BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah New START „Strategic Arms Reduction Treaty‟ adalah perjanjian mengenai pengurangan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia. New START ditanda tangani di Praha pada 8 April 2010 oleh Presiden Amerika Barrack Obama dan Presiden Rusia Dimitry Medvedev. Ratifikasi perjanjian New START mulai diterapkan pada tanggal 5 February 2011. New START menggantikan „The Treaty of Moscow‟ (SORT) yang berakhir pada tahun 2011. New START merupakan perjanjian kelanjutan dari START I yang berakhir pada bulan Desember 2009, proposal START II tidak pernah diberlakukan dan START III yang negosiasinya tidak pernah terselesaikan pada masa presiden George Walker Bush. New START merupakan perjanjian yang dilatarbelakangi motivasi „arms control‟ dari kedua negara (U.S Departemen of State, 2011). New START mengatur pembatasan senjata nuklir tertentu saja yang dinilai sangat berbahaya seperti ICBM „Inter-Continental Ballistic Missile‟ dan SLBM Submarine-Launched Ballistic Missile, hulu ledak„wareheads‟ Pelempar „launcers‟, pesawat persenjatan nuklir „heavy bombers‟ (Woolf, 2010). New START mengatur pembatasan sebanyak 800 ICBM dan SLBM, Peluncur dan Pesawat untuk membawa persenjataan nuklir „heavy Bomber‟ baik yang telah siap pakai maupun yang disimpan. Kedua negara tidak diperbolehkan mempunyai melebihi 700 ICBM, SLBM dan Pesawat„heavy Bombers‟ siap pakai yang dilengkapi alat untuk membawa persenjataan nuklir. Perjanjian itu juga membatasi masing-masing pihak
1
tidak boleh mempunyai lebih dari 1.550 hulu ledak siap pakai. Hulu ledak siap pakai termasuk jumlah hulu ledak yang telah terpasang pada ICBM dan SLBM dan satu hulu ledak pada setiap perlengkapan pesawat senjata nuklir (Woolf, 2010). Data transparansi persenjataan nuklir dari masing-masing negara yaitu AS mempunyai sebanyak 806 dan Rusia mempunyai 491 buah ICBM,SLBM dan „heavy bombers‟ yang terpasang, sedangkan yang belum terpasang AS sebanyak 1034 dan Rusia 884 buah. Senjata nuklir ICBM,SLBM dan „heavy bombers‟ yang sedang dalam pengembangan sebanyak 1722 AS dan 1499 Rusia1. New START memberikan waktu tujuh tahun kepada kedua negara untuk mengurangi kekuatan dalam persenjataan nuklir yang berlaku sampai sepuluh tahun. Perjanjian New START terdiri dari rangkaian langkah-langkah transparansi yang kuat antara kedua negara untuk mengawasi persenjataan nuklir kedua negara melalui mekanisme verifikasi,eksebisi dan notifikasi (Departement State of United States, 2012). Dalam kasus disini AS dan Uni Soviet (Rusia) setelah perang dunia ke II memilih untuk bekerja sama dalam pengurangan senjata nuklir, sesuai dengan pilihan rasional dimana keuntungan dapat dicapai apabila bekerja sama daripada sama-sama menolak untuk bekerjasama dengan hasil 2x2 dimana kedua negara mempunyai keuntungan dan kerugian yang sama „win-win solution‟ mengenai pengurangan senjata nuklir. Dikarenakan kedua negara mempunyai preferensi yang sama maka dibutuhkan suatu peraturan agar tidak tercipta konflik di masa depan. Pasca perang dunia II Uni Soviet dengan keadaan kalah perang memilih untuk bekerja sama
1
Data dalam Lembar Fakta ini berasal dari pertukaran dua tahunan dari data yang dibutuhkan oleh Perjanjian ini yang berisi data pada tanggal 1 September 2012. Data akan diperbaharui setiap periode enam bulan setelah berlakunya Traktat
2
dengan AS dikarenakan mempunyai sedikit resiko daripada tidak bekerja sama (Downs, Rocke, & Siverson, 1985). Pada hakikatnya nuklir tidak hanya berfungsi sebagai senjata pemusnah massal, namun dapat digunakan untuk teknologi kesehatan dan pembangkit tenaga listrik. Secara bahasa maka nuklir berarti sesuatu yang berhubungan dengan atau menggunakan inti atau energi (tenaga) atom. Sedangkan senjata nuklir adalah senjata berbahan peledak yang mengandalkan reaksi nuklir. Daya ledaknya sangat dahsyat lebih besar dari pada senjata konvensional (non-nuklir) walaupun bentuknya relatif kecil. Sehingga keberadaan rezim NPT menjadi basis utama untuk mengurangi penyebaran nuklir di dunia bagi negara-negara yang mengembangkan nuklir. Disini terlihat nuklir masih merupakan hal penting yang menjadi „privilege‟ suatu negara maju sebagai „deterrence‟ bagi negara lain dan juga merupakan instrumen kebijakan nasional negara adidaya seperti AS dan Russia. Melihat fakta bahwa kedua negara mempunyai senjata nuklir maka ancaman perang nuklir dari aktifitas perlombaan senjata nuklir tidak dapat dihindari, maka diperlukan adanya pengaturan mengenai pengontrolan senjata nuklir „arms control‟ dan pada akhirnya pelucutan senjata „disarmament‟ untuk menjaga stabilitas keamanan internasional (Morgenthau H. J., 1969, hal. 12). Perlombaan Senjata „arms race‟ yang dilakukan kedua negara baik Rusia dan Amerika Serikat telah menimbulkan ke khawatiran masyarakat Internasional akibat pengeboman yang dilakukan AS di Hiroshima dan Nagasaki. Uji coba nuklir Tsar bomba oleh Uni Soviet merupakan ledakan sebesar 57.000.000 ton TNT
