Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemilu lahir dari dua arus pemikiran yang bertentangan dalam demokrasi, yaitu adanya pengakuan atas hak individu untuk terlibat dalam proses politik, dan tidak mungkin setiap individu dapat terlibat dalam setiap tahap proses politik.1 Pemilihan dan parlemen adalah perangkat representasi. Partai adalah sarana mobilisasi, sebagai suatu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu, dan memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing. Serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara absah dan damai.2 Reformasi pada Tahun 1998 yang meruntuhkan rezim represif orde baru menimbulkan perubahan yang sangat berarti bagi Indonesia. Di awal reformasi tepatnya pada tahun 1999, Indonesia mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu) yang di cap lebih demokratis karena diikuti oleh oleh 48 partai politik. Memang, partai politik telah menjadi mediator paling penting antara Negara dan masyarakat sipil.3 Joseph Schumpeter mengatakan bahwa prosedur utama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat yang mereka pimpin.4
1
Riswandha Imawan. 2007. Membedah Politik Orde Baru Catatan Dari Kaki Merapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2 Ichlasul Amal. 1988. Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Hlm, 1 3 Keith Faulks. 1999. Political Sociology: A Critical Introduction. Edinburg Universiti Press. Ditertemahkan Helmi Mahadi dan Shoifullah. Bandung: Nusamedia. Hlm, 239. 4 Schumpeter dalam Samuel P Huntington. 1997. Gelombang Demokratisasi Ketiga. Jakarta; PT Pustaka Utama Grafiti. Hlm, 4.
Setelah keran demokrasi dibuka, Golkar, PDI dan PPP mendapatkan pesaing yang sangat banyak pada Pemilu. Pada saat itu, elit dan masyarakat yang memang merasa terkekang kebebasan politiknya di zaman Orde Baru ikut merayakan kebebasan itu dengan membentuk parpol dan mengikuti Pemilu. Ini adalah bentuk luapan emosi mereka. Partai politik bagi mereka adalah saluran politik yang penting. Sejak era reformasi, Indonesia telah menggelar “Pesta Demokrasi” tersebut sebanyak 4 kali yakni tahun 1999, 2004, 2009 dan 2014. Pemilu 2004 merupakan Pemilu yang spesial karena pada saat itulah masyarakat Indonesia merasakan memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Hampir setengah abad lamanya masyarakat hanya dapat melihat wakil-wakil mereka yang duduk di MPR yang memilih Presiden lewat mekanisme Sidang Paripurna MPR. Namun, Seiring berjalannya waktu, jumlah partai politik yang mengikuti Pemilu pun mengalami dinamika. Pada tahun 1999 jumlah mencapai 48 parpol yang kemudian turun hanya menjadi 24 parpol peserta Pemilu 2004. Kemudian di Pemilu 2009 mengalami kenaikan jumlah menjadi 38 parpol ditambah 6 Parpol Lokal di Aceh5. Selanjutnya pada Pemilu tahun 2014 mengalami penurunan drastis menjadi hanya 12 Parpol ditambah 3 parpol Lokal di Aceh.6 Pada Pemilu 2009, terjadi kejutan dalam jagat perpolitikan Indonesia. Dua parpol pendatang baru yakni Gerindra dan Hanura menembus 10 besar Perolehan Suara Nasional yakni masing-masing diposisi 8 dan 9. Perolehan suara Gerindra sebesar 4,46 persen dengan 26 kursi di DPR dan Hanura sebesar 3,77 persen dengan 15 kursi di
5 6
Untuk lebih lengkapnya, data dapat diakses di www.kpu.go.id ibid
DPR.7 Kedua partai tersebut di inisiasi oleh dua mantan kader Golkar yang juga pensiunan Jenderal yakni Prabowo Subianto (Gerindra) dan Wiranto (Hanura). Politik memang sangat dinamis dan sulit untuk di tebak. Dalam kontestasi yang sengit, setiap partai dan calon anggota legislatif berusaha memaksimalkan perolehan suara untuk dapat memenangkan kontestasi.8
Partai Gerindra yang masih dapat
dikatakan sebagai partai yang masih seumur jagung, mengalami perolehan suara yang bisa dibilang mengejutkan pada Pemilu 2014. Gerindra mendapat partai urutan ketiga dengan perolehan suara terbanyak yakni sebesar 11,81 persen dengan 73 kursi di DPR. Gerindra masih mengungguli partai Pemerintah pemenang Pemilu 2009 yakni Demokrat yang pada saat itu terperosok di peringkat 4 dengan perolehan suara sebesar 10,19 persen.9 Gerindra pun dengan Koalisi Merah Putihnya pun sepakat mengusung duet Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa sebagai Capres dan Cawapres. Mereka berusaha melawan kubu PDIP dan Koalisi Indonesia Hebatnya yang mengusung Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Pada level Provinsi, Gerindra mendapat persebaran suara yang cukup merata. Salah satu Provinsi dimana Gerindra mendapatkan kenaikan suara signifikan dari Pemilu sebelumnya yakni di Provinsi Riau. Pada Pemilu 2009, Gerindra hanya mendapat suara sebesar 3,65 persen di DPRD Provinsi Riau. Namun pada Pemilu 2014 melesat menjadi sebesar 8,82 persen.10 Pelonjakan suara sebesar 2,5 kali lipat. Ini
7
ibid Sigit Pamungkas. 2010. Pemilu dan Perilaku Memilih dan Kepartaian, Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism. Hlm 69. 9 KPU, Op Cit. 10 Persentase diolah dari data KPU. Untuk lebih jelasnya lihat www.mediacenter.kpu.go.id 8
merupakan kesuksesan luar biasa bagi Gerindra. Gerindra pun finish di urutan kelima di Provinsi Riau dibawah Partai Golkar, PDIP, Demokrat dan PAN.11 Berikut merupakan data perbandingan jumlah kursi di DPRD Kab/kota, Provinsi dan DPR-RI.12 Tabel 1.1. Perbandingan jumlah kursi yang diperoleh partai Gerindra pada Pemilu 2009 dan 2014. Pileg 2009 Pileg 2014 DPRD Pekanbaru DPRD Kampar D,PRD Kuansing DPRD Siak DPRD Rohul DPRD Rohil DPRD Inhu DPRD Inhil DPRD Bengkalis DPRD Dumai DPRD Pelalawan DPRD Kep. Meranti DPRD Prov. Riau DPR RI
1 2 0 2 1 2 1 1 0 1 0 3 1 0
4 5 3 6 5 5 4 3 4 4 4 4 7 2
Dapat dilihat dari tabel perbandingan jumlah kursi Gerindra diatas, pelonjakan suara terjadi di semua daerah dan tingkatan pemilihan. Ini membuktikan bahwa Gerindra mampu menjadi partai papan atas di Bumi Lancang Kuning. Gerindra dapat memanfaatkan momentum Pemilu 2014 sebagai momentum kebangkitan partai. Momentum yang tepat dan langkah yang tepat membuat Gerindra berhasil meraih suara di Provinsi Riau pada tahun 2014.
