BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah hakekatnya adalah serangkaian kebijakan
sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menciptakan pembangunan yang seimbang di berbagai daerah, menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata dinikmati oleh masyarakat, menciptakan kesempatan kerja semaksimal mungkin dengan melindungi pembangunan nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Todaro (2000) mengatakan, bahwa pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap atau perilaku masyarakat serta institusi-institusi nasional di samping tetap mengejar pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Penanganan ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan adalah adanya perluasan lapangan pekerjaan yang diperkirakan akan tercapai dengan upaya peningkatan kegiatan di sektor perekonomian seperti sektor industri, sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor pembangunan, sektor pengangkutan, sektor komunikasi dan sektor pariwisata. Salah satu sektor yang menunjang pembangunan nasional adalah sektor industri, dimana sektor industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, artinya tingkat
1
2
hidup akan lebih maju serta lebih bermutu. Sektor industri merupakan sektor penggerak pertumbuhan ekonomi suatu negara, sektor yang dapat memberikan nilai tambah terbesar, dapat memberikan kesempatan kerja yang luas, dan memiliki
kontribusi
yang
signifikan
dalam
mewujudkan
kesejahteraan
masyarakat. Produk-produk sektor industri selalu mempunyai nilai tukar yang lebih tinggi atau lebih menguntungkan serta dapat menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi yang lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena sektor industri mempunyai variasi produk yang beragam bila dibandingkan dengan produk sektor lainnya. Di samping itu sektor industri tidak tergantung pada keadaan alam yaitu, musim maupun curah hujan, sehingga pelaku bisnis lebih memilih berusaha di sektor industri. Produktivitas tenaga kerja yang rendah adalah salah satu masalah yang serius di sektor industri, sehingga sasaran pembangunan industri kecil adalah peningkatan pertumbuhan industri, baik sisi nilai tambah, kesempatan kerja, maupun ekspor, yang pada akhirnya menjadikan industri kecil makin efektif sebagai penggerak pembangunan ekonomi yang didukung oleh peningkatan kemampuan teknologi dan pemanfaatan sumber daya yang optimal (Sulistyawati, 2010). Tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang berusia 10-64 tahun yang melaksanakan dan menggerakkan segala kegiatan. Provinsi Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata di kawasan Asia Pasifik yang banyak diminati oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan
3
Nusantara. Hal ini terbukti dengan makin bertambahnya arus wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang datang ke Bali dari tahun ke tahun. Perkembangan ini ternyata membuka peluang bagi industri pariwisata untuk lebih berkembang dan menjadi produk andalan yang diharapkan mampu menyediakan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja serta mendatangkan devisa bagi negara. Kunjungan wisatawan ke Pulau Bali berdampak juga kepada sektor-sektor yang lain, di mana semakin berkembangnya sektor pariwisata maka sektor-sektor yang berkaitan dengan pariwisata juga berkembang, di antaranya adalah sektor industri yang memiliki keterkaitan dengan budaya setempat. Sektor-sektor tersebutlah yang menyebabkan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali meningkat
setiap
tahunnya
di
masing-masing
sektor
perekonomian