yang
merupakan ledakan terbesar di dunia. Sadar perbedaan ini harus tetap berada dalam batas-batas tersebut maka AS dan Uni Soviet mempunyai kepentingan bersama
3
dalam menstabilkan perlombaan senjata nuklir dan mengaturnya melalui perjanjian formal mengenai penghapusan sebagian uji coba nuklir yang diadakan pada tahun 1963. Uni soviet dan AS menandatangai perjanjian larangan uji coba senjata nuklir diatas tanah atau didalam air namun diizinkannya uji coba nukir di dalam tanah (Morgenthau, 2010). Kedua negara baik Russia dan AS ingin mengurangi perlombaan senjata nuklir yang sangat membahayakan dunia, menurut Morgenthau peningkatan persejataan nuklir yang tak terkendali adalah hal yang sia-sia dikarenakan nuklir dapat meledakkan dunia berkali-kali. Sedikit atau banyaknya nuklir yang dimiliki bukan menjadi patokan untuk kuat atau tidaknya suatu negara, maka dari itu diperlukannya pengawasan dan pengurangan jumlah senjata nuklir kedua negara yang dapat mengurangi juga anggaran militer kedua negara (Morgenthau, 1990). Adanya aturan yang lebih spesifik dalam New START mengenai mekanisme pengurangan senjata nuklir yang lebih jelas menjadikan perlombaan senjata nuklir diharapkan tidak akan terjadi. Perjanjian New START oleh AS-Russia merupakan suatu rezim baru mengenai pengaturan senjata nuklir dibawah naungan rezim besar NPT „Non Proliferation Treaty‟ mengenai pengaturan senjata nuklir. AS menjadikan isu nuklir sebagai agenda utama kerjasama bilateral dengan Rusia. Perang senjata nuklir antara ASRusia pada era perang dingin tidak akan pernah terjadi lagi, namun saat ini keduanya mempunyai musuh bersama yaitu terroris yang mempunyai persenjataan nuklir (Kristensen H. M., 2011). NPT ditandatangani pada tanggal 1 Juli 1968 oleh tiga negara yaitu (AS, Inggris dan Uni Soviet). NPT menjadi sebuah bentuk perjanjian dengan jumlah
4
keanggotaan yang mencapai 187 negara. Permasalahan yang terjadi karena banyaknya anggota dan terdiri dari dua kubu negara-negara yang mempunyai senjata nuklir „Nuclear Weapon State‟ (NWS) dan negara yang tidak mempunyai senjata nuklir „Non Nuclear Weapon State‟ (NNWS) maka tingkat kolaborasi antara negaranegara anggota NPT semakin sulit. Perbedaan kepentingan dan pandangan diantara NWS dan NNWS yang ada mengenai proliferasi senjata nuklir menyebabkan kurang efektifnya kerjasama di dalam rezim, serta belum adanya bentuk implementasi aturan yang efektif. Aturan dalam pasal- pasal NPT dianggap „Soft Law‟ yang kurang begitu mengikat dari segi presisi, delegasi dan obligasi sehingga penyebaran senjata nuklir sampai saat ini masih terus terjadi (Fihn, 2012). Upaya pengaturan penyebaran senjata nuklir dilakukan AS dan Rusia dalam Rezim NPT mengenai dilakukannya negosiasi dalam pengurangan senjata nuklir yang terdapat dalam artikel VI: “Each of the Parties to the Treaty undertakes to pursue negotiations in good faith on effective measures relating to cessation of the nuclear arms race at an early date and to nuclear disarmament, and on a Treaty on general and complete disarmament under strict and effective international control”. Di dalam pembukaan rezim New START kelima dan keenam tercantum mengenai penegasan kembali kedua belah pihak baik Rusia dan AS dalam komitmen untuk memenuhi kewajiban mereka di bawah Pasal VI dari Traktat Non Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) kedua negara bersama-sama menyatakan untuk terus-menerus mendukung upaya non-proliferasi nuklir (US Departement of State, 2012, hal. 2).M elihat fakta bahwa kedua negara mempunyai senjata nuklir ancaman perang nuklir dari perlombaan senjata nuklir tidak dapat dihindari, maka diperlukan adanya pengontrolan senjata nuklir dan pada akhirnya pelucutan senjata „disarmament‟
5
untuk menjaga stabilitas keamanan internasional (Morgenthau H. J., 1986, hal. 12). Masa depan tatanan nuklir global akan ditentukan bagaimana AS dan Rusia mematuhi perjanjian New START yang telah disepakati sampai rentang tahun 2018. Sebagai negara pemimpin negara pemilik senjata nuklir AS dan Rusia memiliki tanggung jawab yang besar untuk mencegah poliferasi nuklir dan perlombaan senjata nuklir. Dari sinilah diperlukan adanya kajian lebih lanjut mengenai alasan kedua negara membentuk New START dan latar belakang kedua negara dalam pengaturan senjata nuklir dalam New START.