11
ibid Data diolah dari buku KPU. 2009. Pelaksanaan Pemilu Legislatif, Presiden dan Wakil Presiden di Provinsi Riau Tahun 2009.Pekanbaru: Sekretariat KPU Riau dan KPU. 2014. Hasil Pemilu dan Profil Anggota DPRD Provinsi Riau Tahun 2014.Pekanbaru:Sekretariat KPU Riau. 12
Pada pemilu yang menganut sistem proporsional terbuka seperti sekarang, partai tidak menjadi terlalu penting dalam proses pencoblosan pemilu. sistem proporsional terbuka mengisyaratkan pemilih untuk langsung memilih para caleg yang bertarung. Ini tentu berbeda dengan zaman orde baru yang ketika pemilu, masyarakat hanya memilih partai. Dengan sistem proporsional terbuka ini, maka tidak jarang kekuatan individu caleg menjadi penentu. Popularitas pribadi dan kekuatan ekonomi caleg tersebut menjadi turut penting dalam proses pemilu. Dalam situasi ini tidak jarang bahwa suara yang diperoleh oleh para caleg yang ada dapat melebihi suara partai itu sendiri (yang mencoblos gambar partai). Namun anggapan ini tidak sepenuhnya terjadi pada Gerindra. Di Riau, suara yang memilih gambar partai lebih besar daripada suara para caleg yang bertarung, cukup seimbang dengan suara yang memilih salah satu caleg Gerindra yang bertarung. Ini mengindikasikan bahwa magnet sebuah partai bernama Gerindra masih terlihat menarik suara-suara masyarakat luas. Masyarakat yang hanya suka dengan Gerindra tanpa peduli siapapun calegnya maka akan mencoblos Gambar Gerindra. Tabel 1.2. Perbandingan Perolehan Suara Dari Pemilih yang Mencoblos Gambar Partai Geindra Dengan yang Mencoblos Caleg yang Meraih Suara Terbanyak pada DPR RI dan DPRD Prov. Riau Perbandingan Perolehan Suara Dari Pemilih yang Mencoblos Gambar Partai Geindra Dengan yang Mencoblos Caleg yang Meraih Suara Terbanyak Tingkatan Pemilihan Mencoblos Gerindra Mencoblos Caleg Peraih Suara Terbanyak DPR RI Dapil 1
44.919
Rita Zahara: 37.561
DPR RI Dapil 2
29.565
Nurzahedy: 45.622
DPRD Riau Dapil 1
9.311
Taufik Arrahman: 4.752
DPRD Riau Dapil 2
5.848
Adriyan: 3.309
DPRD Riau Dapil 3
3.590
Lampita P: 7.969
DPRD Riau Dapil 4
5.330
Siswaja Muliadi: 9.043
DPRD Riau Dapil 5
9.284
Hardianto: 8.071
DPRD Riau Dapil 6
8.739
Husni Thamin: 15.395
DPRD Riau Dapil 7
5.272
Joko. S: 4.471
DPRD Riau Dapil 8
7.129
Marwan Y: 10.198
Dapat dilihat dari tabel 1.2 bahwa perbandingan suara yang mencoblos dengan suara caleg peraih suara terbanyak hampir seimbang. Perbandingan ini hanya berusaha menunjukkan bahwa ternyata di Riau, Gerindra sebagai partai juga banyak dipilih oleh masyarakat. Ini menjadi sangat menarik di zaman yang tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik turun, namun Gerindra dapat eksis dan menunjukkan kekuatannya sebagai partai baru yang dapat menjadi pilihan masyarakat. Banyak faktor yang menyebabkan Partai Gerindra mampu melesat menjadi partai papan atas baik di level nasional maupun di tingkat lokal. Faktor figur Prabowo Subianto sebagai aktor yang dianggap kharismatik dan berwibawa membuat nama Partai Gerindra terangkat kepermukaan. Sudah lazim di Indonesia ini partai dapat tetap eksis dikarenakan faktor figur/ketokohan seseorang dalam sebuah partai.13 Selain itu kampanye masif yang dilakukan di media cetak dan elektronik juga merupakan faktor suara partai bisa mengalami pelonjakan. Partai Gerindra memanfaatkan media-media itu dengan cukup baik untuk mensosialisasikan program-program kerakyatan yang
13
Tokoh masih merupakan faktor utama alasan masyarakat memilih sebuah partai. Perhatikan fenomena SBY dan Demokrat, Megawati dan PDIP, Surya Paloh dan Nasdem, Wiranto dan hanura. Partai-partai ini masih mengandalkan kharismatik dan pengaruh tokoh sentral yang dimilikinya untuk meraup suara rakyat.
