BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ekonomi dan bisnis merupakan sebuah aktivitas yang mengupayakan nilai tambah yang dihasilkan melalui beberapa proses di antaranya jasa, perdagangan dan pengolahan barang / produksi. Ekonomi dan bisnis juga kebutuhan bagi setiap individu yang berusaha untuk memenuhi hidup dan menginginkan nilai tambah. Aktivitas ekonomi dan bisnis selalu memiliki relasi dengan etika. Sebab itu, usaha tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sosial dan budaya masyarakat di mana etika itu dipraktikkan. Dalam aspek kehidupan manusia selalu melibatkan kegiatan ekonomi dan bisnis dengan etika, sehingga muncullah apa yang disebut dengan etika dalam bisnis dan bisnis yang etis. Selain itu juga, bisnis yang etis adalah merupakan kolaborasi atau penyatuan antara praktik bisnis dan norma agama, sebagaimana pernyataan Muhammad menyatakan bahwa : Unifikasi antara aspek-aspek yang bersifat humanis (ekonomi dan bisnis) dan transendental (etika agama) dalam ekonomi Islam mengimplikasikan dua hal penting: pertama, persoalan ekonomi bisnis dalam Islam bersumber dari agama (Islam). Kedua, Islam juga memberikan semangat kesadaran nilai yang menjiwai seluruh aktivitas muamalah manusia. 1
1
Muhammad, Paradigma, Metodologi & Aplikasi Ekonomi Syari’ah, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008, h. 63.
1
2
Etis atau tidaknya perbuatan itu dilandasi dari segi aspek kepercayaan individu sebagai umat beragama pada norma-norma agama atau dengan istilah lain keimanan (faith). Keimanan adalah merupakan landasan bagi umat manusia dalam bekerja untuk mencukupi kebutuhan. Perspektif Islam bekerja adalah merupakan suatu ibadah. Disamping memberikan perolehan material, juga akan mendapatkan ganjaran (pahala). Pandangan ini berdasarkan bahwa pekerjaan yang dilakukan memang bersifat materi namun bila disertai dengan nilai niat karena Allah dan untuk menafkahi yang ditanggungnya, maka bekerja (bisnis) adalah ibadah. Sabda Rasulullah SAW :
ُ اَيﱡ اﻟْﺴﻜَ ْﺐ: َ َِ ﺳ ُﻞﺌ،ﻋَﻦ ْ رِﻓَﺎﻋَﺔَﺑ ْ رﻦِ َاﻓِ ﻊٍ أَنﱠﱯاﻟِﻨﱠ ﱠﺻ َ ﻠﱠﻰ اﷲ ُﻋَﻴﻠَْﻪِو َﺳ َﻢﻠﱠ اﻟﺮﱠ ُﻞِ ﻴﺑَِﺪِﻩِو َ ﻛُﻞﱡﺑـ ﻴَ ْ ﻊٍﻣ ﺒَـﺮ ْوُ ْ رٍ )رواﻩ اﻟﺒﺰار وﺻﺤﺤﻪ ﻋَﻞَ ُ ﺟ ﻤ: َﺐ ُ ؟ﻗَﺎل ْأﻴَ َﻃ 2
(اﳊﺎﻛﻴﻢ
Artinya : “Rifa’ah bin Rāfi’ berkata bahwa nabi SAW ditanya, Apa mata pencaharian yang paling baik?, Nabi menjawab : Seseorang bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih” (diriwayatkan oleh Bazzar dan disahihkan oleh Imam Hakim).3 Islam senantiasa mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharapkan rejeki datang dari langit tanpa
2
Imām Hafi>z{ Ahmad Ibnu ‘Ali Asy-Syafi’i, Bulu>gul Mara>m (fi ba>bil buyu>’), Jakarta: Dār Al-Kutub Al-Islāmiyah, 2002, h. 171 3
Rachmat Syafe’i, Al-Hadits (Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Bandung : Pustaka Setia, 2003, h. 113.
