BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Televisi
merupakan
salah satu
media
yang paling efektif dalam
menyampaikan informasi, mendidik, dan menghibur (Wu dkk, 2006: 1). Semakin sentralnya peran media televisi dalam penyampaian informasi, pendidikan dan hiburan, semakin beragam pula tayangan yang disuguhkan. Salah satu tayangan yang diminati oleh masyarakat luas ialah tayangan yang menyuguhkan proses wawancara atau dikenal dengan program talk show. Seperti yang dinyatakan oleh Illie (1999: 216) bahwa program yang menayangkan perbincangan di televisi telah menjadi tren yang berkembang dengan cepat dan semakin beragam dilihat dari rating yang terus meningkat. Hal serupa juga dinyatakan oleh Mittell (2003: 36) bahwa talk show merupakan salah satu program televisi yang paling populer dan berpengaruh. Dalam suatu tayangan talk show, pembawa acara memiliki peranan penting karena memiliki peran sebagai perantara antara program yang dibawakan dengan para pemirsanya (Bruun, 1999: 244). Sebagai tayangan yang menitikberatkan pada proses interaksi, tuturan yang sopan dari pembawa acara merupakan suatu hal penting untuk dimiliki karena pembawa acara dalam tayangan talk show dapat mempengaruhi kenyamanan dalam berkomunikasi dengan para bintang tamu sebagai pihak yang diwawancarai dan para pemirsa tayangan tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Leech (1983: 104) dan Foley (1997: 270) yang tidak jauh 1
2
berbeda menyatakan bahwa kesopanan merupakan maksim urutan pertama dan merupakan suatu ketrampilan sosial yang bertujuan untuk menjamin para peserta tuturan untuk berinteraksi dengan nyaman sehingga para bintang tamu dapat merasa dihargai dan diterima dalam suatu interaksi sosial. Tuturan yang sopan dari pembawa acara menjadi poin penting dalam memelihara kenyamanan berkomunikasi dengan bintang tamu sebagai lawan tutur untuk menjaga “muka” dari lawan tutur. Seperti yang diungkapkan oleh Brown dan Levinson (1987: 61) bahwa konsep face “muka” sebagai citra diri yang dimiliki oleh semua orang tidak dapat dilepaskan dari prinsip kesopanan. Dalam hal ini, kesopanan merupakan strategi yang dapat menjembatani dalam memperhatikan wajah dari lawan tutur. Seperti yang dinyatakan oleh Yule (1996:60) bahwa kesopanan adalah interaksi yang dilakukan untuk menunjukkan kepedulian terhadap wajah dari lawan tutur. Konsep tersebut merupakan suatu hal yang sudah semestinya diperhatikan oleh peserta tuturan karena dalam berkomunikasi para peserta tuturan sudah semestinya saling menghormati terkait dengan citra diri, perasaan, dan menghindari tindakan yang mengancam muka, karena pada dasarnya sejumlah tindak tutur tertentu secara alamiah memiliki potensi melukai lawan tutur (Nadar, 2009: 42-43). Strategi kesopanan tersebut yaitu strategi kesopanan positif yang digunakan untuk menyelamatkan muka positif berupa keinginan dari setiap penutur untuk dapat diterima dan disenangi oleh pihak lain, dan strategi kesopanan negatif yang digunakan untuk menyelamatkan muka negatif berupa keinginan setiap individu
3
agar setiap keinginannya tidak dihalangi oleh pihak lain. Seperti halnya yang dinyatakan oleh Mey (2001: 75) bahwa bersikap kooperatif dengan memenuhi keinginan muka positif dan muka negatif merupakan hal yang penting dalam interaksi linguistik karena setiap peristiwa tutur memiliki kemungkinan untuk mengancam muka para lawan tuturnya. Berkaitan dengan hal tersebut, di Amerika Serikat terdapat sebuah acara talk show Live with Kelly and Michael yang disiarkan oleh WABC-TV (untuk selanjutnya disingkat LWKM). LWKM merupakan talk show yang mengundang para selebritis Hollywood untuk diwawancarai mengenai kehidupan pribadinya. Berkaitan dengan hal tersebut suasana tuturan dalam talk show LWKM ialah cendernung santai dan akrab sesuai dengan bintang tamunya yang merupakan selebritis serta topik yang dibacarakan yang membicarakan mengenai kehidupan pribadi atau kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan nama tayangannya, LWKM dibawakan oleh dua pembawa acara, yaitu Kelly dan Michael. Program tersebut merupakan salah satu talk show terpopuler di Amerika Serikat yang mulai ditayangkan pada tahun 1983. Semenjak pertama kali ditayangkan, acara tersebut telah melakukan beberapa perubahan nama, dimulai dengan The Morning Show (1983-1988), Live with Regis and Kathie Lee (1988-2000), Live with Regis (2000-2001), Live with Regis and Kelly (2001-2011), Live with Kelly (2011-2012) dan Live with Kelly and Michael (2012-sekarang). LWKM merupakan talk show selebritis yang dibawakan oleh dua pembawa acara yang jika diamati tuturannya banyak menggunakan tuturan yang
4
