BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan paling sering pada wanita dan diperkirakan jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun terdapat kemajuan teknologi diagnosis dan terapi pada dekade terakhir ini yang memberikan kontribusi pada kelangsungan hidup penderita kanker, tetapi kanker payudara tetap merupakan salah satu penyebab kematian pada wanita saat ini. Pengetahuan dasar tentang penyebab dan karsinogenesis kanker payudara masih belum dapat dipahami sepenuhnya. Diperkirakan 180.510 kasus baru kanker payudara dan 40.910 kematian karena kanker payudara (40.460 pada wanita dan 450 pada laki-laki) pada tahun 2007 di Amerika Serikat (Teng et al., 2007). Berdasarkan data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi Indonesia (IAPI) tahun 1998 di 13 Rumah Sakit di Indonesia, kanker payudara merupakan kanker kedua tersering pada wanita setelah kanker leher rahim. Dimana proporsinya 12,2% dari keseluruhan tumor ganas pada wanita, sementara kanker leher rahim sebesar 17,2%. Pada tahun 2005, proporsi kanker payudara di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 21,96%, sedangkan proporsi kanker leher rahim menurun menjadi
24,5%. Pada tahun 2010, kejadian kanker payudara di Indonesia
menempati peringkat pertama dengan proporsi sebesar 27,17%, dibandingkan
1
2
dengan kanker leher rahim yang hanya 19,36% dari keseluruhan tumor ganas pada wanita (Dirjen Yanmed, 2005 dan 2010). Perjalanan akhir penyakit wanita dengan kanker payudara tergantung pada gambaran biologis karsinoma yaitu tipe histologi atau molekular serta perluasan dimana kanker sudah menyebar atau stadium saat didiagnosis. Faktor prognosis dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor prognosis yang berhubungan dengan perluasan karsinoma atau stadium dan yang berhubungan dengan biologis kanker. Faktor-faktor prognosis yang berhubungan dengan perluasan karsinoma adalah karsinoma invasif dibandingkan karsinoma insitu, metastasis jauh, metastasis limfonodi, ukuran tumor, locally advanced disease, inflammatory carcinoma dan invasi limfovaskular. Faktor prognosis yang berhubungan dengan biologis kanker adalah subtipe molekular, tipe histologi khusus, derajat diferensiasi histologi, tingkat proliferasi, reseptor estrogen dan progesteron, dan HER2 (Lester, 2015). Perbedaan subtipe kanker payudara bukan hanya berdasarkan gambaran patologi seperti tipe histologi dan derajat diferensiasi tetapi juga pada ekspresi molekular. Subtipe molekular merupakan salah satu faktor prognosis. Kanker payudara dibagi menjadi tiga subtipe molekular utama yaitu luminal, HER2 positif dan basal like atau triple negative, yang mempunyai hubungan penting dengan gambaran klinis, respon terhadap terapi dan perjalanan akhir penyakit (Lester, 2015). Gambaran ekspresi molekular yang diobservasi pada masingmasing subtipe diharapkan dapat menentukan strategi terapi yang optimal (Tamaki et al., 2013).