3
mengiringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan pula seorang muslim
terlalu
mengandalkan
kemampuan
diri
sehingga
melupakan
pertolongan Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya. Sabda Rasulullah SAW :
ْ ﺬَ اَ◌ َ ﺣ َ ﺪُﻛُﻢ: ُْﺧ َِﺳ ُﻷَنْﻮلُ ﻳ َ ﺄاﷲ:ﻗَﺎلَر َﻦ ْ اَﰉ ِ ﻋَ ﺒ ْ ﺪِ اﷲِ اﻟﺰﱡﺑـ َ ﲑ ْ ِﺑﻦِ اﻟﻌ َ ﻮﱠامِﻗَﺎل ُ ﺮِﻩَِ ﺎ ﻓـَﻴ َ ﻜُﻒﱠ اﷲ ﻇَﻬ ْﻌ َ ﻬ ْ ﻠَﻰ ﺒِ ﻴـ َ ﻋَـَﻴ اﳊْ َﻰﻓﺔٍَـَﻴ َﻣِﲝﺎْﺗِِﻦ ْ ُ ﺰﺣْ َ ﻄَﺐٍ ﻓ َ ﺎْﺗِﻰﻞ َﻣ َ اَﺣ ْ ﺒـ ُ ﻠَﻪ ُ ﰒُﱠ ﻳ َ ﺒ 4
. ُ َﻪ ُ ﻣِ ﻦ ْ اَنْ ﻳ َﺴ ْ ﺄَلَ اﻟﻨﱠﺎس َ اَﻋْ ﻄَﻮ ْ ﻩ ُ اَو ْ ﻣ َ ﻨـَ ﻌ ُ ﻮ ْ ﻩ
Artinya : “Dari Abi Abdillah (Zubair) bin Awwam Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”. [HR Bukhari, no. 1471]. 5 Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya memiliki tanggungan, untuk bekerja ‘bisnis’. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Manusia berusaha mencari nafkah, Allah SWT melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia. Firman Allah SWT :
4
Imām Abī ‘Abdillah Muhammad Ibn Ismā’il Ibn Ibrāhīm Ibn Mugirah Al-Bukhary, S>{ahi>h Al-Bukha
Bahreisj Hussein, Terjemah Hadis Shahih Al-Jami’ush Shahih Bukhari-Muslim, Surabaya: Karya Utama, tth., h. 273
4
6
ِﻻَر ْ ض َ ذَ ﻟُﻮ ْ ﻻً ﻓَﺎﻣ ْ ﺸُ ﻮ ْ ا ﰱ ِ ﻣ َ ﻨَﺎﻛِ ﺒِﻬ َ ﺎ و َ ﻛُ ﻠُﻮ ْ ا ﻣِ ﻦ ْ رﱢزْﻗِ ﻪ
Artinya : “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya …”.7 Di samping anjuran untuk mencari rejeki, Islam sangat menekankan (mewajibkan) bagi umat muslim memandang usaha dari aspek kehalalannya, baik dari sisi perolehan maupun pendayagunaannya (pengelolaan dan pembelanjaan).
8
Artinya
: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. 9
Misalnya setiap orientasi para pelaku bisnis menargetkan pada orientasi keberkahan, maksud dari orientasi keberkahan senantiasa berada dalam 6
Q.S. Al-Mulk [67] : 15
7
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 1260.
8
QS. Al-Baqarah [2] : 188
9
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 2005, h. 56
5
keridhaan Allah SWT, dan berpegang pada prinsip-prinsip ekonomi Islam dan menjalankan aksiomatis syari’ah dari prinsip keseimbangan, tanpa harus meninggalkan perolehan profit (utility) yang memang menjadi target dalam bisnis. Dipahami bahwa bekerja diartikan sebagai aktivitas usaha dalam berbagai bentuk yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan harta (barang/jasa) termasuk dalam memperoleh keuntungannya, namun dibatasi dalam cara perolehan (etika) dan pendayagunaan hartanya (ada aturan dan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan dalam Islam). Ketika bekerja merupakan anjuran dalam agama, maka perdagangan merupakan sebuah pekerjaan yang mengusahakan untuk mendapat keuntungan demi kelangsungan kehidupan dan perdagangan merupakan jalan usaha yang dianjurkan dan diberikan jalan oleh Allah dalam mencari rejeki dan fud}u<>l, sebagaimana banyak terdapat firman Allah mengenai perdagangan. Terkait dengan pembahasan aplikasi bisnis yang disertai dengan etika terlebih khusus bisnis dalam lingkup perdagangan, maka di Kalimantan khususnya di Provinsi Kalimantan Tengah erat kaitannya dengan salah satu suku, yaitu masyarakat Banjar. Sebab etnis Banjar merupakan masyarakat yang mayoritas beragama Islam dan erat kaitannya dengan perdagangan, sebab masyarakat suku Banjar merupakan masyarakat yang paling banyak berprofesi sebagai pedagang. Hal ini banyak fakta yang menunjukkan bahwa hampir di seluruh pelosok Kalimantan Tengah ini, terdapat pedagang dari Banjarmasin.10
10
Observasi Profesi Masyarakat Banjar di Kalimantan Tengah, 20 Februari 2010
6
Masyarakat suku Banjar beranggapan bahwa perdagangan adalah merupakan usaha yang memiliki kekhasan pada jalan berdakwah Rasulullah SAW, yang mereka memandang berdagang adalah profesi Rasulullah SAW. Selain itu, sebagian dari mereka juga beranggapan bahwa perdagangan memiliki jalan kebaikan yang sangat banyak dibandingkan profesi (pekerjaan) lain.11 Jika profesi masyarakat Banjar pada bidang perdagangan, maka idealnya adalah mengikuti perilaku nabi Muhammad SAW, sebagaimana banyak literatur menjelaskan dan berbagai catatan mengenai sejarah Rasulullah SAW. Sebagai contoh nabi Muhammad SAW pada usia 25 tahun berangkat ke Syria membawa barang saudagar wanita yang tidak lain adalah istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, selama melaksanakan kewajibannya beliau selalu melakukan transaksi-transaksi perdagangan secara jujur dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh atau kecewa, beliau selalu menempati janji dan mengantarkan barangnya dengan standar kualitas sesuai permintaan pelanggan sehingga beliau dijuluki sebagai Al- Ãmin (orang yang jujur / amanah).12 Kepribadiannya sebagai pedagang benar-benar ditanamkannya sejak muda dan selalu memperlihatkan tanggung jawabnya terhadap setiap transaksi yang ia lakukan, lebih dari itu nabi Muhammad SAW meletakkan prinsipprinsip dasar dalam melakukan transaksi dagang secara adil. Kejujuran dan
11
Wawancara dengan H. Darham di Samuda, 03 April 2010
12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996, h. 17.