diusungnya. Total dana kampanye Partai Gerindra pada Pemilu 2014 mencapai Rp. 435 miliar dan merupakan dana kampanye terbesar dibandingkan dengan partai-partai lainnya.14 Sebagian besar biaya kampanye itu dihabiskan untuk iklan-iklan di media elektronik dan cetak. Menurut Marwan Yohanis (Ketua DPD Gerindra Riau), Pelonjakan suara Partai Gerindra selain dikarenakan faktor ketokohan Prabowo Subianto dan faktor kampanye masif di berbagai media cetak dan elektronik, juga dikarenakan faktor strategi pemenangan yang dilakukan oleh pengurus dan segenap tim sukses pemenangan Partai Gerindra di level provinsi maupun kab/kota. Ini juga merupakan faktor utama yang membuat masyarakat di level grassroot memilih Partai Gerindra sebagai pilihan di Pemilu.15 Poin strategi pemenangan Partai Gerindra inilah yang menurut peneliti sangat menarik di eksplorasi dalam penelitian ini. Mengelola strategi pemenangan tentunya bukan merupakan sesuatu yang mudah. Mengelola strategi pemenangan agar dapat mencapai target dibutuhkan rencana yang matang dan komprehensif. Selain rencana politik yang matang, dibutuhkan juga orang-orang yang berkompeten dan memahami seluk-beluk pemilihan umum dengan baik. Itu merupakan modal awal yang sangat penting dalam mengelola strategi pemenangan partai politik dalam pemilihan umum. Fokus yang diteliti pada penelitian ini adalah mengenai strategi Gerindra di Provinsi Riau yang dihimpun dari DPD Gerindra Provinsi Riau dalam memenangkan Pemilihan Umum Legislatif 2014.
14
Admin. 2014. Gerindra Habiskan RP. 434 miliar Dana Kampanye. http://partaigerindra.or.id/2014/04/23/Gerindra-habiskan-rp434-miliar-dana-kampanye.html diakses tanggal 6 Juli 2015 15 Wawancara dengan H. Marwan Yohanis, S.Sos Ketua DPD Gerindra Riau
Menarik sekali jika kita dapat menggali hal-hal apa saja yang bekaitan dengan perolehan suara yang cukup fantastis Partai Gerindra di Provinsi Riau. Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap dapat memberikan pengetahuan dalahm hal strategi pemenangan partai politik yang lebih mendalam kepada pembaca. Kemudian juga, diharapkan penelitian ini tentunya akan dapat menambah khazanah pengetahuan mengenai ilmu politik dan menjadi sumber referensi baru yang akan memperkaya karya penelitian sosial khususnya di bidang politik.
B. Rumusan Masalah. Dengan latar belakang diatas, pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini adalah: Bagaimana Strategi Pemenangan Partai Gerindra di Riau pada Pemilu Legislatif 2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini tentunya bertujuan untuk mengetahui strategi pemenangan Gerindra Riau yang dihimpun dari DPD Gerindra Provinsi Riau pada Pemilihan Legislatif 2014. Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui secara teoritis dan praksis strategi pemenangan partai poltik dalam hal ini khususnya Partai Gerindra 2. Mengetahui siapa-siapa saja aktor yang berperan dalam Pemenangan Partai Gerindra
3. Menambah khasanah kajian poltik dari sudut partai politik dan Pemilihan Umum.
D. Review Literatur Dalam sebuah penelitian, review literatur penting dilakukan untuk menunjukkan bahwa ada beberapa penelitian yang mirip, serupa maupun pararel yang pernah dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Rev iew literatur memuat teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Dalam penelitian kali ini, ditemukan beberapa sumber pustaka berupa skripsi dan thesis yang membahas tema yang pararel seputar strategi pemenangan pada pemilihan umum. Berikut beberapa penelitian berupa skripsi dan thesis yang peneliti temukan. 1. Penelitian berupa thesis yang dilakukan oleh Husen Mukandar (S2 PLOD JPP UGM) pada tahun 2006 yang berjudul “Persaingan Partai Politik lama dan Partai Politik Baru dalam Pemilu: Studi Terhadap Strategi PPP dan PKS dalam Pemenangan Pemilu Legislatif Tahun 2004 di Kota Banda Aceh”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif yang masuk dalam rumpun penelitian kualitatif. Penelitian ini pada dasarnya mengeksplorasi mengenai strategi pemenangan yang dilakukan oleh partai politik. Namun pada penelitian ini, ada hal yang di tonjolkan untuk diteliti yakni adanya partai politik lama yang diwakili oleh PPP dan partai politik baru yang diwakili oleh PKS. Kedua partai yang sama-sama bercorak Isla mi inilah yang diperbandingkan
strategi pemenangannya pada Pemilu 2004 di Kota Banda Aceh. Cukup banyak teori yang digunakan sebagai kerangka teori pada penelitian ini. Teori Partai Politik, Rasionalisasi Politik, Tipologi Partai, Basis Sosial, Klasifikasi Partai Politik, Teori Persaingan Partai, Strategi Politik dan Strategi Partai Politik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa PPP cenderung lebih bersifat mempertahankan suara yang dimiliki dengan kampanye-kampanye program Islami dan lebih menyasar kepada kalangan masyarakat muslim tradisional sebagai target utama. Berbeda dengan PPP, PKS lebih memakai pendekatan dakwah-dakwah Islam oleh kader-kadernya untuk menyasar kelompokkelompok pengajian yang cukup banyak jumlahnya. PKS juga menyasar para pemilih permula yang belum berideologi sehingga PKS dapat meraup suara dengan cukup mudah pada golongan muda. 2. Penelitian berupa thesis yang dilakukan oleh M. Sarmin S.A (S2 PLOD JPP UGM) pada tahun 2006 yang berjudul “Strategi Pemenangan Partai Politik: Studi Pada DPW PKS
Prov. Maluku Utara di Pileg 2004”. Penelitian ini di