B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang diatas pengaturan pengurangan senjata nuklir Rusia dan AS di dalam New START maka dapat diambil pertanyaan : 1. Apa kepentingan stategis AS dan Rusia di dalam pembentukan rezim New START pada pengaturan pengurangan senjata nuklir kedua belah pihak? 2. Bagaimana Implikasi Rezim New START terhadap Rezim NPT dalam pengaturan pengurangan senjata nuklir kedua negara?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan bagaimana Amerika Serikat dan Russia membentuk rezim dalam pengurangan senjata nuklir kedua negara. Nuklir digunakan sebagai „bergaining position‟ bagi kepentingan nasional kedua negara. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan
6
bahayanya perlomban senjata nuklir sehingga dibutuhkan aturan utuk mengatur pengurangan dan pembatasan sejata nuklir. Dengan adanya mekanisme pertukaran data dan transparansi maka publik dapat melihat persedian senjata nuklir dan pengurangan senjata nuklir kedua negara, sehingga diharapkan negara-negara pemilik senjata nuklir lainnya mengikuti apa yang dilakukan Rusia dan AS dalam mengurangi senjata nuklir mereka. Senjata nuklir sangat berbahaya sehingga pengembangan nuklir baik untuk tujuan damai maupun persenjataan dapat diminimalisir.
D. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif eksplanatif. Kerangka konseptual dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta yang didapat digunakan. Metode ini mencoba menganalisis dengan menjelaskan, menguraikan informasi yang diperoleh secara non matematis mengenai Implikasi Rezim New START terhadap rezim NPT mengenai pengaturan pengurangan senjata nuklir antara AS dan Rusia menggunakan teori pilihan rasional, kompleksitas rezim dan legalisasi hukum internasional. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dengan mempelajari berbagai buku, artikel, jurnal maupun tesis dan disertasi berkaitan dengan tema yang diangkat lalu dengan menganalisa berbagai bacaan sehingga menemukan suatu generalisai tentang tesis ini. Data yang telah terkumpul akan dikelompokkan menjadi tema-tema kecil. Selanjutnya tema-tema tersebut dipetakan yang kemudian akan menjadi kerangka acuan untuk melihat relasi antara variabel-variabel utama yang diangkat dalam tulisan ini. Dengan meng-
7
gunakan teknik ini maka hasil dari penelitian data tersebut nantinya akan membawa pada pencapaian suatu kesimpulan.
