BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles.(WHO,2005) Malaria di Indonesia saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Rata-rata kasus malaria diperkirakan sebesar 15 juta kasus klinis per tahun. Penduduk yang terancam malaria adalah penduduk yang umumnya tinggal di daerah endemik malaria, diperkirakan berjumlah 85,1 juta dengan tingkat endemisitas rendah, sedang, dan tinggi. Penyakit malaria sebanyak 60% menyerang usia produktif. (Fahmi, 2005) Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan propinsi yang ke 33 Republik Indonesia dengan 7 Kabupaten/ Kota. Setiap Kabupaten/Kota termasuk daerah endemis malaria dan mempunyai geografis yang hampir sama dalam hal tempat perindukan nyamuk penular malaria (Anopheles), seperti kolong-kolong bekas galian timah, kebun kelapa, kebun lada, semak, rawa, cekungan batuan daerah perbukitan, dan air tergenang di pinggir pantai. (Dinkes Kab. Bangka, 2010) Kasus malaria positif di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010 berjumlah 5.647 jiwa dengan klasifikasi vivax 2.652 jiwa, falciparum 2.670 jiwa dan mix 214 jiwa. Sedangkan dalam kurun waktu dari Januari 2011 sampai dengan Mei 2011 jumlah penderita
malaria positif berjumlah 1.954 jiwa dengan klasifikasi vivax 801 jiwa, falciparum 957 jiwa dan mix 196 jiwa . (Dinkes Babel, 2011) Berbagai upaya pemberantasan penyakit malaria telah dilakukan di Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, melalui kegiatan pengendalian vektor, melakukan pengobatan pada penderita klinis maupun penderita dengan konfirmasi laboratorium, dan melibatkan sektor terkait serta peningkatan peran serta masyarakat. Mengingat malaria merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan perilaku kesehatan, sehingga masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pemberantasan dan pengendalian vektor nyamuk dan pemberantasan tempat perindukan, tingkat pengetahuan, sikap dan praktik kepala keluarga tentang pengendalian vektor sangat berpengaruh dengan kejadian malaria.(Swardini, 2008) Salah satu program yang ada di Puskesmas yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat termasuk dalam pengendalian malaria adalah program perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas). Keperawatan kesehatan masyarakat adalah pelayanan profesional yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas yang dilaksanakan oleh perawat. Perawat Puskesmas mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, untuk mencapai kemandirian masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui semua tingkat pencegahan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien dan masyarakat sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan.
Salah satu sasaran dari kegiatan perawatan kesehatan masyarakat itu adalah
individu,
keluarga, kelompok, masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait
dengan
masalah kesehatan prioritas daerah, termasuk salah satunya adalah wilayah endemis malaria. Pelaksanaan perkesmas memberikan dampak positif terhadap penanggulangan penyakit malaria. Pelaksanaan perkesmas dalam penanggulangan malaria dapat memutuskan mata rantai penularan malaria baik dari agent, host, maupun lingkungan dengan jenis kegiatan lebih ditekankan pada promotif dan preventif. Selanjutnya, dengan diterapkannya perkesmas, penemuan kasus malaria dapat dilakukan baik di dalam gedung maupun di luar gedung.
Berdasarkan data Annual Malaria Incidence (AMI) dan Annual Parasite Incidence (API) tahun 2011 (tabel terlampir), dari sebelas Puskesmas di Kabupaten Bangka bahwa angka Annual Malaria Incidence (AMI) di Puskesmas Sinarbaru pada tahun 2011 paling tinggi. Tabel tersebut menggambarkan satu keberhasilan perkesmas di Puskesmas Sinarbaru dalam penemuan penderita dengan Active Case Detection (ACD), sementara Puskesmas lainnya hanya sebatas Passive Case Detection (PCD) sehingga upaya penemuan penderita hanya secara pasif menunggu yang datang berobat, dilakukan oleh petugas kesehatan di unit pelayanan kesehatan,sehingga mungkin saja ada penderita malaria baik suspek maupun positif di masyarakat yang tidak terdeteksi dan tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya, dan hanya mengkonsumsi obat yang didapat bukan dari pelayanan kesehatan, sehingga penderita ini dapat merupakan sumber penularan bagi anggota keluarga yang lain.