dilebih-lebihkan ketika berinteraksi dengan para bintang tamunya. Tuturan yang dilebih-lebihkan merupakan ciri dalam strategi kesopanan positif, seperti yang dinyatakan oleh Brown dan Levinson (1987: 106) bahwa untuk membedakan strategi kesopanan positif dan bahasa sehari-hari yang cenderung normal ialah melalui penggunaan tuturan yang dilebih-lebihkan. Tuturan yang dilebih-lebihkan tersebut diantaranya ialah melalui penggunaan aspek prosodik seperti intonasi yang tinggi, penggunaan intensifying modifiers, dan penyangat (Brown dan Levinson, 1987: 109-111). Meski penggunaan tuturan yang dilebih-lebihkan menandakan bahwa kedua pembawa acara mematuhi prinsip kesopanan berupa penggunaan strategi kesopanan positif, namun tingginya intensitas penggunaan tuturan yang dilebihlebihkan
yang
terlihat
hanya
sebagai
sarana
untuk
“beramah-tamah”
melatarbelakangi peneliti untuk melakukan analisis mengenai hal itu. Khususnya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara lebih rinci implementasi penggunaan strategi kesopanan positif, fungsi dari penggunaannya, serta faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi kesopanan positif oleh kedua pembawa acara LWKM. Hal tersebut dikarenakan peneliti menganggap bahwa fenomena tersebut merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Berikut merupakan tiga tuturan yang mengandung karakteristik tuturan yang dilebih-lebihkan beserta sedikit uraiannya. Tuturan (1) Kelly
: The Fault in Our Stars is your new film. Have you read that book? The Fault in Our Stars adalah film terbarumu. Sudahkah kamu membaca bukunya?
5
Shailane : I did, yeah. Ya, aku sudah membacanya. Kelly : That’s an incredible book. Buku yang luar biasa. (Episode 20 Agustus 2014. data no. 94) Tuturan di atas termasuk dalam strategi kesopanan positif “melebihlebihkan ketertarikkan, persetujuan, dan simpati terhadap lawan tutur” yang ditandai dengan penggunaan intensifying modifier incredible ‘luar biasa’ oleh Kelly untuk melebih-lebihkan pujiannya terhadap buku The Fault in Our Stars. Penggunaan intensifying modifier tersebut dapat memberikan efek pujian yang lebih tinggi dibandingkan hanya dengan menggunakan kata seperti good ‘bagus’. Sementara penggunaan strategi kesopanan tersebut berfungsi untuk mengapresiasi bakat, kesuksesan, dan hasil karya dari para bintang tamu”, yaitu berupa pujian terhadap buku dari film yang akan dibintangi oleh Shailane, bintang tamu pada episode itu. Tuturan (2) Michael : And now, that song, “I Luh Ya Puppy” we call the “Blured Line” for women cause it’s like super sexy. ‘Lagu itu, “I Luh Ya Puppy” kita sebut sebagai “Blured Line” untuk wanita karena lagu itu super seksi.’ Jennifer : Yeah..yeah..yeah. Thank you..thank you. ‘Ya..ya..ya. Terima kasih. .terima kasih.’ (Episode 17 Juni 2014, data no. 61) Pada tuturan (2), penggunaan strategi kesopanan positif “melebih-lebihkan rasa ketertarikkan, persetujuan, dan simpati” ditunjukkan melalui penggunaan penyangat super ‘luar biasa’ untuk memuji lagu terbaru dari Jennifer Lopez. Dengan menggunakan penyangat tersebut maka pujian terhadap lagu Jennifer Lopez dapat lebih dioptimalkan, dibandingkan jika Michael hanya menyatakan it’s sexy ‘lagunya seksi’. Sementara, fungsi dari penggunaan tuturan tersebut ialah
6
“untuk mengapresiasi bakat, kesuksesan, dan hasil karya dari bintang tamu”, khususnya berupa pujian terhadap hasil karya terbaru Jennifer yang Michael sebut sebagai lagu yang luar biasa seksi. Tuturan (3) Kelly : You just had your birthday yesterday, right? ‘Kamu baru saja berulang tahun kemarin, kan?’ Liv : Yesterday, yeah. ‘Kemarin, ya.’ Kelly
: Oh my God! How did you celebrate it! ‘Ya Tuhan! Bagaimana kamu merayakannya!’ : I was actually on set. It was my last day of filming, so it’s about midnight when it happened. So it’s like the longest birthday on the world. ‘Aku sedang berada di tempat syuting waktu itu. Hari terakhirku syuting film. Itu terjadi pada tengah malam. Jadi itu seperti hari tulang tahun yang terlama.’ (Epsiode 2 Juli 2014, data no. 62) Tuturan bercetak tebal pada tuturan (3) termasuk dalam strategi kesopanan
positif “melebih-lebihkan rasa ketertarikkan, persetujuan, dan simpati”. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan intonasi naik pada tuturan yang becetak tebal yang dituturkan oleh Kelly. Dengan penggunaan intonasi naik maka ketertarikkan dari penutur dapat lebih terlihat dibandingkan dengan penggunaan intonasi yang datar karena penutur akan terlihat sangat mengapresiasi tuturan dari lawan tuturnya. Sementara, tuturan tersebut termasuk dalam fungsi “untuk menunjukkan ketertarikkan dan apresiasi terhadap tuturan dari bintang tamu”, khususnya untuk menunjukkan ketertarikkan Kelly terhadap ulang tahun dari Liv Tyler. Selain implementasi penggunaan strategi kesopanan positif oleh kedua pembawa acara beserta fungsi penggunaanya, faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi tersebut juga menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Dalam
7
hal ini teori komponen tutur yang dirumuskan oleh Hymes (1972) yang dikenal sebagai
akronim
SPEAKING merupakan teori
yang digunakan
dalam
menganalisis faktor yang menyebabkan penggunaan strategi kesopanan positif oleh kedua pembawa acara LWKM.
1. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini difokuskan pada permasalahan berikut. 1. Bagaimana strategi kesopanan positif diimplementasikan oleh kedua pembawa acara talk show Live with Kelly and Michael? dan strategi apakah yang paling dominan digunakan oleh keduanya? 2. Fungsi apakah yang ingin dicapai dari penggunaan strategi kesopanan positif oleh kedua pembawa acara talk show Live with Kelly and Michael? dan fungsi manakah yang paling dominan dalam penggunaannya? 3. Bagaimana faktor komponen tutur mempengaruhi penggunaan strategi kesopanan positif oleh kedua pembawa acara talk show Live with Kelly and Michael? dan faktor apa sajakah yang paling berpengaruh dalam penggunaannya?
8
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan strategi-strategi kesopanan positif yang digunakan oleh kedua pembawa acara talk show Live with Kelly and Michael beserta strategi kesopanan positif yang paling dominan digunakan. 2. Menjelaskan fungsi-fungsi dari penggunaan strategi-strategi kesopanan positif yang digunakan oleh pembawa acara program talk show Live with Kelly and Michael beserta fungsi yang paling dominan. 3. Mendeskripsikan
faktor-faktor
yang
melatarbelakangi
penggunaan
strategi-strategi kesopanan positif yang digunakan oleh pembawa acara program talk show Live with Kelly and Michael dan faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaannya.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian Lingkup pembahasan dalam penelitian ini ialah mengenai analisis strategi
kesopanan tuturan pembawa acara dalam talkshow Live with Kelly and Michael, khususnya uraian mengenai strategi-strategi positif yang digunakan oleh kedua pembawa acara berdasarkan teori Brown dan Levinson (1987). Penelitian ini juga membahas mengenai fungsi-fungsi dari penggunaan strategi kesopanan positif yang digunakan oleh pembawa acara LWKM dengan acuan teori strategi kesopanan positif yang dirumuskan oleh Brown dan Levinson serta interpretasi dari peneliti yang didukung dengan konteks penggunaan tuturan. Faktor-faktor
9
yang melatarbelakangi penggunaan strategi-strategi kesopanan positif pembawa acara dalam program tersebut berdasarkan teori Hymes (1972) juga menjadi fokus dalam penelitian ini.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1.5.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan kajian pragmatik mengenai kesopanan serta kajian sosiolinguistik mengenai komponen tutur. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan terdapat suatu gambaran yang jelas mengenai strategi-strategi kesopanan positif yang
digunakan
dalam
suatu
tayangan
talk
show,
fungsi-fungsi
dari
penggunaannya, serta faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategistrategi kesopanan positif tersebut. 1.5.2 Manfaat Praktis Penjabaran tuturan kedua pembawa acaara LWKM yang termasuk dalam strategi kesopanan positif dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai tuturan ekspresif yang dapat digunakan dalam talk show selebriti demi mencapai tujuan dari talk show yang bersangkutan. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengguna bahasa dalam penggunaan tuturan yang sopan melalui strategi kesopanan positif untuk memenuhi keinginan muka positif dari lawan tutur.