E. Telaah Pustaka Dalam beberapa literatur mengenai mengenai rezim New START „Strategic Arms Reduction Treaty‟ dan rezim „Non-Proliferation Treaty‟ yang telah di teliti maka penulis menyaampaikan telaah pustaka sebaga berikut: Menurut Ramesh Thakur dan Gareth Evans dalam bukunya „Nuclear weapon the State of Play‟. Menyatakan bahwa proses pelucutan senjata secara global belum menunjukkan kemajuan yang signifikan namun dalam hal pengurangan senjata nuklir telah memperlihatkan kemajuan dengan adanya perjanjian New START antara AS dan Rusia namun beberapa kemajuan mengenai pengembangan juga terlihat antara negara-negara NWS seperti China. Thakur dan Evan juga melihat bahwa belum adanya kepatuhan yang berarti dalam poliferasi global namun telah ada upaya verifikasi pertukaran data antar anggota NPT. Hal ini memperlihatkan bahwa proses pengurangan senjata nuklir terus berlangsung dalam upaya pelucutan senjata nuklir secara global yang dinilai masih jauh dari pemberlakuan (ICNND, 2013). Amy F. Woolf dalam tulisannya „Next Steps in Nuclear Arms Control with Russia: Issues for Congress‟. AS dan Rusia telah mengurangi senjata nuklirnya dengan perjanjian formal New START. Mekanisme dalam proses pengurangan senjata nuklir mempunyai karakteristik berbeda yang terdiri dari „balance, equality, predictability, flexibility and transparency‟. Apabila tidak ada perjanjian yang formal mengenai hal ini maka kedua negara tidak dapat bernegosiasi dengan baik. AS dan
8
Rusia belum melakukan negosiasi secara formal pada pengurangan secara lanjut dalam senjata nuklir. AS dan Rusia menggunakan tiga mekanisme pengurangan senjata nuklir baik bilateral, „reciprocal‟ saling kesepahaman dan unilateral. Hal ini karena menganggap pengurangan secara formal terkadang memberatkan dan belum adanya hasil yang signifikan. Presiden Obama melihat bahwa New START merupakan suatu langkah pada perjalanan panjang bagi kerjasama AS-Rusia yang merupakan pemilik senjata nuklir terbesar di dunia. Dengan menggunakan mekanisme pengurangan senjata nuklir baik bilateral maupun unilateral akan mencapai langkah pengurangan senjata nuklulir secara lebih lanjut (Woolf A. F., 2013) Arif Darmawan dalam tesisnya Efektifitas Rezim „Non-Proliferation Treaty‟ (NPT) dalam menghadapi issu proliferasi senjata nuklir. Melihat bahwa Rezim Non Proliferasi nuklir tidak efektif dalam menghentikan permasalahan proliferasi senjata pemusnah massal. Hal ini dikarenakan tingkat kolaborasi dalam rezim tersebut rendah. Adanya perbedaan kepentingan dan pandangan diantara NWS dan NNWS mengenai proliferasi senjata pemusnah massal menyebabkan kurang efektifnya kerjasama didalam rezim, dengan kata lain belum ada koordinasi yang terencana dan terintegrasi serta belum ada bentuk implementasi aturan yang efektif. Dalam tesis ini Arif Darmawan hanya menekankan ketidak efektifan rezim non proliferasi nuklir dari tingkat „malignancy‟ dikarenakan rezim ini banyak dikritik karena hanya berpihak pada NWS dan tidak adil terhadap NNWS, namun rezim ini tidak menelaah dari segi legalisasi hukum atau treaty itu sendiri baik itu merupakan
9
„soft law‟ atau „hard law‟ dengan melihat tingkat delegasi, obligasi dan presisi perjanjian tersebut (Arif, 2007).
F. Kerangka Teori Untuk menjelaskan alasan terbentuknya rezim New START dan kepentingan strategis kedua negara serta implikasinya terhadap rezim Non Proliferasi Nuklir (NPT) dalam pengaturan Senjata nuklir antara Rusia dan AS maka penulis menggunakan beberapa teori yang relevan untuk digunakan untuk menganalisa permasalahan tersebut yaitu: 1. Teori Kepentingan Nasional
Kebijakan luar negeri suatu negara dalam segala bidang merupakan cerminan dari setiap sikap yang diambil oleh pemerintah untuk mencapai suatu tujuan (kepentingan nasional). Dalam kasus ini pemerintah dari kedua negara baik AS dan Rusia menggunakan pilihan yang rasional „rational choice‟ antara bekerjasama atau tidak di dalam pengurangan senjata nuklir. Kedua negara melihat „cost and benefit‟ dari adanya rezim New START dan memilih untuk bekerjasama dikarenakan adanya kepentingan dan keuntungan yang lebih besar. Pemahaman yang melibatkan bagaimana kepentingan menjadi faktor yang menentukan arah kebijakan luar negeri maka dapat dilihat bahwa dalam pembuatan keputusan politik luar negeri digambarkan sebagai proses intelektual, yaitu perilaku yang ternalar dan terkoordinasi. Tujuan tersebut juga dapat dipastikan berupa pencapaian atas kepentingan nasional. Jadi unit analisa model pembuatan keputusan ini adalah pilihan-pilihan yang diambil oleh pemerintah. Dengan demikian, analisis
10
politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada penelaahan kepentingan nasional dan tujuan suatu negara, alternatif haluan kebijaksanaan yang diambil pemerintah dan perhitungan untung rugi atas alternatif itu (Mas‟oed, 1989, hal. 216). Untuk menjelaskan hal ini maka digunakan teori „Rational Choice‟ yang mengatakan bahwa: “It proceeds from assumption,or axioms, about human motives and behavior, and draws the logical institution and policy implication from those axioms. One aspects of this“methodological individualism”, which argues that all social phenomena are derivable from, or can be factored into, the properties and behaviors of individuals. A second aspect is that political actors-voters, politicians, bureaucrats are assumed to be material interest maximizers, seeking benefits in the form ofvotes, offices, power and so on, at least cos”t (Almond, 1990, hal. 123). Menurut Jack C Plano dan Roy Olton, Kepentingan nasional adalah : “The fundamental objective and ultimate determinant that guides the decision makers of state in making foreign policy. Thenational interest of state is typically a highly generalized conception of those element that constitute the state smart vital needs” (Plano & Olton, 1969, hal. 89). Kepentingan nasional merupakan konsep untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan, maupun menganjurkan perilaku internasional. Kepentingan nasional merupakan kunci untuk memahami perilaku politik luar negeri suatu negara, di mana negara-negara selalu bertindak untuk tujuan kepentingan nasional. Kepentingan nasional (national interset) adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan negara-negara atau sehubungan dengan hal-hal yang dicita-citakan (Mas‟oed, 1989, hal. 146). Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum yang menjadi kebutuhan vital bagi negara. Di dalam kasus ini unsur-unsur tersebut antara lain ekonomi,energi, letak geografis dan geopolitik (Plano & Olton, 1990, hal. 5).