Keadaan tersebut didukung dengan data hasil penelitian Jannah (2007), di Kabupaten Bangka dikatakan bahwa dari 98 orang responden yang diteliti didapatkan hasil bahwa 34,7% orang yang sakit demam tidak berobat ke pelayanan kesehatan dan minum obat yang dibeli dari warung atau meminum obat sisa dari penderita malaria yang lain. Berdasarkan hasil laporan Puskesmas se Kabupaten Bangka didapatkan data pencapaian indikator output kegiatan perawat Puskesmas untuk pelayanan penyakit malaria tahun 2011, (tabel terlampir) bahwa dari 11 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bangka hanya perawat Puskesmas Sinarbaru yang melakukan pembinaan terhadap keluarga sehingga keluarga binaan mampu merawat penderita malaria dirumah, dan berdasarkan tingkat kemandirian keluarga dalam penanggulangan malaria, di wilayah kerja Puskesmas Sinarbaru termasuk kategori keluarga mandiri tingkat IV. Tingkat kemandirian keluarga terhadap penyakit malaria, tidak ada di Puskesmas yang lain. Tingkat kemandirian keluarga dicapai sebagai hasil (Outcome) asuhan keperawatan kesehatan masyarakat bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor. Tingkat kemandirian keluarga terhadap malaria di wilayah kerja Puskesmas Sinarbaru adalah tingkat kemandirian IV yaitu dengan kriteria : 1) Keluarga menerima petugas perkesmas 2) Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga 3) Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar 4) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran 5) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran 6) Melakukan tindakan pencegahan penularan malaria secara aktif
7) Melakukan tindakan promotif secara aktif untuk memutuskan mata rantai penularan malaria melalui pendidikan kesehatan tentang malaria,perbaikan gizi keluarga, pemeliharaan kesehatan perorangan dan lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa malaria adalah satu penyakit yang berbasis perilaku dan lingkungan, maka diperlukan tingkat kemandirian keluarga yang baik (kriteria III dan IV) dalam masalah malaria sehingga dalam menanggulangi malaria diperlukan adanya pemberdayaan dan kerjasama dengan masyarakat untuk memutuskan mata rantai penularan malaria di lingkungan masyarakat. Sehingga dalam penanggulangan malaria peran serta masyarakat sangat besar, peran serta masyarakat tersebut mulai dari perencanaan, sampai pelaksanaan program pemberantasan malaria, namun pada kenyataannya dalam proses perencanaan tidak pernah melibatkan masyarakat setempat. (Marasabessy, 2007) Berdasarkan hasil kajian dari data-data seperti tercantum pada paragraf-paragraf sebelumnya, peran perawat komunitas sangat penting dalam menanggulangi malaria, yaitu dengan melaksanakan program perkesmas di seluruh Puskesmas sebagai pendekatan dalam menanggulangi malaria di Kabupaten Bangka, sehingga diharapkan Kabupaten Bangka dapat melakukan eliminasi malaria. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, hanya ada satu puskesmas yang melaksanakan perkesmas dalam penanggulangan malaria. Penelitian tentang gambaran pelaksanaan perkesmas dalam penanggulangan masih terbatas, oleh kaarena itu, penting untuk mengeksplorasi lebih mendalam pelaksanaan perkesmas dalam penanggulangan malaria di Puskesmas Sinarbaru Kabupaten Bangka dengan metode kualitatif sehingga dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan perkesmas dalam penanggulangan malaria di Puskesmas yang lain.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksanaan program perkesmas dalam penanggulangan malaria di Puskesmas Sinarbaru Kabupaten Bangka.”
1.3 Tujuan Penelitian Untuk melakukan eksplorasi pelaksanaan perkesmas dalam penanggulangan malaria di Puskesmas Sinarbaru Kabupaten Bangka.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademik (keilmuan) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi pengembangan ilmu pengetahuan, verifikasi teori manajemen program kesehatan, khususnya tentang pelaksanaan upaya Perkesmas dalam penanggulangan malaria. 1.4.2
Kegunaan praktis.
1) Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan mengevaluasi kebijakan, khususnya dalam pelaksanaan program perkesmas. 2) Manfaat bagi perawat khususnya di Puskesmas Kabupaten Bangka sebagai bahan informasi dan acuan untuk meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan perkesmas. 3) Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perkesmas oleh perawat di Puskesmas. 4) Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi siapa saja yang membutuhkan atau menginginkan bahan referensi tersebut.
1.5 Penjelasan Istilah 1) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) adalah suatu bidang dalam keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif, preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya. (Kemenkes, 2006). 2) Penyakit Malaria, dalam penelitian ini definisi penyakit malaria yang paling sesuai adalah penyakit yang menimbulkan keluhan pertama adalah demam, menggigil, dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. (Kemenkes, 2003)