1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dengan
begitu
kompleksnya
masalah
hidup
sekarang
ini
menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan mampu untuk selalu konsisten pada perannya, terutama kuantitas dan kualitas pelayanan dalam upaya memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Azwar (1996), pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Organisasi pelayanan kesehatan dari pemerintah yang digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat, salah satunya adalah rumah sakit. Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan
pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, rumah sakit tidak dapat terlepas dari organisasi dan unit kerja yang berperan di dalamnya. Salah satu unit kerja yang penting adalah Instalasi Rekam Medis, yaitu
2
unit kerja yang bertanggungjawab mengelola berkas rekam medis pasien. Pengkodean diagnosis dan tindakan atau coding merupakan salah satu bagian dari sistem rekam medis di rumah sakit. Coding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis diberi kode dan selanjutnya di indeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan dan manajemen (Depkes RI,1997). Kegiatan pengkodean juga tidak terlepas dari beberapa unit yang ada di rumah sakit, seperti unit rawat jalan, unit gawat darurat, dan unit rawat inap. Rawat inap adalah pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi observasi, diagnosa, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. Karena pentingnya lembar rawat inap berkas rekam medis rawat inap ini bagi perawatan pasien, maka sudah seharusnya berkas ini harus diisi dengan selengkap mungkin, segera setelah pasien keluar atau pulang. Kelengkapan tersebut termasuk didalamnya pengisian kode tindakan yang dilakukan terhadap pasien yang telah dilakukan tindakan operasi. Jika
3
pengisian kode tindakan yang dilakukan tidak ditulis maka dapat menyebabkan
kesulitan
dalam
proses
pengindekan
dan
akan
mencerminkan kekurangan serta penyajian statistik. Di samping itu, kelengkapan dalam pengisian kode tindakan dapat digunakan sebagai laporan intern yaitu untuk mengetahui performance rumah sakit, mengetahui tindakan apa saja yang telah dilakukan di rumah sakit dan sebagai acuan penambahan alat-alat operasi bagi rumah sakit. Apabila pengisian tindakan dan kode tindakan belum lengkap, maka data yang dihasilkan menjadi tidak valid sehingga dapat menimbulkan permasalahan. Di samping itu, jenis diagnosis dan tindakan perlu dikode agar sesuai dengan standar dan digunakan dalam pengumpulan dan perolehan informasi penyajian statistik morbiditas yang akurat dan tepat. Di samping itu kode diagnosis dan kode tindakan berfungsi sebagai dasar penentuan rincian penagihan berbasis DRG. Berdasarkan observasi dan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Instalasi Rekam Medis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II diketahui bahwa dari 20 berkas rekam medis pasien rawat inap yang dilakukan tindakan, terdapat 14 berkas pasien bedah dan kebidanan yang kode tindakannya tidak terisi lengkap, disamping itu kelengkapan pengisian rekam medis berfungsi untuk memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, manajemen, dan riset bidang kesehatan. Oleh karena itu maka penulis ingin mengadakan
penelitian
tentang
“Faktor-Faktor
Penyebab
4
Ketidaklengkapan Pengisian Jenis dan Kode Tindakan pada Lembar Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengkodean tindakan pada lembar rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk
mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan
pengisian jenis dan kode tindakan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pelaksanaan pengisian jenis dan kode tindakan pada lembar rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II b. Mengetahui presentase kelengkapan dan ketidaklengkapan pengisian jenis dan kode tindakan pada lembar rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II c. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian jenis dan kode tindakan pada lembar rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
5
D. Manfaat Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi / Rumah Sakit Dapat digunakan sebagai alat evaluasi bagi pihak rumah sakit dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkompeten dan profesional di bidangnya, khususnya rekam medis. b. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan, wawasan, serta pengalaman yang berharga terhadap pengembangan ilmu rekam medis serta menambah pengalaman untuk memasuki dunia kerja.
2. Manfaat Teoritis a. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan tentang pengaruh kualitas sumber daya manusia serta pelaksanaan pengisian jenis dan kode tindakan pada berkas rekam medis.