11
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam kajian ini menggunakan kepentingan nasional sebagai acuan untuk menentukan proses pengambilan keputusan pemerintah AS dan Rusia dalam menentukan sikap terhadap pengurangan senjata nuklir dengan mratifikasi New START dan diberlakukan sampai akhir tahun 2018. Untuk mengidentifikasi bentuk kepentingan yang mendasari kerjasama militer maka menurut Donald Nuchterlein, terdapat empat bentuk kepentingan yaitu: (Edwards, 1985, hal. 508). a. Kepentingan pertahanan, merupakan kepentingan untuk melindungi warga negara dari berbagai ancaman. Dalam kasus ini kepentingan pertahanan negara sangat mendasari adanya pengaturan pengurangan senjata nuklir AS dan Rusia untuk mencegah adanya dilema keamanan dengan adanya data yang akurat dan dapat diverifikasi sehingga perlombaan senjata dapat dihindari. b. Kepentingan ekonomi, merupakan kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi, eksistensi dan pemasaran produk baik kerjasama secara bilateral maupun regional. Dalam kasus ini Rusia memainkan peran sentral dalam pasar energi internasional dan AS merupakan pasar dari Rusia yang saling bergantung sehingga kerjasama yang berkesinambungan dapat dicpai dengan adanya perjanjian ini. c. Kepentingan tata dunia, merupakan kepentingan untuk membangun suatu tata dunia di bidang keamanan maupun teknologi. Di dalam New START AS dan Rusia juga merupakan anggota NWS dalam Rezim NPT sehingga peranan kedua negara dalam mencegah poliferasi global dipantau oleh berbagai pihak.
12
d. Kepentingan ideologi, merupakan kepentingan untuk melindungi dan menyebarkan nilai-nilai dan kepercayaan negara kepada pihak lain. Di dalam kasus ini pengaruh AS dan Rusia sebagai anggota DK PBB dan negara NWS sangat berdampak pada keputusan negara-negara pemilik nuklir lainnya untuk mengurangi senjata nuklirnya baik secara biateral atau unilateral. 2. Teori Rezim Internasional Menurut Kransner rezim dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan atau prinsip, norma dan prosedur pengambilan keputusan baik implisit atau eksplisit untuk mengelola hubungan-hubungan kekuasaan antara berbagai aktor dalam sistem internasional yang tidak mengenal kekuasaan tertinggi. Prinsip disini adalah kepercayaan, fakta dan kebenaran, norma diartikan dengan pedoman perilaku yang ditetapkan dalam pengertian hak dan kewajiban, aturan merupakan regulasi spesifik yang diperlukan dalam melakukan satu aksi, dan prosedur pembuatan keputusan adalah praktek pembuatan dan implementasi pilihan-pilihan kolektif (Krasner, 2006 , hal. 3). Menurut Keohane dan Nye rezim didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang di dalamnya mencakup hubungan dari aturan-aturan, norma dan prosedur yang mengatur perilaku atau mengontrol efek tersebut. Prinsip „principles‟ disini diartikan adalah tujuan yang ingin dicapai oleh anggota-anggotanya, sedangkan norma adalah standar perilaku yang ada di dalam hak-hak dan kewajiban, aturan adalah hak dan kewajiban yang diuraikan secara detail dan spesifik, dan prosedur pembuatan keputusan adalah cara-cara dalam membentuk aturan atau prinsip yang ada untuk menerapkan keputusan bersama (Keohane & Nye, 1977, hal. 19).
