas tampak adanya adverbia mimetik ajang-ajang „dengan pelan-pelan‟ dan jng-jng „dengan pelan-pelan‟ di depan verba gd-/gr- 12 „berjalan‟. Kehadiran adverbia tersebut menunjukkan bahwa aksi berjalan dilakukan berjalannya
dengan orang
perlahan-lahan. yang
pendek
ajang-ajang atau
kecil,
mengekspresikan sedangkan
bentuk
jng-jng
menggambarkan bentuk berjalannya orang yang tinggi atau besar. Perbedaan pelaku tersebut juga tercermin dari pergantian vokal dalam kedua adverbia mimetik. Jika mengamati kedua adverbia tersebut dapat diketahui bahwa terjadi perubahan vokal /a/ menjadi // di dalam kedua adverbia. Vokal /a/ dapat melambangkan hal yang kecil, sementara vokal // merupakan perlambang suatu
10
Daum Dictionary (Daum Dictionary merupakan aplikasi kamus bahasa Korea untuk smartphones yang diluncurkan oleh Daum Communications. Kamus ini bersumber pada Goryeodae Hangukeo Daesajon (Kamus Besar Bahasa Korea Universitas Goryeo) yang disusun oleh Goryeo Daehakkyo Minjuk Munhwaweon (Research Institute of Korean Studies). 11 Naver Dictionary 12 Dalam bahasa Korea berjalan adalah gd-. Konsonan /d/ yang berada di akhir suku kata tetap dilafalkan /d/ apabila dibelakangnya diikuti dengan suku kata yang diawali dengan konsonan dan dilafalkan /r/ jika dibelakangnya muncul suku kata yang diawali vokal.
6
hal yang besar. Kecil menyaran pada pelaku yakni anak kecil dan besar merujuk pada orang dewasa. Bervariasinya adverbia mimetik yang digunakan untuk menerangkan suatu verba seperti contoh-contoh di atas serta keunikan dalam perubahan bunyinya menarik perhatian untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Melalui penelitian ini, dibahas adverbia mimetik khususnya mengenai adverbia mimetik penjelas verba berjalan. Berjalan dapat didefinisikan sebagai melangkahkan kaki. Aksi melangkahkan kaki tidak hanya melibatkan telapak kaki atau bagian kaki dari lutut ke bawah saja, tetapi seluruh bagian badan ke bawah, bahkan badan dan tangan pun ikut bergerak saat aksi tersebut dilakukan. Banyaknya anggota badan yang terlibat saat aksi melangkah dilakukan, diduga dapat menimbulkan bervariasinya adverbia mimetik yang mengekspresikan aksi tersebut. Semakin bervariasinya adverbia mimetik yang ditemukan semakin banyak pula adverbia mimetik yang dapat diteliti. Penelitian ini menarik bagi para pembaca karena membahas adverbia mimetik dari sisi morfologi, sintaksis, semantik serta fonologi. Dari segi morfologi penelitian ini mengungkap bentuk adverbia mimetik. Dari sisi sintaksis memaparkan posisi adverbia mimetik dalam kalimat. Sementara itu, dari sisi semantik menguraikan makna adverbia mimetik dan dari segi fonologi meninjau perubahan bunyi yang terjadi diantara adverbia mimetik serta hubungan konsonan akhir dengan makna adverbia mimetik.
7
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yakni: 1. Apa sajakah adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea? 2. Bagaimanakah aspek morfologis dan sintaksis adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea? 3. Bagaimanakah makna yang terkandung dalam adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea? 4. Bagaimanakah hubungan perubahan bunyi serta konsonan akhir dengan makna adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Menginventaris adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea.
2.
Mendeskripsikan aspek morfologis dan sintaksis adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea.
3.
Mendeskripsikan makna adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea.
4.
Mendeskripsikan hubungan perubahan bunyi serta konsonan akhir dengan makna adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea.
8
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini dibagi menjadi dua yakni, manfaat teoretis dan praktis. Masing-masing diuraikan pada bagian berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan linguistik khususnya tentang adverbia mimetik dalam bahasa Korea. Selain itu, penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang adverbia
mimetik
bahasa Korea bagi para pembaca, khususnya
pembelajar bahasa Korea. Pengetahuan dan pemahaman tersebut bermanfaat bagi para pembelajar bahasa Korea agar dapat menggunakan adverbia mimetik dengan benar ketika berkomunikasi maupun menerjemahkan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah kosakata khususnya adverbia mimetik penjelas verba berjalan dalam bahasa Korea sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempelajari adverbia mimetik bahasa Korea. Selain itu, hasil dari penelitian diharapkan dapat menambah pustaka tentang adverbia mimetik bahasa Korea, sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian dengan tema serupa. 1.5 Batasan Masalah Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada adverbia mimetik yang menjelaskan verba berjalan. Berjalan dapat diartikan dengan melangkahkan kaki. Banyaknya anggota badan yang terlibat saat aksi melangkah dilakukan, diduga
9
dapat menimbulkan bervariasinya adverbia mimetik yang mengekspresikan aksi tersebut. Semakin bervariasinya adverbia mimetik yang ditemukan semakin banyak pula adverbia mimetik yang dapat diteliti. Adverbia mimetik yang dibahas dalam penelitian ini mencakup adverbia mimetik yang dapat menerangkan verba-verba seperti, gd- „berjalan‟, balb„menginjak,
didi-
„melangkah‟,
ndidi-
„melangkah‟,
grml
omki-
„memindahkan langkah‟, dwitgrml chi- „melangkah ke belakang‟, grga„pergi berjalan/melewati‟, gro- „datang berjalan, grnaga- „berjalan keluar‟, ga- „pergi‟, dagao- „datang mendekat‟, dagaga- „pergi mendekat‟, nrys„melangkah turun‟, ollas- „melangkah naik‟, grmmarl bertatih‟,
ttarao-
„berjalan
mengikuti‟,
sijakha- „mulai
gnnga-
„pergi
menyeberang/menyeberangi‟ dan jl- „berjalan pincang‟.