10
1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian sejenis mengenai kesopanan, komponen tutur, serta tuturan dalam tayangan talk show sudah banyak dilakukan. Diantaranya ialah sebuah penelitian yang ditulis oleh Tyas Gita Artibrata (2014) yang berjudul Kesantunan dalam Pidato Kampanye Barack Obama Tahun 2012. Dalam penelitian tersebut dibahas mengenai prinsip-prinsip kesopanan yang digunakan oleh Barack Obama dalam pidato kampanyenya serta pelanggaran prinsip kesopanan yang dilakukan oleh Barack Obama. Selain itu, penelitian tersebut juga membahas tujuan penggunaan strategi-strategi prinsip kesopanan serta pelanggaran prinsip kesopanan yang dilakukan Barack Obama dalam pidato kampanyenya. Dari hasil analisis dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Obama melakukan pematuhan enam maksim yang diusulkan Leech, sedangkan Obama melakukan pelanggaran pada empat maksim kesopanan. Obama juga menggunakan strategi kesopanan positif dan negatif untuk menjaga muka para audiens. Sedangkan tujuan penggunaan kesantunan berbahasa tersebut di antaranya ialah untuk menarik perhatian lawan tutur, untuk membangun semangat lawan tutur, untuk menunjukkan citra tulus, jujur, dan apa adanya, untuk memberikan citra buruk tentang orang lain, untuk meminta dukungan, untuk memberi kepercayaan kepada lawan tutur, untuk menumbuhkan harapan dan sikap positif audiens terhadap pemerintahan, dan untuk mendeskripsikan program kerja. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian tersebut ialah penelitian tersebut tidak membahas mengenai faktor yang melatarbelakangi
11
penggunaan srategi kesopanannya, sedangkan dalam penelitian ini akan diuraikan mengenai faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Selain itu, objek penelitiannya pun sangat berbeda, yaitu pidato dalam kampanye Obama dalam penelitian tersebut yang lebih mengarah pada ranah politik dan tuturan yang disampaikan pembawa acara dalam wawancara talkshow Live with Kelly and Michael dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian lain adalah sebuah penelitian oleh Katerina Fialova (2010) yang berjudul Expressing Politeness in American TV Programmes. Penelitian tersebut berfokus pada strategi kesopanan negatif, khususnya mengenai penanda pragmatik hedging yang digunakan dalam dialog khususnya berdasarkan klasifikasi dari Wilamova (2005) mengenai tujuh klasifikasi penanda hedging serta membuktikan teori klasifikasi hedging dari Wilamova. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari ketujuh klasifikasi hedging tersebut penanda hedging yang paling sering muncul dibuktikan secara statistika ialah penanda subjektivitas. Sementara, semua penanda hedging yang telah dirumuskan oleh Wilamova (2005) ditemukan dalam keseluruhan data dari penelitian tersebut. Perbedaan penelitian dari Fialova dengan penelitian ini ialah bahwa penelitian dari Fialova berfokus pada strategi negatif, lebih spesifik lagi tentang hedging, sementara dalam penelitian ini dibahas mengenai strategi positif, fungsi-fungsi serta faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaannya. Penelitian lain yang sejenis ialah sebuah penelitian oleh Ivana Petríčková (2012) yang berjudul Politeness Strategies in Interview Questions. Dalam
12
penelitian tersebut dibahas mengenai analisis kesopanan pertanyaan dari pembawa acara kepada para bintang tamunya berdasarkan teori Brown dan Levinson, khususnya perbedaan penggunaan strategi kesopanan positif dan negatif serta faktor jarak sosial yang mempengaruhi dalam pemilihan strategi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi kesopanan positif berlaku pada talk show selebritis sesuai atmosfer yang akan dibangun dalam talk show selebritis, yaitu atmosfer yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan strategi kesopanan negatif pada interview yang bertemakan politik untuk menunjukkan rasa hormat pada interviewee. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Petríčková (2012) ialah penelitian ini membahas mengenai strategi kesopanan positif yang digunakan beserta fungsi-fungsi dan faktor yang melatarbelakanginya sementara dalam penelitiannya Petríčková tidak membahas mengenai hal-hal tersebut. Fokus dalam penelitian Petríčková ialah mengenai pertanyaan yang dilontarkan kepada para bintang tamu serta perbedaan penggunaan strategi kesopanan dalam talk show selebritis dan talk show bertemakan politik. Sedangkan fokus dalam penelitian ini ialah tuturan secara umum dan tidak terbatas pada pertanyaan saja. Selain itu, penelitian ini juga tidak membandingkan penggunaan strategi kesopanan pada talk show selebritis dan talk show bertema politik. Objek kajiannyapun berbeda, yaitu talk shoe State of the Union dan Piers Morgan Tonight dalam penelitian dari Pietrickova dan Live with Kelly and Michael dalam penelitian ini. Penelitian sejenis lainnya ialah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mu Xiao-Yan (2014) yang berjudul Reddressive Strategies for FTA in Oprah
13
Winfrey’s Talk Show. Dalam penelitian tersebut dibahas mengenai penerapan prinsip kesopanan dan strategi-strategi redressive dalam Oprah Winfrey’s Talk Show” serta bagaimana FTA (Face Threateneing Acts) digunakan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa baik bintang tamu maupun pembawa acara berusaha untuk menghindari tuturan yang dapat mengancam muka melalui beberapa strategi. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa keberhasilan program tayangan talk show tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh penggunaan strategi kesopanan positif. Meskipun penelitian tersebut juga megambil data pada program talk show, namun dengan jelas terlihat perbedaan data, yaitu talk show Oprah Winfrey pada penelitian tersebut dan Live with Kelly and Michael dalam penelitian ini. Selain itu perbedaan fokus masalah penelitan di antara penelitian tersebut dan penelitian ini juga berbeda. Dalam penelitian tersebut dibahas mengenai strategi redressive, beserta penjabaran penggunaa FTA. Sementara dalam penelitian peneliti yang akan dianalisis ialah mengenai strategi-strategi positif, fungsi- fungsi serta faktorfaktor yang melatarbelakangi penggunaannya. Penelitian lain yang sejenis ialah sebuah tesis dari Piia Kuntsi (2012) yang berjudul Politeness and Impoliteness Strategies Used by Lawyers in the Doval Trial. Penelitian tersebut membahas mengenai strategi kesopanan dan ketidaksopanan yang digunakan oleh pengacara untuk berkomunikasi dengan para kolega, hakim, dan saksi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa para pengacara dalam tayangan Doval Trial menggunakan strategi kesopanan, baik strategi kesopanan positif maupun strategi kesopanan negatif.