13
Disini New START dan NPT merupakan suatu rezim internasional yang berisi beberapa perjanjian penting mengenai pengaturan penyebaran pengurangan dan pembatasan senjata nuklir. New START merupakan sebuah perjanjian antara AS dan Rusia yang mengatur mengenai pengurangan, penghitungan, penempatan, inspeksi, ferifikasi, eksebisi dan pemberitahuan senjata nuklir bagi kedua negara yang berlaku sampai 2018. New START berisi pembatasan 800 ICBM dan SLBM, Peluncur, perlengkapan untuk membawa persenjataan bom berat „heavy bombers‟ baik yang telah siap pakai maupun yang disimpan serta. Kedua negara tidak diperbolehkan mempunyai 700 ICBM, SLBM dan bom berat „heavy bombers‟ siap pakai yang dilengkapi alat untuk membawa persenjataan nuklir. Perjanjian itu juga membatasi masing-masing pihak tidak lebih dari 1.550 hulu ledak siap pakai. Hulu ledak siap pakai termasuk jumlah hulu ledak yang telah terpasang pada ICBM dan SLBM dan satu hulu ledak pada setiap perlengkapan bom berat senjata nuklir (Woolf, 2010) Peraturan serupa juga diatur dalam rezim NPT merupakan sumber kepatuhan dan instrumen yang mengikat negara dalam rangka mewujudkan 3 (tiga) tujuan utama NPT, yaitu: pertama, non-proliferasi nuklir, kedua, pelucutan senjata nuklir, pada pasal VI dan pembukaan perjanjian yang menerangkan bahwa negara-negara NWS berusaha mencapai rencana untuk mengurangi dan membekukan simpanan senjata nuklir mereka ketiga, penggunaan nuklir untuk maksud damai. Dalam pembuatan sebuah rezim dibutuhkannya preferensi (kepentingan) yang sama antara kedua belah pihak sehingga peraturan tersebut dapat dipatuhi. Kedua belah pihak menghitung secara rasional „rational choice‟ mengenai pembentukan New START dilihat dari keuntungan dan kerugian„cost and benefit‟ dalam perjanjian pengurangan senjata nuklir. Mekanisme pengaturan senjata nuklir di dalam rezim New START
14
diharapkan merciptakan kolabrasi dan implementasi yang kuat diatara kedua negara sehingga perjanjian ini dapat dinilai kefektifannya. Rasionalitas negara dalam mengikuti sebuah rezim internasional dalam New START dapat dilihat dari tujuan sebuah rezim tersebut „good and externalities‟ sehingga negara dapat menimbang untuk mengikuti sebuah rezim tersebut ataupun tidak. Dalam kasus ini AS dan Rusia telah menimbang secara untung dan rugi sehingga terciptanya rezim New START. Berikutnya Rasionalitas juga dilihat dari kepentingan Amerika Serikat dan Rusia dalam membentuk New START keduanya mempunyai posisi tawar yang sama „Individual Bargaining Situations‟ mengenai kepemilikan senjata nuklir yang merupakan negara NWS, sehingga dengan adanya preferensi yang sama dibutuhkannya aturan agar tidak terjadi konflik di masa depan (Aggarwal, 1998, hal. 5). 3. Teori Kompleksitas Rezim Di dalam menjawab pertanyaan kedua, kompleksitas rezim dapat membantu menjelaskan hubungan antara rezim New START dan NPT dalam implikasinya mengenai pengaturan pengurangan senjata nuklir. Pola hubungan antara rezim New START dan NPT adalah „nested regime‟dimana suatu institusi-institusi berada dalam satu lingkaran (Aggarwal, 2005). Pemetaan kompleksitas rezim internasional sangat membantu dalam mengidentifikasi aktor-aktor dan institusi yang terllibat dalam sebuah issue yang disini adalah mengenai senjata nuklir tetapi yang paling penting bagaimana rezim kompleksitas ini mempengaruhi strategi dan interaksi dinamis dari setiap aktor yang terlibat.