1.6 Tinjauan Pustaka Onomatope dan mimetik bahasa Korea telah termuat dalam beberapa sumber tertulis, diantaranya dalam Kamus Bahasa Korea-Indonesia, Korean Dictionary dan Korean Onomatopoeia and Mimesis karya Lee Kay Won (2007). Walaupun Kamus Bahasa Korea-Indonesia memuat cukup banyak adverbia mimetik, tetapi kamus tersebut tidak menyediakan arti dalam bahasa Indonesia yang detail. Terjemahan sejumlah adverbia terkadang hanya berputar-putar pada satuan kebahasaan tertentu yang justru membingungkan. Korean Dictionary merupakan sumber tertulis yang paling lengkap mendokumentasikan onomatope dan mimetik bahasa Korea. Walaupun penjelasan dalam kamus ada yang cukup
10
rinci, tetapi ada juga yang kurang rinci, sehingga kurang membantu dalam memahami makna kata yang dicari. Sementara itu, dalam buku Korean Onomatopoeia and Mimesis tercantum sekurang-kurangnya 650 (enam ratus lima puluh) onomatope-mimetik bahasa Korea. Dalam buku tersebut dibahas berbagai onomatope dan mimetik yang berhubungan dengan sifat dan kebiasaan orang, penampilan, kondisi badan, perasaan, kondisi emosi, perpindahan materi di alam, kondisi cuaca dan lingkungan, suara binatang dan lain-lain. Sayangnya, penyajian onomatopemimetik dalam buku tersebut tidak disertai penjelasan makna yang detail, hanya dicantumkan artinya dalam bahasa Inggris, sehingga maknanya masih kabur. Sumber tertulis lain yang cukup berkaitan dengan penelitian ini antara lain penelitian tentang adverbia mimetik dan onomatope mimetik yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Diantaranya seperti berikut. Diari (2013) membahas hubungan makna 4 kelompok onomatope-mimesis yang mengekspresikan tindakan (1) tertawa, (2) berbicara, (3) terkejut, dan (4) mencerna makanan dalam mulut dalam komik „A Simple Thinking About Bloodtype‟ Episode 90-99 Karya Park Dong-Son”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, (1) dari satu kelompok onomatope-mimesis yang mengekspresikan hal yang serupa, ada komponen makna yang dimiliki oleh seluruh anggota dan ada juga
komponen makna yang hanya dimiliki oleh
sebagian anggota saja, (2) hubungan makna yang dihasilkan oleh empat kelompok onomatope-mimesis
tersebut
bervariasi,
terdiri
dari
hubungan
makna
11
bersinggungan antara tiga atau pun dua onomatope-mimesis, hubungan makna tumpang tindih, dan hubungan makna inklusi. Wenbintteueong (2012) membahas tentang perbandingan onomatopemimetik bahasa Korea dengan bahasa Vietnam, khususnya onomatope-mimetik yang berbentuk pengulangan. Tujuannya untuk menemukan persamaan dan perbedaan diantara keduanya. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut antara lain; 1) onomatope-mimetik bahasa Vietnam berupa kata-kata umum, sedangkan onomatope-mimetik bahasa Korea berupa kata-kata khusus, 2) pola pengulangan onomatope-mimetik bahasa Korea ada dua jenis, yakni pengulangan sebagian dan pengulangan utuh, demikian juga dengan pola reduplikasi onomatope-mimetik bahasa Vietnam. Dalam studi kontrastifnya, Nandingthoya (2010) membandingkan adverbia derajat dan adverbia mimetik bahasa Korea dan bahasa Mongol. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik, perbedaan dan persamaan adverbia derajat dan adverbia mimetik bahasa Korea dan bahasa Mongol. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah hal-hal berikut ini. Persamaan adverbia derajat bahasa Korea dan bahasa Mongol adalah 1) Untuk menunjukkan tingkat suatu aksi atau kualitas suatu keadaan dalam bahasa Korea dan bahasa Mongol ditandai dengan penggunaan adverbia derajat dan hal tersebut tidak begitu menunjukkan perbedaan yang berarti. 2) Dalam aspek sintaksis, adverbia derajat bahasa Korea dan bahasa Mongol terletak di depan verba keadaan dan menerangkan verba tersebut. 3) Adverbia derajat dalam kedua bahasa, umumnya tidak memiliki hubungan dengan bentuk negatif.