14
Perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitan yang dilakukan peneliti ialah, pada penelitian tersebut membahas mengenai strategi kesopanan dan ketidaksopanan, sementara pada penelitian yang dilakukan peneliti berfokus pada penggunaan strategi kesopanan positif beserta fungsi-fungsi serta faktor yang melatarbelakangi penggunaannya oleh pembawa acara talk show Live with Kelly and Michael. Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan komponen tutur dilakukan oleh Paramita Indreswari (2012) dalam tesisnya yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi Pengasuh Anak dalam Tayangan Nanny 911”. Penelitian tersebut membahas mengenai jenis-jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi, serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak tutur ilokusi pada PA tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada setiap bagian acara terdapat jenis-jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi PA, yaitu empat jenis tindak tutur ilokusi pada pembukaan acara, tujuh jenis tindak tutur ilokusi dengan tindak tutur asertif yang paling sering digunakan, serta tujuh jenis tindak tutur ilokusi pada bagian penutup. Tiga jenis strategi tindak tuur juga ditemukan dalam tuturan PA, yaitu tindak tutur literal langsung, tindak tutur literal tidak langsung yang bertujuan untuk menyuruh mitra tutur dengan lebih sopan, dan tindak tutur literal langsung untuk memberitahu secara langsung, bertanya, menyuruh, mengajak, atau menyarankan secara lugas agar tuturannya mudah dipahami dan diterima dengan baik oleh mitra tutur. Komponen tutur SPEAKING juga diuraikan dalam penelitian tersebut sebagai faktor yang mempengaruhi dalam penggunaan tindak tutur ilokusi PA Nanny 911.
15
Perbedaan antara penelitian dari Paramita Indreswari dan penelitian ini ialah pada penelitiannya Paramita Indreswari membahas mengenai tindak tutur ilokusi, sementara penelitian ini berfokus pada penggunaan strategi kesopanan positif. Objek kajiannya juga berbeda, yaitu tayangan Nanny 911 pada penelitian tersebut dan Live with Kelly and Michael dalam penelitian ini. Penelitian sejenis yang berkaitan dengan penggunaan komponen tutur juga juga dilakukan oleh Purwaningtyas Dwi Astuti (2013) yang berjudul Wacana Siaran Berita Berbahasa Inggris Indonesia Now. Penelitian tersebut membahas mengenai struktur wacana, komponen tutur, serta fungsi wacana siaran berita berbahasa Inggris Indonesia Now. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat empat elemen yang menyusun sebagai unit wacana yang utuh, yaitu lead, pembuka, isi, dan penutup. Keempat elemen tersebut membentuk tiga struktur wacana Indonesia Now yang berbeda, yang dibedakan oleh lead serta segmen-segmen yang dihadirkan pada bagian isi wacana Indonesia Now. Berkaitan dengan komponen tutur, komponen tutur SPEAKING dijelaskan sebagai komponen yang ikut mempengaruhi penggunaan tuuran dalam wacana Indonesia Now. Sementara, ditemukan bahwa terdapat tiga fungsi dalam wacana siaran berita berbahasa Inggris Indonesia Now, yaitu referensial, ekspresif, dan direktif. Fungsi referensial digunakan dalam penyampaian informasi kepada penonton. Tuturan dengan fungsi ekspresif digunakan untuk mengakrabkan diri dengan penonton, dan fungsi direktif digunakan untuk membuat penonton melakukan sesuatu. Dari ketiga fungsi tersebut fungsi referensial merupakan sungsi utama berkaitan
16
dengan tuturan dalam wacana berita tersebut untuk menyampaikan informasi kepada penonton. Perbedaan
penelitian
ini
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Purwaningtyas Dwi Astuti (2013) ialah penelitian ini berfokus pada kesopanan, khususnya mengenai strategi kesopanan positif yang digunakan beserta fungsifungsi dan faktor yang melatarbelakanginya sementara dalam penelitiannya Purwaningtyas Dwi Astuti (2013) lebih berfokus pada wacana berita sevara umum. Selain itu, objek kajiannyapun berbeda, wacana berita berbahasa Inggris Indonesia Now dalam penelitian dari Purwaningtyas dan Live with Kelly and Michael dalam penelitian ini. Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian yang secara khusus meneliti penggunaan strategi kesopanan positif oleh pembawa acara talk show LWKM. Sementara itu, tinjauan pustaka di atas dapat berkontribusi dalam hal sumber pustaka, teori yang bisa digunakan serta hasil dari penelitian sebagai acuan dalam meneliti dan menganalisis strategi kesopanan positif yang digunakan oleh kedua pembawa acara talk show LWKM.