15
New START merupakan rezim yang mengurusi dalam pengontrolan dan pengurangan senjata nuklir termasuk di dalamnya AS dan Rusia dan NPT merupakan rezim yang mengatur penyebaran senjata nuklir. Untuk itu menjadi bahasan penting dalam penelitian ini melihat keterhubungan antara kedua rezim tersebut. Adapun kerangka pemikiran yang akan digunakan adalah dengan melihat kompleksitas hubungan dalam rezim internasional oleh aggarwal diklasifikasikan kedalam empat tipe yaitu 1) „Nesting‟ tersarang (dimana lembaga yang tertanam satu sama lain dalam lingkaran konsentris 2) Institusi Horizontal (yang mengacu pada pembagian kerja 3)„overlaping institutions‟ institusi tumpang tindih (lembaga yang menciptakan konflik mungkin dikarenakan mandat yang sama 4) Institusi independen (lembaga yang benar-benar terpisah dalam area isu yang berbeda). Melihat hubungan antara NPT dan New START yaitu merupakan hubungan yang „nested‟ dalam area isu yang sama namun dengan rezim yang berbeda. China, Perancis, Inggris AS,Rusia
NPT
New START AS-Rusia
New START dibentuk dalam kerangka NPT secara lebih rinci Aggrarwal mengemukakan thesisnya pada bentuk hubungan rezim yang sifatnya „nested‟. New START merupakan rezim yang hanya beranggotakan dua negara yaitu AS-Rusia yang keduanya juga merupakan anggota NPT dalam pelaksanaan pengurangan dan
16
kontrol terhadap senjata nuklir AS-Rusia perlu mempunyai perjanjian tersendiri antara keduanya. Teori kompleksitas rezim ini akan menjadi acuan dalam menganalisa hubungan antara New START dan NPT. Secara spesifik penelitian ini akan menganalisa mengapa kedua negara perlu mebuat rezim baru setelah adanya rezim besar NPT yang sangat berpengaruh di dalam dunia internasional. Pola hubungan dalam rezim New START antara Rusia dan AS adalah „Tactical Link‟ hubungan taktis dimana merupakan pola yang hirarki dalam suatu isue khusus yaitu pengurangan senjata nuklir yang dipengaruhi oleh „power‟ kedua negara yang sangat berpengaruh satu sama lainnya. LINKAGE TYPE
OBJECTIVE REALITY TARGET
DECISION MAKERS PERCEPTIONS
BASIS FOR ISSUE CONNECTIONS
OUTCOME
Tactical link
Unconnected
Unconnected
Power
Unstable issue-area
AS dan Rusia membentuk suatu rezim baru setelah adanya kerangka besar Rezim NPT atas beberapa faktor. Pertama, Tingkatan Implementasi suatu rezim Internasional menentukan hasil politik „politcal outcome‟ suatu negara. Negara akan memilih aturan mana yang akan diikuti dalam sebuah rezim yang sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Kompleksitas rezim menambah tempat baru „new twist‟ untuk menerapkan kebijakan politik (Aggarwal, 1998).“International regime complexity reduces the clarity of legal obligation by introducing overlapping sets of legal rules and jurisdictions governing an issue” Kompleksitas rezim internasional mengurangi kejelasan kewajiban hukum dengan menjadikan aturan hukum dan yurisdiksi yang tumpang tindih dalam mengatur masalah. Ketika preferensi suatu negara sama maka
17
negara membentuk suatu aturan bersama untuk mencegah konflik ketika preferensi berbeda maka negara akan memilih aturan mana yang akan diikuti, karena negara dapat memilih dan setiap institusi internsional memperbolehkan setiap aktor untuk ikut serta dalam proses kebijakan politik , maka implementasu politik akan menghasilkan perjanjian mana yang akan dipilih (Aggarwal, 2005) Dalam Hal Ini AS dan Russia merupakan negara NWS yang merupakan bagian dari rezim NPT yang kemudian memutuskan untuk membuat aturan baru yang lebih spesifik dan strategis dalam pengurangan senjata nuklir di New START dimana dalam NPT aturan mengenai pengurangan senjata sangat ambigu dan tidak jelas sehingga Amerika serikat dan Rusia memiliki preferensi yang sama maka dibutuhkanya aturan yang tercover dalam New START sehingga mencegah adanya konflik antara keduanya. Kedua, Kompleksitas rezim internasional membuat grup linkungan kecil „Small-group Environment‟ yang membuat kedua negara bertemu di tempat yang berbeda dan lebih kecil dalam membuat sesuatu aturan yang lebih spesifik, „the more technical an issue the more expertise is valuable‟. Sehingga menumbuhkan hubungan kepercayaan dalam pemecahan masalah secara kolektif serta mengurangi resiko dikarenakan tidak adanya pihak ketiga. Disini Rusia dan AS berada di dua rezim yang berbeda yaitu NPT dan New START yang merupakan aktor penting dalam rezim NPT dimana keduanya adalah negara NWS yang memprakarsai non proliferasi nuklir dan keduanya berada dalam rezim pengurangan senjata nuklir dimulai dari SALT sampai yang terbaru New START (Aggarwal, 1998, hal. 17).