12
Perbedaan adverbia derajat bahasa Korea dan bahasa Mongol adalah 1) adverbia derajat bahasa Korea mempunyai kekhasan yakni dapat menerangkan kata tunjuk, verba atau adjektiva. Adverbia derajat bahasa Korea, dapat menerangkan verba mental, verba proses, dan verba aksi. Akan tetapi, dalam bahasa Mongol adverbia derajat tidak bisa secara langsung menerangkan verba. 2) Walaupun adverbia derajat dalam bahasa Korea tidak bisa menerangkan kata benda, tetapi dapat menerangkan kata benda pelengkap yang digabung dengan kopula ida „adalah‟. Adverbia yang bisa menerangkan kopula hanya adverbia derajat saja, sedangkan adverbia yang lain tidak bisa. Bahasa Korea mempunyai banyak hanja „kosakata yang ditulis dalam karakter Cina‟, berbeda dengan bahasa Mongol. Karena hubungan penggabungan komponen-komponen kosakata hanja tersebut memberi pengaruh dalam segi struktur kalimat, maka apabila kata benda hanja dianalisis maknanya, dapat dianalisis dengan bentuk „adjektiva + kata benda‟ dan di antara bagian adjektiva dapat diterangkan dengan adverbia . Akan tetapi, karena bahasa Mongol tidak mempunyai hanja, maka menunjukkan bentuk „adjektiva+kata benda‟. Dengan demikian, secara morfologis berbeda. 3) Kosakata yang menunjukkan adverbia derajat dalam bahasa Korea lebih beraneka ragam daripada bahasa Mongol. Persamaan adverbia mimetik bahasa Korea dan Mongol adalah 1) Perubahan fonem yang menyebabkan perbedaan nuansa makna dalam bahasa Korea mirip dengan yang ada dalam bahasa Mongol. 2) Perubahan vokal yin dan yang dalam adverbia mimetik bahasa Korea dapat memberikan nuansa makna yang berbeda, sehingga menunjukkan kekhasan dalam semantik. Selanjutnya
13
perbedaan konsonan lunak, konsonan keras, dan konsonan aspirat juga menyebabkan perbedaan nuansa makna. Hal yang demikian juga dimiliki oleh adverbia mimetik bahasa Mongol. 3) Dari segi morfologis, adverbia mimetik dalam kedua bahasa berupa bentuk ulang dan bentuk tunggal. Perbedaan adverbia mimetik bahasa Korea dan bahasa Mongol adalah 1) Diantara onomatope bahasa Korea biasanya digunakan dalam bentuk tunggal, sering muncul perubahan bentuk kata tergantung dengan perubahan bunyi, sebaliknya dalam bahasa Mongol sama sekali tidak terjadi perubahan bunyi. 2) Dalam bahasa Mongol terdapat perubahan 7 buah vokal, hal demikian disebut dengan perubahan vokal laki-laki dan vokal perempuan, sedangkan dalam bahasa Korea disebut perubahan vokal yang dan vokal yin. 3) Adverbia mimetik bahasa Korea terdiri dari satu suku kata hingga enam suku kata, sedangkan dalam bahasa Mongol hanya terdiri dari satu hingga dua suku kata. 4) Onomatope-mimetik bahasa Korea dapat diberi imbuhan ‘-i-, -hada, -grida, -dda, -jil, -ida’ sehingga bisa menjadi kata benda, verba atau adjektiva turunan. Onomatope-mimetik bahasa Mongol dapat diberi imbuhan ‘-jigna-, -chigna-, -gina, -hi-, -gi-, -hir-, -l-, -r-, -tna-, -gar-, -aahai-, -gana-, -shi-, -lz-, -ai-‘ dan lain-lain, sehingga dapat menjadi kata benda, kata kerja maupun kata sifat turunan. 5) Dalam bahasa Korea banyak ditemukan satu bunyi yang dapat meniru berbagai onomatope. Dalam bahasa Mongol hal yang demikian juga ada tetapi tidak bermacam-macam seperti dalam bahasa Korea. 6) Kata kerja dan kata sifat turunan dalam bahasa Mongol dapat digantikan dengan onomatope-mimetik bahasa Korea.