3
Molekul lain sedang diteliti untuk mengetahui nilainya sebagai faktor prognosis. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk menentukan kemungkinan survivin digunakan sebagai faktor prognosis (Lv et al., 2010). Survivin adalah suatu protein penghambat apoptosis dan biasanya ditemukan dengan ekspresi berlebihan pada kanker payudara. Fungsi primer survivin adalah menghambat apoptosis dan mengatur mitosis yang berhubungan dengan karsinogenesis. Perkembangan payudara normal dipengaruhi oleh keseimbangan antara proliferasi sel dengan apoptosis. Pertumbuhan tumor terjadi karena proliferasi yang tidak terkontrol dan berkurangnya apoptosis. Berdasarkan pada perbedaan ekspresi antara jaringan normal dengan jaringan kanker, survivin dapat merupakan suatu molekul untuk deteksi awal dan menentukan prognosis pada kanker payudara. Beberapa peneliti menilai bahwa survivin berperan pada patogenesis kanker payudara, dimana beberapa penelitian menyimpulkan adanya ekspresi survivin dalam sediaan kanker payudara manusia. Salah satu penelitian terbaru menemukan peningkatan ekspresi survivin pada 63,7% kanker payudara (Jha et al.,2012). Penelitian lain menemukan ekspresi survivin dengan pemeriksaan imunohistokimia pada 78,5% kanker payudara. Ekspresi sedang hingga kuat ditemukan pada sel-sel tumor, sementara pada sel normal
ekspresi tersebut
hampir tidak terlihat. Studi ini meneliti tentang ekspresi survivin pada kanker payudara dan menjelaskan hubungan antara ekspresi survivin dan faktor-faktor klinikopatologi, seperti ukuran tumor, derajat diferensiasi histologi yang tinggi, metastasis kelenjar limfonodi, stadium tumor, status reseptor estrogen dan progesteron yang negatif. Survivin terekspresi lebih rendah pada subtipe luminal
4
dan lebih tinggi pada HER2 positif dan triple negative (Youssef et al., 2008). Ranade et al (2009) menjelaskan ekspresi survivin dihubungkan dengan prognosis buruk dan tingkat bertahan hidup yang rendah. Penelitian lain menyebutkan tidak ada hubungan antara ekspresi survivin dengan parameter histologi seperti ukuran tumor, derajat diferensiasi histologi, ekspresi P53 serta tingkat reseptor estrogen dan progesteron (Goksel et al., 2007). Peneliti lain juga menyebutkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara survivin dengan subtipe molekular (Silva dan Zucoloto., 2008). Pada kanker payudara, peranan survivin pada karsinogenesis belum banyak diteliti. Masih terdapat ketidaksesuain pendapat diantara para peneliti tentang peranan survivin pada kanker payudara. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dengan mengukur ekspresi survivin berdasarkan subtipe molekular diharapkan dapat mengungkapkan hubungan antara ekspresi survivin dengan subtipe molekular berdasarkan imunohistokimia pada karsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik sehingga bisa menentukan prognosis. Terapi dengan target survivin masih dalam penelitian uji klinik dan belum banyak dikembangkan. Sampai saat ini, penanganan kuratif untuk karsinoma payudara adalah dengan reseksi operatif jaringan tumor dengan batas-batas yang ditentukan. Penghambatan fungsi survivin atau dikombinasikan dengan pendekatan lainnya merupakan strategi terapi yang menjanjikan. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara ekspresi survivin dengan subtipe molekular berdasarkan imunohistokimia pada karsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik. Sampai saat ini, penelitian tersebut belum pernah dilakukan di
5
bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut yaitu masih ditemukan ketidaksesuaian pendapat diantara para peneliti tentang peranan survivin pada kanker payudara, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : apakah terdapat hubungan positif antara ekspresi survivin dengan subtipe molekular berdasarkan imunohistokimia pada karsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: untuk membuktikan hubungan positif antara ekspresi survivin dengan subtipe molekular berdasarkan imunohistokimia pada karsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat Akademik
1. Didapatkannya data dasar tentang ekspresi survivin pada karsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik yang dihubungkan dengan subtipe molekular berdasarkan imunohistokimia.
6
2. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau tambahan pengetahuan dalam rangka mendukung pengembangan ide pemanfaatan survivin sebagai faktor prognosis pada karsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik. 3. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau tambahan pengetahuan dalam rangka mendukung pengembangan ide pemanfaatan survivin sebagai target terapi pada karsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik. 1.4.2
Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi penderita dan klinisi tentang prognosis, kekambuhan, kemungkinan metastasis, harapan hidup, hasil terapi dan kemungkinan terapi dengan menggunakan survivin sebagai target terapi.