(Sudemen, 2009). Tabel 1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2007-2012 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB (Jutaan Rupiah) 24.457.047,79 25.910.325,54 27.290.945,61 28.882.494,77 30.757.776,00 32.804.381,36
Laju Pertumbuhan (%) 5,92 5,97 5,33 5,83 6,49 6,65
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, 2013 Perkembangan PDRB Provinsi Bali mempunyai kecendungan (trend) yang meningkat, Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2012 mengalami pertumbuhan
4
yang signifikan, pada Tahun 2012 pada Tabel 1.1 menunjukkan ekonomi Bali tumbuh sebesar 6,65 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 6,49 persen. PDRB Bali mengalami pertumbuhan sebesar 6,65 persen, yang didorong oleh seluruh sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang dominan dan memiliki laju pertumbuhan tertinggi (economic drive) terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 20,71 persen. Sebaliknya, laju pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pertanian sebesar 4,32 persen. Secara kumulatif (sampai dengan Triwulan III Tahun 2012), PDRB Bali tumbuh sebesar 6,33 persen, sedangkan sektor industri mengalami laju pertumbuhan PDRB Provinsi Bali hanya 5,08 persen. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan industri di Bali cukup berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan PDRB (BPS Provinsi Bali, 2013). Tabel 1.2 Distribusi PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 - 2012 (%) No
Lapangan Usaha
2007
2008
2009
2010
2011
2012
20.85
19.87
19.86
19.09
19.10
18.51
1
Pertanian
2
Pertambangan &Penggalian
0.60
0.59
0.59
0.62
0.68
0.73
3
Industri Pengolahan
9.75
9.95
9.95
9.97
9.85
9.79
4
Listrik, Gas & Air Bersih
1.52
1.56
1.55
1.59
1.14
1.57
5
Bangunan
3.87
3.90
3.73
3.79
4.02
4.47
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
31.27
31.98
32.33
32.51
32.53
32.24
7
Pengangkutan & Komunikasi
10.96
11.27
11.24
11.23
10.99
11.09
8
Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan
7.38
7.26
7.08
7.18
7.05
7.21
9
Jasa-Jasa
13.80
13.63
13.67
14.03
14.25
14.40
PDRB
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
Sumber : Badan Pusat Statistk (BPS) Provinsi Bali, 2008-2013
5
Struktur perekonomian Provinsi Bali yang dilihat dari distribusi masingmasing sektor terhadap pembentukan PDRB masih ditopang oleh dua sektor dominan yaitu perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) dan sektor pertanian. Tabel 1.2 menunjukkan kedua sektor ini memberi kontribusi masing-masing sebesar 32,24 persen dan 18,51 persen. Sektor industri pengolahan di Provinsi Bali masih berbasis pada sektor industri tanpa migas yaitu pada industri besar, sedang, kecil dan industri rumah tangga, Tahun 2012 sumbangan (share) terhadap PDRB Bali mengalami penurunan, yaitu 9,79 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ada
beberapa
catatan
penyebab
penurunan
pendapatan
industri
pengolahan yang tengah terjadi di Bali, menurut Ali (2012) penurunan di sektor industri pengolahan di Bali dikarenakan pertama relatif masih rendahnya dukungan kredit perbankan ke sektor industri pengolahan, kedua masih lemahnya dukungan universitas dan lembaga riset di negeri ini dalam membantu mengatasi masalah riil yang dihadapi oleh industri, ketiga rendahnya daya saing produk dalam negeri, keempat mengenai penyerapan tenaga kerja. Meski diyakini memiliki manajemen atau pengelolaan yang baik, namun keberadaan industri kecil, menengah, besar tetap tidak terlepas dari berbagai permasalahan baik itu akibat faktor eksternal maupun internal, tampak jelas jika melihat fluktuasi jumlah perusahaan industri maupun jumlah tenaga kerja yang mampu diserap.