14
Gao Yin Lan (2010) dalam studinya meneliti metode pengajaran onomatope-mimetik bahasa Korea. Penelitiannya bertujuan untuk mengadopsi rencana program yang cocok untuk mengajar onomatope-mimetik bahasa Korea kepada orang asing. Berikut hasil penelitiannya, 1) pembelajaran diawali dengan memperkenalkan program dan tujuan pembelajaran kepada siswa. Guru juga perlu memberikan materi terkait onomatope-mimetik agar siswa tertarik untuk mempelajarinya. 2) Guru menjelaskan keistimewaan pelajaran tersebut, pembentukan kata, dan menggunakan berbagai metode serta materi konkrit (lagu, komik, media masa, sastra anak, sastra modern, dan meminta siswa menebak makna onomatope-mimetik, selanjutnya guru memberitahu jawaban yang benar. Melalui cara tersebut, siswa juga bisa belajar metodenya, tidak hanya mengetahui makna kata yang dipelajari. 3) Membuat banyak soal latihan terkait hal yang sudah dipelajari agar siswa ingat dengan hal yang telah dipelajari. 4) Membuat banyak aktivitas seperti bermain peran dan menyusun cerita dengan menggunakan onomatope-mimetik dalam situasi yang sebenarnya. 5) Guru meringkas materi yang penting dan mereview. Selanjutnya menyusun tugas atau PR (pekerjaan rumah). Ham Yun Hee (2011) meneliti adverbia mimetik untuk pengajaran kosakata bahasa Korea. Penelitian tersebut bertujuan untuk menginventaris adverbia mimetik dan menyeleksi kata sanding yang tepat untuk adverbia mimetik tersebut serta mendeskripsikan cara pengajaran adverbia mimetik yang telah diinventaris. Data dikumpulkan dari buku-buku pelajaran bahasa Korea seperti buku terbitan Universitas Seogang, Universitas Yeonsai, Universitas Goryeo, dan
15
Universitas Ehwa Woman University, serta kamus dan soal TOPIK (Test of Proficiency in Korean). Data-data tersebut dikumpulkan dan dilengkapi dengan kata sanding yang memungkinkan untuk digunakan serta ditambah dengan contoh kalimat, akhirnya menghasilkan katalog adverbia mimetik untuk pengajaran kosakata bahasa Korea. Selanjutnya dirumuskan metode pengajaran kosakata bahasa Korea, khususnya tentang adverbia mimetik tersebut. Metode pengajaran yang telah dirumuskan adalah hal-hal berikut. Pertama-tama, pembelajar bahasa Korea diberi katalog adverbia mimetik, selanjutnya dijelaskan kata sanding yang memungkinkan untuk digunakan bersama adverbia tersebut. Perlu dijelaskan pula perbedaan penggunaan adverbia mimetik yang mengalami pengulangan suku kata dan adverbia mimetik yang mengalami perubahan fonem. Contoh kalimat juga perlu diberikan agar membantu pemahaman pembelajar. Walaupun hasil penelitian ini dapat membantu dalam pengajaran kosakata bahasa Korea, tetapi belum ada rencana pembelajaran yang detail. Jung Jyun Mun (2011) membahas tentang kolokasi bentuk „adverbia mimetik + verba/adjektiva‟ bahasa Korea. Penelitian tersebut bertujuan untuk membuktikan kebenaran penelitian terdahulu terkait hubungan kedekatan adverbia mimetik dan verba atau adjektiva dalam kolokasi bentuk „adverbia mimetik + verba/adjektiva‟. Menurut Sonamik (1998) berdasarkan kata yang dapat muncul di depan dan di belakang adverbia mimetik, terdapat empat tipe kolokasi bentuk „adverbia mimetik + verba/adjektiva‟, yakni tipe 1) Adverbia mimetik yang hanya dapat digabung dengan satu subjek dan satu predikat atau { }-adverbia mimetik{
}, tipe 2) Adverbia mimetik yang dapat digabung dengan beberapa kata
16
sebagai subjek dan satu kata sebagai predikat atau [ ]-adverbia mimetik-{ }, tipe 3) Adverbia mimetik yang dapat digabung dengan satu subjek dan beberapa kata sebagai predikat atau { }-adverbia mimetik-[ ] atau { }-adverbia mimetik-{ } U { }, dan tipe 4) Adverbia mimetik yang dapat digabung dengan beberapa subjek dan beberapa predikat, dalam semantik jika ditulis [ ]-Advebia mimetik-[ ] menjadi aneh, umumnya ditulis [ ]-advebia mimetik-{ }. Teori itulah yang dibuktikannya. Untuk membuktikan kebenaran teori tersebut, data dikumpulkan dari kamus untuk pembelajar bahasa Korea (Seosanggu We, tahun terbit 2006) dan katalog adverbia dari bank kosakata Universitas Saejong. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa adverbia mimetik tipe 1„kata benda + adverbia mimetik + verba/adjektiva‟ menunjukkan ciri khusus mempunyai hubungan penggabungan yang sangat dekat. Dalam tipe 2 tampak bahwa kata yang mendahului adverbia mimetik bisa beragam atau kata yang muncul setelah adverbia mimetik hanya satu. Dalam tipe 3 tampak adanya kecocokan bahwa adverbia mimetik dapat diikuti beragam verba atau adjektiva. Tipe 4 merupakan bentuk yang menunjukkan bahwa adverbia mimetik dapat digabung dengan beberapa subjek dan beberapa predikat. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan bahwa dalam tipe 4, walaupun predikat tidak muncul dalam kalimat, adverbia mimetik dapat menggantikan fungsi predikat. Walaupun penelitian tersebut juga menghasilkan katalog kolokasi yang dapat digunakan untuk pengajaran kosakata bahasa Korea, tetapi metode pengajaran yang konkrit belum dibahas.