7
keterbukaan nabi Muhammad SAW dalam melakukan transaksi dagang menjadi teladan abadi bagi pengusaha selanjutnya. Menjadi asumsi publik bahwa praktek bisnis para pedagang muslim secara global lebih mementingkan keuntungan materi semata dengan mengenyampingkan aspek-aspek nilai syar’i yang seharusnya dilakukan. Sering didapati ketidakpuasan konsumen terhadap pelayanan serta cenderung memonopoli (monopolistic rent) barang dengan harga melampaui batas kewajaran. Hal ini menjadi kesenjangan antara nilai-nilai syar’i dengan perilaku pasar itu sendiri. Sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang etika dalam bisnis pedagang Muslim suku Banjar, untuk mengetahui perspektif mereka terhadap perdagangan, pemahaman dalam etika berdagang dan penerapan etika dalam bisnis dalam konteks pemasarannya. Dengan ini penulis mengkaji permasalahan tersebut, dalam sebuah penelitian yang dituangkan dalam skripsi dengan judul penelitian “ETIKA BISNIS PEDAGANG MUSLIM SUKU BANJAR DI SAMUDA”.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah beberapa pertanyaan yang menyangkut tentang etika bisnis pedagang muslim suku Banjar dan akan terjawabkan setelah penelitian dilaksanakan, dan telah dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana etika bisnis pedagang muslim suku Banjar di Samuda dalam menetapkan harga barang?
8
2. Bagaimana etika bisnis pedagang muslim suku Banjar di Samuda dalam memasarkan barang? 3. Bagaimana etika bisnis pedagang muslim suku Banjar di Samuda dalam pelayanan terhadap konsumen?
C. Tujuan Penulisan Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan etika bisnis pedagang muslim suku Banjar di Samuda dalam menetapkan harga barang. 2. Mendeskripsikan etika bisnis pedagang muslim suku Banjar di Samuda dalam memasarkan barang. 3. Mendeskripsikan etika bisnis pedagang muslim suku Banjar di Samuda dalam pelayanan terhadap konsumen. D. Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan berbentuk teoritis dan kegunaan berbentuk praktis. 1. Kegunaan Teoritis a. Menambah wawasan pengetahuan penulis dibidang keilmuan Ekonomi Islam khususnya tentang etika bisnis Islam. b. Dalam hal kepentingan ilmiah, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi ilmu pengetahuan intelektual di bidang hukum Islam c. Dapat dijadikan titik tolak bagi penelitian pemikiran lebih lanjut, baik
9
untuk peneliti yang bersangkutan maupun oleh peneliti lain sehingga kegiatan penelitian dapat dilakukan secara berkesinambungan. 2. Kegunaan Praktis a. Sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studi di Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya. b. Sebagai literatur sekaligus sumbangan pemikiran dalam memperkaya
khazanah literatur kesyaria’ahan bagi kepustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palangka Raya. E. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dari penelitian ini, terdiri dari 5 Bab, yaitu secara rinci sebagai berikut : Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II, Kajian pustaka, yang terdiri tinjauan pustaka yaitu telusuran atas penelitian sebelumnya, landasan teori yang meliputi pengertian etika, bisnis, etika bisnis dalam Islam, kepuasan konsumen, penetapan harga, pemasaran syariah selanjutnya kerangka berpikir yang menggambarkan secara singkat dan rinci mengenai permasalahan dalam penelitian. Bab III, Metode Penelitian yang terdiri dari waktu dan tempat penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, pengabsahan data dan analisis data.
10
Bab IV, pada bab ini dituangkan deskripsi lokasi penelitian, hasil dan analisis data yang membahas kajian hasil penelitian dan analisis data terhadap perilaku bisnis pedagang muslim suku Banjar di Samuda yang meliputi penetapan harga, pemasaran barang dan memuaskan konsumen. Bab V, pada bab ini merupakan hasil kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dan dianalisis yang ditarik inti permasalahnya selanjutnya pada bab ini adalah saran yaitu rekomendasi terhadap pihak terkait mengenai perilaku bisnis terutama pengusaha muslim dalam sektor perdagangan.