6
Tabel 1.3 Distribusi PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 (%) Lapangan Usaha
Buleleng
Jembrana
Tabanan
24,42
24,53
36,43
8,29
6,75
16,86
31,59
35,13
0,65
0,39
0,32
0,10
0,00
0,38
3,74
0,15
1,79
10,55
7,71
6,64
2,88
12,29
19,20
9,34
8,14
6,93
Listrik, Gas & Air Bersih
0,97
0,86
0,95
1,60
3,74
0,92
1,19
0,54
0,55
Bangunan
2,73
5,34
3,77
4,31
3,13
4,51
5,86
4,54
4,06
28,13
26,13
21,69
45,68
38,44
30,09
22,84
25,39
15,55
Pengangkutan & Komunikasi
3,61
14,62
5,73
26,41
12,48
4,74
5,12
2,02
8,08
Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan
4,27
4,95
6,36
2,53
13,05
5,32
2,92
3,55
5,28
24,66 100,00
15,45 100,00
18,11 100,00
8,19 100,00
10,11 100,00
17,97 100,00
17,39 100,00
20,35 100,00
27,66 100,00
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Jasa-Jasa PDRB
Badung
Denpasar
Gianyar Klungkung
Bangli
Karangasem 30,09
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013
Dilihat dari Tabel 1.3 menunjukkan bahwa jumlah distribusi industri pengolahan terbanyak terdapat pada Kabupaten Gianyar yaitu sebesar 19,20 persen dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Kabupaten Gianyar yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata dengan dukungan industri pengolahan baik skala besar sedang maupun kecil termasuk sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga, yang cukup dominan. Salah satunya adalah industri kerajinan ukiran kayu yang merupakan produk andalan Bali dan sudah memiliki pasar sampai ke luar negeri. Hasil kerajinan Pulau Bali selain dipasarkan untuk lokal juga untuk konsumen daerah lain maupun konsumen luar negeri. Mengembangkan industri kerajinan di Provinsi Bali dapat dipandang sebagai upaya yang cukup strategis dikembangkan mengingat usaha ini amat beranekaragam dan sesuai dengan potensi daerah Bali sebagai daerah pariwisata. Menghadapi tuntutan pariwisata, pemerintah dan masyarakat Bali telah
7
mengembangkan industri pengolahan yang berasal dari kebudayaan dan adat istiadat daerah Bali. Begitu pula dengan jumlah PDRB Kabupaten Gianyar pada Tabel 1.4 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Gianyar Tahun 2012 adalah 6,79 persen, angka ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dilihat dari kontribusi atau besarnya peranan dari masing-masing sektor dalam mewujudkan sendi perekonomian. Tabel 1.4 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gianyar Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2007-2012 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB (Jutaan Rupiah) 2.841.726,02 3.009.320,12 3.187.822,91 3.380.512,58 3.609.055,93 3.854.010,73
Laju Pertumbuhan (%) 5,89 5,90 5,93 6,04 6,76 6,79
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Gianyar, 2013
Pada Tabel 1.5 menunjukkan jenis industri pengolahan yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Gianyar adalah industri non migas pada Industri Kayu dan Barang dari Kayu dengan banyak usaha 20.111 unit, dan dengan tenaga kerja 53.527 orang. Data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Gianyar Tahun 2012 mengatakan bahwa industri pengolahan kayu dan barang dari kayu banyak diminati oleh masyarakat Kabupaten Gianyar dibandingkan dengan industri yang lainya.
8
Tabel 1.5 Banyaknya Industri Kecil dan Kerajinan di Kabupaten Gianyar Dirinci Menurut Jenis Industri Tahun 2012 No
Jenis Industri
Unit Usaha (Unit)
Tenaga Kerja (Orang)
1 Industri Makanan Minuman dan Tembakau
176
500
2 Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit
193
2.664
20.111
53.527
-
-
3 Industri Kayu dan Barang dari Kayu 4 Industri Kertas dan Barang-barang 5 Industri Kimia dan Barang-barang Kimia, Petrokimia
-
6 Batubara, Karet, dan Barang-barang dari Plastik
-
-
7 Industri barang-barang Galian bukan Logam
-
-
985
4.340
-
-
1.261 22.726
7.351 68.382
8 Industri Logam Dasar Industri barang-barang Galian Logam mesin dan 9 perlengkapanya 10 Industri lain-lain Total Industri
Sumber : BPS Kabupaten Gianyar, 2013 Kerajinan ukiran kayu sebagai salah satu bisnis penunjang pariwisata tumbuh dan berkembang pesat di Provinsi Bali khususnya Kabupaten Gianyar. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Gianyar di samping dikenal sebagai pusat kerajinan ukiran kayu, juga terletak di jalur wisata Bali bagian timur. Nilai tambah bruto sektor industri pada pembentukan PDRB Kabupaten Gianyar pada Tahun 2012 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan nilai tambah ini dibarengi dengan peningkatan jumlah industri dan kerajinan rumah tangga serta peningkatan investasi dan nilai produksi sektor industri.