17
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa telah ada studi terkait onomatope-mimetik dan adverbia mimetik bahasa Korea. Akan tetapi, belum ditemukan penelitian yang membahas adverbia mimetik khusus penjelas verba berjalan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Dibandingkan dengan penelitianpenelitian yang telah disebutkan, pembahasan dalam penelitian ini lebih luas karena mengkaji adverbia mimetik dari segi morfologi, sintaksis, semantik, serta fonologi. 1.7 Landasan Teori Dalam bagian ini diuraikan tentang teori-teori yang menjadi landasan dalam melakukan analisis pada penelitian. Pertama-tama diulas mengenai hubungan onomatope-mimetik dengan ketidakarbitreran bahasa. Selanjutnya, dipaparkan tentang karakteristik onomatope-mimetik bahasa Korea, definisi adverbia dan adverbia mimetik, bentuk ikonik, makna referensial dan komponen makna. Masing-masing diuraikan pada bagian berikut. 1.7.1 Hubungan Onomatope-Mimetik dengan Ketidakarbitreran Bahasa Kridalaksana (2008:17) memberikan batasan bahasa sebagai sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Menurut Chaer (1994:45) kata arbitrer diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang dimaksud dengan arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh
18
lambang tersebut. Dalam Soeparno (2002:2) disebutkan bahwa bahasa mempunyai ciri arbitrer, yakni hubungan yang sifatnya semena-mena antara signifie dan signifiant. Menurut Saussure (1988:14) signifiant adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie adalah konsep yang dikandung oleh signifiant. Umumnya signifiant disebut dengan penanda atau lambang bunyi dan signifie disebut dengan petanda. Lambang yang berupa bunyi tersebut tidak memberi petunjuk apapun untuk mengenal konsep makna yang diwakilinya. Misalnya antara [sapi] dengan yang dilambangkannya yaitu “binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki empat, bertubuh besar, dipiara untuk diambil daging dan susunya”. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [sapi]. Mengapa bukan dilambangkan dengan bunyi [isap], [sipa] atau lambang lainnya. Hal tersebut tidak dapat kita jelaskan karena sifat arbitrernya itu. Apabila
ada
hubungan
wajib
antara
lambang
dengan
yang
dilambangkannya, tentu lambang yang dalam bahasa Indonesia berbunyi [kerbau], akan disebut [kerbau] juga oleh orang Jawa bukannya [kebo]. Lalu, apabila ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya, maka di dunia ini tidak akan ada bermacam-macam bahasa. Kata yang lambangnya berasal dari bunyi benda yang diwakilinya atau sering disebut onomatope tidak bersifat arbitrer karena kata-kata semacam itu lambangnya
memberi
“saran”
atau
“petunjuk”
bagi
konsep
yang
dilambangkannya (Chaer, 1994:45). Misalnya, lambang [tokek] dalam bahasa
19
Indonesia yang mempunyai hubungan dengan konsep yang dilambangkannya yaitu sejenis binatang merayap yang bunyinya [tokek]. Namun demikian, yang disebut onomatope tidak persis sama antara bahasa satu dengan bahasa lainnya. Misalnya, bunyi kucing dalam bahasa Indonesia [meong] ternyata dalam bahasa Korea berbunyi [yaong], bunyi ayam betina setelah selesai bertelur [kotekkotek], dalam bahasa Korea berbunyi [kokodek]. 1.7.2 Karakteristik Onomatope-Mimetik Bahasa Korea Dalam Wang (2010:13) disebutkan bahwa onomatope-mimetik bahasa Korea mempunyai kekhasan dalam kelas kata yang luas. Onomatope-mimetik dapat termasuk dalam adverbia, interjeksi, adjektiva, verba, dan adnomina. Perhatikan contoh berikut. (11) Byngari -ga jjk-jjk ul-go itt- -da.13 Anak ayam PS Ono menangis sedang Dek „Anak ayam sedang berkotek.‟ (12) Chlsu -nn ttarrng sori -e jaml kku- -tt- -da.14 Chlsu PT Ono suara oleh terbangun Lam Dek „Chlsu terbangun oleh suara kring.‟ (13) Gr-l tt- -mada jin hlk- -i jongari -e chalssakgri- -nda.15 Berjalan ketika setiap tanah liat PS betis pada memukul Dek „Setiap saat berjalan, tanah liatnya menempel pada betis.‟ (14) Mar -l umulumulha- -nn brs -l ppalli gochiKata PO berkomat-kamit yang kebiasan PO cepat memperbaiki -ya ha- -nda.16 harus Dek 13
Wang (2010:13) Wang (2010:13) 15 Wang (2010:13) 16 Wang (2010:13) 14
20
„Harus cepat memperbaiki kebiasaan berbicara berkomat-kamit.‟ (15) Haha, n -ga ibne tto ikki-tt- -da.17 Ono aku PS kali ini lagi menang Lam Dek „Haha, aku kali ini menang lagi.‟ jjk-jjk pada contoh (11) adalah adverbia dan menerangkan verba ul- „berkotek‟. Dalam kalimat (12) onomatope berperan sebagai modifier bagi kata sori „suara‟. Nomina yang sering digunakan sebagai kata yang diterangkan oleh onomatope adalah sori „suara‟. Chaewan (2003) dalam Wang (2010:13) mengatakan bahwa nomina seperti sori „suara‟ harus ada modifier yang menjelaskan atau menunjukkan isi suara itu, sehingga dapat terbentuk makna yang sempurna. Onomatope dan mimetik dapat menjadi verba atau adjektiva dengan menempelkan afiks -grida, -hada seperti chalssak, dan umul-umul dalam (13) dan (14). Onomatope mimetik dapat menjadi verba dan adjektiva setelah dilekati grida, -dda, -ida, atau -hada. Dalam (15) haha „haha‟ dapat dipandang sebagai onomatope sekaligus interjeksi. Secara morfologis, onomatope-mimetik dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk. Chaewan (2003:25) dalam Gao (2010:14) menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis bentuk onomatope dan mimetik bahasa Korea, yakni bentuk tunggal, bentuk ulang, dan bentuk gabungan. Secara lebih detail diuraikan seperti berikut. 1) Bentuk tunggal