latarbelakangi oleh kemampuan PKS yang merupakan partai yang tergolong baru untuk mendapatkan suara yang cukup banyak di Provinsi Maluku Utara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini memakai beberapa teori sebagai kerangka teori yakni teori Strategi Politik, Tipologi Partai Politik, Basis Sosial Partai dan Teori Persaingan Partai. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa PKS menggunakan strategi-strategi yang komprehensif di lapangan. Kekuatan dan militansi kader juga menjadi faktor kunci mengapa PKS
mendapatkan suara yang cukup banyak pada Pemilu 2004 di Provinsi Maluku Utara. 3. Penelitian berupa thesis yang dilakukan oleh Samad Umarama (S2 Politik Pemerintahan dalam Islam UIN Sunan Kalijaga) pada tahun 2009 yang berjudul “Strategi Pemenangan PKS: Studi di Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hadirnya partai bercorak Islam yakni PKS yang mendapatkan posisi yang cukup bagus pada perolehan suara Pemilu 2004 di Kabupaten Kepulauan Sula. Penelitian ini menggunakan beberapa teori sebagai kerangka teori yakni teori Strategi Politik, Tipologi Partai Politik, Basis Sosial Partai dan Teori Persaingan Antar Partai. Temuan dari penelitian ini bahwa strategi yang digunakan PKS merupakan perpaduan antara konsep manajemen pemasaran dengan konsep politik yang disesuaikan dengan karakteristik situasi dan kondisi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sula. Kemampuan PKS menangguk suara juga dikarenakan faktor tokoh-tokoh masyarakat seperti ustadz-ustadz yang merupakan kader PKS di masyarakat dapat mempengaruhi masyarakat. 4. Penelitian berupa thesis (S2 PLOD JPP UGM) yang dilakukan oleh Mahdani Muchtar pada tahun 2011 yang berjudul “Strategi Pemenangan Calon Anggota Legislatif Partai Golkar dalam Pemilu: Studi Tentang Strategi Pemenangan Aziz Mahulette Calon Anggota Legislatif dari Partai Golkar di Dapil 3 Kabupaten Maluku Tengah pada Pemilu 2009”. Metode yang dipakai pada penelitian ini adala metode Studi Kasus. Penelitian ini membahas mengenai strategi pemenangan yang dilakukan oleh pe rseorangan yakni seorang caleg dari dapil 3
Kabupaten Maluku Tengah yang berasal dari Partai Golkar. Aziz Mahulette merupakan satu-satunya caleg yang berhasil melebihi BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) di Kabupaten Maluku Tengah. Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian ini sehingga untuk mengetahui strategi pemenangan yang dilakukan oleh Aziz Mahulette menjadi menarik dan menjadi tanda tanya. Kerangka teori pada Penelitan ini memakai teori Modalitas yang terbagi menjadi Modalitas Sosial, Modalitas Politik dan Modalitas Ekonomi. Modalitas itu merupakan faktor utama mengapa Aziz Mahulette mendapat kemenangan fantastis dalam Pemilu 2009. Modalitas Sosial, Politik dan Ekonomi yang sudah terakumulasi dalam waktu lama sebelum pemilihan pada akhirnya terkonversi menjadi suara dalam Pemilu. Itulah temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini. 5. Penelitian berupa skripsi (S1 JPP FISIPOL UGM) yang dilakukan oleh Budi Raharjo pada tahun 2015 yang berjudul “Strategi Pemenangan Partai Nasdem pada Pemilu 2014 di Indonesia”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif. Penelitian ini membahas mengenai strategi pemenangan partai Nasdem. Sebuah partai yang masih tergolong baru yang berhasil meraih perolehan suara diatas ambang batas (Parliamentary Treeshold) pada Pemilu 2014. Partai besutan Surya Paloh ini mendapatkan suara sebesar 6,72% (8.402.812) bahkan melebihi Partai Hanura yang tergolong partai yang terlebih dahulu mengikuti Pemilu. Teori yang digunakan sebagai kerangka teori adalah teori Strategi Pemenangan Partai Politik yang meliputi Strategi Pencitraan Media, Strategi Pengembangan Infrastruktur Partai dan Strategi Pendanaan. Temuan penelitian ini adalah partai Nasdem mampu membentuk citra bagus di
media. Partai Nasdem mencitrakan dirinya sebagai partai yang mengusung Restorasi Indonesia. Pada proses pengembangan infrastruktur partai,
partai
Nasdem mampu membentuk infrastruktur partai hingga 100% hingga ketingkat kecamatan dalam waktu 4 bulan. Ini cukup fantastis namun menunjukkan keseriusan Nasdem untuk ikut dalam kancah perpolitikan nasional. Pada proses pendanaan, partai Nasdem mampu memberikan bantuan dana yang cukup besar kepada para kader yang berkompetisi pada Pemilu. itu merupakan kontrol Partai Nasdem agar kadernya tidak melakukan politik uang. Inilah strategi yang membuat Partai Nasdem memperoleh suara diatas ambang batas pada Pemilu 2014. Beberapa penelitian tersebut merupakan penelitian yang mempunyai tema yang hampir sama yakni perihal strategi pemenangan pada Pemilu. Dalam penelitian yang peneliti lakukan kali ini memuat beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Pertama dari segi fokus kajian yang diteliti. Peneliti menjadikan Partai Gerindra sebagai partai yang diteliti strategi pemenangannya namun membatasi pada level DPD Gerindra Provinsi Riau. Selanjutnya dari segi teori yang digunakan, peneliti menggunakan strategi politik dengan pendekatan Political Marketing. Konteks periode waktu penelitian juga berbeda karena dalam penelitian ini peneliti mengambil Pemilu 2014 mengingat itu merupakan Pemilu yang terakhir kali dilaksanakan sebelum penelitian ini dimulai. Pemilu 2014 yang memang belum lama usai juga membuat penelitian ini dapat up to date dengan realita politik yang ada sekarang ini.