9
Tabel 1.6 Jumlah Unit Usaha, Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Kayu dan Barang dari Kayu di Kabupaten Gianyar Tahun 2013 Jenis Industri Kayu dan Barang dari Kayu Kerajinan Kayu Meubel Kerajinan Ukiran Kayu Kerajinan Mainan anak-anak Furniture dari Kayu Kerajinan Perabot Rumah Tangga Kerajinan Meja, Kursi, Almari, Tempat Tidur Rumah Dari Kayu
Unit Usaha (Unit) 2.640 4.947 550 2.765 1.540 3.545 356
Tenaga kerja (Orang) 12.568 16.351 4.063 10.549 9.380 13.645 2.906
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, 2014
Pada Tabel 1.6 menunjukkan jenis industri kayu dan barang dari kayu yang paling banyak ditekuni oleh masyarakat Gianyar adalah industri kerajinan ukiran kayu. Jumlah unit usaha industri kerajinan ukiran kayu di Kabupaten Gianyar pada tahun 2013 sebanyak 4.947 unit, dan penyerapan tenaga kerja 16.351 orang. Hal tersebut disebabkan karena pekerjaan ini tidak membutuhkan modal yang besar dan tidak terikat oleh waktu sehingga bisa dilakukan sesuai waktu yang diinginkan oleh perajin. Industri kerajinan ukiran kayu yang ada pun bisa bermacam-macam, seperti ukiran kayu dewa, bunga, tokoh pewayangan. Industri ukiran dari kayu sangat diminati oleh masyarakat Gianyar hal ini disebabkan karena seni kerajinan ukiran kayu bagi masyarakat Gianyar adalah ladang mata pencaharian di samping sektor pertanian. Dapat diperkirakan hampir 50 persen masyarakat Gianyar bergelut dibidang seni kerajinan, sehingga kebanyakan orang menyebut masyarakat Gianyar adalah masyarakat perajin. Hal ini dapat diamati dari kesibukannya dalam menciptakan berbagai jenis kerajinan baik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, keperluan perlengkapan upacara, maupun untuk diperdagangkan (Berata, 2009).
10
Kabupaten Gianyar memiliki 7 Kecamatan, masing-masing kecamatan memiliki hasil industri yang menunjang perekonomian Kabupaten Gianyar, sektor industri ukiran kayu dari 7 Kecamatan di Gianyar, Kecamatan Ubud menjadi daerah hasil kerajinan seni di Bali mulai dari ukiran kayu, kerajinan emas dan perak, lukisan dan seni lainnya. Jadi wilayah Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar sebagai salah satu wilayah yang banyak terdapat industri kerajinan ukiran kayu. Industri kerajinan ukiran kayu merupakan produk unggulan dan penunjang pariwisata yang memiliki peran strategis bagi pembangunan ekonomi di Kabupaten Gianyar. Pada Tabel 1.7 menunjukkan bahwa pada industri kerajinan ukiran kayu di Kecamatan Ubud unit usaha yaitu sebanyak 1.248 unit, jumlah tenaga kerja sebanyak 4.786 orang dan Kecamatan Sukawati yang memiliki jumlah unit terbanyak kedua yaitu 1.161 unit dan tenaga kerja 3.567 orang. Jumlah-jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja pada industri kerajinan ukiran kayu pada kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Gianyar. Tabel 1.7 Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Ukiran Kayu per Kecamatan di Kabupaten Gianyar Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7
Kecamatan Blahbatuh Payangan Gianyar Tampak Siring Tegallalang Sukawati Ubud Kabupaten Gianyar
Unit Usaha (Unit) 250 301 422 600 965 1.161 1.248 4.947
Tenaga Kerja (Orang) 1.232 1.068 1.623 1.138 2.937 3.567 4.786 16.351
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2014
11
Kecamatan Ubud memiliki 8 (delapan) desa, yaitu Desa Kedewatan, Desa Sayan, Desa Lodtunduh, Desa Ubud, Desa Petulu, Desa Singakerta, Desa Peliatan, dan Desa Mas. Pada Tabel 1.8 menunjukkan bahwa pada industri kerajinan ukiran kayu di masing-masing desa memiliki jumlah unit usaha yang berbeda-beda. Melihat keterkenalan Ubud sebagai desa penghasil seni kerajinan ukiran kayu dan di sepanjang jalan telah berkembang artshop-artshop, ataupun pasar yang berfungsi sebagai pemasaran produksi ukiran kayu. Artshop ini menjual hasil kerajinan kayu dengan bentuk yang bermacam-macam dan semakin menarik sehingga para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Bali banyak yang tertarik untuk membeli patung kayu sebagai cendera mata. Tabel 1.8 Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Ukiran Kayu per Desa/Kelurahan di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Tahun 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa / Kelurahan Kedewatan Sayan Lodtunduh Ubud Petulu Singakerta Peliatan Mas Kecamatan Ubud