17
Wang (2010:13)
21
Onomatope dan mimetik bentuk tunggal merupakan onomatope-mimetik yang berdiri sendiri. Bentuk ini dibagi menjadi empat jenis berdasarkan jumlah silabel yang dimiliki, yakni bentuk tunggal satu silabel, bentuk tunggal dua silabel, bentuk tunggal tiga silabel, dan bentuk tunggal empat silabel. Bentuk tunggal empat silabel hanya dimiliki oleh mimetik. a) Bentuk tunggal satu silabel (Pola A) Contoh : kwk „bunyi teriakan‟, kwang „berdebam‟ b) Bentuk tunggal dua silabel (Pola AB) Contoh : yaung „meong‟, mm „bunyi menguak‟ c) Bentuk tunggal tiga silabel (Pola ABC) Contoh : dalgadang „dengan gemerincing‟, kokio „bunyi kokok ayam jantan‟ d) Bentuk tunggal empat silabel (Pola ABCD) Contoh : nggjuchum „bentuk antara tegak dan duduk‟ 2) Bentuk Ulang Bentuk ulang ini dibagi menjadi tiga jenis yakni pengulangan utuh, pengulangan dengan perubahan, dan pengulangan sebagian. Masing-masing contohnya dapat dilihat pada bagian berikut. (1) Bentuk Pengulangan Utuh a) Bentuk Pengulangan Satu Silabel
22
Contoh : khik-khik „tertawa genit‟, thl-thl „dengan susah payah‟ b) Bentuk Pengulangan Dua Silabel Contoh : kangchung-kangchung „bentuk melompat dan turun‟, mallang-mallang „lembut„ c) Bentuk Pengulangan Tiga Silabel Contoh : baddk-baddk „berderak‟, tgrak-tgrak „kresek-kresek‟ (2) Bentuk Pengulangan dengan Perubahan a) Pergantian Vokal Contoh : silcuk-slcuk „dengan besungut-sungut‟, singsung-sngsung „berhamburan‟ b) Pergantian Silabel Contoh : jwirak-phrak „menguasai‟, hdungjidung „dengan tergopoh-gopoh‟ c) Pergantian Konsonan Contoh : urak-burak „kasar‟, omok-jomok „cekung‟ (3) Bentuk Pengulangan Sebagian (Pola AAB, ABB)
23
Contoh : asasak „garing‟, tarrng „bunyi telepon‟ 3. Bentuk Gabungan Bentuk ini dibuat dengan menggabungkan bentuk tunggal dengan bentuk tunggal yang lain. Contoh: llngtungtang „dengan sembrono‟
1.7.3 Adverbia dan Adverbia Mimetik Menurut Moeliono (1993:223) adverbia merupakan kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Serupa dengan pernyataan tersebut, Sasangka (2000:19) juga menyatakan bahwa yang disebut dengan adverbia adalah kata yang dipakai untuk memerikan verba, adjektiva, nomina atau adverbia lain. Alwi et al. (1998:197) dalam Sasangka (2000:17) mengemukakan pendapatnya bahwa adverbia perlu dibedakan berdasarkan tataran frasa dan tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sementara itu, dalam tataran klausa, adverbia menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Kata yang dijelaskan oleh adverbia pada umumnya berfungsi sebagai predikat. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa adverbia adalah kata yang menerangkan kata yang lain. Adverbia mimetik adalah adverbia yang mengekspresikan keadaan luar, tindakan, perpindahan atau bunyi benda atau manusia (Ihm dkk, 2001:137). Dalam bahasa Korea terdapat dua tipe adverbia mimetik yakni ith
dan
isng. ith merupakan adverbia yang mengekspresikan suatu sikap atau tindakan, atau keadaan contohnya, bancak-bancak „gemerlapan‟, sl-sl
24
„dengan lembut‟, dan kkangchong-kkangchong „melompat-lompat‟. Sementara itu,
isng adalah adverbia yang mencoba untuk menyerupai bunyi binatang atau alam misalnya, kholok-kholok „bunyi batuk‟, jol-jol „bunyi aliran kecil‟ dan drrng-drrng „bunyi keributan‟. Sejalan dengan hal tersebut, Lee (2007:1) juga menyebutkan bahwa onomatope atau isng mengacu pada kata yang meniru suara alam, sedangkan mimetik atau ith mengacu pada kata-kata yang digunakan untuk mengekspresikan tiruan tindakan, keadaan, atau situasi dari objek hidup atau mati dan pergerakan-pergerakan. Dari uraian di atas, dapat disarikan bahwa adverbia mimetik adalah adverbia yang berupa tiruan bunyi benda, manusia, dan alam atau tiruan keadaan, situasi, dan tindakan. 1.7.4 Bentuk Ikonik Bentuk ikonik yang melibatkan unsur fonik bahasa, di samping disebut dengan iconism, sering disebut dengan istilah symbolism (sound symbolism, phonetic symbolism, linguistic symbolism), dan kadang-kadang onomatopoeia (Sudaryanto, 1989:114). Lambang bunyi atau sound symbolism merupakan sebuah nilai makna tertentu yang diberikan kepada bunyi bahasa. Misalnya, dalam bahasa Jawa ada kesan bahwa bunyi /i/ menyatakan “kecil”, sedangkan bunyi /o/ menyarankan makna “besar”, seperti pada kricik-kricik dan krocok-krocok. Kricikkricik mengesankan bahwa air yang mengucur alirannya kecil, sementara krocokkrocok menyarankan pada air yang mengucur alirannya besar (Ullman, 2007:102).