E. Kerangka Teori Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep strategi politik dengan menggunakan pendekatan political marketing sebagai teori utama yang mengkerangkai penelitian ini. Political marketing diharapkan dapat membantu peneliti untuk mengeksplorasi strategi pemenangan yang dilakukan oleh Partai Gerindra pada Pemilu 2014 di Provinsi Riau. E.1. Makna Strategi Politik Strategi adalah hal yang paling penting ketika individu maupun kelompok ingin bertindak untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi merupakan hal mutlak yang harus dirancang matang-matang. Strategi sangat bermanfaat dalam berbagai perihal. Dalam dunia politik jelas, strategi mutlak dibutuhkan. Strategi politik pun menjadi hal yang penting apalagi ketika berhadapan dengan Pemilu. Strategi politik akan sangat berguna terutama pada saat Pemilu. Semua pelaku politik mulai dari partai politik, individu yang berpartisipasi dalam politik hingga terkadang birokrat pun akan merancang berbagai strategi politik yang akan dilancarkan demi menggapai kepentingan. Gatot Widyanto dalam Doddy Rudianto menyatakan bahwa asal mula strategi berasal dari lingkungan militer. Sekitar 500 tahun SM, Jenderal Sun Tzu mengartikan strategi sebagai salah satu cara untuk dengan mudah menaklukkan lawan. Bahkan bisa dengan tanpa pertempuran. Strategi diperlukan ketika ada
lawan.16 Faudy Tjiptono menyebutkan istilah strategi berasal dari bahasa latin Yunani yakni Strategia yang berarti seni atau ilmu untuk menjadi seorang Jenderal. Pengertian ini jelas merujuk pada zaman dahulu yang memang sangat sering terjadi perang. Jenderal sangat dibutuhkan untuk memimpin dan memenangkan pertempuran. Namun seiring dengan perkembangan zaman, makna strategi pun perlahan-lahan berubah. Ketika melihat sejarah, kata strategi merupakan kata yang muncul setelah adanya dunia industrialisasi. Pada saat itu muncul strategi perusahaan yang diperlukan dalam kepemimpinan terencana atas orang-orang dalam satu perusahaan.17Ketika masuk dalam dunia politik pun tentunya strategi menjadi strategi politik. Dalam hal ini, pelaku poltik menggunakan strategi politik untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Dapat dikatakan secara ringkas bahwa strategi politik adalah strategi yang digunakan untuk mewujudkan cita-cita politik.18 Menurut Peter Schroder strategi itu sendiri selalu memiliki tujuan yakni kemenangan. Kemenangan akan tetap menjadi fokus baik yang tercermin dalam mandatnya, dalam perolehan suara, dalam sebuah kemenangan pemilu bagi kandidatnya atau dalam mayoritas bagi suatu peraturan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Prihatmoko mendefinisikan bahwa pada konteks pemilu, strategi adalah
16
Doddy Rudianto dan Budi Sudjiono. 2003. Manajemen Pemasaran Partai Politik. Jakarta:Citra Mandala Pratama. Hal. 16 17 ibid 18 Peter Schoder.2000. Strategi Politik. Jakarta: Nomos baden-baden. Hlm. 8
segala rencana dan tindakan yang dlakukan untuk memperoleh kemenangan dan meraih dukungan pemilih dalam pemilu.19 Terkait strategi partai politik, Firmanzah menjelaskan bahwa strategi partai politik dapat dibedakan dalam beberapa hal. Pertama, strategi yang terkait dengan penggalangan dan mobilisasi massa dalam pembentukan opini publik ataupun selama periode pemilihan umum. Strategi ini penting dilakukan untuk memenangkan perolehan suara yang mengandung kemenangan suatu partai politik ataupun kandidat yang diusungnya. Melalui pemenangan suara, suatu partai politik ataupun kandidatnya akan dapat mengarahkan kebijakan politik di Negara yang bersangkutan agar sesuai dengan tujuan dan cita-citanya, sehingga bentuk dan struktur masyarakat ideal yang diinginkan akan dapat diwujudkan. Kedua, strategi partai politik untuk berkoalisi dengan partai lain. Cara ini dimungkinkan sejauh partai yang diajak berkoalisi itu konsisten dengan ideologi partai politik yang mengajak berkoalisi dan tidak hanya mengejar tujuan praktis, yaitu memenangkan pemilu. Pemilihan partai yang akan diajak berkoalisi perlu mempertimbangkan image yang akan ditangkap oleh masyarakat luas. Ketiga, strategi partai politik dalam mengembangkan dan memberdayakan organisasi partai politik secara keseluruhan. Mulai dari strategi penggalangan dana, pemberdayaan anggota dan kaderisasi,penyempurnaan mekanisme pemilihan anggota serta pemimpin partai. Keempat, partai politik membutuhkan startegi umum untuk bisa terus menerus menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan,
19
Joko Prihatmoko. 2008. Menang Pemilu di Tengah Badai Oligarki Partai. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Hlm, 160
seperti peraturan pemerintah, lawan politik, masyarakat, LSM, pers dan media serta kecenderungan – kecenderungan dilevel global.20 E.2. Strategi Politik dengan Pendekatan Political Marketing Strategi politik adalah faktor kunci agar para pelaku politik dapat mencapai kemenangan politik. Berbagai pelaku politik harus dapat merancang hingga mengaplikasikan strategi politik dengan tepat dan terukur. Ketika melihat dalam konteks manajemen, stategi dikenal dengan istilah management-strategic. Seringkali, konsep-konsep manajemen pemasaran diaplikasikan oleh para partai politik terutama mengenai perihal strategi pemasaran. Ketika masuk dalam dunia politik maka dikenal istilah political marketing. Dalam percaturan politik dewasa ini parpol mulai menggunakan pendekatan marketing sebagai model untuk menggaet dukungan pemilih. di Indonesia, penerapan konsep pemasaran dalam politik dimulai dari tahun 1998 semenjak keran demokrasi dibuka. Dengan jumlah partai yang banyak, iklim kebebasan untuk mengekspresikan dan mempraktekkan berbagai disiplin dan profesi mendorong munculnya berbagai langkah terobosan dalam dunia politik.21 Political Marketing selain sebagai sebuah metode, ia pun adalah sebagai pendekatan baru dalam ilmu politik itu sendiri.22