Unit Usaha (Unit) 2 3 22 41 44 237 374 525 1.248
Tenaga Kerja (Orang) 16 45 56 145 266 339 1.250 2.669 4.786
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2014 Tingkat pertumbuhan PDRB di Kabupaten Gianyar mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun pengembangan industri di Kabupaten Gianyar sedikit terhambat diakibatkan oleh masih tingginya budaya dan adat-istiadat yang kental
12
dari masyarakat setempat, tingkat produktivitas masih rendah selain itu juga keterbatasan bahan baku kayu, terbatasnya sarana promosi, belum optimalnya akses permodalan bagi perajin, masih rendahnya pemanfaatan teknologi dalam proses produksi, terbatasnya kemampuan sumber daya manusia. Selain dari produktivitasnya, ketimpangan pendapatan di masing-masing wilayah di Kabupaten Gianyar yang disebabkan karena setiap kecamatan memiliki perbedaan potensi. Faktor-faktor tersebut dilihat dari sisi demografi dan dari sisi sosial sebagai indikator dalam peningkatan produktivitas dan secara langsung berhubungan erat dengan pencapaian kesejahteraan perajin. Kesejahteraan perajin juga bisa dilihat dari faktor pendidikan keluarga perajin, kesehatan keluarga, dan pendapatan yang dimiliki oleh keluarga. Struktur umur dari tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitasnya dalam menghasilkan suatu produk. Umur produktif seseorang pada umumnya berkisar dari umur 15 hingga 64 tahun. Menurut Budhyani dan Sila (2008), pertambahan umur diikuti oleh perkembangan fisik, psikologis, dan intelektual. Kematangan dalam faktor-faktor tersebut sangat diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik. Semakin bertambah umur seseorang, akan semakin baik pula hasil kerja yang diperoleh sehingga akan menentukan produktivitas kerjanya. Tingkat
pendidikan
tenaga
kerja
juga
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi produktivitas kerja. Pendidikan yang dialami menyebabkan individu banyak mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan sikap mental yang kuat. Pengetahuan, pengalaman, dan sikap mental yang diperoleh akan
13
berpengaruh terhadap pola tingkah laku dan sikapnya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan bertindak lebih terarah karena memiliki kemampuan konseptual yang lebih baik (Mapparenta, 2010). Namun, pada umumnya tenaga kerja di daerah pedesaan tingkat pendidikannya rendah sehingga produktivitas kerjanya juga rendah. Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja adalah pengalaman kerja para perajin. Robbins (2001) dalam Pasaribu (2007), mengemukakan, “We can say a positive relationship between tenure and job productivity” atau dapat diartikan bahwa terdapat suatu hubungan yang positif antara masa kerja dan produktivitas pekerjaan. Masa kerja sering diartikan dengan pengalaman kerja. Semakin lama masa kerja seorang pegawai, semakin banyak kemungkinan pegawai tersebut memiliki pengalaman kerja tentang suatu pekerjaan. Semakin lama masa kerja pegawai, semakin banyak pula kemungkinan pegawai tersebut mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang akan mendukung pekerjaan mereka sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. Permasalahan sektor industri juga tidak terlepas dari peningkatkan mutu sumber daya manusia yaitu produktivitas masyarakat dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Khan dkk, (2006), bahwa rendahnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh rendahnya produktivitas, kemudian mengakibatkan pendapatan yang diterima rendah. Dalam era globalisasi sektor industri harus
14