1.7 Landasan Teori Secara umum tuturan kedua pembawa acara talk show LWKM dalam penelitian ini dianalisis menggunakan teori strategi kesopanan positif yang dirumuskan oleh Brown dan Levinson (1987) serta teori komponen tutur yang dikenal sebagai akronim SPEAKING yang dirumuskan oleh Hymes (1972).
17
Dalam proses wawancara di antara kedua pembawa acara dengan para bintang tamunya, kesopanan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan agar para bintang tamu sebagai peserta pertuturan merasa nyaman serta diterima dalam suatu interaksi sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Leech (1983) bahwa kesantunan merupakan maksim urutan pertama, dan dengan mematuhi prinsip kesantunan tersebut para peserta pertuturan merasa nyaman dalam melakukan proses interaksi. Foley (1997: 270) juga tidak jauh berbeda menyatakan bahwa kesantunan merupakan suatu ketrampilan sosial yang bertujuan untuk menjamin para peserta tuturan yang ada di dalamnya merasa diterima dalam suatu interaksi sosial. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap tuturan-tuturan kedua pembawa acara LWKM, kedua pembawa acara seringkali menggunakan tuturan yang dilebih-lebihkan, yang merupakan ciri dari penggunaan strategi kesopanan positif. Seperti yang dinyatakan oleh Brown dan Levinson (1987: 106) bahwa untuk membedakan strategi kesopanan positif dan bahasa sehari-hari yang cenderung normal ialah penggunaan tuturan yang dilebih-lebihkan. Tuturan yang dilebihlebihkan tersebut diantaranya ialah melalui penggunaan intonasi yang tinggi, penekanan, serta penggunaan intensifying modifiers, dan penyangat (Brown dan Levinson, 1987: 109-111). Untuk melihat secara lebih detail mengenai implementasi strategi kesopanan positif oleh kedua pembawa acara LWKM, teori Brown dan Levinson (1987) mengenai strategi kesopanan positif digunakan dalam analisis ini.
18
Brown dan Levinson (1987) menyatakan bahwa dalam suatu hubungan sosial para penutur harus mengakui dan menunjukkan kesadaran terhadap citra diri di muka publik dan citra diri yang dimiliki oleh lawan tutur. Konsep “muka” tersebut didefinisikan oleh Brown dan Levinson (1987: 61) sebagai citra diri yang dimiliki oleh semua orang. Konsep “muka” itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu muka positif dan muka negatif. Nadar (2009 : 32) menyatakan bahwa muka positif merupakan keinginan dari setiap penutur untuk dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain, sementara muka negatif merupakan keinginan setiap individu agar setiap keinginannya tidak dihalangi oleh pihak lain. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini ialah konsep muka positif dari para lawan tutur karena talk show LWKM sebagai talk show selebritis mengedepankan pada hal-hal yang menyangkut citra diri, serta keinginan untuk dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain yang menjadi ciri dalam muka positif. Dalam hal ini strategi kesopanan positif
merupakan strategi yang
digunakan untuk menyelamatkan muka positif dari lawan tutur. Strategi kesopanan positif yang ditumuskan oleh Brown dan Levinson tersebut terdiri dari lima belas strategi yang dapat dilihat secara lebih detail pada bab 2 mengenai penggunaan strategi kesopanan positif oleh kedua pembawa acara. Sementara, untuk lebih lanjut penggunaan tuturan-tuturan yang termasuk dalam strategi kesopanan positif dianalisis mengenai fungsi yang ingin dicapai dari penggunaannya masih menggunakan acuan dari teori Brown dan Levinson sebagai arahan terhadap fungsi tuturan dari strategi tersebut. Selain teori Brown dan Levinson sebagai arahan dalam menganalisis fungsi penggunaannya,
19
interpretasi dari penulis juga digunakan yang didukung dengan konteks penggunaan tuturan tersbut untuk mengungkap secara lebih spesifik mengenai fungsi yang hendak dicapai oleh kedua pembawa acara. Selain teori mengenai strategi kesopanan positif yang dirumuskan oleh Brown dan Levinson, teori mengenai komponen tutur yang dikenal sebagai akronim SPEAKING yang dirumuskan oleh Hymes (1972) juga digunakan dalam penelitian ini. Teori mengenai komponen tutur digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penggunaan strategi kesopanan positif baik itu dari segi waktu dan tempat berlangsungnya tuturan, pihak yang terlibat dalam pertuturan, maksud dan tujuan tuturan, bentuk dan isi dari ujaran, cara dan semangat dalam penyampaian tuturan, norma interaksinya, serta jenis bentuk penyampaiannya. Dalam
menganalisis
mengenai
faktor
yang
mempengaruhi
dalam
penggunaan strategi kesopanan positif, teori Lakoff mengenai karakteristik bahasa perempuan juga digunakan, khususnya ini ialah dalam menganalisis komponen tutur “peserta tutur” yang didalamnya menyangkut faktor jenis kelamin. Dalam hal ini, perbedaan jenis kelamin antara kedua pembawa acara LWKM (Kelly yang berjenis perempuan dan Michael yang berjenis kelamin laki-laki) juga ikut berpengaruh dalam pemilihan tuturannya. Khususnya, karakteristik bahasa perempuan yang dirumuskan Lakoff yang digunakan dalam penelitian ini ialah mengenai penggunaan intonasi, penggunaan penyangat, dan penggunaan empty adjectives.