20
Firmanzah. 2008. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm, 109-110. 21 Adman Nursal. 2004. Political Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm, 5 22 Newman dan Seth dalam Agustino Leo. 2009. Mengungkap Politik Kartel: Studi tentang sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi. Jakarta: Gramedia. Hlm, 212
Dalam pendekatan Political Marketing, para pemilih dalam suatu pemilu tidak sama dengan para konsumen yang membutuhkan produk bisnis. Popkin mengutarakan bahwa para pemilih bukanlah konsumen. Pemilih adalah investor, dan pilihan adalah investasi yang ditanamkan untuk produk-produk milik publik. Investasi tersebut dibayar mahal dengan informasi yang tidak sepurna dalam kondisi ketidakpastian. Bagaimana hasil investasinya sangat bergantung pada pilihan investasi yang dilakukan orang lain. Bisa saja investasinya tidak akan berguna jika orang lain tidak membuat pilihan investasi yang sama. Mengacu pada Popkin, setidaknya ada empat hal yang membedakan pilihan politik dengan pilihan terhadap produk-produk konsumtif. Pertama, memilih partai atau kandidat tidak sama dengan membeli sebuah pesawat televisi. Para pemilih adalah investor publik, bukan para konsumen pribadi. Para pemilih tidak segera mendapatkan manfaat nyata untuk diri sendiri atas pilihan yang dijatuhkan sbagaimana manfaat pesawat televisi yang bisa segera dirasakan, tapi berharap mendapatkan manfaat masa depan. Kedua, pilihan publik juga berbeda dengan pilihan pribadi karena insentif untuk mencari informasi tidaklah sama. Pencarian informasi untuk pembelian barang-barang kebutuhan pribadi segera terasa manfaatnya sedangkan pilihan politik tidak seperti itu. Ketiga, pilihan politik merupakan tindakan kolektif dimana kemenangan ditentukan oleh keberhasilan memperoleh sejumlah tertentu suara. Jadi untuk menjatuhkan pilihan dan
memperkirakan
manfaat
pilihan,
seseorang
pemilih
juga
akan
mempertimbangkan pilihan orang lain. Keempat, para pemilih akan menduga
kemampuan partai atau kandidat pilihannya memenuhi janji. Kemampuan ini juga terkait dengan orang-orang lain yang akan dilibatkan dalam pemenuhan janji itu.23 Ada beberapa pendekatan yang menggunakan kerangka berfikir political marketing yang juga telah dipakai dalam strategi politik. Antara lain:24 a. Segmentasi Segmentasi adalah kelompok orang yang dengan suatu cara yang sama memberikan tanggapan terhadap seperangkat rangsangan pemasaran tertentu. Jelasnya, segmen adalah suatu kelompok yang mempunyai tanggapan yang sama. Partai politik pun sudah banyak yang tidak lagi menganut pemasaran secara massal, tetapi menggunakan segmentasi pasar agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Segmentasi sendiri dapat dibagi kedalam empat kategori, yaitu: 1) Segmentasi Geografik, yaitu pembagian pasar menjadi unit-unit geografis seperti suku, ras, provinsi, kabupaten, kelurahan, desa dan dusun. 2) Segmentasi Demografik, yaitu pemilahan pasar menjadi kelompokkelompok berdasarkan variabel demografi misalnuya seperti jenis kelamin, umur, agama, profesi, pendidikan dsb. 3) Segmentasi Psikografis, yaitu konstituen dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, sifat atau kepribadian
23
Nursal. Op Cit. Hlm, 36-39. Badjuri Widagdo. (2004). Manajemen Pemasaran Partai Politik Menangkan Pemilu. Jakarta: PT. Gunung Agung. hlm. 66 24
4) Segmentasi Perilaku, yaitu konstituen dibagi menjadi kelompokkelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, tanggapan, manfaat, status, kesetiaan, kesiapan, perhatian terhadap kemanusiawian dsb. Segmentasi pada dasarnya berguna untuk mengenal lebih jauh kelompok-kelompok pemilih
yang berguna
untuk
mencari peluang,
menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani dengan baik, mendesain produk, dsb.25 Untuk menetapkan segmen-segmen menjadi sasaran, terdapat tiga pilihan strategi yang sering digunakan untuk menggarap segmen-segmen pasar yang telah dilakukan. Ketiga strategi itu adalah:26 1) Strategi pemasaran serba sama (Undifferentiated-marketing). Yaitu strategi yang diterapkan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan setiap segmen. Strategi ini bertujuan untuk meraih pemilih sebanyak mungkin dengan merancang sutau program pemasaran guna membidik sebagian besar pemilih. 2) Strategi pemasaran serba aneka (a differentiated marketing strategic). Yaitu merancang beberapa program pemasaran untuk segmen-segmen yang berbeda. Dengan cara ini diharapkan suatu partai peserta Pemilu memiliki posisi yang kuat disetiap segemen. Strategi ini efektif
jika program-
program itu diikat suatu benang merah yang membentuk persepsi bahwa
25 26
Nursal. Op Cit. Hlm. 110 Kotler dan Amstrong dalam Adman Nursal. Ibid., hlm. 159.