25
Dalam bahasa Korea terdapat pola khusus perlambangan bunyi untuk mendeskripsikan kualitas vokal dan konsonan. Vokal pada posisi awal seperti a, o, dan menunjukkan bunyi dan gerakan yang terang, kecil, kuat dan lembut, sedangkan vokal , , u, dan i menunjukkan makna gelap, luas, lemah, dan berat. Sementara itu konsonan keras seperti kk, tt, pp, ss, jj dan konsonan aspirat seperti kh, th, ph mempunyai makna konotatif yang lebih kuat daripada konsonan lunak seperti g, d, b, s (Lee, 2007:10). Pergantian vokal sebagian besar mencerminkan adanya hubungan harmonisasi vokal Korea. Sejalan dengan yang telah dipaparkan sebelumnya, Lee (2000:122) juga menyebutkan bahwa dalam sistem harmoni vokal Korea, bunyi vokal a, , ya, o, we, yo, wa, w termasuk dalam kategori vokal yang atau vokal positif. Vokal positif ini mengkonotasikan makna cerah, bercahaya, terang, kecil, sedikit, tajam, tipis, kuat, cepat, dan baru. Sementara itu, bunyi vokal , e, y, u, wi, yu, w, we, , i, i merupakan vokal yin atau negatif. Vokal negatif ini mengkonotasikan makna gelap, berat, keruh, besar, banyak, tumpul, tebal, lemah, dan lambat. Park Dong Geun (1996:266) dalam Gao (2010:13) menyatakan bahwa terdapat bunyi khusus yang dapat memberikan kesan bagi pembicara. Bunyi yang terdapat di akhir kata onomatope-mimetik ternyata juga dapat menimbulkan berbagai rasa yang berbeda. Secara lebih rinci, dapat dilihat pada uraian berikut.
26
a) Onomatope-mimetik yang berakhiran /k/ memberikan kesan terputus serentak atau perubahan yang mendadak karena ada penghentian yang singkat dan tidak mengeluarkan gema. Contoh: kak „suara burung gagak‟, tuk „suara benda jatuh‟, sabak-sabak „suara melangkah dengan ringan‟ b) Onomatope-mimetik yang berakhiran /n/ memberikan kesan berhenti yang lambat, ringan, dan berkesinambungan. Contoh: gaman-gaman „dengan lembut‟, gobun-gobun „dengan lembut dan sopan‟ c) Onomatope-mimetik yang berakhiran /l/ memberikan rasa/nuansa mengalir dan berkesinambungan. Contoh: busl-busl „bentuk salju/hujan yang turun dengan tenang‟, dal-dal „bentuk badan yang gemetar karena dingin atau takut‟ d) Onomatope-mimetik yang berakhiran /m/ memberikan rasa adanya penghentian yang lambat. Contoh: ddm-ddm „dengan meraba-raba, sngkhmsngkhm „dengan langkah panjang‟ e) Onomatope-mimetik yang berakhiran /b/ memberikan kesan putus dengan pendek dan sangat kecil. Contoh : cap-cap „suara mengecapkan bibir, hgpjigp „dengan tergesa-gesa‟ f) Onomatope-mimetik yang berakhiran /t/ memberikan kesan terputus dan nuansanya lebih lambat daripada /n/. Contoh : gamut-gamut „bentuk sedikit hitam pada beberapa bagian‟, gugit-gugit „kusut‟ g) Onomatope-mimetik yang berakhiran /ng/ memberikan nuansa tersisa atau terdengar karena menyisakan suara (menggema/menggaung). Contoh : kwangkwang „suara berdengung‟, bing-bing „berputar-putar‟
27
1.7.5 Makna Referensial Makna referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referent (acuan). Makna referensial juga sering disebut makna kognitif karena memiliki acuan. Makna referensial memiliki hubungan dengan konsep tentang sesuatu yang telah disepakati bersama oleh masyarakat bahasa (Djajasudarma,1999:11). Kridalaksana (1984:120) dalam Suwandi (2008:74) menyebutkan bahwa makna referensial (referential meaning) adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar (objek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen. Makna referensial merupakan makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang diamanatkan oleh leksem. Jika seseorang mendengar atau membaca onomatope kukuruyuk, orang tersebut pasti akan terbayang dengan referennya yaitu bunyi ayam jantan yang berkokok. Makna yang terkandung dalam kata kukuruyuk tersebut berhubungan langsung dengan bunyi aslinya. Hal yang demikianlah yang disebut dengan makna referensial. 1.7.6 Komponen makna Setiap kata memiliki elemen-elemen makna yang berbeda dengan kata lain. Elemen makna yang menyusun sebuah kata dalam ilmu semantik disebut komponen makna. Kajian untuk menguraikan komponen-komponen makna yang dimiliki sebuah kata dan membandingkannya dengan komponen-komponen yang dimiliki oleh kata lain disebut analisis komponensial. Semakin banyak komponen
28