20
Penggunaan intonasi berkaitan dengan penggunaan intonasi oleh kedua pembawa acara LWKM. Dalam hal ini Lakoff (2004: 78) menyatakan bahwa intonasi naik pada kalimat deklaratif merupakan ciri dari woman’s language. Selain
penggunaan
intonasi,
karakteristik
bahasa
perempuan
mengenai
penggunaan penyangat juga digunakan. Lakoff (2004: 79-80) menyatakan bahwa penggunaan penyangat seperti so lebih banyak ditekan pada bahasa yang digunakan oleh wanita meski tidak menutup kemungkinan laki-laki juga menggunakannya. Hal serupa juga dinyatakan oleh Holmes (2001: 303) yang menyatakan bahwa gaya gaya bicara wanita diantaranya dapat ditandai dengan penggunaan penyangat seperti real, so, dan really. Selain penggunaan intonasi dan penyangat, Lakoff (2004: 78) juga menyatakan bahwa salah satu kerakteristik dari bahasa wanita ialah dengan adanya penggunaan empty adjectives seperti divine, charming, adorable dan cute yang juga dijadikan landasan dalam menganalisis komponen tutur, khususnya mengenai perbedaan jenis kelamin kedua pembawa acara LWKM.
1.8
Metode Penelitian Subbab ini menguraikan mengenai tahapan penelitian, dimulai dari tahap
penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Berikut merupakan uraiannya. 1.8.1 Tahap Penyediaan Data Data dalam penelitian ini diambil dari tuturan yang terdapat dalam program talkshow Live with Kelly and Michael pada tahun 2014. Peneliti membatasi data
21
dalam penelitian ini hanyalah tuturan yang terdapat dalam segmen wawancara antara kedua pembawa acara, yaitu Kelly dan Michael ketika mewawancarai para selebritis yang hadir sebagai bintang tamu karena peneliti mengasumsikan bahwa penggunaan strategi kesopanan positif akan lebih dominan digunakan oleh kedua pembawa acara pada saat proses wawancara dibandingkan pada segmen lainnya. Data diperoleh dengan cara mengunduhnya dari website www.youtube.com. Karena data yang diperoleh masih dalam bentuk video, langkah selanjutnya ialah pembuatan transkrip tuturan dari video-video yang dijadikan sebagai data. Untuk membatasi data, wawancara yang diambil ialah pada bulan Mei-September 2014 yang diambil secara random. Metode pengambilan data ini dilakukan dengan metode simak dengan menyimak penggunaan bahasa yang dilanjutkan dengan teknik catat dengan pembuatan transkrip tuturan kedua pembawa acara LWKM dan para bintang tamunya pada sesi wawancara. 1.8.2 Tahap Analisis Data Dalam menganalisis data, tuturan yang telah ditranskripsikan kemudian dianalisis mengenai strategi-strategi kesopanan positif menggunakan teori Brown dan Levinson (1987) yang disesuaikan dengan konteks penggunaan tuturan. Dalam menganalisis strategi kesopanan positif, aspek suprasegmental juga digunkanan karena salah satu strategi dalam strategi kesopanan positif di dalamnya meliputi penggunaan aspek prosodik. Analisis yang berkaitan dengan aspek prosodik mengenai intonasi yang digunakan menggunakan acuan dari Brown dan Levinson (1987) dan Quirk, dkk (1985). Dalam hal ini aspek prosodik
22
berupa penggunaan intonasi naik ditandai dengan penggunaan tanda ( ) di atas suku kata yang ditekankan (Brown dan Levinson, 1987: 109) dan Quirk, dkk (1985: 1599). Setelah analisis mengenai strategi kesopanan positif pada tuturan kedua pembawa acara, fungsi dari penggunaan strategi kesopanan positif tersebut kemudian dianalisis dengan mengelompokkan setiap tuturan yang memiliki fungsi yang sama sesuai dengan konteks penggunaan tuturan serta didukung oleh teori strategi kesopanan positif Brown dan Levinson (1987) yang dapat memberikan arahan secara umum terhadap fungsi penggunaan stratgei kesopanan positif. Setelah analisis mengenai penggunaan strategi kesopanan positif dan fungsi penggunaannya, faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan dari strategi kesopanan positif kemudian dianalisis. Pada khususnya faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi-strategi tersebut dianalisis menggunakan teori dari Hymes (1972) yaitu setting, participants, ends, act sequence, key, instrumentalities, norm of interaction, dan genre yang dikenal dengan akronim SPEAKING. Berikut merupakan contoh data beserta contoh analisis dalam penelitian ini. Tuturan (4) Kelly : Hi! ‘Hai!’ (a) You are super cool. (b) I love your blue hair. ‘Kamu super keren. Aku suka rambut birumu’. Kesha : Thank you. ‘Terima kasih’. (Episode 25 Juli 2014, data no. 72) Konteks dari tuturan tersebut ialah ketika pembawa acara menyapa Kesha, bintang tamu yang baru saja memasuki podium tempat wawancara berlangsung. Dalam tahap analisis data, pertama-tama peneliti mengklasifikasikan tuturan