menuntut produktivitas tinggi agar pelaku industri mampu bersaing demi mencapai kesejahteraan. Produktivitas dan kesejahteraan dua hal yang tidak terpisahkan. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), produktivitas memiliki arti khusus yang sangat penting karena kaitannya dengan pertumbuhan standar hidup. Produktivitas adalah ukuran kuantitas dan kualitas dari pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan mempertimbangkan biaya sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut (Malthis dan Jackson dalam Supartha, 2007). Agus Mulyono dan Gito Mulyono, dalam Budiyono (2008), mengatakan bahwa pada tingkat perusahaan pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah dalam Sedarmayanti (2001), rendahnya produktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat penghasilan, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keterampilan dan penguasaan teknologi oleh perajin serta lemahnya bargaining posituon pangrajin dan pemasaran sehingga produktivitas yang rendah mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Firdaus dan Sunarti (2009), meneliti tentang Kesejahteraan Keluarga Pemetik
Teh
menyimpulkan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kesejahteraan keluarga adalah besar keluarga, pendidikan suami, usia suami. Penelitian yang dilakukan oleh Undari dan Aswitari (2012), mengenai Pengaruh Sosial Demografi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Perempuan Perajin Lontar
15
di Desa Bona, Gianyar menyimpulkan bahwa variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan status perkawinan berpengaruh terhadap produktivitas dan peningkatan produktivitas para perajin perempuan yaitu dengan peningkatan upah. Upah yang diperoleh akan mempengaruhi produktivitas sehingga peningkatan produktivitas akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Dari permasalahan di atas dapat dikaji tentang faktor sosial, demografi yang mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan perajin ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. Berkembangnya industri kerajinan ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga serta mencapai kesejahteraan perajin.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah pengaruh faktor sosial demografi terhadap produktivitas perajin ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar? 2) Bagaimanakah pengaruh faktor sosial demografi terhadap kesejahteraan perajin ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar? 3) Bagaimanakah pengaruh produktivitas terhadap kesejahteraan perajin ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar?
16
4) Apakah faktor sosial demografi berpengaruh terhadap kesejahteraan perajin ukiran kayu melalui produktivitas di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan dalam penelitian ini maka dapat
dikemukakan tujuan dari penelitian ini adalah. 1) Untuk
menganalisis
pengaruh
faktor
sosial
demografi
terhadap
produktivitas perajin ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. 2) Untuk
menganalisis
pengaruh
faktor
sosial
demografi
terhadap
kesejahteraan perajin ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. 3) Untuk menganalisis pengaruh produktivitas terhadap kesejahteraan perajin ukiran kayu di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar. 4) Untuk
menganalisis
pengaruh
faktor
sosial
demografi
terhadap
kesejahteraan perajin ukiran kayu melalui produktivitas di Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat penelitian secara akademis dan
praktis sebagai berikut. 1) Secara Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, khususnya mengenai produktivitas
17
dan kesejahteraan perajin ukiran kayu. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tambahan wawasan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sejenis. 2) Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, dan dapat memberikan kontribusi kepada para perajin-perajin ukiran kayu di Kecamatan Ubud untuk meningkatkan pendapatannya.