secara umum partai menawarkan program besar yang sama dan konsisten pada setiap segmen meskipun dengan penyeusaian-penyesuaian tertentu. 3) Strategi pemasaran terpusat (consentrated marketing strategic). Yaitu strategi yang digunakan untuk membidik satu atau beberapa segmen pasar. Prinsipnya, lebih baik merangkul bagian pasar yang luas dari satu atau sejumlah segmen daripada memperoleh pasar yang sedikit dari segmen yang luas. b. Targeting Targeting adalah pemilihan fokus pada suatu segmen tertentu yang ingin dicapai atau dijadikan sebagai basis utama pendukung partai. Dengan kata lain, targeting adalah keputusan untuk membidik suatu kelompok pemilih tertentu yang diperkirakan mudah diraih.27 Sebelum menentukan target, hal yang penting diketahui adalah dengan memahami terlebih dahulu wilayah pemilihan. Perlu juga dianalis sebaran pemilih secara geografis dan bagaimana cara mendekati pemilih secara efektif dan efisien. c. Positioning (Penentuan Posisi) Dalam ilmu politik, positioning adalah usaha pesan politik atau menjejalkan sesuatu mengenai sebuah partai politik ke dalam konstituen dan atau calon konsumen. Positioning juga berarti strategi komunikasi untuk menanamkan citra tertentu kepada satu atau beberapa kelompok pemilih. Penentuan posisi ini dimaksudkan untuk menempatkan sebuah partai politik atau dengan kata lain
27
Rudiyanto. Op cit., Hlm. 21
bagaimana memosisikan kedudukan partai politik agar dapat diterima. Itu harus diungkapkan dalam pernyataan yang mudah diingat dan dapat dipercaya dalam komunitas masyarakat. Penggunaan simbol-simbol atau jargon politik dapat dugunakan untuk mencari simpati masyarakat. Ini akan mempuat sebuah partai politik ter branding dengan baik ditengah masyarakat. Adapun jenis-jenis posisi partai politik antara lain:28 1). Posisi partai berdasarkan kategori partai tersebut. Misalnya, sebuah partai memosisikan dirinya sebagai partai “Nasionalis-Relgius”. Akan tetapi posisi ini terlalu umum sehingga tidak akan muncul perbedaan bagi pemilih jika dibandingkan dengan partai Nasionalis-Religius lainnya. 2). Posisi partai bedasarkan atribut tertentu. Misalnya sebuah partai menyatakan dirinya sebagai partai besar yang memiliki sumber daya yang besar yang bisa dikerahkan untuk mewujudkan janji-janji politiknya kepada masyarakat. 3). Posisi partai berdasarkan benefit, dimana partai akan memberikan citra tertentu yang akan memberikan pendidikan gratis, atau partai yang memperjuangkan nasib kaum-kaum tertentu. 4). Posisi partai berdasarkan kategori pemilih. Misalnya, partai memosisikan dirinya sebagai wong cilik atau partai-partai kelompok sosial tertentu.
28
Adman Nursal. Op cit., Hlm. 155
Dari posisi yang sudah diambil oleh masing-masing partai politik, ada beberapa kombinasi strategi yang bisa di aplikasian untuk meraih simpati masyarakat luas. Strategi posisi itu antara lain:29 1). Strategi penguatan (reinforcement strategy), yaitu strategi yang digunakan oleh sebuah partai politik/kontestan yang telah dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan melalui kinerja politik selama mengemban jabatan politik tertentu 2). Strategi rasionalisasi (rationalization theory), yaitu strategi yang dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah memilih partai
politik
tertentu
karena
sebelumnya
telah
berhasil
mengembangkan citra tertentu yang disukai pemilih, akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. 3). Strategi bujukan (inducement strategy), yaitu strategi yang digunakan oleh partai politik yang mempersepsikan dirinya memiliki citra tertentu dan memiliki kinerja atau atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya. 4). Strategi konfrontasi (confrontation strategy), yaitu strategi yang diterapkan kepada para pemilih yang telah memiliki partai politik dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian partai tersebut tidak mengahasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.
29
ibid
F. Defenisi Konseptual Defenisi Konseptual adalah batasan-batasan yang diterapkan bagi konsep penelitian. Tujuan nya adalah untuk menghindari ambiguitas pemaknaan variabelvariabel dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa defenisi konseptual yang perlu dipahami dalam penelitian ini: 1. Partai Politik. Partai Politik merupakan kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik. 2. Pemilihan Umum Legislatif Pemilihan Umum Legislatif merupakan pemilihan umum yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali yang bertujuan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Dalam penelitian ini hanya mencakup pada DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota 3. Calon Anggota Legislatif. Calon anggota legislatif adalah orang yang mencalonkan diri dalam Pemilu untuk menduduki jabatan anggota DPR,
DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota. 4. Strategi Politik Strategi Politik merupakan strategi yang digunakan oleh para pelaku politik untuk mencapai kemenangan politik.
5. Strategi Pemenangan Partai Politik Strategi Pemenangan Partai Politik adalah upaya yang dilakukan oleh partai politik untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam pemilihan umum.
G. Defenisi Operasional Defenisi Operasional merupakan defenisi yang menunjukkan indikatorindikator sesuatu gejala sehingga memudahkan pengukurannya. Defenisi operasional pada penelitian ini fokus pada political marketing yang kemudian terjabarkan dalam beberapa poin di bawah ini: 1. Segmentasi: Pada poin segmentasi, yang dilihat adalah bagaimana cara Gerindra memilah kategori kelompok pemilih dan alasan dilakukannya pemilahan berdasarkan cara tersebut. 2. Targeting: Pada poin targeting, yang dilihat adalah kelompok pemilih apa saja yang ditargetkan Gerindra sebagai basis suara yang akan digarap pada Pemilu 2014 di Riau. Selanjutnya adalah alasan mengapa kelompok itu dijadikan target utama. 3. Positioning: Pada poin positioning, yang dilihat adalah posisi Partai Gerindra/pencitraan yang ditonjolkan dan ditanamkan kebenak masyarakat luas. Selanjutnya juga dilihat bagaimana alasan dan cara penanaman citra tersebut.
H. Metode Penelitian H.1. Jenis Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus yang masuk dalam rumpun penelitian kualitatif. Robert K. Yin berpendapat bahwa studi kasus adala sebuah cerita yang unik, spesial atau menarik. Cerita kasus ini dapat berfokus pada suatu individu, organisasi, proses, lingkungan sekitar, institusi atau kejadian sekitar. Hal yang dikaji melalui desain studi kasus ini yaitu penjelasan mengapa sesuatu yang menarik itu bisa terjadi, bagaimana implementasinya dan apa yang dihasilkan dari sesuatu yang menarik itu.30 Menurut Bogdan dan Bikien studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting. 31 Mengetahui strategi pemenangan yang dilakukan Partai Gerindra di Provinsi Riau dalam Pemilihan Legislatif 2014 tentunya sangat cocok apabila menggunakan metode studi kasus. Peneliti beranggapan kehadiran Gerindra
30
Robert K. Yin. 2003. Case Study Research (Design and Methodes, 3rd ed). London: Sage Publication. Hlm. 12 31 Sotirius Sarantakos. 1993. Social Research. Australia: Machmillan Education Australia PTY LTD. Hlm. 263.