18
Dengan adanya „Small-Group Environment‟ representasi dari kedua negara dapat berinteraksi berulang-ulang dalam beberapa institusi atau tempat berbeda sehigga terbangun kepercayaan antara kedua negara yang mengarah pada keinginan untuk memecahkan masalah secara kolektif. Dalam sebuah rezim multirateral yang beranggotakan banyak negara maka kepentingan dari negara-negara anggota yang tidak sama menimbulkan kolaborasi yang sulit antar anggota, sehingga negaranegara membentuk kelompok lingkungan kecil „Small-Group Environment‟ yang menguntungkan bagi kedua negara. Ketiga, Feedback Effects: Competition dan Reverberation: Kerjasama internasional memberikan efek positif dari kerjasama antara negara-negara melalui pembelajaran, membangun koalisi dan dukungan antara negara-negara anggota (Haas, 1964). Kompleksitas rezim internasional membuat kabur institusi mana yang lebih berwenang dalam kasus ini NPT dan New START mengaburkan rezim yang berwenang dalam penguragan senjata nuklir antara AS dan Russia. Kompleksitas rezim internasional mempermudah bagi negara untuk tidak mengikuti atau tidak patuh pada aturan yang memberatkan bagi suatu negara, namun efek timbal balik dari kompleksitas rezim Iinternasional dapat meningkatkan loyalitas suatu negara. Sesuatu yang dilakukan satu negara dalam suatu institusi dapat berpengaruh pada persepsi negara lainnya dalam arena yang lain (Alter & Meunier, 2007). Melalui Rezim New START Amerika Serikat dan Rusia konsisten untuk mengurangi senjata nuklir ICBM, SLBM, hulu ledak. „launchers‟ dan pesawat „heavy bombers‟ yang diketahui oleh negara-negara NWS lainnya sehingga mereka secara tidak langsung terpengaruhi untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka dan
19
menguatkan apa yang dinamakan rezim non proliferasi nuklir. Hal ini seperti yang diungkapkan Aggarwal bahwa apa yang dilakukan negara dalam suatu rezim atau tempat akan berpengaruh dan memberikan „feedback‟ pada negara lain di tempat lain. (Aggarwal, 1998). Dengan adanya kerjasama pegurangan senjata nuklir maka mengurangi resiko perang nuklir dimana „share interest‟ melalui pertukaran data antara Amerika Serikat dan Russia. Melalui New START kedua negara besar ini memperlihatkan konsistensi mereka dalam pengurangan senjata nuklir sehingga dapat mengajak negara lain dalam NWS seperti Inggris, perancis dan China untuk mengontrol persenjataan mereka secara tidak langsung (Acton & gerson, 2011).
G. Hipotesis Pembentukan rezim New START didasarkan kepentingan nasional strategis dari kedua negara baik AS dan Russia dengan mempertimbangkan„cost dan benefit‟ dari preferensi atau kepentingan kedua negara dalam pengaturan senjata nuklir agar tidak terjadi perlombaan senjata dan konfilk di masa depan yang merupakan ancaman baik bagi kedua negara maupun masyarakat internasional pada umumya, sehingga ancaman perang nuklir dapat dihindari. Kepentingan kedua negara meliputi kepentingan pertahanan, ekonomi,geopolitik dan letak geografis. Rezim New START dibentuk karena adanya aturan yang jelas mengenai mekanisme pengurangan senjata nuklir di dalamnya. Pembentukan New START didasarkan pada komitmen non-prolifersi nuklir yang dapat memperkuat Rezim NPT dalam pengaturan senjata nuklir secara global. Pengurangan senjata nuklir antara AS
20
dan Rusia cenderung berpengaruh bagi proses pelucutan senjata global dan memicu pengurangan bagi negara-negara pemilik senjata nuklir lainnya dalam rezim NPT.
H. Sistematika Penulisan Tesis ini akan disusun dengan menggunakan metode analisis yang sudah dipaparkan dalam kerangka pemikiran yang akan dibahas melingkupi sebagai berikut: Bab I, Bab ini berisi pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan permasalahan, telaah pustaka, tujuan penelitian kerangka teoritis, dan hipotesis. Bab II, Bab ini akan menjelaskan latar belakang terbentuknya rezim New START tujuan dan kepentingan dari kedua negara baik Amerika Serikat dan Rusia dalam pengurangan senjata nuklir. BAB III , Bab ini akan menjelaskan mengenai kepentingan strategis kedua negara yang meliputi adanya kesamaan kepentingan dan bayangan dari kerjasama kedua negara di masa depan serta berbagai persoalan yang muncul di dalam New START. Bab IV. Bab ini akan berisi implikasi rezim New START terhadap NPT dalam pengurangan senjata nuklir melalui pembentukan kelompok lingkungan kecil dan efek timbal balik yang ditimbulkan di dalam NPT dengan adanya New START. Bab V, Bab ini akan berisi kesimpulan disertai rekomendasi terkait rezim New START dan implikasinya terhadap NPT mengenai pengurangan senjata nuklir Amerika Serikat dan Russia.
21