makna yang dapat diuraikan , semakin detail pula sebuah kata dapat dirumuskan maknanya (Wijana, 2010:86-87). Menurut Leech (2003:123) analisis makna kata sering dipandang sebagai suatu proses memisah-misahkan pengertian suatu kata ke dalam ciri-ciri khusus minimalnya, yaitu ke dalam komponen yang kontras dengan komponen lain. Cahyono (1995:206) menyatakan bahwa analisis komponen membagi makna ke dalam komponen-komponen yang terkecil dalam bentuk skema. Skema tersebut dapat memperjelas perbedaan-perbedaan antara dua macam unsur makna suatu satuan leksikal, yakni pemarkah semantik (semantic marker) dan pembeda semantik (semantic ditinguishers) yang bersifat khusus untuk kata-kata tertentu. Komponen-komponen tersebut disusun dalam suatu urutan hirarkhi dari yang bersifat umum sampai yang bersifat khusus. 1.8 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yakni pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Berikut dipaparkan metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian secara lebih rinci. 1.8.1 Metode Pengumpulan Data Objek penelitian ini berupa adverbia mimetik bahasa Korea. Adverbia mimetik yang dimaksud adalah adverbia mimetik yang berkaitan dengan verba berjalan. Adverbia mimetik tersebut muncul dalam data berupa kalimat berbahasa Korea. Penjaringan data dilakukan dengan metode simak, dengan teknik simak bebas libat cakap. Sudaryanto (1988:4) dalam Kesuma (2007:44) menyebutkan
29
bahwa dalam teknik tersebut peneliti tidak terlibat langsung dalam pembentukan dan pemunculan calon data, tetapi hanya memperhatikan calon data. Demikian juga yang dilakukan dalam penjaringan data penelitian ini. Data berupa kalimat yang didalamnya menggunakan adverbia mimetik dikumpulkan dari beberapa sumber yakni buku Korean Onomatopoeia and Mimesis karya Lee Kay Won (2007), Kamus Bahasa Korea-Indonesia, Korean Dictionary, Naver Dictionary, Daum Dictionary, Hansoft Dictionary, Naver.com dan Daum.com. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dicatat dalam suatu daftar kalimat, selanjutnya dipilah-pilah sesuai dengan kategori yang dikehendaki dalam penelitian ini. 1.8.2 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan dengan metode agih atau distribusional. Pertamatama diterapkan teknik bagi unsur langsung. Dengan instuisi kebahasaan peneliti, teknik bagi unsur langsung diterapkan untuk menentukan bagian-bagian fungsional suatu konstruksi. Hasil penerapan teknik bagi unsur langsung tersebut menjadi dasar bagi analisis berikutnya. Tahapan selanjutnya adalah menentukan bentuk adverbia mimetik. Dengan melihat secara sekilas, dapat dengan mudah menentukan adverbia mimetik termasuk bentuk tunggal atau bentuk ulang. Akan tetapi, adverbia mimetik yang berupa bentuk ulang perlu dicermati lagi apakah benar-benar berupa kata ulang atau hanya mirip kata ulang. Untuk menentukannya perlu dilakukan pengujian menyangkut ada tidaknya bentuk dasar, ada tidaknya
30
pertalian makna antara bentuk dasar dan bentuk ulang, dan sama tidaknya kelas kata antara bentuk dasar dan bentuk ulang. Tahap ketiga adalah mencermati kembali data penelitian sambil mencatat pola-pola kalimat yang muncul. Berdasarkan pola-pola kalimat yang ditemukan selanjutnya dirumuskan kaidah-kaidah susunan kalimat yang di dalamnya menggunakan adverbia mimetik. Tahap keempat adalah menentukan makna adverbia mimetik. Untuk mengetahui makna adverbia mimetik, digunakan Korean Dictionary. Makna adverbia mimetik juga dipastikan kembali melalui penelusuran dalam Naver Dictionary dan Daum Dictionary. Selanjutnya diterapkan teknik perluas. Teknik tersebut perlu digunakan untuk menentukan segi-segi kemaknaan adverbia mimetik, yakni untuk memastikan komponen makna yang terkandung dalam adverbia mimetik. Tahap terakhir dalam analisis adalah menentukan hubungan perubahan bunyi dan makna adverbia mimetik. Selain itu juga menentukan hubungan konsonan akhir dengan makna adverbia mimetik. 1.8.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Hasil penelitian ini disajikan dengan metode informal dan formal. Metode informal digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk uraian kata-kata dengan bahasa yang mudah dipahami disertai dengan contoh-contoh yang relevan. Sementara itu metode formal juga diperlukan untuk menyajikan contoh-contoh adverbia mimetik dalam bentuk tabel.
31
Sebagai informasi tambahan, data berupa kalimat berbahasa Korea disajikan dengan ditranskripsikan secara ortografis. Beberapa fonem bahasa Korea ditulis dengan lambang IPA (The International Phonetic Alphabet) untuk menghindari kesalahan dalam membaca. Penyajian data tersebut juga dilengkapi dengan transkripsi linier ditambah dengan terjemahan bebas. 1.9 Sistematika Penyajian Hasil penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II mendeskripsikan tentang aspek morfologis dan sintaksis adverbia mimetik penjelas verba berjalan. Bab III menguraikan tentang makna yang terkandung dalam adverbia mimetik penjelas verba berjalan serta hubungan perubahan bunyi dan makna adverbia mimetik tersebut. Selain itu, dibahas pula tentang hubungan konsonan akhir dan makna adverbia mimetik. Bab IV berisi kesimpulan.