23
tersebut ke dalam strategi-strategi kesopanan yang digunakan oleh pembawa acara. Dalam tuturan (4) terdapat dua strategi kesopanan positif yang digunakan oleh Kelly, yaitu strategi “melebih-lebihkan rasa ketertarikkan, persetujuan, dan simpati terhadap lawan tutur” pada tuturan (4a) dan strategi “memberikan penghargaan” pada tuturan (4b). Dalam tuturan (4a) penggunaan strategi kesopanan positif ditunjukan dengan penggunaan penyangat super. Dengan penggunaan intensifying modifier super maka keinginan muka positif yang ingin dimiliki oleh Kesha untuk dipuji, khususnya dipuji mengenai penampilan rambutnya dapat terpenuhi. Dalam hal ini penggunaan kata super dapat digunakan untuk mengoptimalkan pujian bagi Kesha sehingga dapat membuat Kesha sebagai pihak yang dipuji untuk lebih diapresiasi dibandingkan jika hanya menyatakan pujian you are cool ‘kamu keren’. Sementara pada tuturan (4b) strategi kesopanan positif ditunjukan dengan penggunaan kata love ‘menyukai’ yang merupakan penanda dari strategi kesopanan memberikan penghargaan berupa keinginan dari lawan tutur untuk dikagumi, dalam hal ini ialah keinginan untuk dikagumi penampilannya berupa rambut birunya. Dengan menyatakan bahwa Kelly menyukai penampilan rambut Kesha maka Kesha sebagai pihak yang dipuji dapat merasa bahwa penampilannya disukai oleh orang lain sehingga kesinginan muka positifnya untuk dikagumi dapat dipenuhi. Selain menganalisis mengenai strategi-strategi kesopanan positif yang digunakan oleh pembawa acara, selanjutnya peneliti menjelaskan mengenai fungsi-fungsi digunakannya strategi-strategi positif oleh pembawa acara.
24
Berdasarkan contoh data (4) tuturan tersebut termasuk dalam fungsi “untuk memuji penampilan fisik dari lawan tutur”. Sebagai bintang kenamaan penampilan merupakan hal yang menunjang sehingga memperhatikan penampilan merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh selebritis. Dalam hal ini, untuk memenuhi keinginan muka positif dari para bintang tamunya kedua pembawa acara seringkali menggunakan tuturan yang mengandung strategi kesopanan positif yang berfungsi untuk memuji penampilan fisik dari lawan tutur seperti yang terdapat pada data (4) di atas. Selanjutnya faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi kesopanan positif dari pembawa acara juga akan dianalisis. Elemen-elemen seperti setting and scene, participants, dan lain sebagainya digunakan untuk menganalisis mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaannya. Sebagai contoh, faktor peserta tutur, khususnya orang pertama (pembawa acara) mempengaruhi dalam penggunaan penyangat super. Dalam hal ini, faktor jenis kelamin dari Kelly yang berjenis kelamin perempuan dapat mempengaruhi dalam penggunaan penyangat super seperti yang dinyatakan oleh Lakoff (2004: 79-80) yang menyatakan bahwa penggunaan penyangat seperti so lebih banyak ditekan pada bahasa yang digunakan oleh wanita meski tidak menutup kemungkinan lakilaki juga menggunakannya. 1.8.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Selanjutnya, data disajikan secara deskriptif, khususnya menggunakan metode informal yang disusun dalam bentuk tulisan dalam penyajian klasifikasi strategi kesopanan yang digunakan, fungsi- fungsi penggunaan strategi-strategi
25
positifnya serta faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaannya. Selain menggunakan
metode
informal,
metode
formal
juga
digunakan
untuk
menampilkan hasil kuantitatif untuk melihat dominasi penggunaan strategi positif dan fungsi dari penggunaannya. Penyajian hasil analisis secara kualitatif dan kuantitatif kemudian dilanjutkan dengan adanya kesimpulan berkaitan dengan strategi kesopanan positif yang digunakan oleh pembawa acara dalam talkshow Live with Kelly and Michael.
1.9
Sistematika Penyajian Penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab I berisi uraian kerangka
penelitian. Bab II berisi uraian strategi-strategi positif yang digunakan oleh pembawa acara dalam talkshow Live with Kelly and Michael. Bab III berisi uraian fungsi-fungsi dari penggunaan strategi kesopanan positif yang digunakan oleh pembawa acara talk show Live with Kelly and Michael. Bab IV berisi penjelasan mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan strategi positif yang digunakan pembawa acara dalam talk show Live with Kelly and Michael. Selanjutnya pada bab V berisi kesimpulan yang diikuti oleh saran bagi peneliti selanjutnya.