sebagai partai baru dan mampu menyaingi kekuatan partai lama di Bumi Lancing Kuning merupakan suatu yang unik dan khas. Ditambah lagi, partai besutan Prabowo Subianto ini perolehan suaranya hampir merata di semua daerah. Dimensi strategi pemenangan merupakan fokus pada penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat mengeksplorasi secara mendalam dan menyeluruh untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini. H.2. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua jenis data, yakni: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang dihimpun langsung dari sumber data. Data ini biasanya digali dengan wawancara maupun observasi mendalam kepada narasumber-narasumber yang terkait dengan judul penelitian ini. Data primer biasanya juga bersifat subyektif dikarenakan berasal dari sudut pandang narasumber. Data primer akan digali melalui wawancara dengan pengurus DPD Partai Gerindra Provinsi Riau beserta para calon anggota legislatif/anggota legislatif Partai Gerindra yang duduk di parlemen. 2. Data Sekunder. Data sekunder merupakan data yang berasal dari berbagai dokumen maupun literatur yang dianggap terkait dengan judul penelitian. Data sekunder cenderung lebih obyektif. Dokumen maupun literatur dapat berupa video, majalah maupun buku-buku yang berkaitan dengan Gerindra. Mengenai sumber data, maka data dalam penelitian ini diambil dari: 1. Orang (person)
Sumber data langsung diperoleh melalui orang-orang yang terkait dengan penelitian ini. Orang-orang tersebut dapat bersal dari kalangan pimpinan Partai Gerindra DPD Provinsi Riau, Anggota Partai Gerindra Provinsi Riau, Anggota DPRD Provinsi, Caleg-Caleg Gerindra yang ikut berkompetisi dalam Pemilihan Legislatif, Tim Sukses Gerindra, KPU Provinsi Riau dan lain sebagainya yang dianggap penting untuk dimintai data yang terkait dengan penelitian ini. 2. Tempat (place). Tempat penelitian diperolehnya data adalah Kantor DPD Gerindra Provinsi Riau dan Kantor KPU Provinsi Riau serta tempat-tempat lainnya yang berkenaan dengan sumber data dalam penelitian ini. 3. Paper/Dokumen Studi kepustakaan yaitu dengan menggali literatur-literatur yang ada. Literatur tersebut dapat berupa buku, makalah dan hal-hal lain yang bersifat cetak. Literatur dapat berupa AD/ART Gerindra, buku-buku maupun majalah yang membahas Partai Gerindra, maupun buku-buku lain yang membahas mengenai dunia partai dan strategi politik.
H.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, ada dua teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan guna menghimpun data. Teknik pengumpulan data tersebut adalah: 1. Wawancara mendalam Wawancara mendalam merupakan teknik utama dalam mengumpulkan data. Peneliti berusaha melakukan wawancara mendalam dengan orang-orang yang dianggap penting untuk dimintai keterangan. Yang dilakukan pertama sekali adalah melakukan pemetaan mengenai siapa saja orang akan dijadikan narasumber. Hal ini sangat penting karena narasumber haruslah orang yang tepat untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian agar penelitian dapat akurat dan efisien. Dalam wawancara mendalam, peneliti juga berusaha membangun kepercayaan (trust) dengan narasumber sehingga data pun di dapat dengan jelas dan lengkap. Kepercayaan juga merupakan faktor kunci dalam menggali data kepada narasumber. Wawancara mendalam dengan pengurus DPD Gerindra Riau dan calon anggota legislatif/anggota legislatif di DPR-RI, DPRD Provinsi maupun Kab/Kota merupakan sumber data utama dalam penelitian ini. 2. Studi Kepustakaan Peneliti mencari berbagai literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini. Peneliti akan mencari buku-buku yang terkait dengan penelitian ini sehingga data menjadi lebih lengkap. Data seperti AD/ART Partai dan hal lain yang berkenaan dengan Gerindra terutama terkait strategi pemenangan Gerindra di Provinsi Riau akan menjadi data yang sangat penting.
H.4. Teknik Analisa Data Data-data yang sudah terkumpul terlebih dahulu di kelompokkan berdasarkan sumber data yakni mana yang berasal dari wawancara dan studi literatur. Data yang berasal dari studi literatur dapat menjadi data pelengkap (pelengkap data wawancara). Data wawancara merupakan data primer yang kemudian akan dirangkai dan dianalisis. Selanjutnya, data-data yang ada mulai dirangkai atau dihubungkan antara satu bagian dengan bagian yang lain sehingga terjadi keteraturan antar data yang satu dengan yang lain. Setelah di rangkai dengan sempurna, tentunya dapat ditarik kesimpulan dari data-data yang sudah terangkai. Dengan itu maka penelitian ini menjadi penelitian yang baik dan mudah dicerna pembaca.
I. Sistematika Penulisan 1. Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan, review literatur, kerangka teori, defenisi konseptual, defenisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab II : Perjalanan Gerindra Memenangkan Pemilu Bab ini membahas mengenai perjalanan Gerindra dalam memenangkan Pemilu 2014. Bab ini menceritakan tentang peran DPD Gerindra Riau pada Pemilu 2014, pengalaman Gerindra di Pemilu 2009, Perihal Bappilu, Persiapan Gerindra menghadapi Pemilu 2014 dan pembekalan caleg.
3. Bab III : Hasil yang Diperoleh Gerindra Pada Pemilu 2014 di Riau Bab ini mengeksplorasi mengenai hasil yang diperoleh Gerindra pada Pemilu 2014 di Riau. Bab ini berisikan perolehan kursi dan suara secara lengkap dari level DPRD Kab/Kota, DPRD Provinsi dan DPR RI. selanjutnya dijelaskan juga mengenai persaingan partai, konflik internal dan rintangan yang dihadapi Gerindra pada Pemilu 2014. 4. Bab IV : Strategi Pemenangan Partai Gerindra Bab ini membahas perihal strategi politik yang dilakukan oleh Gerindra. Bab ini mengacu pada political marketing yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini 5. Bab V : Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dan implikasi teori dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya.